Bercita-cita menjadi ibu yang menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya, mungkin bisa dikatakan salah satu cita-cita yang terus saya wujudkan hingga saat ini. Hal apa, ya, yang bisa kita jadikan teladan untuk anak-anak kita. Mudah! Namun perlu trik jitu untuk menciptakan dan mengelolanya. Apa itu? Menjadi seorang ibu yang tidak mudah marah! Saya rasa hal simpel ini merupakan dambaan para anak pada sosok ibunya. Sebagai seorang ibu tentunya kita perlu mengetahui bagaimana cara menjadi ibu yang tidak pemarah.
Ibu yang sering marah atau melampiaskan emosi negatif terhadap tingkah anak yang tidak sesuai dengan keinginan dan setiap kesalahan yang dilakukan anak akan berdampak dan menciptakan ketidakbahagiaan pada jiwa anak.
Anak akan merasa tersiksa dengan keadaan dan situasi yang tidak menyenangkan. Tingkah ibu yang gampang marah bahkan untuk hal sepele akan membuat anak tidak bahagia tinggal di dalam rumahnya. Anak juga bisa mengalami rasa putus asa dan kecewa.Rasa ini bukan saja dialami oleh para ibu, namun juga bisa terjadi pada diri anak.
Begitu juga amarah, anak pun bisa sangat sedih, kecewa dan marah jika berhadapan dengan ibu yang sangat mudah marah. Sejatinya anak menginginkan ibunya adalah sosok pelindungnya dan tempat ternyaman yang dia milki di dunia ini.
Apa Itu Marah
Marah adalah emosi yang diwujudkan dalam sebuah bentuk kekesalan. Marah merupakan efek dari sebuah keadaan yang tidak kita harapkan terjadi karena sebuah perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Biasanya disertai dengan keadaan yang merugikan, sehingga kita sangat ingin meperbaiki keadaan yang membuat kita menjadi marah.
Sebagai seorang ibu, saya pun kerap kali dilanda perasaan marah terhadap anak-anak, karena polah mereka yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Rasa marah dan jengkel terkadang saya luapkan kepada anak-anak agar mereka mengerti hal yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan dan apa yang boleh mereka lakukan.
Kaji Ulang Hal Pemicu Kemarahan pada Anak
Banyak sekali hal yang dapat memicu dan membangkitkan rasa amarah kita pada anak. Segala hal yang dilakukan anak jika tidak berkenan di diri orangtua pasti akan menimbulkan amarah. Ibu yang sehari-harinya banyak berinteraksi dengan anak menyebabkan sosok ibu menjadi seseorang lebih banyak instensitas marahnya pada anak dibandingkan ayah. Ini umumnya, ya, tapi ada juga kasus , walau ayah jarang bertemu dengan anak namun intensitas marahnya melebihi seorang ibu.
Sebelum kita masuk kepada cara menjadi ibu yang tidak pemarah, yuk kita coba kaji 2 hal ini:
Introspeksi terhadap Level Kemarahan
Coba klarifikasi dan kaji ulang penyebab kemarahan kita terhadap perilaku anak? Apa yang menyebabkan kita marah? Anak menumpahkan air di lantai? Anak menaburkan beras ke dalam air?Anak sulit makan?Anak tidak mau belajar? Anak membangkang? anak tidak menuruti perintah kita?
Apa lagi? Coba kita pikirkan! Diantara deretan list penyebab kemarahan kita pada anak pasti ada level tingkatan pada perilaku anak yang seperti apa yang bisa menyebabkan kemarahan. Level tingkatan marah yang bagaimana yang bisa kita luapkan pada satu kasus, apakah kita harus marah besar, marah biasa sampai pada hal bahwa sebenarnya kita tidak perlu marah dalam menghadapi perilaku anak yang kita nilai tidak layak dilakukan.
Saya sendiri ketika habis meluapkan emosi, mencoba introspeksi diri setelahnya terhadap apa yang sudah saya lakukan pada anak. Berpikir dan merenung apakah iya, saya harus bertindak seperti tadi, sebegitu salahkah, si Adek atau si Teteh atau si Aa, sampai saya harus semarah itu. Biasanya setelah marah saya selalu melakukan muhasabah diri, introspeksi diri terhadap hal yang telah saya lakukan terhadap amarah yang sudah saya luapkan. Berpikir ulang apakah pantas antara kadar amarah yang telah saya luapkan dengan level kesalahan yang anak-anak perbuat.
Evaluasi dampaknya
Setelah introspeksi diri, perlu kiranya kita lakukan evaluasi. Apa hasil dari sikap emosi marah kita terhadapa perilaku anak sesudahnya? Apakah cara kita menasehati anak menimbulkan efek positif pada sikap dan perilaku anak sesudahnya? Atau malah sebaliknya, anak semakin membangkang pada kita.
Jika anak semakin membangkang bisa diartikan bahwa amarah yang kita keluarkan tidak tepat. Bukankah hakikatnya amarah yang kita luapkan pada anak memiliki niat dan bertujuan agar anak tidak mengulangi hal serupa. Selain itu juga amarah kita pada perilaku anak yang tidak sesuai memiliki tujuan untuk merubah perilaku anak, mendidik anak menjadi anak yang memiliki sikap baik dan juga bertanggung jawab sesuai harapan.
Untuk itu kita harus segera menyadari dan merubah pola pendidikan kita kepada anak. Usahakan tidak mudah menyikapi kesalahan anak dengan langsung memarahinya. berpikir sebijak mungkin tentang langkah yang kita ambil berupa kemarahan yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap anak. Alih-alih menginginkan kebaikan malah mendapatkan hal sebaliknya.
Cara menjadi Ibu yang Tidak Pemarah
Menjadi orang yang bisa menahan amarah dan mengelolanya dengan baik memang tidaklah mudah, apalagi jika kita tergolong orang yang memilki temperament tinggi. Sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit pusing. Namun dengan usaha dan ikhtiyar, insyaAllah segalanya bisa diatasi. Bismillah.
Ketika papmam menghadapi perilaku anak yang di luar keinginan kita, katakanlah memilkki anak yang nakal dan sulit diatur tunda dan janagn langsung marah, tahan diri dengan cara atur nafas, tarik nafas dan keluarkan secara berulang.Usahakan untuk menenangkan pikiran.
Ada beberapa tips dari para ahli tentang bagaimana cara menjadi ibu yang tidak pemarah alias tidak mudah marah kepada anak-anaknya. Bagaimana cara mengelola emosi kita agar tidak terluap secara berlebihan, agar anak menangkap aura positif ibunya adalah seorang yang sangat dia kagumi dan dia sayangi. Bukan sebaliknya. Sains bisa coba beberapa tips di bawah ini, saya pun sedang berusaha untuk terus menerapkannya.
1. Komunikasi
Biasakan melakukan komunikasi dengan anak sebelum kita langsung memarahi anak. Misal dalam sebuah kasus anak ikut ke pengajian, di tempat pengajian anak melakukan keributan, lari ke sana ke mari sampai membuat orang di sekitarnya pun tersulut emosi. Anda pun akan terpancing untuk marah, namun yang perlu diingat, sudahkah anda melakukan komunikasi kepada anak semacam sebuah arahan dan perjanjian sebelum berangkat ke tempat pengajian?
Biasanya anak yang telah dibekali sebelumnya dengan arahan agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan, akan berusaha mengingat, memahami dan mematuhi permmintaan ibunya. Ibunya telah terbiasa mengajak anaknya berkomunikasi dalam hal ini. Anak pun diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan bisa diajak komunikasi untuk mematuhi peraturan. Pendidikan karakter berawal dari rumah.
2. Pahami Bahwa Anak adalah Anugerah
Mengingat sebuah hakikat sesuatu biasanya membuat hati dan kepala kita menjadi dingin. Sama halnya dengan anak, ketika emosi kita tersulut oleh kelakuan anak yang tidak menyenangkan, cobalah ajak diri kita berdiskusi sekaligus mengingatkan, bahwa anak semata-mata merupakan titipan dari Allah, anak merupakan amanah yang harus kita jaga betul-betul.
Allah menhadirkan sosok anak untuk kita mengandung banyak hikmah yang tersirat dan tersurat. Keberadaan anak merupakan ujian bagi kita, entah anak kita dalam keadaan penurut atau pun pembangkang, keduanya mendatangkan ujian tersendiri.
Memiliki anak yang agak sulit diatur merupakan ujian bagi kesabaran. Pahamilah bahwa Allah sedang menggembleng diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dengan menyadari hal ini, semoga hati dan pikiran kita bisa lebih bijak menyadari segala kekurangan anak, sehingga emosi pun bisa kita bendung.
Anak juga merupakan tabungan amal jariyah kita, kelak akan membantu pemberat amal baik kita untuk mendapatkan jannahnya Allah. Anak yang akan menambah aliran pahala dan yang akan memperingan dosa-dosa kita melalui doa' yang dipanjatkan untuk kita.
3. Iringi Usaha dengan Do'a
Jangan berhenti untuk terus mendo'akan Anak agar menjadi anak yang qurrata'ayun, atau penyejuk keluarga. Bantu usaha-usaha kita dengan do'a sehingga pengharapan kita linier dengan usaha yang kita lakukan. Semoga kita bisa menjadi ibu yang baik buat anak-anak kita, dan anak-anak kita bisa menjadi kebanggaan dan penyejuk bagi kita.
4. Bekali Diri dengan Ilmu Parenting
Banyak belajar tentang ilmu parenting melalui berbagai media. Bisa lewat media sosial seperti youtube, Facebook, instagram ataupun grup parenting yang banyak ditawarkan lewat Whats App. Bisa juga datang langsung ke seminar-seminar yang diadakan oleh sebuah lembaga lewat kajian online maupun offline.
Membekali diri dengan ilmu parenting diharapkan bisa membuka wawasan kita tentang dunia anak dan mengerti tips dan trik jitu dalam mengahadapi masalah tentang anak. Diharapkan kita memahami tugas dan fungsi kita sebagai seorang ibu dan juga orang tua, pengayom, pelindung dan tauladan bagi anak.
5. Mencari Pergaulan yang Baik dan Ciptakan Bahagia
Bergaul dengan teman yang memiliki visi yang sama dengan kita tentang anak, akan memberikan masukan yang positif pada diri kita. Bergaul dengan teman yang perduli tentang tumbuh kembang anak memberikan wawasan tambahan pada kita. Hal ini akan memberikan dampak kita ingin belajar terus tentang berbagaihal.
Pergaulan yang baik akan mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi salah satu pemacu pada kesehatan mental. Mental yang sehat akan membentuk pribadi yang tenang dan tidak mudah tersulut amarah.
6. Sibukkan Diri dengan Hal yang Positif dan membahagiakan
Mencari kegiatan yang positif dan membahagiakan juga merupakan faktor penunjang dan menjadi salah satu cara menjadi ibu yang tidak pemarah. Siapkan diri dengan penuh kebahagiaan, maka orang-orang sekelilingnu akan terkena aura kebahagiaanmu, begitu pun dengan anak-anak.
Kenali diri kita, apa mau kita, apa kesenangan kita, setelah ketemu lakukan dengan senang hati dan riang gembira. Ciptakan suasana hati bahagia, maka akan berdampak baik bagi semua hal yang berkaitan dengan kita wahai para ibu.
7. Menganggap Anak Sebagai Sosok yang Lucu
Tanamkan dalam hati dan diri kita, bahwa anak kita merupakan kebahagiaan kita. Dia adalah sosoklucu yang menemani kita sehari-hari. Dia hadir sebagai keinginan kita dan hasil buah cinta kita dengan pasangan. Anggap anak sebagai bayi yang terus akan terlihat lucu.
Pahami bahwa apa yang dilakukan anak karena ketidak tahuannya, karena dia adalah sosok kecil yang memang perlu kita bina terus menerus. Lihat dia selalu sebagai sosok bayi yang lucu. Semoga dengan begini hati kita terus terhibur dan mampu membendung luapan amarah sekalipun.
8. Bekali Diri dengan Ilmu Agama
Ilmu agama mampu menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat setiap manusia. Ilmu agama membimbing manusia untuk tetap berjalan pada koridor yang tepat. Ilmu agama bisa membimbing kita menjadi manusia yang bijak. Ibu yang bisa mengendalikan emosinya adalah ibu yang bijak dalam memberlakukan anak-anaknya.
Mengendalikan amarah bukan hal yang mudah, namun dengan bekal ilmu agama sedikit banyak bisa menjadi pengontrol diri.
***
Sedikit bercerita untuk semua Sains. Kisah ini saya dapatkan dalam sebuah kajian parenting yang disampaikan oleh Ustadz. Salim Hilali yang mengusung tema tentang "Controlling Emotions in Educating Children" semoga bisa menjadi tips agar tidak mudah marah pada anak dengan kata-kata yang tak pantas diucapkan, namun menggantinya dengan ucapan baik.
Seorang ibu tengah bersiap-siap dalam sebuah perhelatan yang akan digelar di
kediamannya. Dia merapikan dan menata makanan dengan rapih dan cantik, sehingga
tata letaknya terlihat pantas dan pas sebagai suguhan para tetamu yang akan
datang.
Tiba-tiba datang bocah kecil menjinjing sebuah ember yang berisi pasir, dan
dengan isengnya sang anak menaburkan pasir ke atas makanan yang sedari tadi dia
tata dan rapihkan.
Sontak si ibu yang melihat kejadian ini langsung kaget. Kesal, jengkel,
geram, emosi, semua bercampur menjadi satu. Namun apalah daya nasi sudah
menjadi bubur makanan sudah tertaburi pasir.
Sang ibu berusaha menahan amarahnya, menahan mulutnya untuk tidak
mengeluarkan kata-kata kasar. Karena dia paham efek ucapan buruk dari seorang
ibu kepada anaknya akan berakibat fatal.
Sang ibu menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri. Ingin tahu apa
yang ibu ini ucapkan? Ya Allahu ya Rabb semoga Allah menjadikan kamu
seorang Imam Masjidil Haram. Sembari tentunya hatinya begitu sedih dan geram.
Namun dengan sekuat tenaga wanita ini menahan mengeluarkan kata-kata buruk dan
menggantinya dengan sebuah do'a. Dia paham ucapan seorang ibu adalah do'a yang
sangat mustajab bagi anak-anaknya.
Apa yang terjadi dari hikmah kisah ini? Sang anak yang kini sudah beranjak
dewasa menduduki jabatan sebagai Imam Masjidil haram. Doa sang ibu saat itu
terkabul dan didengar Allah maha besar.
Sampai saat ini sudah berjalan 40 tahun sang anak tersebut menempati
posisi sebagai imam besar Masjidil Haram Makkah. MasyaAllahu tabarakallahu.
Siapakah sang anak tersebut? Beliau adalah syeikh Abdurrahman as-Sudaish.
Inilah kisah dari seorang Syeikh besar Abdurrahman as-Sudaish. Imam
Masjidil Haram yang sampai saat ini masih diberi anugerah umur panjang dan
masih terus bisa kita dengan suara merdunya dalma melantunkan ayat suci
Al-qur'an di masjidil haram makkan. Hafidzahullahu ya Syeikh habibana.
Demikianlah Sains, kisah ini menjadi cambuk bagi saya untuk memperbaiki akhlak saya sebagai seorang ibu. Kisah ini membuat saya selalu berhati-hati dalam berucap. Keadaan ibu di atas dalam keadaan terdzalimi oleh kelakuan putranya yang di luar kendalinya, namun kemampuan beliau dalam menahan amarah negatif dan mengubah menjadi emosi positif berdampak baik pada kehidupan anaknya saat ini.
Ucapan ibu yang positif akan membawa berkah pada kehidupan anak tercintanya. Wahai para ibu, bukankan ini yang kita harapkan untuk kehidupan anak-anak kita. Menyalurkan emosi lewat do'a dan harapan baik adalah jalan penyaluran emosi yang sangat bermanfaat.
Do'a ibu adalah miracle bagi kehidupan anak-anaknya. Anak berbahagia orangtua pun akan lebih merasa bahagia, terutama sang ibu yang merupakan sosok yang mengandung dan melahirkan. Semoga 8 cara menjadi ibu yang tidak pemarah bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya pribadi.
Yuk kita sama-sama memetik hikmah dari cerita di atas. Semangat berjuang terus untuk menjadi ibu yang baik dan dambaan para anak. Semoga kita terus dikasih kekuatan. aamiin. Salam parenting.