Kriiiing ... kriiiing ... alarm jam wecker di kamar Salma berdering dengan nyaringnya, berkali kali berbunyi dan terus menerus membangunkan sang empunya. Lajang muda ini memang sangat senang menggunakan barang-barang versi jadoel, seperti jam weckernya yang berdering dan berbentuk kuno ini, merupakan peninggalan neneknya yang keturunan Belanda dan senang mengoleksi barang-barang antik.
Salma bergerak dan meraih jam yang dia set pagi ini di pukul 5.00. Malam tadi dia pulang sangat larut, jadi sebelum tidur dia sudah terlebih dahulu menuntaskan tugas akhir untuk menghadap Rabbnya. Ya,...dia melakukan salat malam, bukan tahajud.
Tubuhnya kali ini terasa sedikit berat. Mungkin ini dikarenakan diagnosa penyakitnya yang tergolong langka yang konon bisa menyebabkan badan cepat letih. Salma mencoba untuk duduk terlebih dahulu. Berdo'a di pinggir tempat tidur. Kebiasaan yang tidak pernah lepas dia lakukan. Terbiasa dilakukan sejak dia Menginjak usia 5 tahun. Kebiasaan di sekolah Taman kanak-Kanak Islam yang ditanamkan kala itu membekas sampai dia masuk ke usia dewasa. Masyaallah. Dampak Pendidikan sejak usia dini memang berpengaruh besar terhadap perkembangan seseorang.
Salma mengusap wajahnya dan tak lama gawai di sampingnya berbunyi, ditengok layarnya, tertera tulisan "mom".
Arrggh momi ... pasti ingin bertanya, kapan dia segera berangkat untuk menuntaskan pengobatan penyakit yang tengah dideritanya. Penyakit ini sebenarnya tidak terlalu berefek untuk saat ini. Dan Salma pun merasa baik-baik saja. Namun, memang terkadang dia merasa letih yang teramat sangat jika berkegiatan terlampau berat. Dan pemulihannya butuh waktu 3 hari sampai seminggu untuk benar-benar kembali pulih dan segar. Itu pun harus tidur berjam-jam untuk memulihkannya.
"Hai, Mom, assalamualaikum, apa kabar?"
"Alhamdulillah baik Mey, kamu sudah makan, Nak? Ko wajahmu kelihatan pucat? Kurang tidur, ya? Habis ikut kegiatan apa?" Mami memulai percakapan hari ini dengan berondongan pertanyaan, seperti biasa, dan memang selalunya begitu. Dan seperti biasa masih saja memanggil aku dengan panggilan kecil. Mey!
"Arggh,...Mom, aku sehat, kook, enggak kenapa-kenapa, capek itu, kan, hal biasa yang dialami semua orang. Baru bangun, nih, pastinya belum makan, donk. Lagian Momi teleponnya pagi-pagi amat, sih?" Salma menjelaskan dengan nada lembut pada mominya. Momi yang dia cintai teramat sangat, dan begitu mengkhawatirkannya.
"Kamu harus ekstra jaga kesehatanmu, sayang, Momi khawatir autoimun mu bisa aktif lagi kalo kamu terlampau capek dan tidak memperhatikan kesehatanmu. Jaga dirimu baik-baik. Momi, kan ga bisa selalu nemenin kamu terus!" Mami memastikan ucapannya didengar secara seksama oleh Salma.
"Okay, siap, bos, tenang aja, Mey pasti jaga diri, kok, Mom. Dah dulu, ya, Mey harus berangkat pagi, nih, hari ini ada bimbingan sama Pa Mukhtar. Beliau orang sibuk, Mom, nanti bakal susah lagi untuk bertemu beliau kalau enggak hari ini."
"Ok, Mey, but be careful and take your self, okay! Assalamu'alaikum," momi menutup pembicaraan dan juga pesan berulangnya pada Salma sembari memberikan isyarat kiss bye.
"Okay, Mom, thankyou sooooow much, wa'alaikumussalam," Salma pun langsung beranjak bergegas untuk salat subuh, mandi dan berpakaian. Cepat-cepat berangkat ke kampus untuk memenuhi janjinya dengan Pa Muukhtar. Salah satu dosen mata kuliah geodesi yang terkenal killer.
***
Di meja makan sudah tersedia sarapan untuk Salma yang disediakan oleh Bi Oca. Sandwich tuna plus susu, sarapan kesukaan Salma. Langsung Salma menyantapnya. Cepat sekali selesainya. Dalam waktu 10 menit saja.
Setengah berlari Salma menuju garasi dan berteriak "Bi Oca, aku berangkat, ya,...Assalamu'alaikum!"
Bi Oca yang lagi nyikat kamar mandi pun ikut berteriak menimpali "Iya,...Neng, ti ati ya!"
Terdengar derum mobil keluar dari garasi, melaju cepat mengarah ke rumah dua sejoli yang selalu menemani Salma kemanapun, Hajar dan Dania. Rumah Salma dan kedua sobatnya ini memang satu komplek dan hanya beda gang saja.
Sahabatnya ini sudah menanti dengan setia di depan rumah masing-masing. Mobil Salma pun langsung melaju ke kampus. Setengah perjalanan menuju kampus, tiba-tiba Salma merasa ada keanehan yang terjadi pada dirinya, seperti ada aliran segar yang mengalir dari hidungnya.
"Salma, ... Kok, hidung kamu berdarah?!" Dania tiba-tiba teriak dan sedikit histeris.
"Ya Allah...Sal, Berhenti dulu, minggir,...minggir!"
Hajar memperingati. Salma pun akhirnya memarkirkan mobilnya mengarah ke pinggir jalan, lalu menutup aliran darah yang mengocor dari hidungnya dengan tissu yang berhasil di sambarnya dari dashboard mobil. Dania keluar mobil dan berinisiatif untuk bertukar tempat dengan Salma. Kali ini dia merasa harus dia yang membawa mobil.
Salma bergerak ke luar dari mobilnya dan menuju jok belakang, duduk bersebelahan bersama Hajar. Hajar berusaha menolong Salma.
" Gimana, nih, kita balik pulang, atau ke rumah sakit?" tanya Dania.
"Terus saja ke kampus, aku tidak ingin kehilangan moment konsultasi dengan Pa Mukhtar!" Salma menimpali.
"Ya ampuun, say, jangan, lah, liat, dong kondisi kamu sekarang, sepertinya kamu butuh istirahat, jangan terlalu diforsir, ah!" Dania menimpali.
"Please,...tolong aku Dania, bawa aku ke kampus saja. Ini cuma mimisan biasa, gak berarti apa-apa. Aku pun baik-baik saja, kok. Aku maksa, nih!" timpal Salma dengan tegas.
Hajar hanya bisa terdiam menyaksikan keteguhan sahabatnya ini. Akhirnya Dania pun mengalah, dan mereka akhirnya melanjutkan perjalanan ke kampus. Hajar di jok belakang, berusaha membalurkan minyak kayu putih ke tubuh Salma.
"Salma, kamu serius pingin tetap ngampus?" Hajar mencoba memastikan keinginan Salma. Dan Salma mengangguklan kepalanya tanda dia tetap bersikeras.
***
"Gimana, hasil konsultasi dengan Pa Mukhtar, ga ada masalah, kan?" Hajar memburu dengan bertanya, ketika melihat Salma keluar dari ruangan Pa Mukhtar.
"Alhamdulillah, progress 2 ku sudah di ACC oleh beliau, aku bisa lanjut ke progress 3." tukas Salma menganggapi pertanyaan Hajar, dengan nada riang, dan memberi isyarat merentangkan tangan hendak memeluk Hajar.
"Yeaay, alhamdulillah. Syukurlah, aku ikut bahagia."mereka bertiga bersorak kegirangan saling berpelukan. Namun tiba-tiba ada hal aneh pad tubuh Salma. Tiba-tiba hajar dan Dania merasakan tubuh Salma yang lunglai, tak bertenaga dan nyaris jatuh. Sontak keduanya kaget dan berteriak.
"Ya Allah... Salma ... Salma ...tolong...tolong...gaes tolong gaes, cepat ambilkan kursi roda di klinik kampus." Hajar berteriak sembari menopang badan Salma yang lunglai terjatuh, sementara Dania pun, menahannya.
Satpam kampus membawa kursi roda, dan akhirnya dua sahabat Salma membawanya ke dalam mobil, Dania dan Hajar mendorong kursi roda yang diduduki Salma dengan perasaan gundah, segala rasa berkecamuk di dalam kepala keduanya. Ada tumpukan khawatir bergelayut. Dania menangis, Hajar pun terlihat memerah mukanya. khawatir. Mereka membawa Salma ke rumah sakit terdekat, dengan sejuta kecamuk rasa khawatir di hati.
Dania membawa kereta beroda empat itu secepat kilat dengan rasa gundah gulana, sementara Hajar memangku Salma yang sedang tak sadarkan diri. Dadanya berdegup kencang, sekencang lesatan mobil yang dibawa Dania.
Kok aku punya firasat enggak enak, ya, sama bab selanjutnya, heuehu. Pun, ini aku baru sadar nih korelasi judul sama isi cerita yang mungkin punya sad ending. :"
BalasHapus