Psikologi agama merupakan pembelajaran penting yang harus dipahami oleh setiap insan jika dia ingin benar-benar memahami hakikat jati dirinya sebagai manusia. Hakikatnya psikologi agama secara aplikatif berkaitan dengan tiga ranah petensi dalam diri manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut akan berdampak pada kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu.
Dalam konsep psikologi Islam, bagaimana penjabaran dari ketiga ranah tersebut? Yuk baca terus penjabaran berikut ini, mari kita urai dan kaji satu persatu tentang pengertian dan definisi psikologi, definisi agama, fitrah manusia dan hal yang terkait lainnya menurut penjabaran para tokoh Psikologi Islam. Semoga pemahaman yang utuh dalam hal ini akan mengantarkan kita menjadi seseorang yang memiliki kematangan dalam beragama.
Latar Belakang Permasalahan dalam Psikologi Agama
Manusia dilahirkan ke dunia ini dengan membawa fitrah, sebagai bekal dirinya untuk menjalani kehidupan. Fitrah memiliki banyak makna yang berbeda, tergantung sisi pandang yang menyertainya. Namun secara global fitrah diartikan sebagai potensi yang dibawa dari sejak lahir. Potensi sendiri berasal dari Bahasa latin Potentia yang artinya kemampuan. Dalam kamus ensiklopedi fitrah diartikan sebagai kemampuan yang masih dapat berkembang.
Fitrah yang dibawa oleh manusia bersifat suci. Dengan fitrah itulah manusia mampu mengemban tugasnya sebagai seorang khalifah, menjalankan titah suci dari Tuhan yang maha Esa sebagai penciptanya. Sesuai dengan yang tertera dalam Al-Quran sura ar-Ruum ayat 30:
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang beragama. Abdul Aziz menerangkan Manusia menjalankan kehidupannya melalui keyakinan adanya Tuhan. Hal ini diperoleh dari penjabaran yang dijelaskan dalam kitab suci. Ayat di atas menegaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang membutuhkan petunjuk berupa agama.
Agama dan Manusia
Harun Nasution menjabarkan bahwa Agama merupakan ikatan suci yang tanggungjawabnya diperuntukkan pada sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa. Dzat yang ghaib, yang keberadaannya tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun pengaruhnya sangat luar biasa.
Ramayulis menyatakan bahwa manusia yang memiliki pengetahuan agama yang matang maka akan memiliki kepribadian yang matang. Sebagaimana dijelaskan juga oleh Koswara bahwa Konsep beragama yang dijelaskan berdasar konsep psikologi Islam bahwasannya aplikasi agama pada diri seseorang meliputi seluruh aspek yang ada dalam dirinya.
Kemampuan dan kemauan untuk memperkaya pengetahuan agama yang timbul dalam diri manusia masuk ke dalam aspek kognitif. Cerminan kepribadian yang ditunjukkan oleh seorang yang memiliki ilmu termasuk dalam ranah afektif. Setelah dia memiliki pengetahuan soal agamanya maka hal yang berkaitan tentang kesadaran menjalankan aturan dalam agama masuk dalam aspek psikomotor.
Selain aspek-aspek tersebut yang bisa mempengaruhi kematangan dalam jiwa keagamaan seseorang, ada dua faktor penyerta yang juga sangat berpengaruh dalam membentuk jiwa keagamaan seseorang,diantaranya yaitu:
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
Hakikat Psikologi Agama
Makna Psikologi
Istilah psikologi agama mungkin tidak asing bagi sebagian kita. Namun perlu kiraya kita gali pengertian istilah psikologi agama dari sisi kajian kata atau etimologi dan juga kajian bahasa atau etimologi.
Dari beberapa referensi ditemukan beberapa penjelasan yang terkait dengan dua kata ini. Secara etimologi, psikologi biasa disebut juga dengan Ilmu Jiwa. Psiko berarti jiwa dan logos berarti ilmu.
Sedangkan dari sisi terminologi, psikologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan manusia yang berhubungan dengan lingkungannya.
Ilmu Jiwa / Psikologi adalah cabang ranting dari ilmu filsafat. Ranah keilmuan ini mempelajari tentang gejala kejiwaan secara umum yang melingkupi pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi).
Makna Agama
Agama jika ditinjau dari sudut kata atau etimologi. Menurut Harun Nasution ada beberapa penjabaran yang bisa diungkap dari makna agama secara etimologi, diantaranya yaitu:
- Al-Din dalam bahassa Semit artinya undang-undang, dalam Bahasa Arab artinya menguasai.
- Religi dalam Bahasa latin artinya mengumpulkan dan membaca.
- Agama terdiri dari dua suku kata yaitu “A” mengandung arti tidak dan gam mengandung arti pergi, jika keduanya dilebur mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau bisa juga diartikan menetap dan diwarisi secara turun temurun.
Agama ditinjau dari makna Terminologi. Harun Nasution menjabarkan bahwa Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini bentuknya adalah hal gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera tetapi memiliki andil yang besar terhadap kehidupan manusia. Agama merupakan sistem yang mengajarkan tata cara keimanan , ibadah dan hubungan sosial.
Muhammaddin menguraikan bahwa Asy-syahrastani dalam al-Milal wa an- Nihal merumuskan pengertian tentang agama pada hal-hal yang cenderung pada ketaatan dan wujud penghambaan, implementasinya pada sebuah pembalasan dan perhitungan ( amal perbuatan di akhirat).
Namun yang perlu kita garis bawahi dan maknai dengan penuh kesadaran bahwa agama adalah hal yang perlu kita yakini dengan hati dan pikiran serta kaidahnya kita laksanakan dengan tindakan, sehingga nantinya akan membekas secara positif pada tingkah laku kita sehari-hari.
Makna Psikologi Agama
Setelah kita mengupas tentang makna dari psikologi dan agama, selanjutnya akan kita urai pengertian tentang psikologi agama menurut beberapa pendapat ilmuwan yang mendalami bidang ini. Pengertian psikologi agama menurut para ahli diantaranya adalah:
1. Robert H Thoules: Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan menerapkan psinsip psikologi secara umum.
2. Zakiah Daradjat: Psikologi agama merupakan kajian ilmu yang mempelajari kehidupan beragama seseorang dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, pemikiran dan sikap hidup. Psikologi agama merupakan kajian empiris yang mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan tahap perkembangan di setiap tingkat usia.
Menurut Profesor Zakiah Daradjat, para ahli dalam menetapkan definisi tentang ilmu jiwa agama harus harus mencakup segala hal yang dikaitkan dengan aturan dan kaidah yang ada dalam agama. Untuk itu makna dari psikologi agama sampai saat ini masih terus dikembangkan.
Ruang lingkup Psikologi Agama
Setelah kita kaji makna dari psikologi agama, perlu dipahami juga apa saja ruang lingkup dalam psikologi agama? Zakiyah Daradjat menuturkan bahwa psikologi agama atau ilmu jiwa agama memiliki ruang lingkup ilmu jiwa yang berbeda dengan ilmu kejiwaan lainnya.
- Emosi yang dimiliki setiap individu berdampak pada kehidupan agama seseorang.
- Pengalaman atau kesan seorang hamba terhadap Tuhannya.
- Kepercayaan yang tertanam terhadap kehidupan setelah kematian (kehidupan akhirat).
- Seorang hamba menyadari sikap dan akhlaknya dalam kehidupan yang dia jalani.
- Dampak adanya ketenangan batin karena penghayatan terhadap ayat-ayat dalam kitab suci.
Cara manusia berpikir, bertingkah laku, berekspresi tidak bisa keluar dari apa yang menjadi keyakinannya. Sesuatu yang menjadi pegangan dan keyakinan, akan mempengaruhi bentukan bangunan perilaku seseorang. Akhlak yang tercermin dari diri seseorang merupakan pengamalan dari ilmu yang dimiliki dirinya
Menurut Zakiah Daradjat psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness), yaitu kesadaran diri yang dapat dirasakan oleh pikiran dan hati dalam melaksanakan kaidah dalam beragama. Psikologi agama juga membahas tentang pengalaman agama (religious experience), yaitu ketika pikiran dan hati kita telah sadar dalam melaksanakan kaidah beragama, hati dan perasaan kita juga membenarkan apa yang sudah kita amalkan.
Lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran agama serta segala bentuk pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan. Manusia berpikir, bersikap, bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinan yang dianutnya, karena keyakinan akan berdampak pada pembentukan kepribadian seseorang.
Psikologi agama tidak mengkaji masalah yang abstrak seperti konsep ke-Tuhanan atau hakikat kebenaran surga dan neraka, kebenaran suatu agama atau kitab suci yang menyertainya. Namun, psikologi agama diharapkan dapat membantu manusia lebih memahami jati diri mereka sesungguhnya dan membantu mereka untuk lebih cinta pada agama yang mereka anut. Membentuk manusia memiliki karakter yang baik.
Kesimpulan
Dengan psikologi agama diharapkan setiap manusia mampu memahami hakikat sejati dirinya, untuk apa dia hidup, bagaimana dia menjalani hidup, kemana akhir dari hidupnya. Dengan psikologi agama juga diharapkanyang memahami hakikat bahagia hidup sebagai hamba Allah. akan membentuk setiap insan menjadi hamba Have a barakah life. Salam Literasi
Referensi
Ahyadi, Abdul aziz. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru, 1991
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Daradjat, Zakiah. Peranan Agama dalam Keseshatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1971.
Guntur Cahaya Kesuma, konsep fitrah manusia perspektif pendidikan Islam, Jurnal Pengembangan Masyarakat.
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2012.
Koswara, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, 1991.
Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah. Vol.15, Nomor 1, Tahun 2013.
Nasution, Harun. Islam di Tinjau dari Beberapa Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1979.
Pamungkas, Pakhi. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Munib, Ahmad. Konsep fitrah dan Implikasinya terhadap Pendidikan. Jurnal Progres Volume 5, No. 2 Desember, 2017.
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Semarang: Pustaka rizki putra, 2012.
Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Yusuf, Samsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.