Tampilkan postingan dengan label Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan

Cara Menangani Anak Autis di Sekolah

Jumat, 09 Juni 2023

Data yang disajikan dalam buku "Tips Menangani Siswa yang Berkebutuhan Khusus" menerangkan bahwa anak dengan gangguan autis terus bertambah dari tahun ke tahun. di negara Kanada dan Jepang prosentase pertumbuhan penderita autis berkembang sebanyak 40% sejak tahun 1980. 


Bahkan sejak tahun 2002 dinyatakan ada sekitar 9 kasus gangguan autis diderita anak perharinya. Begitupula di negara-negara maju lainnya seperti Amerika dan Inggris terjadi pertumbuhan angka yang signifikan pada penderita gangguan autis.


Indonesia sendiri menurut data yang didapat dari Departemen Kesehatan sejak tahun 2004 ada sekitar 7000 penderita autis setiap tahunnya. Data ini terus bertambah setiap tahunnya sebanyak 5%. Bisa dikatakan dari tahun 2004 sampai 2007 anak autis bertambah menjadi 8500 orang, bahkan terus meningkat hingga saat ini.


cara menangani anak autis di sekolah


Untuk itu mencari solusi tentang bagaimana cara menangani anak autis harus dipikirkan lebih terfokus lagi dan merupakan kebutuhan yang mendesak. Ketersediaan lembaga yang menangani gangguan autis pada anak juga perlu perhatian khusus. Artinya Tenaga yang mengerti cara menangani anak autis di sekolah maupun di rumah merupakan hal mendesak yang harus segera direalisasikan ketersediaannya.


Dengan adanya program pendidikan inklusi yang dicanangkan oleh pemerintah perlu kiranya sebagai praktisi pendidikan di jenjang apapun membekali diri dengan pengetahuan spesifikasi anak berkebutuhan khusus dan dalam kasus ini tentu saja perlu memahami juga bagaimana karakteristik dari anak autisme. 


Berhubung saya sebagai seorang praktisi pada Pendidikan Anak USia Dini, dalam artikel ini saya akan coba menyuguhkan artikel ringan tentang bagaimana cara mendidik dan membimbing anak autis pada usia dini di sekolah. Para praktisi PAUD tentu saja sebelumnya perlu kiranya membekali diri dengan pengetahuan tentang apa itu autism spectrum disorder seperti yang telah ditegaskan di atas.


Cara Menangani Anak Autis di Sekolah


Memahami bagaimana strategi pembelajaran yang tepat yang bisa diterapkan untuk anak penderita gangguan autis bagi para praktisi Pendidikan Anak USia Dini sangat diperlukan, mengingat biasanya ada saja setiap tahunnya anak dengan gangguan autisme ikut sekolah di sekolah reguler.


Hal ini memang dicanangkan oleh pemerintah dalam program pendidikan inklusif. Setiap sekolah diwajibkan untuk menerima 1 sampai 2 orang siswa yang memiliki kebutuhan khusus untuk bisa mengikuti kegiatan belajar bersama teman-teman lainnya.


Ada beberapa prinsip yang harus kita terapkan sebelum kita mulai memberikan pembelajaran pada anak autis agar upaya bimbingan dan layanan pendidikan dapat mencapai keberhasilan. Prinsip pembelajaran ini pun sangat baik juga tentunya jika diterapkan pada anak-anak umum lainnya. Namun ketika diterapkan pada siswa autis harus lebih intens, telaten dan berkesinambungan.  Beberapa Prinsip di bawah ini bisa para guru terapkan:


1. Prinsip Pembelajaran Konkret


Prinsip pembelajaran konkret adalah pembelajaran yang menyuguhkan obyek benda secara langsung agar anak mampu memahami hal yang sedang dipelajari karena bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan obyeknya. 


Misalnya dalam pembelajaran penjumlahan pada matematika, guru bisa menggunakan alat bantu batu-batuan, batang kayu atau benda lainnya yang tersedia di lingkungan sekitar. Hal ini dapat memudahkan anak untuk lebih memahami konsep penjumlahan bilangan. Anak mendapatkan bantuan dari benda konkret atau nyata di sekitarnya.


2. Prinsip Learning by Doing


Prinsip pembelajaran Learning by doing juga bisa diterapkan pada siswa autis. Misalnya ketika guru hendak mengajarkan dan mengenalkan aneka karakter baik, maka guru bisa langsung mengajak anak untuk mempraktikkannya pada kawan-kawannya langsung.


Menanamkan sikap pemurah, guru bisa mengajarkan untuk saling membantu temannya yang sedang kesusahan. Mengajak anak menengok orang yang sakit, membantu membereskan mainan dan lain sebagainya.


3. Prinsip Kefokusan Tatap Muka


Prinsip kefokusan tatap muka ini mutlak dilakukan ketika memberikan pembelajaran pada anak autis, karena biasanya, anak-anak dengan gangguan autis memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus pada suatu hal. Untuk itu diharapkan guru bisa mengusahakan anak menatap langsung wajahnya ketika memberikan instruksi.


Biasanya sulit dan  butuh ketelatenan dalam mengupayakan anak mampu menatap wajah sang guru, namun sebisa mungkin guru bisa mengarahkan anak untuk mampu memandang wajah ketika menerima pembelajaran. Hal ini bertujuan melatih dan membiasakan anak autis untuk fokus dan berkonsentrasi.


mengatasi autisme pada anak


4. Prinsip Kebebasan Terarah, Kedisiplinan dan Pemanfaatan Waktu Luang


Biasanya anak-anak dengan gangguan ASD atau autism spectrum disorder, sulit sekali berkonsentrasi dan fokus untuk melakukan satu kegiatan. Biasanya cenderung sesuka hati. Ketika anak mulai bosan guru bisa membebaskan anak terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan yang dia senangi ketika jenuh. Namun tetap mengarahkan pada kebaikan dan kedisiplinan.


Anak autis memiliki kebiasaan cenderung tidak bisa diam dan selalu ada saja kegiatan yang ingin dilakukan. Hal ini membuat dia memiliki jam istirahat yang kurang dan menyebabkan lupa waktu. Guru dalam hal ini harus mampu mengarahkan anak memanfaatkan waktu luang pada kegiatan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak.


5. Prinsip Cinta dan Pengarahan Perilaku Positif


Nah, prinsip yangs satu ini juga sangat penting dimiliki oleh para guru yang menangani anak dengan gangguan autis. Meski tentu saja rasa cinta dan kasih sayang harus diterapkan pada semua siswa. Namun bagi anak-anak autis, para guru harus menyisihkan porsi sabar, cinta, telaten, ramah dengan porsi yang lebih.


Anak autis membutuhkan perhatian khusus dan ekstra, karena mereka memiliki hambatan dalam berkonsentrasi yang menyebabkan gangguan pada semua aspek perkembangannya. Kesabaran dan ketelatenan serta perlakuan cinta sepenuh jiwa sangat penting untuk membantu anak autis kelak menjadi pribadi yang mandiri.


Selain itu anak autis juga memiliki ketidakstabilan pada emosinya. Diharapkan guru dapat mengontrol emosi anak dan mengarahkan pada perilaku terpuji. untuk itu guru harsu mampu melakukan identifikasi problem emosi apa yang dialami anak. Guru diharapkan mampu membangun anak menjadi pribadi yang penuh empati pada lingkungannya.


6. Prinsip Minat dan Bakat


Guru juga harus mampu menggali  potensi minat dan bakat anak. Sejatinya setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Begitupula dengan anak autis, mereka juga memiliki minat dan bakat yang berbeda. Perlu kejelian guru dalam hal ini. Untuk itu jangan kenal lelah ketika melakukan observasi pada anak demi menyelami keinginannya dan mengetahui minat bakatnya.


Strategi Pembelajaran untuk Anak Autis dan Penerapannya


Setelah kita mengetahui beberapa prinsip pembelajaran yang harus kita terapkan ketika menangani anak autis, kita juga perlu menentukan strategi pembelajaran yang tepat penerapannya dalam menangani anak dengan gangguan autis. 


Siswa autis yang cenderung tidak bisa berkonsentrasi dan fokus pada pembelajaran membuat kita para guru harus mengambil tindakan yang tepat ketika menghadapi siswa autis. Untuk itu diperlukan juga metode yang pas dalm memberikan pembelajaran pada anak autis. Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh para guru ketika siswa autis tidak bisa diam dan berkonsentrasi sebelum memulai sebuah pembelajaran. Beberapa hal tersebut diantaranya, yaitu:


Memberikan Kesibukan yang Terarah kepada Anak


Dalam hal ini guru harus jeli terhadap kesukaan anak. Anak autis juga layaknya seperti anak-anak normal lainnya. Mereka memiliki kecenderungan terhadap sesuatu. Sebagai guru kita bisa mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan yang dia sukai, misal jika anak memiliki kesenangan dalam hal melipat kita bisa memberikan dia kesempatan untuk melakukan kegiatan melipat, sehingga anak bisa duduk tenang karena melakukan kegiatan menyenangkan sekaligus mengajarkan anak keterampilan yang menyenangkan.


Atau kita juga bisa mengarahkan anak autis terhadap hal-hal yang disenangi masuk ke dalam konsep pembelajaran. Misal, seorag anak menyenangi permainan bola, kita bisa memberikan bola untuk dimainkan sambil sedikit-sedikit kita alihkan perhatian kepada pembelajaran yang sedang berlangsung.


Jika sedang belajar mengenal bumi kita bisa alihkan anak pada globe atau bola dunia. Sambil memegang dan memutar globe yang bak bola ini bentuknya, kita bisa juga mengajaknya berkomunikasi aktif mengenalkan negara-negara di seluruh dunia yang ditunjukkan dalam globe tersebut. Anak diminta menyebutkan nama negara yang sedang dia pegang atau menanyakan nama negara yang kita tunjuk, dan lain sebagainya.


Cara ini diharapkan dapat membantu anak autis yang tidak dapat duduk tenang di kelas menjadi fokus dan terpusat perhatiannya pada pembelajaran yang tengah berlangsung. Guru bisa menggunakannya sebagai cara untuk mengatasi anak autis.


bagaimana metode mengajar anak autis


Membiarkan Anak Berekspresi Melalui Menggambar dan Coretan


Baik anak autis ataupun anak normal lainnya, sebagaiannya ada yang menyenangi kegiatan menggambar atau corat-coret, bahkan kegiatan ini bisa dijadikan sarana untuk menaikkan mood belajar anak. 


Menggambar atau mencorat-coret di atas kertas atau media yang disediakan bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pelajaran. Menggambar dan corat-coret membuat sebuah sketsa diharapkan dapat mengalihkan kegiatan yang mengganggu atau tidak terarah kepada kegiatan yang lebih terarah dan terprogram. 


Bisa dijadikan sebagai salah satu teknik mensiasati gerakan atau keadaan anak autis yang seringkali sulit diatur dan terkadang ingin berbuat semaunya sendiri. Biasanya bila sering dilarang anak dengan gangguan autis seringkali marah dan berontak.


Memberikan Kesempatan untuk Mengeluarkan Energi


Anak autis biasanya memiliki energi yang berlebih bahkan terkesan tidak kenal capek. Dengan mengizinkan mereka berjalan-berjalan di sela pembelajaran sama saja memberikan ruang kepada mereka untuk rehat sejenak.


Sebagian siswa autis memerlukan kegiatan berjalan-jalan untuk memunculkan mood mereka ketika belajar. Menyalurkan energi yang berlebih yang dimiliki anak autis layaknya memberikan angin segar untuk menumbuhkan semangat berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Bisa dengan berjalan- jalan di dalam kelas, berlari atau pun di sekitar sekolah atau halaman kelas.


Bisa jadi kita juga memberikan kesempatan yang sama terhadap anak-anak normal lainnya untuk melakukan kegiatan berjaan-jalan di dalam kelas sekitar 10 menit agar anak-anak terbebas dari kejenuhan selama belajar.


Di dalam kegiatan selingan berjalan-jalan pun, guru bisa memasukkan unsur-unsur pembelajaran kepada anak. Pembelajaran yang diberikan bisa disesuaikan dengan pembelajaran yang tengah berlangsung saat itu. Mengajak anak untuk berdiskusi ringan sambil berjalan-jalan.


Membebaskan Anak Memilih Tempat Belajar yang Disukai


Posisi yang nyaman dan tempat yang disukai oleh anak akan membantu anak menyenangi proses pembelajaran yang akan dilalui. Khusus untuk anak autis, sekiranya guru bisa memberikan kebebasan untuk memilih tempat duduk kepada anak.


Kadang kala perlu juga disediakan semacam bangku goyang, atau bantalan warna warni di lantai jika sekiranya memang dibutuhkan karena anak menyenangi hal tersebut. Pemilihan tempat duduk yang disenangi anak diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi si anak ketika belajar. Hati anak senang proses pembelajaran pun akan berlangsung menyenangkan.


Nah beberapa cara dalam menangani anak autis di atas semoga bisa membantu para guru atau pun orang tua di rumah dalam menghadapi anak dengan gangguan autism spectrum disorder. Cara menangani anak autis di sekolah ini tentunya bisa disesuaikan dengan keadaan anak atau keadaan sekolah masing-masing.


Cara guru dalam menangani anak autis bisa dilakukan dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian. Perlu daya kreativitas tinggi, sabar dan gigih. Eksplorasi bisa dikembangkan melalui media-media yang ditemukan di lingkungan sekitar anak. Dari sebuah mainan yang disukai anak, guru atau orang tua bisa mengoptimalkan pengetahuan anak dengan menanyakan jenis warna, aneka bentuk, dan juga fungsi yang terdapat pada mainan atau benda kesukaan anak. So, semangat terus untuk mendidik. Selamat menerapkan. Salam pengasuhan.




Mengenali Faktor Penyebab Autisme, Yuk Cari Tahu!

Sabtu, 27 Mei 2023

Istilah autis, atau autisme, atau ASD yang merupakan singkatan dari Autisme Spectrum Disorder, menjadi istilah yang tak lagi asing didengar. Maraknya kasus autis yang berkembang di tengah masyarakat menjadikan familiar dan tidak asing lagi. Lalu, apakah autis itu ?


Leo Kanner seorang peneliti pertama yang mengangkat permasalahan tentang autis asal Amerika menjelaskan bahwa autisme merupakan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak, biasanya anak menyenangi kesendirian.


Sedangkan Chaplin memberikan definisi untuk autisme ini menjadi 3 bagian, yaitu cara berpikir yang dikendalikan menurut kebutuhan pribadi, menilai kehidupan di bumi ini menurut cara pandangnya sendiri, adanya keyakinan yang sangat ekstreem yang ditimbulkan dari pemikirannya sendiri. Adapun Ciri-ciri anak autis bisa dibaca dalam artikel Mengenal Ciri-ciri Autisme pada Anak.


Lantas apa faktor penyebab autisme yang terjadi pada seseorang? Banyak sekali argument yang berseliweran tentang apa penyebab autisme sesungguhnya. Para ahli dalam bidang ini menyatakan bahwa tidak ada yang mengetahui secara pasti penyebab tunggal tentang penyebab autisme. Namun, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu terjadinya gangguan autisme pada anak. Apa sajakah? yuk, kita cermati!


Bagi praktisi Pendidikan Anak Usia Dini penting kiranya mengetahui kriteria anak berkebutuhan khusus, agar kelak jika berhadapan dengan kasus yang mengharuskan terlibat dalam penanganan anak berkebutuhan khusus setidaknya sudah memiliki gambaran meski hanya sedikit.

faktor penyebab autisme



Faktor Penyebab Autisme pada Seseorang


Kita akan membahas faktor penyebab autisme dari beberapa sisi. Pertama kita akan membahas faktor penyebab autis dari sisi psikologis dan biologis. Faktor penyebab tersebut diantaranya:


A. Teori Berbasis Psikososial


Faktor psikososial merupakan permasalahan yang ditinjau dari kejiwaan dan kehidupan sosial seseorang. Para ahli autisme diantaranya Leo Kanner dan Bruno menjelaskan bahwasannya autisme bisa disebabkan karena adanya salah pengasuhan yang diberikan kepada anak. Pengasuhan yang tidak hangat dan cenderung kaku, tidak akrab, dingin, cuek, bisa dideteksi sebagai penyebab anak memiliki gangguan austistik. 

Artinya lingkungan sangat berpengaruh membentuk jiw seseorang. Begitupun dengan gangguan autisme pada anak bisa juga disebabkan oleh faktor pengasuhan yang salah dari kedua orang tuanya. namun faktor ini menurut para ahli dalam penelitian teranyar hanya menyumbangkan 17 % dari pemacu gangguan autisme ini.


B.  Teori  Berbasis Biologis


Jika diulas menurut  teori biologis ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemacu terjadinya gangguan autisme pada anak. Teori berbasis biologis ini yang akan menjawab pertanyaan apakah gangguan autisme disebabkan oleh faktor keturunan? Apakah autisme bawaan lahir? Apakah Autisme bersifat genetik. beberapa faktor yang berbasis teori biologis diantaranya, yaitu:


1. Faktor Genetik


Biasanya jika salah satu dari orang tua memiliki gangguan autisme maka bisa diturunkan pada anaknya. Adanya mutasi gen yang ratusan macam jumlahnya dan sangat sulit didiagnosis dalam ilmu kedokteran. Biasanya ada gen tertentu yang menyebabkan kerusakan pada sistem limbik. Nah, hal ini yang memperkuat adanya pernyataan bahwa gangguan autisme bisa disebabkan dari faktor keturunan atau genetik.


2. Faktor Kelahiran


Faktor kelahiran yang dimaksud adalah dari mulai proses kehamilan, proses persalinan dan juga setelah proses kelahiran. Perlu dicermati satu persatunya agar sekiranya kita bisa mengantisipasi sejak dini. Menjaga kondisi pada saat hamil, memilih tim medis yang sudah terpercaya juga menjadi langkah penting demi menjaga hal yang tidak diinginkan selama kehamilan dan proses kehamilan, demi menjaga kesehatan anak.


Saat Kehamilan


Disinyalir pendarahan pada kehamilan awal bisa menjadi faktor pemicu terjadinya gangguan autisme pada anak. Konsumsi obat-obatan yang tidak aman bagi janin, diutamakan obat-obatan penghilang depresi yang dikonsumsi oleh sang ibu. Adanya infeksi virus dan bakteri yang masuk dari binatang atau benda disekelilingnya bisa juga menjadi pemacu gangguan autisme.


Saat Persalinan


Adanya keterlambatan pada penanganan saat proses persalinan, misal bayi terjepit terlalu lama dipanggul ibu, dan adanya keterlambatan menangis juga disinyalir menjadi faktor pemicu adanya gangguan autisme.


Setelah Melahirkan


Adanya penyakit yang diderita bayi, kekuranganoksigen, gangguan pernapasan serta anemia juga menjadi faktor pemacu adanya gangguan autis pada anak. Usahakan asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang terus terpantau dan terjaga, demi memenuhi kebutuhan bayi.


3. Faktor Neuroanatomi


Faktor neuroanatomi ini berkaitan erat dengan perkembangan sel otak janin yang terjadi selama dalam kandungan. Faktor pencetusnya macam-macam, bisa jadi karena kekurangan oksigen, adanya pendarahan atau infeksi.


4. Faktor Biokimiawi


Faktor biokimiawi sangat erat kaitannya dengan perkembangan sel-sel pada janin. Kelainan cerebellum yaitu terlalu sedikitnya jumlah kandungan sel-sel purkinje yang memiliki kandungan serotinin yang tinggi. Ada kemungkinan juga tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah. Adanya kelainan struktur pada sel otak yang disebabkan oleh virus rubella, toxoplasma, bahkan keracunan makanan.


Keracunan logam berat, biasanya terjadi pada anak-anak yang tinggal di daerah pertambangan seperti batu bara, emas dan lainnya. Selain itu juga adanya gangguan pencernaan. Dari data yang diteliti ada 60 % penderita gangguan autisme mengalami sistem pencernaan yang kurang sempurna. Pemicu lainnya lagi adalah dikarenakan adanya gangguan  pada pendengaran dan penglihatan.


Demikianlah sekelumit tentang faktor penyebab autisme pada anak. Artikel ini hanya sekelumit membahas faktor penyebab gangguan autisme. Sesungguhnya penyebab pasti dari autisme ini belum diketahui secara pasti dalam dunia kedokteran. 


Faktor-faktor di atas merupakan pemicu saja. Permasalahan gangguan autis merupakan kasus yang kompleks. Data-data tentang kasus ini masih terus dilakukan penelitian lebih lanjut oleh para pakar. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Profesor haryadi, seorang guru besar di fakultas kedokteran Universitas Indonesia.


Lantas ketika kita telah mengetahui apa itu autisme dan faktor penyebab autisme, bagaimana cara menanggulangi dan menangani anak yang mengalami gangguan autisme? Apakah anak autisme bisa sembuh? Apakah anak berkebutuhan khusus tipe ini bisa hidup semestinya? Apa terapi yang tepat untuk anak dengan gangguan Autisme Spectrum Disorder ASD. Stay tune terus, ya, insyaallahu di artikel selanjutnya akan saya posting artikel tentang bagaimana cara mengatasi anak autisme. Keep healthy and always happy.



Referensi


Artikel ini disarikan dari seminar tentang Autisme Spectrum Disorder yang disampaikan oleh Profesor. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K)


Disarikan dari buku tentang Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus (Ragam Sifat dan Karakter Siswa "Spesial" dan Cara Menanganinya, karya Bambang Putranto, S.Pd.


Disarikan dari buku Penatalaksanaan Holistik Autisme yang ditulis oleh Sutadi Rudi, Bawazir LA  Tanjung Nia dan Adeline Rina (2003)


Mengenal Ciri-ciri Autisme Pada Anak

Sabtu, 20 Mei 2023
Siang itu diskusi berjalan sangat kondusif. Para mahasiswa antusias dalam memberikan pertanyaan pada materi pembahasan siang itu, yaitu  permasalahan autisme pada anak. Banyak orang yang masih belum mengenal apa itu autisme. Bahkan bukan tidak mungkin ketika sudah diterangkan dengan panjang lebar, gambaran utuh tentang autisme ini juga belum didapat.

autisme pada anak


Banyak hal yang memerlukan contoh konkret agar kita bisa mengerti sesuatu, termasuk permasalahan autisme pada anak. Sebenarnya agar mendapatkan gambaran yang jelas, perlu kiranya berhadapan dengan anak autisme secara langsung agar lebih mudah memahami kondisi autisme yang terjadi pada anak.

Para mahasiswa yag notabene merupakan praktisi Pendidikan Anak Usia Dini mendapatkan pembekalan tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, yang notabene dimasukkan dalam mata kuliah di program study  PIAUD. Nah, dari sekian banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, jenis autisme paling sering mereka jumpai di sekolah tempat mereka mengajar.

Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan sekolah tempat mereka mengajar merupakan sekolah reguler yang diperuntukkan untuk anak-anak reguler. Anak autisme memiliki ciri-ciri fisik hampir menyamai anak normal pada umumnya. 

Program pendidikan inklusi yang mengharuskan sekolah reguler menyediakan kuota 1 sampai 2 orang  anak yang memiliki kebutuhan khusus, agar bisa ikut mengenyam pendidikan bersama anak-anak normal lainnya. Hal ini bertujuan agar anak-anak yang memiliki kelebihan dan kekurangan diharapkan bisa saling melengkapi.

Alasan inilah yang menjadikan para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus jenis autis, tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah reguler. Mereka ingin anaknya mendapatkan kesempatan langsung untuk berinteraksi bersama anak-anak normallainnya. Karena jika ditilik dari tampilan fisik mereka tidak memiliki kekurangan anggota gerak tubuh atau indra yang lainnya. Semua berfungsi normal, namun ada sedikitgangguan di sistem syaraf otak. 

Bahkan tak jarang banyak juga orang tua yang tidak memahami keadaan anak mereka jika terkena gangguan autisme. Untuk itu Minsnita di sini akan mencoba memberikan tips mudah untuk mengenali ciri-ciri anak yang memiliki gangguan autisme.

Secara umum ciri-ciri anak yang memiliki gangguan autis memiliki gangguan pada 2 faktor, yaitu ganguan interaksi dan komunikasi sosial dan juga adanya perilaku berulang yang dilakukan secara tidak wajar. Namun seringkali orang tua salah megartikan kondisi anak yang terlihat memiliki ciri seperti yang disebutkan di atas. Untuk itu, yuk kita simak penjelasan dari ahlinya.

Ciri Autisme pada Anak


Apa saja, sih, ciri autisme pada, agar tidak menimbulkan asumsi yang rancu? Saya akan mengutip perkataan dari Profesor Hardiono seorang guru besar Universitas Indonesia yang menekuni permasalahan anak.

Profesor Hardiono Pusponegoro merupakan dokter spesialis anak yang menekuni bidang gangguan autisme pada anak memberikan kata kunci yang memudahkan dalam memahami ciri autisme yang menyertai anak. Ada 2 poin yang dijadikan patokan utama mengetahui ciri autisme pada anak, diantaranya, yaitu:


1. Gangguan Interaksi dan Komunikasi sosial


Anak autis biasanya tidak suka bergaul dan berinteraksi sosial, baik dengan teman sebaya, orang yang lebih besar atau yang lebih kecil dari dirinya. Dia lebih suka banyak beraktivitas dengan benda kesayangannya. Bermain sendiri dan mengurung diri karena merasa tidak nyaman jika bermain dengan anak-anak lain. Biasanya anak autis tidak mau disentuh. Selain bahasa tubuh yang dia utarakan secara verbal, bahasa tubuh yang tergolong nonverbal juga ikut terganggu. 

Salah satunya, biasanya anak-anak autisme selain tidak senang berkomunikasi dengan orang lain, dia juga tidak senang jika bagian tubuhnya disentuh.

2. Perilaku Berulang dengan Intensitas yang Tak Wajar


Perilaku berulang yang dimaksud adalah sang anak misalnya suka dengan gerakan tepuk tangan, maka sang anak akan terus melakukan gerakan tepuk tangan dengan intensitas yang sering dan terlihat tidak wajar. Atau misal kegiatan yang lain lagi seperti memutar pedal roda sepeda terus menerus yang dilakukan secara berulang.

Masih menurut Profesor Hardiono, ketika para orang tua sudah bisa mendeteksi kondisi anak apakah  mengidap autis atau tidak, ada beberapa redflags gejala paling dini yang bisa dideteksi apakah anak benar-benar mengidap gangguan autisme.  Meskipun, ya, meskipun, nih, jika ada ciri-ciri ini menyertai anak belum tentu juga bisa didiagnosis sebagai pengidap gangguan autisme, perlu didiagnosa oleh para ahli. Namun beberapa ciri di bawah ini bisa dijadikan acuan agar orang tua bisa mengambil keputusan cepat untuk menanggulangi keadaan anak. Beberapa hal tersebut, diantaranya yaitu:

  1. Umur satu tahun belum bisa menunjuk
  2. Umur 16 bulan belum bisa mengeluarkan kati yang berarti.
  3. Umur 10 bulan mulai memperlihatkan gejala yang aneh, misalnya memutar roda sepeda terus menerus dan berulang.
  4. Pada usia 6 bulan ketika dipanggil namanya tidak menoleh. Jika yakin pendengaran si anak bagus ketika dilakukan screening di awal kelahiran, maka bisa jadi diagnosanya adalah gejala awal autis.

Beberapa waktu lalu autis dibagi memnajadi beberapa golongan, namun saat ini anak gangguan autism digabung dalam golongan spectrum autisme atau ASD Autisme Spectrum Disorder, yang membedakan adalah ringan, sedang dan berat kondisi gangguan autismenya pada anak. 

Nah, apakah gangguan autisme ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan? Ada tes DNA, whole Genome Secuencing. Ada juga menggunakan ultrasonografi, yang bisa mendeteksi adanya gangguan autisme dari sejak dalam kandungan. Biasanya autisme ini terjadi diakibatkan adanya gangguan kromosom minor.


Apakah Autisme pada Anak Bisa Sembuh? 


Dengan kecanggihan ilmu kedokteran serta teknologi. Gangguan autisme bisa diupayakan kesembuhannya. Ada banyak jenis terapi yang bisa diterapkan demi kesembuhan anak penderita autis. Terapi yang bisa diusahakan adalah melalui terapi Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi perilaku, terapi perkembangan, terapi visual, terapi biomedis, terapi musik dan lainnya.

Melalui terapi yang intensif dan juga peran keluarga  yang memberikan support pada anak, diharapkan bisa menjanjikan masa depan penuh harapan pada anak-anak penderita autisme. 
Orang tua selayaknya mengikuti saran terapis dan melanjutkan terapi di rumah dengan mengikuti arahan terapis. Bekerjasama, bahu membahu dan mengupayakan komunikasi yang baik yang terjalin antara orang tua dan para terapis.

Lalu apa saja yang dimaksud dengan macam-macam terapi yang disebutkan di atas dan apa saja faktor penyebab anak bisa mengidap autis?? kita akan bahas pada artikel selanjutnya, insyaallahu. So... stay tune yaa...! Semoga artikel singkat tentang mengenal ciri-ciri autisme pada anak ini bisa bermanfaat. Salam pengasuhan.

Membentuk Kemandirian Anak Tunadaksa Melalui Layanan Pendidikan yang Tepat

Sabtu, 01 April 2023

Memiliki buah hati yang terlahir semprna adalah dambaan setiap orang tua. Namun jika Allah azza wa jalla berkehendak menitipkan amanahnya berupa anak yang memiliki kebutuhan khusus, sebagai orang tua tetap harus mengupayakan bagaimana caranya sebisa mungkin menyediakan anak fasilitas yang bisa menunjang dia menjadi anak yang mandiri.


Pembahasan kita kali ini tentang bimbingan dan pendidikan anak tunadaksa. Sebelumnya kita telah membahas bimbingan dan layanan pendidikan bagin anak tunarungu, layanan pendidikan anak tunanetra, serta layanan pendidikan untuk anak tunagrahita. 


Pengertian Anak Tunadaksa


unadaksa adalah anak-anak yang memiliki gangguan pada fisik dan motoriknya. Bisa terjadi pada otot, sendi juga tulang. Baik karena ketidaklengkapan organ gerak, maupun karena ada gangguan fungsi fisik.


pendidikan anak tunadaksa


Gangguan fungsi fisik pada seseorang biasanya dikarenakan ada ketidaknormalan pada sistem gerak atau kelainan bentuk anggota gerak. Terjadi pada orang yang mengalami kelainan amputie, kesalahan posisi sendi dan juga kelainan bentuk tubuh. Seperti halnya yang dialami oleh penderita polio dan cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan jenis ganguan kerusakan pada otak.


Perlu penanganan khusus dan perhatian khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi para penyandang tunadaksa. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penderita tunadaksa, mari kita ulas hal-hal yang menyertai permasalahan yang terkait dengan anak tunadaksa.


Apa saja klasifikasi yang ada pada tunadaksa, apa karakteristik anak tunadaksa, apa faktor penyebab ketunadaksaan, bagaimana layanan pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak tunadaksa, agar kelak mereka bisa mandiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya.


Klasifikasi Anak Tunadaksa


Seperti halnya anak berkebutuhan khusus yang lain, ada beberapa pengklasifikasian pada anak penyandang tunadaksa yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Djaya Rahaja, ada dua golongan tunadaksa, yaitu tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi. Namun ada juga yang mengklasifikasikan tuna daksa menjadi tiga golongan yaitu tunadaksa ringan, sedang dan berat.


Tunadaksa murni adalah penyandang tunadaksa yang hanya memiliki kelainan pada anggota gerak, namun mental dan intelektualnya normal. Tunadaksa kombinasi adalah individu yang mengalami kelainan fungsi fisik dan juga terdapat gangguan pada mental dan psikisnya. Adapun tiga golongan pada tunadaksa adalah sebagai berikut:


Tunadaksa Ringan


Pada klasifikasi jenis tunadaksa ringan merupakan tudaksa murni dan juga tunadaksa kombinasi yang masih dalam taraf ringan. Tunadaksa jenis ini biasanya mentalnya agak sedikit terganggu namun kecerdasannya cenderung normal. Biasanya pada klasifikasi ini hanya terjadi pada gangguan fungsi fisik atau kekurangan anggota fisik, dan gangguan fisik lainnya.


Tunadaksa Sedang


Tunadaksa sedang merupakan tunadaksa pemiliki cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan juga polio ringan. Pada tunadaksa sedang biasanya banyak dialami oleh para penyandang cerebral palsy atau tunamental, biasanya mengalami daya ingat yang menurun tidak jauh dari batas normal.


Tunadaksa Berat


Pemilik ganguan tunadaksa berat biasanya dialami oleh tuna akibat cerebral palsy berat dan juga akibat infeksi. pada umumnya anak-anak penderita tunadaksa berat adalah anak-anak grahita kelas debil, embesil dan idiot.


Untuk klasifikasi anak-anak penyandang cerebral palsy dibagi lagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya, yaitu:


1. Kelompok Spastic


Anak penyandang cerebral palsy jenis spastic memiliki otot-otot yang kaku. terkadang terjadi kejang jika otot digerallan. Kejang-kejang akan hilang jika si penderita tidak melakukan gerakan ,atau ketika diam dan tidur. Kekejangan akan bertambah jika sang anak dalam kondisi marah.


2. Kelompok Athetoid


Anak yang menyandang cerebral parsy jenis ini adalah anak yang mengalami athetoid. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah dan lentur, bahkan terkadang gerakannya tidak terkendali di luar dari kesadaran dirinya. Terkadang karena gerakan yang tidak terkendali sangat merepotkan anak penyandang cerebral palsy. Biasanya gerakan  tak terkendali terjadi pada tangan, kaki, lidah, bibir dan juga mata.

3. Tremor


Cerebral palsy jenis tremor seringkali melakukan pengulangan gerakpada salah satu anggota tubuhnya.


4. Kelompok Rigid


Anak cerebral palsy jenis rigid, biasanya mengalami kekakuan pada otot. Hal ini mengakibatkan gerakan yang diperlihatkan sangat kaku dan lambat dan menyulitkan aktivitas anak-anak penyandang cerebral palsy jenis ini.

Jika dilihat dari jenis aktifitas motoriknya, maka keadaan anak penyandanng tunadaksa, dari beberapa gangguan yang nampak bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Hiperaktif, dengan ciri tidak mau diam dan selalu gelisah. 

Gejala hipoaktif ditunjukkan dengan motorik yang banyak diam dan gerakannya lamban. Jenis ketiga yaitu tidak adanya koordinasi antara anggota tubuh. hal ini berdampak pada kakunya organ gerak ketika berjalan, terutama pada kegiatan yang menyertakan motorik halus, seperti menulis, menggambar, menari dan lainnya.


Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki karakteristik selain mengalami cacat pada anggota tubuh, biasanya diiringi juga dengan gangguan lain, seperti gangguan pendengaran, gangguan penglihatan serta gangguan berbicara.

Dari beberapa klasifikasi anak tunadaksa di atas, karakteristik para penyandang tunadaksa sudah bisa digambarkan. Untuk lebih spesifiknya saya akan jelaskan karakteristiknya, yaitu diantaranya:

  1. Anggota tubuh sulit untuk bergerak karena terjadinya kekakuan bahkan kelumpuhan.
  2. Mengalami kesulitan dalam bergerak.
  3. Anggota gerak biasanya tidaklengkap.
  4. Anggota gerak yang keadannnya tidak sama dengan orang pada umumnya. Bisa lebih kecil, lebih besar, lebih pendek, jumlah yang lebih atau jumlah yang kurang dan lainnya.
  5. Memiliki gangguan pada motorik alat-alat berbicara yaitu pada lidah, bibir, dan juga rahang, sehingga kondisi ini dapat menyulitkan pembentukan artikulasi yang benar.
  6. Mengalami gangguan afasia sensoris atau familiar dengan kondisi gangguan kemampuan berbicara karena gangguan fungsi organ reseptor.
  7. Mengalami gangguan afasia motoris. Kondidi ini ditandai dengan kemampuan menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain dan lingkungan, tetapi tidak dapat mengemukakan kembali secara lisan.
  8. Pada anak penderita cerebral palsy mengalami kerusakan pada trak piramid dan piramid ekstra  yang berfungsi untuk menjalankan sistem motorik.

klasifikasi anak tuna daksa

Dampak yang Dirasakan Penyandang Tunadaksa 

 

Gangguan tunadaksa disebabkan karena adanya kelainan pada fungsi motorik seseorang. Untuk itu adanya gangguan fungsi motorik yang disebabkan beberapa hal ini akan berdampak juga pada hubungan dengan indra lainnya.


Pada akhirnya gangguan yang terjadi dalam sistem indra yang lainnya menjadikan anak tunadaksa secara psikologis minder dan malu dengan keadaannya dan cenderung memisahkan diri dengan lingkungannya. Sama halnya seperti yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus dari jenis yang lainnya. Selain problem psikologis ada juga beberapa permasalahan yang meyertai, diantaranya, yaitu:


Gangguan Penglihatan


Beberapa penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki gangguan cerebral palsy, dan sebagian besar dari anak-anak ini mengalami gangguan dalam penglihatan.


Gangguan Pendengaran 


Selain gangguan pendengaran, anak-anak cerebral palsy juga mengalami gangguan pada ketajaman pendengarannya. Meski awalnya para peneliti ragu jika kerusakan otak dapat berpengaruh pada sistem fungsi pendengaran, namun dengan ditemukan kenyataan yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy bisa mematahkan anggapan tersebut.


Gangguan Bicara


Gangguan bicara anak cerebral palsy biasanya dialami pada bagian artikulasi karena disebabkan kelemahan pada alat kontrol gerak. gangguan bicara karena keterbelakangan mental dan disfungsi otak, ada gangguan dalam pita suara, gagap atau stuttering,serta gangguan afasia atau gangguan dalam bahasa verbal.


Gangguan Persepsi


Gangguan persepsi yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy adalah terkait dengan pendengaran, penglihatan, sentuhan serta kepekaan pada modalitas yang lain dan bersifat psikologis. Jadi hal ini terkait dengan sikap yang ditunjukkan lingkungan terhadap anak-anak tunadaksa dan juga anggapan dari para penderita tunadaksa sendiri terhadap lingkungannya, seberapa besar lingkungan menganggap keberadaan mereka dan mampu menerima mereka.


Faktor Penyebab Ketunadaksaan


Anak tunadaksa terlahir disebabkan beberapa faktor, yaitu sebelum lahir (pranatal), saat kelahiran, dan setelah dilahirkan.


Keadaan sebelum dilahirkan


Di masa kehamilan sang ibu mengalami trauma atau juga terkena infeksi atau penyakit yang bisa menyerang otak bayi, sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada otak. Jenis penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan diantaranya infeksi sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.


Pada kehamilan sang ibu mengalami gangguan pada peredaran darah sehingga mengganggu metabolisme, tali pusat bayi tertekan sehingga pasokan makanan terganggu dan saraf-saraf otak pun ikut terganggu.


Janin yang berada di dalam kandungan terkena radiasi secara langsung,sehingga mengganggu pada sistem saraf pusat sehingga mengganggu struktur dan fungsinya.


Sang ibu mengalami trauma ketika hamil, misal terjadi kecelakaan yang menyebabkan terkena benturan keras, sehingga mengganggu bayi yang berada dalam kandungan. Keguguran yang dialami oleh sang ibu, sehingga terjadi beberapa gangguan pada pertumbuhan bayi, meski sang bayi masih bisa dipertahankan. Pendarahan waktu hamil.


Usia kehamilan yang tidak mencukupi bulan seharusnya, bisa menyebabkan bayi kekurangan berat badan membuat perkembangan otak pun terhambat. Adanya anoxia prenatal, yaitu pemisahan bayi dari plasenta. mengidap penyakit anemia ketika hamil.


Keadaan ketika Dilahirkan


Proses kelahiran yang terlalu lama, sehingga menyebabkan sang bayi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen pada bayi akan mengganggu sistem metabolisme dalam otak bayi dan bisa menyebabkan kerusakan.


Proses melahirkan dengan menggunakan alat tarik pada kepala bayi. Terjadi himpitan yang keras pada kepala bayi ketika berada dalam panggul ibu.


Pemakaian obat bius yang berlebihan ketika melahirkan caesar, sehingga mempengaruhi sistem saraf ataupun fungsinya.


Setelah dilahirkan


Kecelakaan yang menyebabkan trauma pada kepala. Amputasi akibat kecelakaan atau penyakit. Terjadinya anoxia atau hipoxia dan jugga menderita trauma keras.


Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa


jenis tunadaksa

Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam memberikan layanan pendidikan berkelanjutan bagi anak tunadaksa, agar apa yang diupayakan dapat berdampak bagi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup anak-anak tunadaksa. Mengupayakan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bertanggung jawab minimal bagi dirinya dan diharapkan juga bagi lingkungannya. Beberapa aspek tersebut diantaranya:


Apa Tujuan Pendidikan yang Diberikan untuk Anak Tunadaksa?


Mengacu pada peraturan pemerintah tentang pendidikan luar biasa yang termaktub pada No. 72 terbit tahun 1991, Bahwasannya layanan pendidikan yang diberikan bagi anak tunadaksa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap dan pengetahuan serta keterampilan untuk memaksimalkan perannya dalam lingkungan sosial maupun untuk dirinya sendiri, serta diharapkan ke depannya mampu masuk dalam dunia kerja. 


Tujuan yang paling utama adalah membentuk anak-anak tunadaksa menjadi pribadi yang mandiri dan kepribadian yang kuat, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu juga pendidikan anak tunadaksa memiliki jangkauan dua tujuan, yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan juga pengembangan pendidikan. yang terdiri dari 7 aspek penting, yaitu:


1.  Perlunya Pengembangan Intelektual dan Akademik Anak


Anak tunadaksa masuk ke sekolah luar biasa tipe D, dan dalam SLB tipe D ini disediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar anak tunadaksa. Kurikulum dan perangkatnya serta pedoman pelaksanaannya pun sudah dipersiapkan. Demi memberikan perhatian khusus pada anak penyandang tunadaksa agar mengoptimalkan perkembangan dan intelektual  akademik.


2. Memberikan bantuan dalam mengembangkan Fisik Anak


Dalam membantu perkembangan fisik anak, guru diharapkan bisa memiliki akses untuk bekerjasama dengan pihak medis, sehingga ada pantauan terhadap kesehatan anak.


Guru juga diharapkan terus memantau perkembangan alat motorik anak, sehingga berangsur-angsur anak dapat memaksimalkan kemampuan organ geraknya. Guru harus membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengusahakan memperbaiki gerakan yang keliru dan mengarahkannya pada gerak normal.


Beberapa gerakan yang bisa dilatih misalnya melalui beberapa kegiatan seperti eksplorasi alat-alat tulis, bagaimana menggunakan handphone atau telepon, memijit bel, menyalakan dan mematikan lampu, membuka dan menutup pintu.


Latihan mobilisasi atau ambulasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga, serta diajari juga berlatih menggunakan alat-alat pendukung seperti braces, crutch, night splint, walker, kursi roda dan latihan bina diri lainnya.


3. Mematangkan Perkembangan Emosi Anak serta Rasa Percaya Diri Anak


Pada skala mengembangkan emosi serta percaya diri anak, diharapkan guru memiliki akses untuk dapat bekerjasama dengan para psikolog dalam menangani jiwa anak. Kondisi sekolah yang harmonis hubungannya diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk membangun keppercayaan pada diri setiap anak penderita tunadaksa.


4. Membiasakan Anak untuk Berbaur dengan Lingkungan Sosialnya


Dengan membiasakan anak berbaur dengan lingkungan sosialnya diharapkan dapat membangun kepeercayaan diri. Diawali dengan memberikan tanggung jawab yang ringan kepada anak, maka diharapkan anak akan memilki tanggung jawab untuk menyelesaikannya.


5. Membina Moral serta Spiritual Anak


Nilai-nilai moral agama anak juga perlu distimulasi. Ditanamkan dan diajarkan tentang kaidah dan ajaran agama, agar anak menjadi pribadi yang matang dalam karakter dan spiritualnya.


6. Meningkatkan Ekspresi Diri


Ekspresi anak tunadaksa perlu diberikan stimulasi dan dilatih melalui berbagai macam kegiatan seni seperti seni musik tradisional ataupun modern, aneka keterampilan seperti menjahit, melukis, meronce, mewarnai, menempel, bermain puzzle dan sebagainya disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa.


7. Membimbing Anak Memiliki Masa Depan yang Cerah


Pelayanan pendidikan yang diberikan pada anak tunadaksa diharapkan dapat memberikan masa depan yang cerah. Diharapkan anak mampu bertanggung jawab dan mandiri dari sisi finansial melalui bekal keterampilan yang dimilikinya. Banyak anak tunadaksa yang diarahkan secara maksimal dan optimal mampu memiliki karya yang akhirnya bisa membantunya menjadi pribadi yang mandiri.


Beberapa anak tunadaksa memiliki prestasi di bidang seni, di bidang olahraga, seperti yang pernah saya saksikan secara langsung pada acara ASEAN Paragames yang berlangsung di stadion senayan, Jakarta. Peserta dari ASEAN Paragames ini adalah para penyandang diasbilitas. Untuk itu jadikan Disabilitas menjadi abilitas.

 

Sistem Pendidikan Seperti Apa yang Pas untuk Anak Tunadaksa?


Sistem pendidikan di Indonesia yang mencanangkan adanya pendidikan inklusif atau pendidikan terbuka, memberikan kesempatan pada anak tunadaksa jenis ringan untuk bisa bersekolah di sekolah reguler. Namun tentunya berbeda dengan anak tunadaksa klasifkasi berat, ini memerlukan perlakuan khusus di sekolah khusus yaitu SLB tipe D. 

Namun meski dibuka pendidikan inklusif  ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kelas reguler bagi anak tunadaksa, yaitu:

  1. Menyiapkan lingkungan belajar tambahan, sehingga memungkinkan anak tunadaksa bisa bergerak dengan leluasa disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya dengan menyediakan jalan khusus yang bagus dan landai untuk mempermudah digunakan oleh anak penyandang tunadaksa, memperluas ukuran pintu agar memudahkan anak yang mengenakan kursi roda untuk akses keluar dan masuk ruangan.
  2. Adanya kontak yang intens untuk mengecek fisik dan psikis anak.
  3. Ada akses sarana yang bisa dijadikan rujukan pertama apabila ada permasalahan yang terkait dengan fisik dan kesehatannya.
  4. Anak yang fisik dan kesehatanmya seting mengalami gangguan, hendaknya diberi kesempatan lebih dari pada teman yang lainnya. Diberikan ruangan khusus untuk mengejar ketertinggalan.
  5. Ruang khusus juga bisa disedikan sebagai fasilitas anak tunadaksa sedang dipersiapkan terlebih dahulu kemampuannya untuk bisa mengikuti di program kelas reguler.

Apa Strategi Pembelajaran yang Tepat untuk Anak Tunadaksa?


Strategi yang diterapkan dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunadaksa adalah pola pengajaran yang bersifat membangun kemandirian, belajar bekerjasama dalam kelompok, membentuk tim pembelajaran.


Mengajarkan Hal-Hal Kemandirian


Penekanan pembelajaran untuk anak tunadaksa adalah pada pembiasaan hidup mandiri yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sehingga diharapkan pembelajaran kemandirian bisa membentuk anak menjaadi pribadi yang mandiri, mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya baik dengan gurunya, temannya atau dewasa lainnya.

Belajar Secara Berkelompok


Dengan menerapkan belajar secara berkelompok,diharapkan dapat memberi dampak positif untuk bisa saling menghargai, mendudkung dan bekerjasama satu sama lain. Antara anak normal dan anak penyandang tunadaksa bisa saling berbaur dan bergaul.

Membentuk Tim Pengajar


Adanya tim pendidik yang bisa saling bekerjasama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan pada anak tunadaksa. beberpa keuntungan dalam membentuk tim dalam pembelajaran adalah:

  1. Terciptanya pembelajaran yang efektif
  2. Permasalahan bisa terukur dengan baik
  3. Meningkatkan kemampuan komunikasi
  4. Meningkatkan kemampuan sosial.
  5. Menambah wawasan akademik menjadi lebih mumpuni.


Apa Saja Prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran bagi Anak Tunadaksa


Prinsip dalam Proses Pembelajaran


Ada dua prinsipdalam pembelajaran yang diberikan untuk anak tunadaksa, yaitu prinsip multisensori atau banyak indra dan pendidikan yang berprinsip individual.

Pendidikan multisesnsori yang dimaksud adalah, dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak tunadaksa harus memaksimalkan penggunaan atau menstimulasi semua indra yang dimiliki anak.

Banyak anak tunadaksa yang mengalami gangguan sensori, untuk itu harus diberikan stimulasi. Melalui pendekatan multisensori diharapkan dapat memfungsikan kembali sensori yang selama ini mungkin tidak diberdayakan.

Pendidikan individualisasi yang dimaksud adalah pelayanan pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan anak, disesuaikan dengan keadaan anak.

Prinsip Penataan Lingkungan Belajar yang Tepat


Penataan lingkungan belajar yang tepat bagi anak tunadaksa perlu dipertimbangkan dari sisi kenyamanan dan keamanan, mengingat anak pengandang tunadaksa memiliki keterbatasan dalam permasalahan fisik motorik.


Lingkungan serta gedung sekolah harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak tunadaksa. Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dijalankan dalam membuat gedung khusus untuk anak tunadaksa:

  1. Disediakan ruangan khusus untuk pemeriksaan dan perawatan anak, seperti untuk ruangan bina gerak atau fisioterapi, bina bicara atau speech terapy, bina diri,terapi okupasi, tempat bermain dan lapangan.
  2. Jalan masuk ke sekolah sebaiknya luas dan landai serta keras agar memudahkan anak tunadaksa yang menggunakan alat bantu jalan seperti tripor, kruk, kursi roda dan lainnya.
  3. Jika terpaksa harus bertangga, gunakan jalur lantai yang didesain miring.
  4. Lantai bangunan usahakan dibuat dari model lantai yang tidak licin.
  5. Pintu ruangan sebaiknya dibuat lebar dengan daun pintu mengatup ke dalam.
  6. Menghubungkan antar bangunan sebaiknya dibuat penghubung koridor yang terdapat pegangan di sisinya, agar anak bisa berambulasi sendiri.
  7. Ada cermin yang terpasang di sisi bangunan, agar anak bisa mengoreksi posisi geraknya apakan sudah betul.
  8. Disediakan kamar kecil tidak jauh dari kelas tempat belajar.
  9. Peralatan meja dan kursi yang disesuaikan dengan keadaan anak, misal kursi yang dapat distel, bentuk sandaran yang bisa dimodifikasi dan juga bisa dipasang sabuk.


Demikian artikel tentang karakteristik, klasifikasi dan faktor penyebab anak bisa menyandang tunadaksa. Layanan pendidikan anak tunadaksa yang tepat harus seperti apa, sudah dijabarkan di atas. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan juga bisa berkontribusi memberikan pengetahuan tentang anak tunadaksa beserta seluk beluknya. Salam pengasuhan.


Referensi


Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.


Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa




Mengenal dan Tips Membentuk Anak Tunagrahita Menjadi Pribadi Mandiri

Sabtu, 25 Maret 2023

Pernah nonton talk shownya Dedy Corbuziers di program acara Hitam Putih yang bertajuk tentang seorang anak tunagrahita inspiratif Wahyu Setiawan, tayang 27 april 2018. Wahyu  bercita-cita ingin menjadi pilot, masyaallahu dengan semangatnya, ya,  Sains. 


karakteristik anak tunagrahita


Alhamdulillah Wahyu merupakan anak yang terlahir istimewa sebagai penyandang tunagrahita. Beruntungnya Wahyu memiliki supporting system yang bagus, sehingga dia masih bisa mendapatkan haknya untuk tetap bersekolah dan belajar. Wahyu Setiawan tidak putus asa dan tetap semangat untuk terus menuntut ilmu.


Diceritakan oleh Bude yang mengasuhnya, bahwa Wahyu memiliki empati yang besar dengan sesama, terbukti dia selalu kepikiran dan intens bertanya soal sosok kakek yang telah meninggal dunia kala itu. Khawatir, cemas terpancar dari mimik wajah dan intonasi nada suara yang dikeluarkan.


Ini artinya, karakteristik anak tunagrahita juga memiliki  rasa dan hati yang sama seperti kita. Sebenarnya bagaimana karakteristik anak tunagrahita menurut para ahli? Yuk kita ulas secara singkat gambaran tentang anak tunagrahita, siapa yang dimaksud anak tunagrahita, bagaimana karakteristik anak tunagrahita serta klasifikasi anak tuna grahita ada berapa .


Pengertian Anak Tunagrahita


Tunagrahita merupakan sebutan terhadap individu yang memiliki keterbatasan intelektual dalam bahasa inggris disebut mentally disabled, intellectually handicapped, mental deficiency dan beberapa lainnya.  Dalam kamus besar KBBI tunagrahita memiliki arti cacat pikiran, lemah daya tangkap atau idiot. Tunagrahita merupakan istilah yang disandarkan pada individu yang mengalami mental retardation atau keterbelakangan mental.


Anak yang mengalami mental retardation menurut Kirk dalam Efendi tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan apapun, karena mental retardation merupakan sebuah kondisi atau keadaan seseorang bukan sebuah penyakit. 


Menurut DSM atau Diagnostic Statistic Manual of Mental Disorders V yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association disingkat APA, penyandang tunagrahita adalah individu berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan mental dan memiliki fungsi kecerdasan di bawah normal gejalanya disertai dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dalam lingkup konseptual, sosial dan juga dalam praktik dan terus terjadi selama masa perkembangan individu tersebut.


Kekurangan dalam permasalahan intelektual meliputi bagaimana menalar, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, berpikir secara abstrak, dan juga dalam pelajaran  akademik. Namun tentu saja keadaan ini sudah dikonfirmasi dan dites melalui asesmen klinis sesuai dengan tes standar intelegensi.


Sedangkan untuk lingkup defisit fungsi adaptif, terdapat kegagalan dalam pemenuhan standar perkembangan sosiokultural dalam hal pembentukan kemandirian serta keikutsertaan dalam permasalahan sosial.


Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan IQ


Mungkin teman-teman pernah melihat anak tunagrahita dengan kondisi fisik yang berbeda-beda, sempat dibingungkan? Kondisi fisik yang berbeda-beda pada anak tunagrahita dipengaruhi juga dari kadar IQ yang dimiliki. Makin rendah IQ yang dimiliki maka semakin berat status ketunagrahitaannya.


Bagaimana klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan IQ? Sama halnya dengan anak normal pada umumnya juga memiliki kadar IQ yang berbeda-beda, sehingga hal ini menyebabkan setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda pula.


Ada 4 klasifikasi tunagrahita yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus jenis ini memiliki kemampuan dan penampilan fisik berbeda, diantaranya yaitu:


1. Anak Tunagrahita Ringan 


Anak tunagrahita jenis ringan atau biasa disebut Debil, memiliki tampilan fisik seperti anak normal pada umumnya. Berdasarkan DSM V, anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan memiliki IQ sekitar 55 - 70. Anak tunagrahita pada klasifikasi ini masuk dalam anak-anak yang bisa diajari membaca, menulis, juga berhitung, keterampilan  praktik kehidupan sehari-hari juga keterampilan seperti menjahit, memasak bahkan berjualan.


Anak tunagrahita pada klasifikasi ringan masuk dalam kelompok mampu didik, mudah diajak komunikasi, dan tidak memerlukan pengawasan yang ekstra, mereka bisa melindungi dirinya dari mara bahaya. Jika disekolahkan, mampu mengikuti pembelajaran sampai tingkatan kelas IV SD. Biasanya pola pikir maksimal seperti anak umur 12 tahun.


2. Anak Tunagrahita Sedang


Anak tunagrahita jenis sedang atau disebut juga Imbesi menurut DSM V memiliki IQ sekitar 40 - 55. Anak tunagrahita klasifikasi sedang masuk kedalam kelompok latih. Dari penampakan fisik agak berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tunagrahita jenis sedang umumnya tetap bisa diajak ngobrol dan melakukan interaksi, tetapi di urusan menghitung, membaca, dan juga tulis menulis tidak terlalu pandai.  


Kemampuan bersekolah bisa sampai dengan kelas 2 SD. Anak tunagrahita jenis sedang masih mampu menjaga diri, namun harus diberi perhatian lebih dari anak tunagrahita ringan, demi perkembangan mental dan sosialnya secara optimal.


3. Anak Tunagrahita Berat


Tunagrahita berat atau severe memiliki IQ di kisaran 40 - 55. Menurut hasil tes binet  IQ nya berada di kisaran 20 - 32, sedangkan jika menggunakan test WISC IQ berada di kisaran 25 - 39. Anak tunagrahita pada jenis ini memiliki keadaan fisik yang abnormal dan kontrol sensori motor yang sangat terbatas.


Mereka sangat membutuhkan pengawasan yang ekstra dan maksimal. Biasanya anak tunagrahita jenis ini sudah tidak mampu menerima layanan pendidikan secara formal. Anak tunagrahita jenis berat masuk ke dalam golongan anak mampu rawat. 


4. Anak Tunagrahita Sangat Berat


Anak tunagrahita jenis sangat berat atau profound disebut juga sebagai idiot. Memiliki keadaan sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. IQ berada di bawah 25. Menurut tes Binet, IQ berada di bawah 19, dan menurut skala WISC IQ anak tunagrahita sangat berat berada di bawah 24. 


Anak tunagrahita jenis sangat berat memiliki cacat fisik dan kerusakan syaraf, bahkan  banyak yang meninggal. Harus diawasi ekstra ketat karena tidak mampu menjaga dirinya dari mara bahaya.


Klasifikasi Anak Tunagrahita dari Aspek Klinis


Selain  klasifikasi dari sisi IQ, anak tunagrahita juga diklasifikasikan berdasar jenis fisik atau keadaan klinis. O, iya, untuk klasifikasi secara klinis ini juga memiliki fariasi kemampuan IQ yang berbeda-beda juga di setiap kondisi.  Klasifikasi klinis dikelompokkan dalam beberapa bagian, diantaranya, yaitu:


1. Down Syndrom


Anak tunagrahita jenis ini memiliki wajah yang tipenya sama seperti raut muka orang mongol. Terdapat lipatan dibawah mata, bentuk mata sipit dan miring serta lidah yang tebal, telinga kecil serta gigi geligi yang tidak beraturan.


2. Kretin (Cebol)


Pada anak tunagrahita jenis ini memiliki tangan dan kaki yang pendek serta perawakan badan yang pendek dan agak bengkok. Tangan, kaki dengan kulit kering, bibir tebal serta gigi yang tumbuhnya lambat.


3. Hydrocepal


Anak tunagrahita dengan jenis ini memiliki bentuk kepala yang besar tetapi raut wajah yang kecil dan mungil. Pandangan  kurang sempurna dan terkadang kondisi bola mata juling.


4. Microcepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala kecil.


5. Macrocepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran anak normal lainnya.


Karakteristik Anak Tunagrahita


Dari klasifikasi anak tunagrahita yang sudah kita ulas di atas, sedikitnya kita memiliki gambaran tentang karakteristik atau ciri dari anak tunagrahita. Saya akan mengulas tentang karakteristik anak tunagrahita pada perkembangan masa bayi dan setelah dewasa.


Karakteristik Perkembangan pada Masa Bayi


Kelainan Gangguan Fisik


Pada bayi yang terkena gangguan intelektual, biasanya memiliki tonus otok yang kurang baik sehingga mengalami ketidakmampuan mengkordinasikan proses menelan dan menghisap, jarang menangis tapi ketika menangis bisa terus menerus. Perkembangan fisik seperti proses duduk, berdiri dan merangkak terjadi keterlambatan.


Keterlamabatan dalam Bicara


Bayi biasanya mengucapkan kata pertama mereka selama 14 bulan serta mampu mengkombinasikan kata sebelum usianya mencapai dua tahun. Namun pada anak tunagrahita akan erjadi kelambanan pada proses perkembangan berbicara, bahkankurang mengoceh hingga umur sembilan bulan.


Respon pada Lingkunagn


Pada umumnya bayi normal jika ada suara akan peka dan menoleh kepada arah datang suara, biasa tersenyum, dan merespon menangis. Tanda-tanda ini ada kemungkinan tidak ada pada anak yang memiliki gangguan intelektual.


Karakteristik secara Umum


Fisik


Secara fisik terlihat hampir sama dengan anak normal, kemampuan motorik terhambat dan cenderung lambat, kordinasi gerak kurang dan khusus pada anak tunagrahita berat penampilan fisik jauh berbeda dengan anak normal.


Intelektual


Sulit memperlajari hal yang terkait akademik. Pada anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan belajar paling maksimal layaknya anak normal yang bersia 12 tahun. Pada anak tunagrahita sedang , kemampuan belajar setara dengan anak berumur di kisaran 7 hingga 8 tahun. Pada anak tunagrahita berat, mereka hanya mampu belajar secara akademik setara dengan anak usia 3 tahun.


Sosial dan Emosional


Dalam lingkup kehidupan sosial biasanya anak tunagrahita senang bersosialisasi dan bergaul dengan anak-anakyang lebih muda. Lebih senang menyendiri, gampang dipengaruhi dan juga kurang dinamis. Tidak memiliki kontrol pengendalian diri secara baik serta sulit konsentrasi.



karakteristik-tunagrahita


Faktor Penyebab  Tunagrahita


Setelah kenalan lebih jauh dengan penyandang tunagrahita, mengerti karakteristik serta klasifikasiny, tentu akan timbul pertanyaan di benak teman-teman, bagaimana ini bisa terjadi. Apa faktor penyebab pemicu sampi seseorang bisa menyandang sebagai tunagrahita.


Sebenarnya belum diketahui secara pasti kenapa bisa terjadi, namun ada beberapa faktor pemacunya diduga sebagai penyebab terjadi cacat tunagrahita, dipandang dari beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


1. kondisi ketika belum dilahirkan


Pada kondisi ini biasanya terjadi ketika masih dalam kandungan, disebabkan karena berbagai faktor, bisa dari konsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya,  atau terkena virus yang dibawa oleh ibunya misalnya karena banyak bergaul dengan kucing atau bunga-bunga liar yang mengandung virus tokso.


Konsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol dan merokok juga bisa menjadi pemacu anak menjadi penyandang tunagrahita sejak dalam kandungan. Kekurangan asupan nutrisi yang cukup ketika hamil juga sangat diperlukan.


2. Kondisi ketika Dilahirkan


Bagaimana bisa ketika melahirkan dapat menyebabkan anak menyandang tunagrahita? Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang susah sehingga menyebabkan bayi tertahan di rongga panggul dan kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf.


Bisa terjadi pendarahan otak pada bayi jika ada tekanan saat mengejan yang terlalu lama, selain itu penggunaan alat tang jika tidak hati-hati digunakan bisa mencederai otak bayi. 


3. Kondisi setelah Dilahirkan


Saat kehamilan berjalan lancar, ketika persalinan juga berjalan bagus, tapi setelah persalinan juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicu faktor seorang anak bisa menyandang tunagrahita. Kenapa? Salah satu penyebabnya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak.


Sakit panas yang menyerang anak dan tidak ditangani secara cepat juga bisa menjadi pemacu terjadinya tunagrahita. Untuk itu, waspada disegala suasana sangat diperlukan,sambil tentu saja terus meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah ta'ala.


Metode dalam Menangani Anak Tunagrahita


Ada beberapa metode yang bisa diterpkan dalam menangani anak-anak penyandang tunagrahita. Denagn metode ini diharapkan anak-anak tunagrahita dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kemamuannya secara optimal.Beberapa metode yang bisa diterapkan diantaranya yaitu:


1. Occupational Therapy


Occupational therapy atau terapi okupasi, diberikan pada anak lewat latihan anggota motorik halus maupun kasarnya. Melatih sendi-sendi agar lentur dan terbiasa untuk bergerak.


2. Play Therapy


Play therapy atau terapi bermain diberikan melalui permainan-permainan yang aplikatif. Misal dalam pembelajaran matematika diterapkan metode bermain peran sebagai penjual dan pembeli, lalu menghitung berapa barang yang dibeli dalam bentuk drama permainan.


3. Activity Daily Living (ADL)


Activity daily living dikenalkan agar para anak tunagrahita terbiasa dengan mengerjakan rutinitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merapihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Pengenalan dan pelatihan mengerjakan aktivitas sehari-hari bertujuan agar anak tunagrahita ringan sampai sedang mampu berdiri sendiri dan mandiri tanpa terlalu bergantung kepada orang lain.

4. Life Skill dan Vocational Therapy


Life skill dan terapi bekerja dilatih agar anak tunagrahita setidaknya mampu berkarya dan bisa menghasilkan. Meski pekerjaannya tidak bisa disamakan dengan anak normallainnya, namun diharapkan dengan pembekalan keterampilan untuk terjun di dunia bekerja secara sederhana bisa dijalankan oleh anak tunagrahita. Misalnya diberi pelatihan menjahit, menghitung menggunakan kalkulator sebagai bekal dagang, dsb, agar anak tunagrahita bisa memiliki penghasilan sendiri.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita 


Sebagai manusia yang sama-sama memiliki hak untuk mengenyam pendidikan, maka perlu dipikirkan upaya untuk memberikan pembelajaran atau layanan pendidikan pada anak tuna grahita. Tujuannya agar para penyandang tunagrahita bisa hidup secara mandiri, keberadaannya bisa berbaur dengan masyarakat pada umumnya.


Berbagai landasan menyertai alasan perlunya memberikan layanan pendidikan dan penanganan anak tunagrahita. Landasan falsafah pancasila, landasan hukum seperti UUSPN No. 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah. Nomor. 72 yang dikeluarkan Tahun 1991, dan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak.  Oleh karena itu ada beberapa jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Beberapa lembaga ini didirikan sebagai cara dalam menangani anak tunagrahita:

1. Kelas Transisi


Kelas transisi dibentuk sebagai salah satu cara dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Kelas menjadi  transisi dilaksanakan di sekolah reguler, sehingga anak tunagrahita juga memiliki kesempatan bergaul dengan anak-anak normal lainnya.

Kelas transisi dirancang untuk mempersiapkan anak tunagrahita memasuki jenjang sekolah selanjutnya, yaitu sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan mengacu dari kurikulum SD yang telah dimodifikasi. Penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita.

2. Sekolah Khusus


Sekolah ini dirancang khusus utuk anak yang memiliki kebutuhan khusus, disedikan untuk anak tunagrahita atau anak yang memiliki kebutuhan khusus spesifikasi lainnya. Anak tunagrahita masuk kedalam kelompok SLB atau sekolah luar biasa. Anak tunagrahita kelompok ringan masuk ke dalam SLB C dan anak tunagrahita berat masuk ke dalam SLB C1


3. Pendidikan terpadu


Pendidikan terpadu diadakan di sekolah reguler. Belajar bersama anak-anak normal lainnya bersama guru yang biasa mengajar dan menangani anak-anak di sekolah reguler. Layanan pendidikan ini diberikan berdasarkan prinsip pendidikan untuk semua.

Namun pada jam tertentu disediakan juga layanan pendidikan dari guru khusus yaitu guru pembimbing khusus (GPK), biasanya didatangkan dari SLB terdekat, disediakan waktu dan tempat yang khusus.

4. Pendidikan Inklusif


Sama seperti halnya pendidikan terpadu,pendidikan inklusif diberikan di sekolah reguler. Anak-anak tunagrahita bergaul dan belajar bersama anak-anak normal lainnya. Mendapatkan pembelajaran yang sama dan juga dari guru yang sama.

Biasanya dalam satu kelas disediakan dua guru,satu guru reguer dan satu guru lagi memiliki kemampuan dalam pendidikan luar biasa. Semua siswa diperlakukan sama dengan pelajaran yang sama dan tugas yang sama. Saat ini pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan, masih perlu dilengkapi persyaratan penyelenggaraannya.


5. Program Sekolah dari Rumah


Program sekolah yang diadakan di rumah ini bisa dengan cara mendatangkan guru PLB atau Pendidikan Luar Biasa untuk memberikan terapis dan pembelajaran. Hal inibiasanya terlaksanan setelah ada kesepakatan antara orang tua, sekolah dan juga masyarakat sekitar.

6. Pendidikan di Panti Rehabilitasi


Pendidikan yang diselenggarakan di panti rahabilitasi biasanya diselenggarakan untuk anak tunagrahita jenis berat,dikarenakan kemampuannya yang sangat rendah dan hampir tidak bisa bersosialisasi dengan anak normal lainnya.

Anak tunagrahita jenis berat bisasanya memiliki kelainan ganda pada penglihatan, pendengaran serta gangguan motorik lainnya. Program layanan yang disediakan di panti berupa program perawatan. Ada 5 pelayanan yang diberikan di panti untuk anak-anak tunagrahita, diantaranya pengenalan diri, sensor motor serta persepsi, motorik kasar dan ambulasi atau kemampuan untuk mampu berpindah dan bergerak, kemampuan bahasa dan komunikasi dan juga melatih kemampuan untuk bersosialisasi dan komunikasi.

Di bawah ini merupakan skema layanan pendidikan dan penganan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita.


cara menangani anak tunagrahita
Sumber: Modul Pendidikan Luar Biasa untuk program PGSD


Prinsip  Khas layanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Anak tunagrahita ringan dan sedang masih bisa diupayakan berkembang menjadi pribadi  mandiri agar memiliki kepercayaan diri dan punya harga diri.  Mengupayakan agar anak tunagrahita diakui keberadaan di khalayak ramai. 


Ada beberapa Prinsip  yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita, agar terapi dan layanan yang diberikan bisa tepat saasaran dan diupayakan secara optimal dan maksimal. Beberapa prinsip dan ciri tersebut diantaranya:


Prinsip Skala perkembangan mental


prinsip skala perkembangan mental yang dimaksud adalah, guru bisa memahami kebutuhan anak berdasarkan kemapuan dan skala kecerdasannya, mengingat setiap anak memiliki kecerdasan berbeda, termasuk halnya dengan anak tunagrahita. Dengan mernerapkan prinsip ini maka bisa diketahui pengetahuan tentang perbedaan inter dan intra personal setiap peserta didik.


Prinsip Ketangkasan Motorik


Prinsip ketangkasan motorik lebih mengedepankan pengoptimalan fungsi motorik kasar maupun halus pada setiap peserta didik, agar anak tunagrahita bisa maksimal memanfaatkan kemampuan motorik kasar dan halus yang dimikinya.


Prinsip Contoh Keperagaan


Prinsip contoh keperagaan diterapkan agar anak tunagrahita lebih bisa memiliki gambaran konkret tentang sesuatu, karena keterbatasan intelektualnya membuat anak tunagrahita tidak terlalu mampu untuk memikirkan hal yang abstrak.


Untuk itu sangat penting ketika mengajar anak tunagrahita menggunakan alat peraga. Misaknya ketika mengajarkan kata bebek sisipkan gambar bebek, kata bebek ditulis tebal sedangkan gambar ditulis tipis, agar anak bisa memiliki gambaran sehingga mudah memahami dan mengingat.


Prinsip Kegiatan Pengulangan


Ketika memberikan pembelajaran pada anak tugrahita, usahakan sering melakukan pengulangan sampai anak tunagrahita memahami pelajaran yang diberikan. Usahakan jangan pindah pada materi selanjutnya jika materi yang dipelajari belum dipahami dengan benar, karena daya ingat dan daya tangkap anak tunagrahita lebih kurang dari anakyang lainnya.


Prinsip adanya Korelasi


Dalam prinsip korelasi usahakan jika memberikan pembelajaran dengan anak tunagrahita dikorelasikan dengan pembelajaran lain dan ada kaitannya dengan kegiatan yang biasa dia lakukan sehari-hari, agar lebih mengena dan mudah dipahami.


Prinsip Hubungan Berkelanjutan


Prinsip berkelanjutan maksudnya ketika kita memberikan pembelajaran denagn anak tunagrahita, meskipun agak terlambat dalam memahami dan harus terus melakukan pengulangan tapi tetap harus maju melanjutkan pelajaran ke tahapan yang lebih tinggi. Misal ketika belajar matematika 1x1=1, 1x2=2 terus lakukan pengulangan sampai bisa, dan ketika sudah bisa lanjutkan dengan perkkalian 3x1 lalu 4x1 dan seterusnya.


Prinsip Individualitas


Prinsip individualitas yaitu menekankan pada kemampuan setiap individu anak. Membiarkan anak tunagrahita belajar dengan irama dan kemampuannya sendiri. Meski tetap harus menjalin interaksi dengan teman-temannya. Dia tetap belajar dalam satu ruangan namun dengan kedalaman materi yang berbeda.


Ciri Khas Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Ada ciri khas yang digunakan ketika memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita agar ketika mengajari anak tunagrahita lebih mudah dan mengena. Ciri khas tersebut diantaranya, yaitu:


Penggunaan Bahasa


Bahasa yang digunakan dalam memberi layanan pendidikan bagai anak tunagrahita harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Penyampaiannya harus tegas lugas dan tidak berbelit-belit. Usahakan menggunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak.


Posisi Di Kelas


Posisi duduk ataupun ketika berkegiatan pada anak tunagrahita usahakan ditempatkan pada posisi paling depan dan ditempatkan berdekatan dengan anak yang kira-kira memiliki kemampuan yang hampir sama, atau sekiranya yang bisa menerima keadaannya dan akrab dengannya.


Tersedianya Program Khusus untuk Anak Tunagrahita


Perlu disediakan program khusus yang melatih sensorik dan motorik serta akademik dan sosial anak tunagrahita, agar bisa berkembang secara optimal, sehingga kesulitan yang dirasakan ketika enghadapi anak tunagrahita bisa segera ditangani oleh ahlinya.


Demikian ulasan tentang anak tungrahita dengan segala seluk beluknya, karakteristik, klasifikasi, penyebab sampai pada layanan pendidikan yang tepat yang bisa kita terapkan untuk memmbantu anak-anak tunagrahita tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan memiliki harga diri.


Semoga Allah hayyul Qoyyum selalu memberi pertolongan kepada kita. Mampu menjadi hamba yang hanif dan bertanggung jawab, serta bisa bermanfaat untuk sesama. Semoga artikel singkat yang masih jauh dari sempurna ini setidaknya bisa membuka sedikit wawasan tentang anak tunagrahita. Salam pengasuhan.






Referensi



Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.

Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa


Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger