Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan Pemikirannya Ki Hajar Dewantara

Minggu, 31 Juli 2022
Siapa yang tidak kenal dengan bapak Ki. Hajar Dewantara. Saya rasa semua kenal dengan tokoh Nasional ini. Bukan hanya orang-orang yang bergerak dalam dunia pendidikan, khalayak umum pun selayaknya kenal dengan tokoh pendidikan nasional ini.


tokoh pendidikan anak usia dini

 

Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan pemikirannya Ki Hajar Dewantara menggugah saya untuk menuliskannya dalam Ruang Narasi dan Isnpirasi Nita. Sains terkejut dengan pernyataan bahwa Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai tokoh pendidikan Anak Usia Dini?

Pastinya engga, dong, ya! Pasti ngerti, khan? Iya, dong, masa ga ngerti (bertanya pake ala-ala Kinan)

Kenal Ki Hajar Dewantara Lebih Dekat


Seperti yang telah kita tahu, bahwa Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan nasional yang juga merupakan Menteri pedidikan, di era kemerdekaan Indonesia.

Kecintaannya pada dunia pendidikan tidak diragukan lagi, bahkan diakui secara nasional, sehingga tanggal lahirnya pun diabadikan sebagai hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 mei, sesuai denagn keputusan presiden yang dikeluarkan tahun 1959 No. 305.

Ki Hajar Dewantara merupakan keturunan ningrat berdarah Yogyakarta. Kaum berpendidikan di masa dahulu adalah khusus untuk kaum bangsawan dan kaum petinggi yang memiliki kedudukan serta jabatan. Tidak seperti sekarang, pendidikan bisa dinikmati oleh segala lapisan, asal memilki keinginan mengenyam pendidikan, maka siapa pun bisa.

Untuk itu bisa dipastikan bahwa kaum pendahulu di era penjajahan, kalangan yang mampu mengenyam pendidikan tinggi adalah orang-orang yang memiliki kedudukan.

Ki Hajar Dewantara yang dilahirkan di era penjajahan pada tanggal 2 mei 1889, sangat beruntung terlahir dari kaum berada, sehingga Soewardi Soerjaningrat yang merupakan nama asli Ki Hajar Dewantara, bisa mngenyam pendidikan dengan sangat baik.

Sekolah pertama yang didirikannya diberi nama Taman Siswa sampai sekarang masih beroperasi

Pemikiran Dasar Ki Hajar Terkait Pendidikan


Sistem pendidikan yang kala itu dijadikan landasan adalah sistem pendidikan dengan pemberian sangsi dan hukuman. Ketambah lagi budaya rasis benar-benar dikedepankan. Perlakuan terhadap bangsa pribhumi dengan kaum kolonial sangat berbeda.

Dari sini Ki hajar ingin sekali merubah prinsip pendidikan yang tidak manusiawi ini dengan pendidikan yang seimbang dan manusiawi.

Cipta, Rasa dan Karsa. Ini yang menjadi landasan berpikir Ki Hajar tentang kejiwaan manusia. Dari sinilah Ki Hajar mengembangkan pikirannya terhadapa unsur psikologis yang dimiliki manusia menjadi pengembangan konsep pendidikan yang seimbang.

Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengembangkan tiga aspek ini yaitu cipta, rasa dan karsa secara seimbang. Pendidikan yang menitikberatkan hanya pada aspek cipta atau daya pikir, menjadikan manusia tumbuh menjadi sosok yang kurang humanis dan manusiawi.

Untuk itu Ki hajar menyertakan karsa dan rasa. Karsa mengandung arti kehendak atau keinginan serta gerak. Sedangkan rasa mengandung arti hati atau akhlak. Sayangnya hingga saat ini pun sistem pendidikan di kita masih menitikberatkan pada aspek cipta.

Pemikiran Ki Hajar dalam mengembangkan 3 aspek ini dalam proses pendidikan dipertahankan sampai sekarang dan lebih popular dengan sebuatan 3 ranah pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia akan lebih manusiawi jika dia mengerti tentang budaya tempat ia hidup atau budaya di lingkungannya. Dengan memahami budaya di lingkungannya, manusia bisa lebih mampu memaknai keberadaannya, untuk apa dia hidup dan akan kemana nantinya.

Ide Gagasan “Among” dalam Sistem Pendidikan Ki Hajar


Menurut Ki Hajar, manusia merdeka adalah manusia yang mampu menghargai keberadaan manusia lainnya.

Sistem pendidikan ‘Among” yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara adalah system pengajaran yang berdasarkan asih, asah dan asuh. Sesuai dengan pepatah yang diusungnya.

Educate the head, the heart, and the hand. ~Ki Hajar Dewantara~


Selain system pengajaran yang dilandasi dengan asih, asah dan asuh. Pendidikan juga harus diterapkan dalam 3 ranah, yaitu ranah keluarga, sekolah dan juga lingkungan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama yang yang didapatkan.

Sistem among yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah terdiri dari

Ing ngarso sing tuludo


pendidik berada di depan dan memberikan keteladanan, seperti layaknya pendidikan yang diterapkan pada anak usia dini, tidak terlalu memberikan banyak petuah dan nasihat tapi lebih kepada uswah atau keteladanan.

Ing Madya mangunkarso


Pendidik berada di tengah memiliki arti banyak memberikan motivasi untuk membangkitkan kemauan peserta didik untuk lebih mau berkarya.

Tut Wuri Handayani


Pendidik berada di posisi belakang untuk selalu memberi dorongan agar para anak didik mampu mandiridan bekerja sendiri.

Ketiga hal ini dikembangkan sesuai dengan umur anak dan keadaan anak. Pendidik harus mempunyai sifat ing ngarso sungtuludo, ing madya mangunkarso, tut wuri handayani. Anak diberikan bimbingan dan arahan, namun tetap diberikan kebebasan namun tetap diberikan motivasi dan dorongan.

 Ki Hajar DewantaraTokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan Pemikirannya


Pemikiran beliau tentang Pendidikan Anak Usia Dini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Maria Montessori dan juga Frobel.

Pendidikan Anak Usia Dini yang diterapkan oleh Ki Hajar lebih diutamakan kepada 2 hal yaitu pendidikan karakter dan pendidikan among.

1. Pendidikan Karakter


Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini bukan berupa mata pelajaran, tapi lebih ditekankan pada penanaman nilai dan moral, bertujuan untuk membentuk manusia berkarakter baik.

Pendekatan yang dilakukan adalah melalui contoh teladan, mendongeng, dan bermain, dengan menekankan pada karater dan moral dalam nilai adat istiadat, sopan santun dan perilaku.

2. Pendidikan Among


Seperti yang telah dijelaskan di atas tentang sistem among yang terdiri dari ing ngarso sing tuludo, ing madya mangunkarso, tut wuri handayani.

Ketiga hal di atas merupakan alat pendidikan yang dapat melancarkan keberhasilan program pendidikan.

Ketiganya direalisasikan melalui 4 nilai yaitu motivasi, reinforcement (penguatan), Reward (Penghargaan) dan Punishment (sangsi).

***

Demikian sekelumit tentang tokoh pendidikan anak usia dini dan pemikirannya Ki Hajar Dewantara. Semoga kita bisa terus meneladaninya. Terimakasih Bapak Pendidikan. Jasa-jasamu tetap akan kami kenang dan amanatmu akan kami upayakan untuk tetap menjalankannya. 



Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger