Bagaimana Menulis Cerita Anak Agar Menarik?

Kamis, 17 Oktober 2024

Hai Super Parents…

Berminat membuat atau menulis buku cerita anak? Boleh lho, selain sebagai pembaca buku cerita untuk Ananda, Super Parents juga bisa mengembangkan keterampilan serta keahlian lebih meningkat lagi. Yup…menulis buku cerita anak. Apa saja sih kaidah yang harus diperhatikan. Bisa dibaca sampai selesai ya.


menulis cerita anak




Menulis buku cerita anak adalah seni yang memadukan kreativitas, pemahaman psikologi anak, dan keterampilan bercerita. Sebagai penulis, kita tidak hanya dituntut untuk menciptakan kisah yang menghibur, tetapi juga harus mampu menyampaikan nilai-nilai penting dengan cara yang mudah dipahami dan menarik bagi anak-anak.

Dalam era digital sekarang ini, buku cerita anak tetap menjadi pilihan istimewa bagi para orang tua. Buku sudah diketahui sebagai media penting dalam perkembangan literasi, imajinasi, dan karakter anak. Oleh karena itu, menguasai teknik penulisan buku cerita anak menjadi kunci untuk menghasilkan karya yang tidak hanya disukai anak-anak, tetapi juga bermanfaat bagi perkembangan mereka.

Artikel ini akan membahas berbagai aspek penting dalam teknik penulisan buku cerita anak. Mulai dari pemilihan tema yang sesuai, pengembangan karakter yang menarik, hingga penggunaan bahasa dan gaya penceritaan yang tepat untuk ananda.

Artikel ini bisa dijadikan panduan menulis bagi pemula yang baru memasuki dunia karya tulis anak atau bagi penulis yang sudah berpengalaman dan ingin menyegarkan keterampilan menulisnya. Yuk kita mulai perjalanan menarik dalam dunia penulisan buku cerita anak!

 
Ragam Sastra Anak


Dikutip 0leh Sarumpaet (2010), Davis memiliki pandangan tentang karya sastra anak. Menurutnya sastra anak adalah karya yang dibaca oleh anak-anak melalui "pendampingan orang dewasa". Hal yang menarik adalah dalam sebuah karya sastra anak dibutuhkan peran orang dewasa di dalamnya, baik sebagai penulis maupun sebagai pembaca buku cerita yang membimbing pemahaman anak menjadi lebih kaya.

Mengutip pernyataa dari Nurgiyantoro ( 2013) bahwasannya Huck dan kawan-kawan berpendapat bahwa sastra anak itu memiliki "batas-batas" khusus yang disesuaikan dengan sejauh mana pengalaman yang udah dialami anak, pengetahuan apa yang bisa dicerna oleh anak dan hal apa yang sesuai dengan perkembangan emosi dan kejiwaan dalam dimensi dunia anak-anak. Menarik ya?!

Begitu menariknya dunia cerita anak, Christantiowati menjelaskan bahwa banyak sekali penulis besar yang tadinya menulis cerita dewasa beralih menjadi seorang penulis buku cerita anak, diantaranya, yaitu cerita yang bertajuk Robin Hood, Robinson Crusoe, Gulliver's Travel

Awalnya, cerita-cerita ini dibuat untuk orang dewasa lho! Tapi seiring waktu, cerita-cerita ini diadaptasi khusus buat anak-anak atau malah "diadopsi" sendiri oleh anak-anak sebagai cerita mereka.

Jadi intinya, sastra anak itu adalah kolaborasi unik antara dunia dewasa dan dunia anak-anak. Walaupun penulisnya orang dewasa, tapi isinya harus bisa masuk ke dunia anak-anak dengan cara yang tepat dan sesuai perkembangan mereka!

Apa yang Harus Diperhatikan dalam Menulis Cerita Anak?


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang penulis jika ia ingin menulis buku cerita anak yang menarik dan sesuai dengan tahap perkembanagn anak serta dunia anak. Beberapa hal tersebut diantaranya:

Tema dan Nilai


Tema cerita yang diangkat bisa berdasarkan realitas, fantasi, atau cerita rakyat. Sebisa mungkin mengandung tema sederhana namun memantik rasa ingin tahu anak. Sematkan nila universal berupa pesan moral seperti kejujuran, toleransi, tanggung jawab dan karakter positif lainnya dalam alur cerita.

Tokoh dan Penokohan


Tokoh yang ditampilkan bisa berupa manusia, binatang, tumbuhan, atau benda yang "dihidupkan". Tokoh utama yang diangkat sebaiknya anak-anak. Jadikan tokoh dewasa sebagai pendukung saja. Penokohan harus realistis namun tidak terlalu sempurna agar anak bisa mengidentifikasi diri.

Latar


Latar di sini mencakup latar tempat, waktu, dan sosial-budaya. Pemilihan latar harus sesuai dengan nalar anak dan terdapat kesesuaian dengan ilustrasi buku.

Alur/Plot


Dalam cerita anak umumnya menggunakan alur maju agar jalan cerita lebih mudah dipahami oleh anak. Konflik yang disajikan harus sederhana agar membuat jalan cerita menjadi menarik di mata anak. Namun bisa dipahami juga oleh orang dewasa.

Amanat


Amanat yang disematkan dalam buku cerita bisa berupa amanat didaktik (pendidikan) atau moral, secara tersirat maupun tersurat sehingga sifatnya tidak menggurui. Pesan moral yang disampaikan bisa berkaitan dengan diri sendiri, terhadap sesame, tentang hubungan dengan pencipta dan juga alam.

Sudut Pandang


Sudut pandang yang digunakan sangat mempengaruhi bagaimana cerita bisa tersampaikan. Sudut pandang ini bisa berperan sebagai orang pertama sebagai aku atau orang ketiga sebagai dia.

Bahasa dan Gaya


Bahasa yang digunakan harus Bahasa sederhana yang mudah dipahami anak-anak. Gunakan kata-kata yang nyata dan kalimat sederhana untuk anak kecil. Gaya bercerita meliputi stile (gaya bahasa) dan nada (tone) yang sesuai untuk anak-anak.

Ilustrasi


Ilustrasi sangat menentukan suksesnya sebuah buku cerita bisa menarik atau tidak, terutama jika diperuntukan bagi buku anak prabaca dan pembaca dini. Harus logis dan sinkron dengan teks cerita.

Untuk itu idealnya seorang penulis buku cerita anak harus bekerja sama dengan ilustrator agar hasilnya maksimal.

Pemahaman dan penerapan unsur-unsur ini akan membantu penulis menciptakan buku cerita anak yang berkualitas, sesuai dengan perkembangan psikologis anak, dan mampu menyampaikan nilai-nilai positif secara efektif.


Jenis Karya dalam Menulis Cerita Anak


Ada beberapa macam jenis buku cerita anak yang bisa kita kembangkan. Kuncinya tetap harus disesuaikan dengan umur serta pemahaman anak. Beberapa jenis karya buku cerita anak diantaranya yaitu:

Buku Bergambar Nirkata (Wordless Picture Book)


Buku ini unik karena ceritanya hanyha menggunakan gambar, tidak ada kata-kata sama sekali (100% visual). Targetnya adalah untuk anak yang belum bisa baca (prabaca). Untuk itu cara membacanya orang tua atau guru harus mendampingi.

Manfaatnya membuat anak kreatif berimajinasi karena mereka harus menebak-nebak ceritanya. Namun tantangannya beberapa anak mungkin kesulitan dalam menafsirkan jalan ceritanya secara mandiri. Jenis buu ini di Indonesia masih jarang, mungkin karena butuh ilustrator yang super jago agar buku ini bisa hidup.

Buku Bergambar (Picture Book)


Jenis buku ini merupakan format paling populer buat anak-anak. Gambar mendominasi dengan prosentase 70-90% dari isi buku. Teksnya sangat sedikit hanya terdiri dari beberapa kata atau kalimat pendek saja. Cocok buat anak prabaca dan yang baru belajar baca. Satu buku biasanya satu cerita utuh dan gambar serta teks saling melengkapi agar cerita bisa tersampaikan.

Buku Bab (Chapter Book)


BUku ini seperti jembatan antara buku bergambar dan novel. Ceritanya sudah terbagi dalam bab-bab pendek. Biasanya masih menggunakan format A4 atau B5. Setiap bab ada gambarnya, namun tidak sebanyak buku bergambar. Sangat cocok untuk anak yang sudah mulai lancar membaca tetapi belum siap beranjak pada buku sejenis novel. Teksnya lebih banyak, tapi masih ramah anak. Biasanya ceritanya lebih kompleks dari buku bergambar


Novel Awal (First Novel)


Ditandai dengan ukuran yang lebih kecil yaitu menggunakan kertas A5 atau A6. Ketebalan melebihi buku bab dan sudah lebih rapi alur ceritanya. Jenis novel awal tarhet sasarannyya adalah untuk anak yang sudah lancer membaca. Ada ilustrasi tapi lebih sedikit dan alur cerita mulai kompleks namun masih terhitung ringan, biasanya dalam bentuk serial bersambung.

Novel


Jenis nobel merupakan jenis buku cerita yang masuk dalam format buku cerita dewasa namun segi isi masih diperuntukan untuk anak usia sekitar 10 – 12 tahun. Jalan cerita sudah kompleks dengan jumlah halaman yang cukup tebal sekitar ratusan. Contoh terkenal: Harry Potter atau Si Dul Anak Jakarta.

Buku Kumpulan Cerpen


Satu buku isinya beberapa cerita pendek. Tiap cerita biasanya ada satu gambar aja. Jenis buku kumpulan cerpen ini cocok buat pembaca awal yang udah bisa baca sendiri karena teks lebih dominan dibanding gambar. Lewat buku ini anak bisa baca satu cerita selesai, istirahat, lanjut cerita lain.

Komik


Komik merupakan buku cerita yang full gambar. Cerita yang disajikan lewat gambar yang berurutan ditambahkan dengan dialog. Ada balon teks untuk percakapan tokoh. Bisa untuk anak-anak atau dewasa. Kombinasi sempurna antara visual dan teks. Cocok buat pembaca lancar yang menyenangi hal visual. Bisa jadi cara asyik buat anak yang malas membaca teks panjang.


Intinya, buku cerita bergambar itu adalah perpaduan antara gambar dan tulisan yang saling melengkapi satu sama lain. Bayangkan seperti duet yang kompak - gambarnya nggak bisa sendirian, tulisannya juga butuh teman. Mereka kerja sama untuk menyampaikan cerita dengan lebih menarik.

Buku jenis ini biasanya menceritakan hal-hal yang dekat dengan keseharian anak-anak. Tokohnya bisa manusia atau bahkan binatang-binatang lucu yang punya sifat seperti manusia. Yang keren, ceritanya dibuat supaya anak-anak bisa menghubungkan dengan pengalaman mereka sendiri.

Resep Rahasia Menulis Buku Cerita Anak Bergambar


Nah, supaya buku cerita bergambar ini bisa bikin anak-anak tertarik, ada beberapa "resep rahasia" yang perlu diperhatikan:

  1. Jalan ceritanya harus seru! Kalau ceritanya membosankan, anak-anak bakal males baca dong.
  2. Topiknya harus menarik untuk anak-anak. Misalnya tentang petualangan, persahabatan, atau hal-hal seru lainnya yang bikin mereka penasaran.
  3. Ceritanya harus "pas" dengan umur pembacanya. untuk anak prasekolah lebih baik menggunakan banyak pengulangan dan irama yang asyi. untuk pembaca yang lebih besar usianya alur ceritanya  bisa dibuat lebih kompleks dengan alur yang jelas dan dialog yang menarik
  4. Ceritanya sebaiknya memiliki kesesuaian dengan pengalaman sehari-hari anak atau hal-hal yang mereka suka.
  5. Gunakan bahasa yang kesannya akrab dan ramah, layaknya sedang berbicara dengan teman sendiri.
  6. Pemilihan gambar yang digunakan sangat penting sekali! Harus sesuai dengan latar belakang budaya dan keluarga anak-anak. Bisa juga memperkenalkan mereka pada hal-hal baru yang belum mereka ketahui.
  7. Ceritanya harus membuat anak-anak ingin membaca berulang-ulang. Kamu tau kan rasanya waktu masih kecil minta dibacain cerita yang sama terus-terusan? Nah, seperti itu!
  8. Yang terakhir, baik bahasa maupun gambarnya harus bisa memberikan informasi dan ide-ide baru yang memperkaya pengetahuan anak.

Jadi intinya, buku cerita bergambar itu bukan hanya sekedar buku dengan gambar cantik saja. Tapi lebih dari itu, dia adalah alat yang powerful dalam membantu anak-anak belajar having fun! Gambar dan tulisannya bekerja sama untuk membuat cerita menjadi lebih hidup dan mudah dipahami anak-anak. Ditambah lagi, buku seperti ini bisa jadi teman setia anak-anak dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka.

Nah, bagaimana Super Parents dan para pendidik, apakah sudah memiliki gambaran tentang bagaimana cara menulis cerita anak? Idealnya jika ingin lebih memahami harus langsung praktik, nih. Sudah siap mempraktikannya? Bisa dimulai dari menulis buku cerita bagi anak-anak pra membaca yang cenderung lebih sederhana dan mudah. Yuk, dicoba!

Rahasia Metode Pembelajaran PAUD yang Menyenangkan dan Merangsang Kreativitas

Selasa, 15 Oktober 2024

 Halo, Super Parents!


Pernahkah kalian melihat mata anak-anak berbinar-binar saat menemukan sesuatu yang baru? Atau mendengar celoteh penuh semangat mereka saat bercerita tentang pengalaman seru di sekolah? Nah, itulah momen-momen emas yang bisa kita manfaatkan untuk mengenalkan sains pada si kecil!


metode pembelajaran paud

 

Tunggu dulu, jangan buru-buru membayangkan anak TK dengan jas lab dan kacamata tebal ya. Sains untuk anak usia dini itu justru penuh warna, tawa, dan kegembiraan! Bayangkan saja ketika kita bersama anak-anak bermain balon sabun sambil belajar bagaimana cara membuatnya, atau membuat es krim sambil memahami perubahan wujud. Seru kan?

Di artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai metode pembelajaran sains yang asyik dan mudah diterapkan untuk anak usia dini. Dari bercerita sampai bereksperimen, semua dikemas dalam aktivitas yang membuat anak-anak betah belajar. Yang lebih seru lagi, kita akan membongkar rahasia di balik setiap kegiatan, supaya Super Parents bisa menjadi 'ilmuwan cilik' bersama si kecil di rumah. Yuk simak bersama, 8 metode yang bisa kita aplikasikan bersama Ananda.

Metode Pembelajaran untuk Sains Anak


1. Metode Bercerita


Metode ini menggunakan cerita untuk menyampaikan konsep sains kepada anak-anak. Cara menerapkannya yaitu dengan konsep bercerita, bisa juga menggunakan bantuan buku atau melalui pengetahuan lisan para guru atau Super Parents.

Misalnya Super parents atau guru bisa menceritakan proses air hujan yang turun membasahi bumi. Kisah ini bisa dikemas dalam tema "Petualangan Tetesan Air". Super Parents bisa memulai bercerita tentang siklus air. Cerita ini mengikuti perjalanan setetes air dari awan, turun sebagai hujan, mengalir di sungai, dan akhirnya menguap kembali ke langit. Berkumpul Kembali menjadi awan dan jatuh lagi Kembali ke bumi berupa air hujan. Dan seterusnya.

2. Karya Wisata


Metode ini melibatkan kunjungan ke lokasi tertentu untuk pengalaman langsung. Menurut Moeslichatoen metode karya wisata merupakan salah satu metode yang dilaksanakan dengan cara mengamati dunia secara langsung dan nyata.

Aktivitasnya banyak ragam, salah satu aktivitas yang bisa dipilih adalah kunjungan ke kebun binatang untuk mempelajari berbagai jenis hewan, habitatnya, dan cara mereka beradaptasi dengan lingkungan.

3. Sosio Drama


Metode sosiodrama disebut juga role playing. Metode pembelajaan ini dilakukan melalui konsep memerankantokoh atau sebuah benda dengan bertujuan agar anak-anak mampu berekspresi, berimajinasi dan mengembangkan daya kreativitas melaui figure tokoh yag diperankannya.

Dalam pembelajaran sains anak-anak bisa memerankan skenario tertentu untuk memahami konsep sains. Skenario yang bisa disusun misalnya anak-anak memerankan proses fotosintesis. Beberapa anak berperan sebagai tanaman, sementara yang lain menjadi matahari, air, dan karbon dioksida juga oksigen dan glukosa.

4. Pemberian Tugas


Masih menurut Moeslichatoen, bahwa dalam metode pemberian tugas anak-anak diberikan tugas yang disesuaikan dengan kemampuannya dan harus dikerjakan dengan baik bertujuan memberikan pengalaman yang nyata kepada anak bisa dilakukan secara individua tau kelompok.

Anak-anak diberi tugas spesifik terkait konsep sains. Misalnya merancang kegiatan bersama Ananda dengan meminta mereka mengumpulkan daun-daun yang jenis berbeda-beda. Kemudian mengelompokkannya berdasarkan bentuk atau warna. Setelah itu anak-anak bisa mempresentasikannya di depan teman-teman dan juga gurunya.


5. Bercakap-cakap


Menurut Hildebrand metode bercakap-cakap memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dan perasaannya secara verbal melalui proses pembelajaran, hal ini bisa mengembangkan kemampuan Bahasa reseptif dan ekspresif Ananda.

Metode ini melibatkan diskusi interaktif tentang topik sains. Menerapkannya bisa dengan cara Super Parents membuka diskusi tentang cuaca. Lakukan diskusi interaktif dengan meminta anak-anak berbagi pengalaman mereka, menceritakan apa kesan mereka dan dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan terbuka seperti "Apa yang terjadi saat hujan?"

6. Metode Eksperimen


Kegiatan eksperimen dilakukan bersama anak dengan bermacam tema, misalnya memilih tema untuk mengetahui penyebab benda bisa tenggelam dan terapung. Langkah percobaan yang dilakukan yaitu dengan meminta ananda memasukkan berbagai benda ke dalam air untuk melihat apakah benda tersebut tenggelam atau mengapung.

Sambil melakukan percobaan, ajak Ananda berdiskusi kenapa keadaan itu bisa terjadi. Sedikit bocoran, nih tentang teori tenggelam dan terapung untuk diceritakan pada Ananda. Beritahu Ananda bahwa ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam air, ada dua gaya utama yang bekerja yaitu gaya gravitasi yang menarik benda ke bawah, dan gaya apung (buoyancy) yang mendorong benda ke atas.

Benda yang lebih padat dari air artinya memiliki massa jenis yang lebih besar, hal ini menunjukkan gaya gravitasi lebih besar dari gaya apung, sehingga benda tenggelam. Sebaliknya Jika benda kurang padat dari air dalam artian massa jenis lebih kecil, maka gaya apung lebih besar dari gaya gravitasi, oelh karena itu benda bisa mengapung.

Contohnya batu kecil (padat) akan tenggelam karena massa jenisnya lebih besar dari air sedangkan potongan gabus (kurang padat) akan mengapung karena massa jenisnya lebih kecil dari air.


7. Metode Demonstrasi


Melalui metode demonstrasi guru bisa menunjukkan proses sains kepada anak. Metode demonstrasi menurut Djamaroh adalah cara penyajian pembelajaran dengan memeragakan atau menunjukkan sesuatu kepada anak.

Banyak sekali aktivitas sains yang bisa menggunakan metode demonstrasi, salah satunya kita bisa melakukan percobaan bersama Ananda tentang perubahan wujud air. Pendidik atau Super Parents bisa mendemonstrasikan perubahan wujud air dari es (padat) menjadi air (cair) dan uap (gas). Perubahan wujud terjadi karena perubahan energi panas (kalor) yang dimiliki molekul-molekul air:

Contoh praktis yang bisa didemontrasikan adalah es batu yang dibiarkan di suhu ruang akan mencair dan air yang direbus akan menguap dalam bentuk asap yang keluar dari panci.

8. Metode Proyek: Menanam dan Merawat Tanaman


Moeslichatoen menjelaskan bahwa metode proyek adalah metode pembelajaran yang dapat melatih konsep tanggung jawab pada anak, selain itu meetode pembelajaran ini juga bisa melatih daya konsentrasi serta mengembangkan kreativitas anak.

Super parents dan pendidik bisa membuat proyek bersama anak tentang merawat tanaman misalnya. Kegiatan proyek dilakukan dari mulai menanam biji, merawatnya, dan mengamati pertumbuhannya selama beberapa minggu.

Melalui proyek bersama ini anak-anak jadi memahami bahwa proses pertumbuhan tanaman melibatkan beberapa proses biologis yang diantaranya yaitu:

Perkecambahan: Biji menyerap air, mengaktifkan enzim-enzim yang memecah cadangan makanan dalam biji. Embrio dalam biji mulai tumbuh, mendorong akar dan tunas keluar.

Fotosintesis: Setelah daun tumbuh, tanaman mulai melakukan fotosintesis, mengubah energi cahaya menjadi energi kimia (glukosa) dengan bantuan klorofil, air, dan karbon dioksida.

Pertumbuhan: Tanaman menggunakan energi dari fotosintesis untuk membentuk sel-sel baru, memperpanjang batang dan akar, serta mengembangkan daun baru.

Metode proyek biasanya memerlukan waktu yang agak Panjang. Dari proyek menyemai biji kacang hijau didapatkan beberapa kesimpulan bahwa biji kacang yang ditanam akan berkecambah dalam beberapa hari jika diberi air cukup. Tanaman yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh pucat dan lemah karena kurang fotosintesis.


Poin Penting dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di PAUD


Nah, Super Parents kita sudah menjelajahi berbagai metode seru untuk mengenalkan sains pada si kecil. Ingat ya, kunci utamanya bukan hanya pada apa yang diajarkan, tapi bagaimana cara mengajarkannya. Biarkan rasa ingin tahu anak menjadi bintang utama dalam perjalanan belajar mereka.

Ada beberapa poin penting yang harus diterapkan oleh Super Parents yaitu jadikan pembelajaran sains itu fleksibel bisa dilakukan di mana saja, kitab isa menyulap dapur menjadi laboratorium sains untuk melakukan berbagai aktivitas bersama Ananda. Begitu pula dengan halaman rumah yang bis akita sulap menjadi kelas.

Jangan pernah takut dengan pertanyaan "kenapa?" dari si kecil. Justru, itu tanda mereka sedang mengembangkan pemikiran kritis. Kalau bingung menjawab, jadikan itu kesempatan untuk mencari tahu bersama.

Kegagalan dalam eksperimen? Itu bonus pelajaran! Ajari anak bahwa ilmuwan sejati juga sering gagal, tapi selalu belajar dari kegagalan itu. Yang penting, Super Parent harus tetap menjaga proses berkegiatan belajar bersama Ananda menyenangkan dan penuh keceriaan. Hal ini akan menggugah semangat anak.

Super Parents tidak perlu jadi Einstein untuk mengajarkan sains pada anak. Yang perlu dikembangkan adalah kesabaran yang super ekstra, kreativitas, dan juga keinginan belajar bersama.


Summary


Dengan menerapkan metode-metode yang sudah kita bahas, kita bukan hanya mengajarkan sains, tapi juga menanamkan kecintaan pada proses belajar dan penemuan. Siapa tahu, dari kegiatan sederhana meneliti benda bisa tenggelam dan terapung, kita sedang mempersiapkan ilmuwan-ilmuwan hebat masa depan!

Jadi, jangan ditunda lagi? Yuk, kita berpetualang sains bersama buah hati tercinbta! Biarkan tangan mereka kotor dengan tanah saat membuat proyek menanam pohon, atau membuat dapur berantakan ketika melakukan bereksperimen. Karena dampak dari semua itu, ada pembelajaran yang sangat berharga.

Selamat bereksperimen dan belajar bersama! Ingat, dalam dunia sains anak usia dini, proses itu sama pentingnya dengan hasil. So, nikmati setiap momen penuh kejutan dan keajaiban bersama mereka. Happy learning by doing Super Parents and Kids.

Rekomendasi Wahana Atlantis Ancol Terbaik untuk Anak-Anak

 Hai Super Parents!

Mau isi weekend ini dengan jalan-jalan seru bareng si kecil? Ada wahana yang bisa bikin si kecil happy, nih. Nilai plusnya juga banyak, lho! Selain mengisi quality time bareng keluarga, Wahana Atlantis Ancol bisa menjadi aktivitas seru yang bikin happy dan juga memberikan nilai plus untuk berbagai aspek perkembangan si kecil. 


Bagi Super Parents yang tinggal di seputaran Jakarta, Wahana Atlantis Ancol ini merupakan pilihan tepat sebagai tempat liburan yang educatif juga ramah di kantong. 


wahana-atlantis ancol

Di Wahana Atlantis Ancol yang didesain dengan gaya arsitektur Mediteranian kita bisa berenang bareng si kecil sambil menikmati suasana kota Mediteranian yang unik dan eksotis bareng si kecil. Auto berimajinasi menjadi penduduk istana Yunani, deh. Mata ini dimanjakan dengan panorama yang tidak biasa. Sungguh indah!


Si kecil bisa berenang, main air, sekaligus belajar tentang mitologi Yunani dan sejarah Atlantis. Keren kan? Kognitif si kecil makin berkembang nih. o, iya, jangan lupa juga selingi kegiatan berenang dengan bercerita apa saja bersama Ananda Tema cerita bisa diambil dari hasil tangkapan mata di lingkungan tempat bermain. Sudah pasti kemampuan bahasa ananda juga akan semakin berkembang.  Siapa tau nih, pulang-pulang si kecil jadi tertarik baca buku sejarah mediterania!


wahana atlantis ancol



Jadi, daripada bingung weekend mau ngapain, mending kita siap-siap saja nih buat petualangan seru di Atlantis Ancol. Wisata Ancol bukan hanya Dufan, lho, ada wahana atlantis Ancol. Kolam renang dengan tema Atlantis ini punya sederet wahana yang menarik bagi anak-anak.

Harga tiket Atlantis Ancol ramah di kantong dan banyak pilihan paketnya, seperti tiket reguler, annual pass hingga six month pass. Jika Anda dan keluarga hobi berenang, maka Atlantis pasti akan menjadi tempat wisata terfavorit.

Apa saja pilihan wahana yang menarik untuk anak-anak? Simak rekomendasinya, nih Super Parents.

8 Wahana Atlantis Ancol yang Asyik untuk Anak-anak


Bukan sekedar kolam renang biasa, Atlantis Water Adventures merupakan taman rekreasi air tematik dengan konsep peradaban wilayah Mediterania. Anak-anak serasa diajak untuk berpetualang ke dunia bawah laut yang hilang, karena ada sembilan jenis kolam yang tersedia.

Ada apa saja di Atlantis Ancol? Berikut ini beberapa wahana yang paling menarik bagi anak-anak:

1. Antila River


Sesuai dengan namanya, wahana yang satu ini berbentuk sungai yang mengalirkan air. Super Parents dan ananda bisa menaiki ban pelampung dan berjalan otomatis sesuai dengan aliran air. Ini, nih yang bisa membuat ananda lebih mahir lagi dalam melatih kontrol gerakan dan koordinasi.

Arusnya yang cukup kuat akan membawa Super Parents dan ananda berkeliling Atlantis Water Adventures dengan sangat puas. Lanskapnya yang teduh akan membuat kita semakin nyaman duduk bersantai di atas ban pelampung.


2. Poseidon Wave


Tidak harus pergi ke pantai untuk bisa merasakan ombak. Poseidon Wave menjadi salah satu wahana Atlantis yang bisa membuat anak-anak merasakan hembusan ombak yang kencang.

Supaya aman, nikmati hempasan ombak di di atas ban pelampung. Tubuh akan terasa dihempaskan kesana kemari dan menjadikannya sangat seru. Sangat menarik untuk menunggu ombak datang menghempaskan tubuh bersama dengan keluarga.


wahana dragon race atlantis ancol



3. Dragon Race


Belum puas rasanya bermain air tanpa menaiki seluncur. Dragon Race menjadi salah satu wahana Atlantis Ancol yang merupakan seluncur dengan panjang 116,6 meter.

Seluncur ini tersedia 4 jalur yang berdampingan dengan warna yang berbeda-beda, sehingga sangat seru jika dimainkan bersama-sama. Super Parents  dan ananda bisa berlomba-lomba siapa yang lebih dulu mendarat. Du, ini sih sudah pasti seru banget.


4. Astha Tirta


Wahana Atlantis Ancol  merupakan kolam renang paling luas yang dilengkapi dengan 8 jenis papan seluncur. Setiap seluncuran memiliki arus yang deras sehingga mampu menguji adrenalin karena kecepatan yang semakin tinggi.

Seluncuran juga memiliki putaran dan kelok-kelok menantang, tetapi tetap aman untuk anak-anak. Ada banyak sensasi yang tidak terlupakan, karena di beberapa titik seluncur berupa terowongan yang menegangkan.

5. Crazy Slide


Jika ingin menaiki seluncuran yang lebih menantang lagi, Anda dan anak-anak bisa mencoba wahana Atlantis Ancol, Crazy Slide. Wahana ini memiliki lintasan yang lebih panjang yaitu 148 meter.

Seluncur terpanjang ini menjadikan Atlantis Ancol sebagai wisata Jakarta yang sangat diminati. Setiap titik juga memiliki terowongan sehingga bisa memicu adrenalin semakin mendebarkan.
 

6. Dragon Slide


Ingin menaiki wahana seluncuran bersama-sama? Anda perlu mencoba Dragon Slide. Seluncuran ini memiliki arus yang cukup deras dan bisa dinaiki bersama-sama menggunakan ban pelampung.

Setidaknya ada tiga orang yang bisa menaiki seluncur bersamaan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Keseruannya membuat Anda dan keluarga tidak akan pernah lupa dan justru bikin ketagihan.
 

7. Skybox


Sebuah wahana yang didatangkan langsung dari Eropa! Anda bisa bermain seluncur yang panjangnya 78,6 meter. Seluncuran ini berbeda karena hanya ada satu orang remaja hingga dewasa yang bisa menaikinya.

Perbedaan dari seluncuran lain adalah kemiringannya 80 derajat dengan ketinggian 1,8 meter. Kecepatan seluncurnya adalah 56 km/ jam, dan hanya butuh waktu 5 detik untuk terjun bebas.
 

8. Apollo Pool


Nah, bagi Super Parents yang masih memiliki putra-putri balita dan menyukai permainan yang lebih santai, ada baiknya memilih Apollo Pool sebagai wahana seru-seruan bareng si kecil. Kolam terbesar di Atlantis ini sangat cocok untuk berlatih keterampilan berenang. Whoa, motorik kasar dan halus ananda bisa semakin berkembang.

Lebar kolamnya 8 meter dengan panjang sampai 350 meter, jadi ananda dan Super parents bisa puas berenang di kolam ini. Ananda dan Super Parents bisa mengeksplor banyak kegiatan di sini.

Sudah tidak sabar untuk mencoba satu per satu wahana Atlantis Ancol? Anda bisa langsung membuat agenda liburan ke Atlantis Water Adventures pada akhir pekan nanti.

Jangan lupa persiapkan tiketnya dengan membeli dari sekarang supaya tidak perlu mengantri lagi membeli tiket. Siapkan juga baju ganti yang lengkap supaya aktivitas bermain jadi lebih tenang. Have a great week ends Super Parents and kids.



Referensi:

https://www.ancol.com/blog/kolam-renang-atlantis/

https://www.ancol.com/unit-rekreasi/atlantis-ancol--4

https://www.ancol.com/blog/wahana-atlantis-ancol/

5 Tahapan Perkembangan Ajaib Spiritual Anak

Minggu, 13 Oktober 2024

Hai Super Parents,…Assalamualaikum.


Ketika sedang jalan-jalan bersama si kecil, mungkin super parents pernah dikagetkan oleh celotehan si kecil yang dengan polosnya bertanya tentang wujud Tuhan. Bunda Tuhan itu seperti apa, sih? Punya tongkat sakti ya? Hmm…Atau pernah suatu kali sang putri kecil kemana-mana inginnya pakai mukena dan membawa Al-Quran di tangannya, bahkan selalu ada dalam tas mainnya. Tenang, kalian tidak sendiri, banyak juga orang tua lain mengalami hal yang sama.

Dunia spiritual anak-anak penuh kejutan bagaikan roller coaster, membuat kita sering merasa kaget. Namun tidak jarang juga tersenyum dan tertawa melihat tingkah polahnya dan juga karena imajinasinya yang terkadang di luar nalar. 

Apalagi di era digital sekarang, nih. Informasi yang diterima ananda banyak yang masuk dan tidak mudah untuk membendungnya. Mereka banyak mendapatkan info dari gadget. Dampaknya, menjadi orang tua di era digital ini menjadi petualangan seru yang sekaligus juga bikin deg-degan.

tahapan perkembangan keagamaan anak
 

Nah, supaya petualangan seru kita dalam mendampingi anak bisa berjalan dalam kenyamanan hakiki, yuk kita coba pahami tahapan perkembangan spiritual Ananda. Semoga dengan berbekal diri dengan pengetahuan ini, kita bisa mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi tingkah laku si kecil yang kadang menguji adrenalin kita. Semoga setelah paham, Super Parents akan dengan santai menanggapi keanehan tingkah si kecil dengan hanya bergumam “oh, itu memang hal wajar …!”

Siap-siap ya! Kita akan memecahkan kode 'bahasa rahasia' spiritual anak-anak, dari yang cuma bisa bilang "Tuhan baik" sampai yang sok-sokan ceramah ala ustadz cilik. Semoga setelah membaca pemaparan ini, Super Parents bakal memiliki kekuatan penuh untuk memahami dan membimbing perjalanan spiritual Si Kecil.

Tahapan Perkembangan Pembelajaran Nilai Keagamaan Anak Usia Dini  


Mari kita lanjutkan diskusi kita tentang bagaimana ananda yang sudah memasuki usia taman-kanak-kanak mulai mengenal dan memahami nilai-nilai agama. Berikut ini 5 kemungkinan tentang tahapan perkembangan dan pemahaman ketika anak diperkenalkan tentang nilai keagamaan, ada 5 tahapan nih Super Parents, diantaranya yaitu unreflective, egocentris, misunderstand-verbalis, ritualis, dan imitative.

Tahap Unreflective (Tanpa Refleksi)


John Echol (1995) Memaknai istilah reflektif sebagai tidak mendalam. Pada tahapan ini, anak belum memiliki kemampuan untuk menyaring informasi keagamaan yang mereka dapatkan secara mendalam. Mereka belum bisa merenungkan. Mereka akan menerima informasi sesuai dengan pikiran polos mereka. Kalau orang tua bilang "Tuhan selalu melihat kita", bisa saja Ananda berimajinasi Tuhan adalah sesosok makhluk yang memiliki mata besar dan mengawasi terus.

Ketika Super Parents bercerita tentang keindahan surga, bisa jadi dalam benak Ananda akan terbayang bahwa surga adalah suatu tempat yang dipenuhi dengan aneka coklat, permen dan juga puding. Atau hal lainnya sesuai dengan apa yang Ananda sukai dan gandrungi.

Untuk itu pada tahapan ini pemberian pengetahuan keagamaan masih dalam konteks yang sederhana. Jangan sekali-kali kita menakut-nakuti Ananda dengan ungkapan,"Nanti masuk neraka lho!". Fokus saja dulu ke hal-hal dasar seperti, "Tuhan sayang kita" atau "Berbuat baik itu penting".

Berbasis pernyataan Maria Montessori yang menerangkan bahwa pikiran anak usia dini layaknya sebuah spons, mereka akan menyerap segala informasi yang masuk ke dalam pikiran mereka dengan sangat mudah, semudah spons dalam menyerap cairan. Untuk itu pada tahapan ini ceritakan hal-hal yang baik terlebih dahulu.

Para pendidik dan orang tua juga tidak perlu terlalu kecewa atau memarahi anak ketika anak tidak serius menjalankan pembelajaran tentang salat atau doa, karena anak belum bisa serius dan merenungkan apa yang dipelajarinya. Apalagi jika kita menuntut mereka untuk mengikuti sama persis dengan apa yang kita ajarkan.

Hal ini bukan menunjukkan ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran, kita harus memahami bahwa memang anak sedang dalam tahapan pemahaman unreflective. Selain itu juga kemampuan mereka belum sempurna, misalnya perkembangan bahasa yang masih dalam tahap perkembangan, misalnya masih ada yang cadel atau banyak tidak mengenal kata dan juga tidak paham artinya. Banyak kata asing yang bisa mereka ketahui melalui pemeblajaran nilai agama. Selain itu motoriknya juga belum berkembang sempurna seperti halnya juga aspek perkembangan lainnya.

Tahap Egocentris (Berpusat pada Diri Sendiri)


Pada tahapan ini, anak sudah memasuki pada tahapan memiliki sedikit pengertian atas informasi yang didapatkan. Mereka akan berpikir dan banyak bertanya. Namun masih terbatas konteks ke ’Aku-an’ nya.

Hal ini bisa dilihat dari tingkah lucunya ketika berdoa dia akan berkata, "Ya Tuhan, bukakan hati mama agar mau membelikan aku mobil remote, ya!” Bahkan ketika hari terlihat cerah setelah seharian turun hujan dia akan berceloteh, “Alhamdulillah Allah maha tahu, nih, kalau aku emang beneran lagi ingin main sepeda di luar!”.

Untuk itu, tahap ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mengenalkan anak pada konsep ke-Tuhanan, bahwasannya Tuhanbertindak secara universal, kemurahannya diperuntukkan bagi semua manusia. Super Parents bisa mengajak mereka berdiskusi dengan ungkapan, “ Kakak, menurut kamu kira-kira Allah azza wa Jalla sayang tidak ya sama teman-teman kamu?”

Pada tahap ini juga Super Parents sudah bisa mengenalkan konsep bersyukur atas pemberian yang Allah kasih, bukan hanya sekedar meminta lewat doa saja. Mereka sudah bisa diberi pemahaman bahwa harus banyak bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah selama ini. Dengan cara apa? Dengan menjadi anak baik, mau belajar ngaji, mau belajar salat dan nilai-nilai kebaikan lainnya.

Namun, jangan kecewa jika mereka juga tidak mau mengikuti perintah kita untuk belajar salat misalnya, karena di tahapan ini ego mereka masih sangat dominan dan psikologis mereka belum stabil. Perlu sabar dalam mengarahkannya.

Tahap Misunderstand-Verbalis (Salah Paham Verbal)


Di tahap ini, biasanya anak-anak udah mulai terbiasa dengan istilah "agamis" walaupun sering salah mengartikan, misalnya, pahala diartikan seperti sebuah permen. Biasanya anak-anak seringkali reflek mengucapkan kata astagfirullah walau sesungguhnya tidak paham kalau maknanya adalah mohon pengampunan. Atau ada juga nih anak kecil yang berseloroh, “Ih, kamu nakal, kamu harus tobat!” Ketika ditanya apa makna tobat, maka si kecil bingung menjawabnya.

Nah, pada tahap ini, Super Parents mulai bisa menjelaskan sedikit demi sedikit tentang makna kata-kata agamis yang sering didengar oleh anak. Ini waktu yang tepat untuk menjelaskan makna dari kata-kata agama yang acap mereka dengar.

Gunakan kalimat sederhana ketika menjelaskan, misalnya "Nak, Pahala itu seperti hadiah dari Allah karena kita berbuat baik." Atau “Tobat itu maksudnya meminta maaf kepada Allah.” Ketika Ananda salah mengartikan ada baiknya Super Parents tidak menertawakannya apalagi kalau sambil marah.

Menertawakan atau memarahi anak bisa menyebabkan Ananda kehilangan rasa ingin tahunya (curiosity) terhadap nilai keagamaan dan akhirnya malas untuk belajar.

Tahap Ritualis (Terfokus pada Ritual)


Sekarang kita masuk ke tahap di mana anak-anak mulai tertarik dengan ritual-ritual agama. Mereka suka sekali melakukan hal-hal yang kelihatannya "agamis", meskipun belum memahami maknanya. Misalnya Anak perempuan lagi senang-senangnya pakai mukena, bahkan sampai digunakan saat bermain.

Anak laki-laki senang sekali mendengar suara adzan tetapi mungkin kesenangannya itu dilandasi karena suka ketika mendengar adzan digaungkan lewat pengeras suara. Atau rajin ikut tarawih hanya karena ingin mendapat makanan buka puasa.

Nah, Ini momen yang bagus untuk mulai menjelaskan makna di balik kegiatan ritual keagamaan. Bisa mulai dari hal-hal simpel, misalnya "Kita sholat untuk berterima kasih sama Tuhan." Jangan terlalu kaku. Kalau anak main-main pakai atribut agama, gak papa. Perlahan kita mengajari mereka tentang cara menghormatinya.

Pada usia 3-6 tahun kemampuan Bahasa anak juga sedang proses berkembang. Berbasis pendapat pakar Bahasa Elizabeth tentang konsep perkembangan Bahasa yang sedang pesat di masa ini. Mengembangkan dan mengenalkan nilai agama kepada anak juga bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan bahasanya.

Disarankan untuk melatih kegiatan keagamaan dengan konsisten melalui latihan secara rutin dan praktik langsung bukan hanya sekedar pengetahuan yang informatif saja.Karena pengalaman nyata akan memberikan pengalaman yang berdampak bagi anak.

Tahap Imitative (Meniru)


Masa kanak-kanak masih berada dalam masa dasar dalam perkembangan. Mereka sangat tertarik untuk meniru apa yang orang dewasa di sekitarnya lakukan. Mereka berusaha menjadi "mini-version" dari sosok orang dewasa yang berada di sekitarnya.

Anak-anak pintar sekali berakting jadi "orang yang agamis". Pada tahapan ini anak perempuan mulai suka pake jilbab meniru bundanya. Yang laki-laki senang mengenakan sarung dan peci menitu gaya ayahnya.

Mereka mulai bergaya menasehati temannya menggunakan istilah agamis, padahal sendirinya masih suka berbuat kesalahan yang sama. Bahkan ada juga lho anak yang mahir menirukan gaya seorang ustadz, baik dari cara berpakaian atau gaya sang ustadz berbicara. Hadeuuh. Lucunya.

Tahapan ini merupakan tahapan yang krusial. Konsisten antara perbuatan dan ucapan sangat penting agar tidak mengecewakan anak. Jika kita mendahulukan nilai agama di setiap perbuatan kita maka akan tertanam dalam jiwa anak bahwa nilai agama adalah sesuatu yang penting dan harus dijadikan pedoman.

Untuk itu jadilah orang tua yang mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Persiapkan diri jauh hari sebelum dianugerahi seorang keturunan. Kalau kata ibu Maria Montessori, pengaruh keberhasilan sebuah pembelajaran adalah bersumber dari orang dewasa yang dipersiapkan baik dari sisi lahiriahnya maupun batiniahnya atau psikologisnya agar mampu membentuk generasi unggul dan membanggakan.

Mengembangkan Nilai Keagamaan Melalui Konsep Potret, Esensi dan Target


Postur tubuh annak yang mungil menjadi sinyal bagi kita orang dewasa agar bisa lebih memahami karakteristik dasar anak. Mereka tentu saja perlu dibina oleh kita sebagai orang dewasa yang sudah memiliki kebesaran baik dari sisi fisik maupun psikologisnya. Tugas kita lah membimbing anak dengan kesesuaian tahap perkembangannya, begitu pula dalam menanamkan nilai agama. Ada 3 hal yang harus kita perhatikan, Pengembangan nilai agama didasarkan pada potret, esensi dan target. Apa maksudnya, yuk lanjut kita baca pemaparannya.

Potret Pengembangan Nilai Agama Anak


Anak dibimbing harus dengan patokan yang jelas. Kurikulum yang diterapkan harus jelas. Penjelasan tentang program pengembangan agama jangan hanya sekedar melakukan rutinitas saja seperti halnya pembiasaan pada makan, minum, tidur dan urusan biologis lainnya. 

Program penanaman nilai keagamaan pada anak harus mengakar pada diri anak. Anak harus terbentuk menjadi pribadi yang mampu memaknai konsep dirinya hadir di dunia ini pada pemikirannya kelak setelah dia dewasa.

Dari sejak dini harus dikenalkan secara bertahap, bahwa kita hidup sebagai manusia harus memiliki nilai bukan hanya sekedar urusan biologis, karena jika penekanan hanya ada pada urusan biologis akan sama saja fungsi kita seperti hewan.

Esensi Pengembangan Nilai Agama


 Jadi, apa intinya mengajarkan agama ke anak usia dini? Esensinya bukan hanya menciptakan anak menjadi robot yang hafal ayat-ayat, tapi lebih pada penanaman nilai-nilai baik yang sesuai ajaran agama. Penekanannya dalam pembentukan akhlak mulia dan mensupport anak untuk menjadi versi terbaik dari yang dirinya miliki. Secara simpel, kita mau anak paham bahwa ada 'sesuatu' yang lebih besar dari diri mereka, yang menyayangi dan melindungi mereka.

Goalnya adalah membimbing anak agar bisa lebih mengenal Tuhannya. Bukan hanya mengenal nama tapi juga mengetahui bahwa Allah itu memiliki sifat bai seperti penyayang , pemurah, maha kaya dan lainnya.

Melalui penanaman nilai agama anak jadi memahami mana hal yang boleh dia lakukan mana yang “Big No No” berdasarkan nilai agama yang dianut dan bukan hanya berdasarkan takut pada orang tua. Kita juga sedang membiasakan anak untuk melakukan ritual ibadah menurut agamanya. Tentu saja tanpa paksaan! Sehingga anak bisa bersyukur bukan hanya pada manusia, namun juga kepada Tuhannya.


Target Nilai Pengembangan Nilai Agama Anak


Target utamanya adalah untuk mewarnai pertumbuhan dan perkembangan anak dekat dengan nilai keagamaan. Semua ini didasarkan pada:

  1. Anak terlahir dalam keadaan suci. Seusai dengan hadis Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa Sesuangguhnya anak dilahirkan dalam keadaan suci, Ayah ibunya lah yang menjadikan dia Nasrani, Yahudi dan juga Majusi.
  2. Awal kehidupan anak tentu akan penuh diwarnai dengan prinsip kejiwaan yang dimiliki oleh anak.

Atas dasar inilah sebagai orang tua dan pendidik target kita ketika membimbing anak pertama kali berbicara dia harus bisa berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan. Ketika makan dia harus terbiasa menggunakan tangan kanan, menghabiskan makanan dan tidak tabzir. Makan dengan mengambil makanan yang paling dekat dengannya, dan hal lainnya yang sudah ditetapkan oleh kaidah agama.


Kompetensi Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD


Supaya Super Parents memiliki sedikit gambaran tentang apa saja nilai-nilai yang perlu dikembangkan dan diterapkan pada ananda, saya akan memaparkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan nilai agama dan moral sesuai dengan tahapan usia ananda. Berikut ini pemaparannya:


Kompetensi Perkembagan Nilai Agama dan Moral

Usia 3 – 4 tahun

Usia 5 – 6 tahun

Aplikasi Kegiatan

Keterangan

Mengenal Tuhan

Menyebut nama Tuhan.

Mengetahui tempat ibadah sesuai dengan agamanya.

Meniru kegiatan ibadah secara sederhana.

Menyebutkan ciptaan-ciptaan Tuhan.

Memahami sifat-sifat Tuhan seperti pengasih, penyayang, maha kaya dan lainnya.

Mengenal doa-doa pendek.

Menggunakan kartu info.karya wisata di alam untuk mengenalkan konsep ciptaan Tuhan dan sifat Tuhan.

Usia 3 – 4 tahun mengenal konsep dasar seperti nama Tuhan dan tempat ibadah. Sedangkan untuk usia 5 – 6 tahun lebih kompleks, yaitu sifat Tuhan dan ciptaannya.

Moral dan Etika

Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan sesuatu.

Mengucapkan salam.

Mengetahui sikap baik dan buruk.

Mengucapkan terima kasih, minta tolong, mengucapkan maaf.

Mau menyapa serta menjawab sapaan.

Bersikap sopan terhadap orang tua dan guru.

Mengerti konsep benar dan salah.

Mulai menanamkan konsep kejujuran.

Menyiram tanaman, memberi makan binatang. Bersikap ramah.

Meminta tolong dengan baik.

Berbahasa sopan ketika berbicara.

Bermain puzzle sederhana tentang aneka sifat baik.

Usia 3 – 4 tahun mulai mengenal orang lain. Usia 5 – 6 tahun mulai peduli lingkungan.

Toleransi

Mengenal aneka keberagaman di kalangan temannya.

Mulai Menghargai orang lain.

Menghargai teman yang berbeda agama.

Memahami jika masing-masing orang memiliki cara beragama yang berbeda.

Melalui pembelajaran seni. Menggambar symbol agama, atau membuat karya seni yang berhubungan dengan tema keagamaan.

 

Kegiatan Keagamaan

Ikut serta dalam kegiatan keagamaan sederhana.

Mendengarkan cerita-cerita keagamaan.

Mampu melakukan ibadah sederhana sesuai agamanya melalui bimbingan.

Mengenal hari-hari besar keagamaan.

Berpartisipasi dalam perayaan hari keagamaan dalam konteks sederhana.

Mengenal ciptaan Tuhan dan menyebutkannya seperti kucing, pohon rambutan dll.

Menyanyikan lagu keagamaan.

Menggunakan metode bercerita, mengenalkan tokoh nabi dan kebaikannya. Misal Nabi Muhammad SAW yang pemaaf.

Usia 3 – 4 tahun Meniru kegiatan ibadah secara sederhana. Sedangkan Usia 5 – 6 tahun melakukan ibadah secara mandiri, mulai memiliki inisiatif.

Nilai Kemanusiaan

Mau menolong teman.

Tidak mengganggu teman.

 

Menunjukkan sikap mau menolong teman.

Mulai memahami pentingnya berbagi.

Menunjukkan kepedulian pada lingkungan sekitar.

 

Menggunakan metode bermain peran untuk usia 3 – 4 tahun, mempraktikan membantu ibu. Untuk usia 5 – 6 tahun memerankan adegan berbagi makanan dengan teman.

Usia 3 – 4 tahun mulai mengenal teman. Sedangkan usia 5 – 6 tahun aktif menghargai perbedaan dan menunjukkan sikap toleransi.

Pengenalan Kitab Suci

 

Mengenal kitab suci agamanya.

Mampu menyebutkan tokoh kitab suci.

Dengan metode berbanyi, tengtang kitab suci.

Usia 3 – 4 tahun belum ada indokator spesifik.

Sedangkan umur 5 – 6 tahun mulai mengenal macam-macam kitab suci dan Nabinya.

 

 

 

 

 


Nah, Super Parent, perlu diingat juga, bahwa setiap anak itu terlahir unik, jadi ketika mencoba menerapkan nilai keagamaan dan moral pada anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangan masing-masing anak. Jangan memaksa dan harus dilakukan dalam suasana yang bahagia, aman juga nyaman bagi orang tuanya dan tentu saja bagi si kecil.


Gunakan bahasa yang sederhana ketika menjelaskan pada anak dan berikan afirmasi positif, agar mereka senang melakukan hal positif yang sesuai tuntunan. 


Prinsip Dasar Pembelajaran Perkembangan Nilai Anak  


Selain mengetahui tahapan perkembangan dalam pembelajaran nilai-nilai agama, sebagai orang tua dan pendidik kita juga harus paham prinsip dasar dalam kajian perkembangan nilai-nilai agama pada anak usia dini. Apa sajakah? Mari kita kupas lagi!

  1. Prinsip Aktivitas. Kegiatan reel akan lebih berdampak buat anak. Utamakan penerapan yang dilakukan erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
  2. Prinsip Keteladanan. Siap menjadi tauladan bagi Ananda. Karena jika tidak ada contoh yang linier maka proses pembelajaran akan sia-sia.
  3. Prinsip Kesesuaian dengan Kurikulum Spiral. Sampaikan pembelajaran secara bertahap, dimulai dari yang sangat mudah, mudah dan agak sulit menuju pada hal sulit.
  4. Prinsip Developmentally Appropriate Practise (DAP). Utamakan prinsip kesesuaian pada perkembangan setiap anak, jangan memaksa anak layaknya orang dewasa mini yang harus asama dengan kita.
  5. Prinsip Psikologi Perkembangan Anak. Terapkan prinsip yang memahami psikologi perkembangan anak, kenali fase perkembangannya.
  6. Prinsip Monitoring. Lakukan monitoring rutin dan berkala. Sampai sejauh mana anak mampu menerapkan pembelajaran yang sudah diberikan. Hal ini penting untuk pijakan evaluasi ke depannya.


Kesimpulan dan Antisipasi Sikap Orang Dewasa Terhadap Pengembangan Nilai Keagamaan Anak


Dalam proses mengembangkan nilai agama pada anak, yang paling penting adalah kita sebagai orang dewasa sekaligus pendidik harus menyiapkan diri untuk menjadi orang dewasa matang yang patut menjadi contoh baik bagi ananda.

Anak-anak lebih suka meniru daripada diceramahi Panjang lebar. Kita juga harus selalu siap menjawab pertanyaan mereka, walau pun jangan ragu menjawab tidak tahu jika memang kita tidak mengetahui jawaban yang ditanyakan oleh anak. Ajak anak untuk mencari jawabannya bersama, misalnya lewat baca buku atau mendengarkan kajian di Youtube. Pertanyaan dari anak-anak seringkali membuat kita harus berpikir keras lho untuk menemukan dan memberikan jawaban yang tepat.

Buat suasana belajar agama menjadi menyenangkan. Melalui konsep bercerita, nyanyian, atau permainan. Hormati proses mereka. Kadang anak-anak bisa mundur atau maju dalam pemahaman agamanya. Konsistensi itu perlu dan penting sekali. Jika kita ingin mengajarkan tentang kejujuran, bangun dulu diri kita menjadi orang yang jujur. ya kita juga harus jujur.

Libatkan anak dalam kegiatan sosial keagamaan. Misalnya, mengajak mereka berbagi makanan takjil atau terbiasa membantu kita menunaikan zakat. Hal ini mengajarkan kepada anak tentang aspek sosial keagamaan. Ajari ananda perihal toleransi dalam agama dari sejak kecil dalam konteks yang sederhana.

Perkembangan spiritual anak merupakan perjalanan yang panjang. Dalam proses perjalanannya bisa saja kita menemukan kerikil atau liukan, jalannya tak melulu lurus juga lurus. Yang terpenting kita bisa menjadi seorang pemandu yang sabar dan bijak dalam menemani perjalanan mereka mengenal dan memahami nilai-nilai agama.

Mengajarkan nilai-nilai agama pada anak itu layaknya sedang bercocok tanam. Bibit yang kita tanam tidak bisa kita paksakan agar tumbuh langsung besar, semuanya berproses, butuh siraman air serta pemberian pupuk yang sesuai agar bisa tumbuh subur.

Jadi, santai saja dalam menghadapi pelangi perkembangan spiritual anak-anak. Yang penting kita bisa menjadi panutan yang baik dan selalu siap menjawab pertanyaan mereka dengan sabar. Nikmati prosesnya dan syukuri hasilnya. Pelan-pelan tapi pasti, mereka bakal tumbuh menjadi individu yang memiliki pemahaman agama yang kuat dan bermakna. Tapi ingat ya, ini bukan aturan kaku. Setiap anak itu unik dan bisa saja punya "jalan spiritual" yang beda-beda. 

Stttt..., Super Parents sadar tidak, sebenarnya petualangan kita dalam memahamkan anak pada nilai keagamaan adalah bukan hanya anak yang berkembang pemahaman nilai keagamaannya tapi titik berat justru ada pada pengembangan kedalaman pemahaman agama kita sendiri. Setuju? Keep spirit dan salam pengasuhan.

Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Menyimak pada Anak?

Kamis, 10 Oktober 2024
Hai Generasi Super


Saya ingin bertanya, nih, kira-kira keterampilan menyimak itu perlu tidak ya dimiliki oleh seseorang? Jika iya kenapa jika tidak perlu apa alasannya?

Nah, perlu kita ketahui nih gensu, antara berbicara dan menyimak itu layaknya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Coba bayangkan, jika kita sedang berbicara tetapi tidak ada yang mendengarkan kita, percuma, kan? Artinya tidak ada komunikasi yang terjalin.

menyimak

 

Untuk itu pengetahuan tentang keterampilan menyimak tentu saja tidak kalah penting dengan keterampilan berbicara. Untuk itu pada artikel kali ini saya akan berdiskusi tentang hakikat dari keterampilan menyimak.

Apa Arti Menyimak?


Gensu sepertinya sudah mengetahui nih kalau kemampuan menyimak itu adalah skill yang sudah dimiliki dari sejak lahir ketika kita masih bayi. Selama sistem pendengaran dalam keadaan normal semua dari kita sudah memeiliki kemampuan ini.

Uniknya selain dari kegiatan membaca, menulis atau berbicara kegiatan mendengar justru adalah hal yang paling sering kita lakukan. Pendapat inni juga dikuatkan oleh seorang pakar bahasa anak bahwasannya kemampuan mendengarkan datang dengan sendirinya, tidak perlu les atau kursus khusus dan merupakan bawaan dari lahir! (Nurbaya, 2011: 5)

Dalam konteks menyimak Bapak Tarigan (1986: 28) menjelaskan bahwa menyimak bukan hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan merupakan proses yang lebih dalam dari itu. Menyimak adalah mendengarkan sesuatu dengan serius agar paham maksudnya sehingga bisa menghayati dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain lewat pembicaraan. Jadi menyimak ini bukan hanya sekedar mendengarkan yang hanya lewat telinga kanan lalu langsung keluar dari telinga kiri.

Jadi, bagaimana nih sebenarnya urutan proses berbahasa kita dari sejak kecil? Nah, menurut Iskandarwassid (2008: 227), menyimak merupakan skill pertama yang kita miliki dari sejak bayi. Urutan kemampuan berbahasa manusia dimulai dari menyimak – berbicara – membaca – lalu menulis.

Tapi harus dibedakan, nih? Mendengar dengan menyimak itu beda ya! Kalau mendengar hanya sekedar menangkap suara saja, baik itu berupa bahasa ataupun yang lainnya baik sengaja atau tidak sengaja. Sedangkan menyimak masuk pada tingkatan yang lebih tinggi. Artinya dalam proses menyimak kita mendengarkan dengan sengaja, sadar, serius, dan fokus dengan apa yang kita dengar.

Tujuan Menyimak

Lalu, untuk apa orang menyimak? Menurut Iskandarwassid (2008: 283), ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, diantaranya yaitu:


1. Ingin memperoleh wawasan dan ilmu baru. Sama halnya ketika kita mendengarkan ilmu dari bapak atau ibu dosen ketika mengajar.

2. Ingin menikmati sesuatu. Bisa dengan mendengarkan musik, puisi, suara alam dan yang lainnya.

3. Ingin membuat penilaian terhadap sesuatu. Seperti halnya mendengarkan pidato dan kita membuat penilaian tentang pidato tersebut bagus atau tidaknya.

4. Ditujukan untuk menghargai karya orang, contohnya dengan mendengarkan cerita atau lagu.

5. Berusaha untuk mendapatkan ide baru. Bisa diperuntukkan sebagai bahan pembelajaran atau bahan percakapan dengan teman atau rekan kerja.

6. Untuk mendapatkan detai perbedaan bunyi dari beberapa benda.

7. Sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Pembicaraan orang lain bisa menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

8. Untuk meyakinkan diri. Dari hasil penjelasan seseorang, hal yang belum kita pahami biasanya akan terselesaikan dan mendapatkan penjelasan.

Ibu Sutari (1998:21) juga menambahkan lagi nih untuk tujuan menyimak lebih detail. Apa sajakah? Yuk kita telusuri!

1. Bermaksud mencari fakta dan data. Seperti proses menyimak yang kita lakukan ketika mendengarkan radio, melihat berita di televisi atau momen pertemuan lainnya yang bersifat mencari info.

2. Bermanfaat untuk menganalisis sebuah fakta. Dengan menyimak kita tidak hanya menerima begitu saja berita yang datang kepada kita tetapi dipertimbangkan terlebih dahulu mengapa bisa begini dan mengapa bisa begitu.

3. Menilai sebuah berita apakah valid atau tidak bisa diterima atau tiidak, masuk akal atau tidak, di sini kita menjadi seperti juri.

4. Mencari Inspirasi. Nah, biasanya orang-orang yang kreatif enjadikan momen pembicaraan yang dijadikan penaglaman seru yang bisa ditumpahkan menjadi ide-ide konten baru yang menarik dan ispiratif.

5. Mencari hiburan. Sudah jelas ya Gensu, menyimak juga bisa dijadikan sarana hiburan dengan cara mendengarkan musik, mendengarkan lawakan seru dan hal lainnya yang bikin kita happy.

7. Meningkatkan kemampuan berbicara. Orang yang biasa menyimak biasanya memiliki kemampuan berbicara yang bagus, karena otak kita terbiasa untuk merekamnya.

Jenis-jenis Menyimak


Kita perlu tahu nih bahwa menyimak itu tidak hanya mendengarkan orang lain berbicara. Kadang-kadang kita juga bisa menyimak perkataan kita sendiri. Maksudnya begini, kita bisa mendengarkan pikiran kita sendiri tentang apa yang baru saja kita simak.

Nah, cara kita menyimak itu sangat berpengaruh sekali dengan seberapa dalam dan luas hasil menyimak kita. Bapak Tarigan (1986: 5)membagi tingkatan menyimak ini menjadi dua, yaitu tingkatan rendah dan tingkatan tinggi. Mksudnya bagaimana? Yuk kita lanjut diskusi kita.

Tingkatan Rendah


Pada tingkatan ini sebagai penyimak kita masih di tahap menyetujui apa yang dibicarakan oleh pembicara. Respon kita biasanya hanya mengangguk, senyum mengatakan iya atau setuju. Dalam tahap ini belum ada proses berpikir keras.

Tingkatan Tinggi


Pada level ini penyimak sudah memberikan respon yang lebih dari tingkatan rendah. Biasanya penyimak mampu mengulang respon dari isi pembicaraan sang pembicara.

Intinya, semakin tinggi level menyimak kita, semakin dalem juga pemahaman kita. Jadi, lain kali ketika mendengarkan orang berbicara, yuk kita tingkatkan level kita. Siapa tahu kita bisa dapat insight baru yang bagus!

Ibu Nurbaya (2011: 10-14) menambahkan bahwa secara umum ada dua jenis tingkatan menyimak, yaitu menyimak secara intensif dan menyimak secara ekstensif.

Menyimak Intensif


Tingkatan menyimak pada level ini tergolong serius! Maksudnya ketika kita mendengerkan dilakukan dengan fokus dan sungguh-sungguh agar bisa menangkap maksud pembicara secara baik. Nah, menyimak intensif ini ada beberapa macam:

  1. Menyimak Komprehensif. Ini seperti halnya seperti kita sedang mendengarkan guru mengajar dengan serius agar bisa memahami materi dengan baik.
  2. Menyimak Kritis. Di sini kita tidak hanya mendengar saja tetapi juga berupaya untuk berpikir kritis dan meyakinkan pada dir benar tidak ya pernyataan yang sedang dilontarkan.
  3. Menyimak Kreatif. Yang ini seru! Ketika kita mendengarkan sseseorang berbicara kita sudah mampu berpikir kritis, misalnya ketika mendengarkan sebuah cerita kita mampu mengilustrasikan cerita tersebut ke dalam sebuah gambar atau langsung enciptakan sebuah lagu dan puisi.
  4. Menyimak Konsentratif. Yang ini fokus banget nih! Layaknya sedang menjalankan ujian mendengar. Tidak boleh ada satu pun kata yang terlewat.
  5. Menyimak Interogatif. Seperti layaknya seseorang yang sedang menyiapkan tanya jawab.
  6. Menyimak Eksploratif. Di sini kita seperti berperan seperti layaknya pemburu harta karun. Mencari info menarik dari sebuah pembicaraan.

Menyimak Ekstensif


Nah, kalau tadi kita bahas menyimak yang serius-serius, sekarang kita bahas menyimak yang lebih santai nih. Menyimak ekstensif ini seperti menyimak yang kita lakukan sehari-hari, misalnya mendengarkan radio sambil nyetir, nonton TV sambil makan, atau nguping orang ngobrol di pasar.

Ciri-ciri menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

1. Tidak ada tujuan khusus, hanya sekedar mendengarkan saja.

2. Bisa di mana saja dan kapan saja

3. Sambil lalu saja, tidak perlu terlalu focus.

4. Bertujuan untuk mencari hiburan

5. Bisa dilakukan di tempat ramai.

6. Tidak ada target tertentu.


Ada 4 jenis menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

  1. Menyimak Sekunder. Prosesnya seperti mendengarkan saja. Misalnya ketika mengerjakan PR sambil mendengarkan musik. Proses mendengarkan sambil lalu.
  2. Menyimak Estetik. Nah yang ini buat hiburan! Seperti nonton wayang, mendengarkan dongeng, atau nonton drama. TApi perlu menjadi catatan, bahwa ini dilakukan bukan hanya untuk senang-senang saja melainkan bisa juga menikmati jalan ceritanya.
  3. Menyimak Pasif. Seperti halnya ketika kita sedang belajar sendiri. Hanya sekedar mendengarkan saja, tidak perlu diberikan respon atau gerak yang penting paham materinya
  4. Menyimak Sosial. Nah, hal ini yang paling sering kita lakukan. Seperti halnya ketika ngobrol bersama teman. Di sini kitab isa saling mendengarkan dan memberi respon.

Jadi menyimak ekstensif bermakna lebih santai dan natural dibanding menyimak intensif. Hal ini yang biasanya kita lakukan sehari-hari tanpa sadar. Tapi meskipun santai, tetep ada manfaatnya lho!

Intinya, menyimak intensif seperti pembelajaran di kelas yang butuh ekstra focus, sedangkan ekstensif lebih pada menyimak yang kita lakukan sehari-hari dengan santai.

Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak


Yuk lanjut diskusi kita dengan apa saja factor yang menjadi penunjang pada kegiatan menyimak. Menurut Bapak Tarigan (2086: 105-114), ada 8 hal yang bisa mempengaruhi dalam kemampuan menyimak yang kita lakukan, diantaranya, yaitu:

  1. Kondisi Fisik. Kondisi badan kita ketika mendengarkan harus dalam keadaan segar dan sehat, jika sedang sakit, capek atau lapar tentu saja tidak akan fokus. Jadi, badan sehat itu penting sekali dalam kegiatan menyimak agar hasilnya bagus.
  2. Kondisi Mental/Psikologis. Ini tentang apa yang ada di pikiran kita. Ketika kita memiliki prasangka jelek kepada pembicara dan kebanyakan mikir sendiri dengan pikiran sempit biasanya akan merasa bosan ketika harus mendengarkan.
  3. Pengalaman seseorang. Pengalaman seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mendengarkan yang kita lakukan! Misalnya, kalau kita pernah punya pengalaman jelek dengan sesuatu, pasti di awal sudah malas mendengarkan tentang hal itu. Namun sebaliknya jika yang didengarkan hal baik maka akan timbul semangat ketika mendengarkan.
  4. Motivasi. Ini kayak "semangat" kita buat dengerin. Kalau kita punya alasan kuat buat untuk mendengarkan (misal ingin mendapatkan nilai bagus), biasanya hasilnya lebih oke. Makanya guru harus pintar membuat muridnya termotivasi!
  5. Jenis Kelamin. Proses menyimak antara laki-laki dan Wanita biasanya memiliki perbedaan. Laki-laki biasanya lebih objektif, dan Wanita lebih subjektif, sensitive dan mudah dipengaruhi oleh perasaan.
  6. Lingkungan. Untuk lingkungan dibagi dua jenis yaitu: Lingkungan Fisik. Erat kaitannya dengan pengaturan  tempat. Misalnya bagaimana konsep pengaturan kursi di kelas, usahakan agar semua murid harus bisa mendengar dengan jelas. Lingkungan Sosial. Anak-anak sangat peka dengan suasana. Mereka bakal lebih semangat kalau ide-ide mereka dihargai. Jadi kalau kita mau anak menjadi pendengar yang baik, kita juga harus menjadi pendengar yang baik buat mereka!
  7. Peran di Masyarakat. Kerjaan atau peran kita bisa bikin kita lebih tertarik dengerin hal tertentu. Misalnya, jika kita seorang guru, pasti akan lebih tertarik mendengarkan berita pendidikan. Jadi, makin penting peran kita, makin penting juga kemampuan menyimak kita!
Bagaimana? Sudah paham tentang konsep menyimak ini. Lalu di mana kira-kira level menyimak kalian? Spill ya di kolom komen. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Popular shapewear bodysuits styles for fall

Rabu, 09 Oktober 2024
Temperatures are cooling down and our wardrobes start to slowly transition to more cozy layers. Fall fashion demands to have a perfect foundation so you can still have a seamless silhouette under all these many layers. Shapewear bodysuits shouldn’t be overlooked during fall.

autumn wardrobe


During the cooler months, bodysuits as well as butt lifter shorts provide warmth and layering options while contouring and smoothing your figure. These garments will elevate your outfit while giving you a polish look, specially without compromising your comfort.

The following are some popular shapewear bodysuits styles that have become quite popular during fall season.

Turtleneck bodysuits


These are ideal pieces for the transitional weather. They combine the chic and timeless aesthetic of turtlenecks with the properties of shapewear. You can layer them under jackets, blazers. You can even wear them by themselves with a pair of high-waisted trousers or jeans.

They have a dual functionality, as they provide warmth and coverage while also compressing the waist and torso to smooth the area out. The slimming effect works amazing under fitted clothes. You can find them with long sleeves or there’s even sleeveless options. They are versatile enough so you can wear them up and down.

Long-sleeve bodysuits


They are another fall essential delivering style and comfort. For the season, sleeves provide added warmth, and the compression in the torso areas creates a defined waistline. Besides it helps to smooth out any areas that make you feel self-conscious.


longsleeve bodysuits
Source by Shapellx.com

 
They can be layered under dresses, oversized cardigans, sweaters and there won’t be any added bulks. This type of bodysuit with tummy control often come with different necklines. And their long-sleeve design will ensure that the focus stays on your outfit while you still get extra contouring.

These pieces can also be worn by themselves when paired with skirts or jeans, as they’ll offer you a tucked-in, streamlines look. And of course, having the shapewear benefits.

Open bust bodysuits


They are a great option, as well as butt lifting shapewear, for those who want the shaping benefits without compromising the bra they choose. This style leaves the bust are open and allows you to wear your favorite bra. The bodysuits focus on compressing the waist, back areas and stomach. It offers great versatile to layer under various dresses, blouses and tops.

open bust shape wear
Source by Shapellx.com




For outfits with intricated details or unique necklines, this type allows you to shape your midsection without affecting your overall look. It’s also helpful when you are wearing structured fall outfits, as it will smooth and define your figure beneath them.

For women with larger busts or someone that wants customized support they offer the freedom to pick the right bra while still enjoying the shaping effect of shapewear.

Strapless bodysuits


While fall is typically associated with layers, there are many occasions where a strapless bodysuit can be needed. Some examples are evening events or wearing off-the-shoulder tops. It can give you the desired shaping without any visible lines or straps.

strapless body suits
Source by Shapellx.com

 


They come with anti-slip silicone lining to ensure that they stay in place. This makes it perfect for dresses that require a seamless and smooth finish. The compression around the midsection and the waist will create a more defined hourglass figure.

If you are looking to add a touch of elegance and sexiness to your fall closet, strapless shapewear bodysuits are the way to go. You won’t be sacrificing neither the fit and nor the comfort.

They are perfect to layer them under capes, cardigans or even shawls, and they’ll give you the freedom to wear a trendy of-shoulder or strapless outfit, especially during cooler weather.





Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger