Gadis manis berkerudung hitam itu, sebentar-sebentar melirik ke arah jam tangan kulit berwarna biru muda yang terpasang manis dipergelangan tangannya. Dengan kostum yang senada berwarna biru tua, penampilannya terlihat sangat menawan.
Kulit kuning langsatnya sangat pas berpadu dengan kemeja biru dan rok denim biru pucat. Sore yang nampak teduh dan hening ini terasa kian romantis diiringi dengan dentingan piano yang dimainkan oleh seorang pianis wanita yang juga berpenampilan good looking. Tubuh langsing dibalut dengan gaun berwarna hijau pupus.
Jari-jarinya yang lincah memainkan tuts piano mengeluarkan alunan yang sangat indah. Salma begitu menikmati alunan piano yang begitu mengusap lembut hatinya yang kini sedang tengah sedikit resah karena tengah menanti kedatangan seseorang.
Di tengah penantiannya pikirannya menerawang memikirkan selembar kertas hasil test kesehatan yang sudah dia lakukan seminggu yang lalu. Ada sejenis penyakit langka yang bersemayam dalam dirinya. yang efeknya sudah dia rasakan dalam satu tahun terakhir ini. Mudah letih! Keadaan ini yang dia rasakan kadang mengganggu aktivitas hariannya yang sebenarnya cukup padat.
Ditambah dengan kekhawatiran kedua orangtuanya yang menginginkan dia untuk menyusul mereka dan melakukan pengobatan di negeri Kangguru, tempat orangtuanya mukim saat ini. Sementara dia tak ingin pergi meninggalkan Indonesia. Tanah kelahirannya ini sudah sangat dia cintai dan membuatnya nyaman. Untuk itu tak ingin sekali, jika harus pergi meninggalkan.
Ketambah lagi study-nya yang hampir saja menemukan titik akhir harus segera dia tuntaskan. Dia tak ingin kalah dengan penyakitnya.
Salma duduk sambil tetap memandangi jalan, berharap dua sosok sahabatnya segera muncul. Mereka bertiga berencana mengerjakan tugas akhir di cafe ini.
Haaaiii....haiii...Salmaaa....dua sosok gadis berjilbab merah dan pink, berhambur ke arah tubuh Salma. memeluk salma dan mengucapkan permohonan maaf, karena sudah bikin Salma lama menunggu. Si jilbab merah agak teriak histeris, namun berusaha dihentikan oleh Salma.
"Maafkan kami, ya, Salma, agak telat, sudah lama nunggu, yaa...?"
Hajar menyampaikan maaf dengan suara tenang, sambil mencolek lengan Dania yang agak sedikit heboh. Gadis yang satu ini bawaannya memang selalu periang, jadi jika berbicara terkadang agak lepas kontrol, pinginnya selalu bersuara kencang dan lepas. Sifatnya yang periang ini seringkali melumerkan suasana dan bikin keadaan tambah ceria.
"Dari mana, sih, kaliaan, aku dah hampir lumutan, nih, di sini, nunggu kalian. Untung saja cafe ini menyediakan hiburan yang bikin betah, coba, klo engga, sudah aku tinggalin dari tadi, deh." Sambil sedikit merajuk, Salma berbicara dan sedikit merengut.
"Okeh, okeh, sekali lagi maaf yaa. Tadi Pa Sulaiman memanggil aku lagi Salma, karena tadi Dania kebetulan lewat, jadi aku minta Dania untuk temani aku menghadap beliau.
"Kenapa Pa Sulaiman memanggil kamu?" Hati Salma mulai cair ketika mendengar aduan sahabatnya yang disampaikan dengan nada resah.
"Yaa,...tentang apa lagi kalo bukan perkara skripsi, beliau bilang harus banyak memperbaiki ulasan pada bab 3 datanya masih banyak yang kurang, beliau juga minta ditambah referensi, harus memenuhi kurang lebih 150 referensi buku-buku yang terbit maksimal 10 tahun terakhir, hheeehh."
Hajar bercerita dengan nada berat dan diakhiri dengan hembusan nafas panjang. Matanya menatap bergantian ke arah Salma dan Dania, seolah ingin meminta bantuan. Meski tidak bermaksud merepotkan sahabatnya ini, namun dengan bercerita setidaknya Hajar berharap bisa meringankan sedikit bebannya, dan mungkin kedua temannya ini bisa memberikan saran yang nantinya akan meringankan tugasnya.
"Ah,...ga usah dijadikan pikiran. Tenang saja, nanti kita bantuin, kok! Ya,..kan Dania?! Ntar kalo aku sama Dania lagi cari referensi untuk gaweanku, bisa sekalian cari untuk kamu, yaa, take it easy lah, say,...berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Okay...?!"
Salma berusaha menenangkan hati Hajar yang terlihat gundah, ada bersit takut terlihat dari paras manisnya, kulitnya wajahnya yang putih sedikit memerah menyamai warna hijabnya yang berwarna pink. Terlihat lucu dan menggemaskan.
" Okay, dong, sipp, lah.Ya udah, kalo gitu kita bakal nongkrong di sini sampai malam aja ya kalo gitu. Kita kerjain bareng-bereng skripsi kita. Dengan ngerjain bareng kaya gini pasti ga akan terasa cape, deh!" Seru Dania, mengingatkan tujuan awal kami berkumpul di Cafe Damar ini.
Kami memang senang sekali berkumpul di Cafe Damar. Cafe yang tak jauh dari kampus ini, tempatnya romantis dan nyaman. Cafe yang pas sekali buat kami kaum mahasiswa pemburu tugas akhir. Selain bisa membuat pikiran relax, yang terpenting adalah, makanan yang disajikan benar-benar ramah di kantong.
Makanan dan minuman yang disuguhkan pun bervariasi, ada makanan ringan dan juga aneka makanan berat. semua tersaji lengkap. Kami bertiga pun memutuskan untuk berdiam di Cafe ini sampai malam menjelang. Di Cafe ini selain memiliki kelebihan yang sudah kami sebutkan, tersedia juga mushala yang bersih dan aesthetic, pokoknya bikin betah.
Berjam-jam kami duduk sambil menghadap laptop kami masing-masing. Saling bertukar pikiran, memberikan masukan untuk tugas akhir kami masing-masing, sambil diselingi senda gurau. Tidak perlu terlalu berat untuk dipikirkan. Toh skripsi itu akan beres pada waktunya. Alon-alon asal kelakon. Perlahan tapi pasti. Semuanya akan berakhir indah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Dania terlihat menguap dan sepertinya sudah mengantuk, terlihat di layar laptopnya dia sudah menekan pilihan shutdown. Pertanda mengajak untuk mengakhiri pertemuan ini. Dia berseru.
"Gaes, kayanya kita lanjut lagi next, yuk, mataku udah berat banget, nih!"
"Okay, sepertinya kita memang harus sudahi, gak baik juga, ya pulang terlalu larut untuk kaum hawa macam kita, takut disamber,..." Salma menimpali
"Hah, disamber apa, sih?" Dania menimpali sambil terbelalak, memutus omongan Salma.
"Disamber kuntilanak, hahah...!" Salma menimpali pertanyaan Dania. Mata Dania yang tadinya terlihat berat karena mengantuk tiba-tiba terbelalak dan terlihat segar. Nampaknya anak ini sudah hilang rasa kantuknya.
"Ah,...kamu sembarangan aja kalo ngomong, jangan bikin takut napa!" Dania kembali menimpali dengan nada kesal dan sedikit ketakutan.
"Ha..ha..ha."
Hajar menimpali dengan tertawanya yang terbahak, merasa lucu melihat sahabatnya yang periang dan ceria ini tiba-tiba menampakkan wajahya yang suoer lucu, ketika sedang ketakutan.
" Ya, udah, hayu kita cabut. Alhamdulillah kerjaan kita cukupkan sampai di sini, lumayan, lah ya, sudah ada progress yang berarti, joom, ah!"
Tiga sahabat ini lalu pergi meninggalkan Cafe Damar. Cafe favorit mereka bertiga. Cafe tempat bercerita senang maupun duka, bisa dikatakan Cafe ini adalah saksi hubungan dekat tiga sahabat ini.
Mereka bertiga menuju mobil Mazda putih yang terparir di sampin Cafe. Mobil milik Salma. Dia selalu mengajak ke dua sahabatnya ini untuk ikut mobilnya, karena kebetuklan rumah mereka saling berdekatan. Masih dalam satu komplek.
Salma menyalakan mesin, dan perlahan mobilnya bergerak meninggalkan Cafe Damar. Tak lupa dia melantunkan bismillah dan do'a safar, yang diikuti juga oleh kedua sahabatnya. Salma berusaha konsentrasi menyetir yangditemani Hajar yang duduk di sebelahnya. Sementara Dania ternyata sudah terdengar mendengkur. Huft, ternyata temannya ini betul-betul lelah.
Besok sudah harus kembali masuk kuliah. Salma menekan pedal gas lebih dalam lagi agar segera sampai di rumah. Alhamdulillah untuk hari ini. Mobilnya melesat dengan kecepatan 80 km per jam. Menerobos malam yang saat itu masih lumayan ramai dengan kendaraan yang hilir mudik. Laju mobilnya terus dipercepat, ingin segera sampai di haribaan selimut tebal yang akan memberi kehangatan di udara Bandung yang lumayan dingin malam ini.
Seru banget sih punta sahabat kek mereka ini, yang seru yang bisa diajak ngobrol. Konfliknya belum keliatan sih, tapi aku lumayan penasaran sama kelanjutannya dan mulai mengaitkan sama judulnya xixi.
BalasHapus