Kekerasan Dalam Rumah Tangga! Kenali Landasan Hukumnya!

Senin, 27 Desember 2021

Kekerasan dalam rumah tangga kini kian marak terdengar. Miris! walaupun objek penderitanya bukan saja dirasakan oleh kaum perempuan, namun perempuan merupakan korban terbesar dari kasus ini.

Manusia dibekali oleh Allah memiliki fitrah yang lurus, dan condong pada kebaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fitrah yang lurus ini menjadi bengkok atau ke luar dari jalurnya. Faktor pemicunya diantaranya yaitu ketika manusia diberi dan melihat ada kesempatan baginya melakukan keburukan. Bisa juga dikarenakan adanya kebutuhan mendasar yang tidak mampu tercukupi dan terpenuhi, serta adanya keinginan yang tidak bisa dibendung. Faktor ini yang akhirnya memicu manusia untuk berlaku anarkis dan tidak adil.


Untuk itu faktor pemicu di atas harus dikendalikan agar tidak menyebabkan kerusakan yang dapat menghancurkan dan mengacaukan kenyamanan dan keamanan hidup manusia, makhluk lainnya dan juga alam. Campur tangan berbagai pihak yang berwenang dalam mengatur tatanan sosial sangat diperlukan andilnya dalam mengatasi hal ini.

Ada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, guna melindungi hak si korban penderita dalam kasus Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT), peraturan-peraturan tersebut diantaranya terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016. Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak. 

Ini merupakan  upaya yang dilakukan oleh negara untuk menutup kesempatan manusia berbuat jahat kepada sesama manusia. khususnya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.



Sumber Gambar: Pixabay


Kebahagiaan anggota keluarga terpelihara jika kedua pasangan mampu membina  rumah tangganya dengan penuh kesadaran dari dua belah pihak.. Kesadaran yang tumbuh untuk  Menguatkan cinta sangat diperlukan. Untuk itu pembekalan pemahaman terhadap ajaran agama mutlak dimiliki oleh setiap pasangan. Seyogyanya pula paham tentang undang-undang yang mengatur hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang diemban oleh suami istri.

Tidak ada satupun manusia yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Namun ketika semua itu terjadi, wajib bagi kita  mendudukkan setiap persoalan, seadil mungkin, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Wanita dan anak-anak biasanya merupakan objek penderita utama dari kegagalan sebuah hubungan suami istri.

Lalu, bagaimana undang-undang melindungi hak kaum wanita...? Bagaimana pula  Islam memandang persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang seringkali wanita menjadi objek penderita pertama. Islam memberikan batasan hukum yang jelas tentang aturan dalam rumahtangga, dan aturan yang jelas pula tentang kemuliaan seorang wanita. Teman-teman bisa mengetahui lebih jauh lagi melalui tulisan saya berupa paper yang telah publish di Jurnal Wawasan Kementerian Agama. 
Teman-teman bisa menelusurinya melalui link berikut

https://doi.org/10.53800/wawasan.v1i1.43. 

Selamat membaca, salam literasi, salam kedamaian. 💓

 



Belajar sambil Bermain: Mengenalkan Kegiatan Ibadah Pada Anak Usia DIni

Senin, 20 Desember 2021

Hai Smart bunda. Assalamualaikum…! Anak-anak sedang apa? Bermain, tidur, makan, atau sedang dalam pangkuan bunda? Apapun bentuk kegiatannya, pastikan anak dalam keadaan nyaman dan riang gembira, ya, bunda.


Bagi anak proses bermain merupakan kebutuhan anak yang wajib dipenuhi, karena melalui proses bermain, kemampuan anak diharapkan semakin meningkat. Bermain merupakan bekerja bagi anak, bekerja dalam dunia anak adalah bermain. Dalam Suyadi (2010) proses bermain untuk anak mengandung unsur pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dalam dunia anak selayaknya dilakukan sambil bermain. Belajar seraya bermain bermain seraya belajar.


Bermain merupakan unsur yang penting dalam kehidupan sang anak. Dalam dekade terakhir ini,  banyak ahli perkembangan anak meneliti hal ini dan menjadikan bermain merupakan kegiatan utama bagi anak sebagaimana juga dikatakan Rahmah oleh (2016)


Begitupula dalam mengenalkan kegiatan ibadah pada anak, lakukan dengan cara menyenangkan, sehingga anak rela melakukannya dengan suka cita.




Apa Makna Bermain?


Para ahli menyatakan bahwa konsep bermain tidak mudah untuk dijabarkan. Terdapat banyak pemahaman tentang konsep bermain yang dirumuskan para ahli. Dalam mursyid (2016),  Elizabeth Hurlock mendefinisikan bermain sebagai aktivitas untuk mewujudkan kebahagiaan. James Suly mengatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang sangat menyenangkan yang dilakukan oleh anak dengan penuh canda dan tawa ketika melakukannya.


Di sini terlihat bahwa perasaan anak menjadi penentu, apakah anak sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Ketika anak melakukannya dalam keadaan tertekan, ketakutan, tidak dapat dikatakan sedang melakukan kegiatan bermain. Karena perasaan anak tidak nyaman.


Proses bermain bagi anak adalah kegiatan yang berisi tentang mempelajari dan belajar banyak hal, mengenal tentang aturan, bagaimana bergaul dengan temannya, bagaimana mengelola emosi, bagaimana menempatkan diri, menghargai dan saling membantu sesama teman, Mulyasa (2014).


Anak melakukan kegiatan bermain bisa secara individu maupun berkelompok. Baik dalam kegiatan bermain secara individu dan berkelompok, mengandung unsur pebelajaran di dalmnya. Bermain secara berkelompok penekanannya lebih kepada belajar tentang kebersamaan.


Apa Ciri-Ciri Anak dikatakan sedang Bermain?


Bunda dan para pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini untuk meyakinkan, bahwa apakah si kecil sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Berikut ciri-cirinya menurut ahli Pendidikan Anak Usia Dini, Rubin, Fein, dan Vandenberg. Para ahli ini merumuskan ciri2 bermain, diantaranya yaitu:

  1. Dilakukan atas pilihan sendiri, kemauan sendiri dan kepentingan sendiri.
  2. Menghadirkan emosi positif.
  3. Bersifat fleksibel, dalam artian anak dengan mudah berganti tema permainan.
  4. Tidak ada tekanan untuk mencapai target.
  5. Bebas memilih.
  6. Menghadirkan unsur kepura-puraan, misalnya menggunakan kertas sebagai pesawat-pesawatan.

Nah bunda di dalam proses bermain pada anak, sudahkah bunda melihat ciri-ciri di atas dalam kegiatan bermain pada si kecil?


Yuk kita mengenal Macam-Macam Permainan Edukatif!


Bunda dan pendidik, berikut adalah Alat Permainan edukatif (APE) yang dapat menunjang kegiatan belajar sambil bermain pada anak, yang diperkenalkan oleh Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial pada tahun 1972. Alat permainan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Boneka dari kain.
  2. Balok bangunan polos.
  3. Menara gelang segitiga, bujur sangkar, lingkaran, dan segi enam.
  4. Tangga kubus dan silinder.
  5. Balok ukur polos
  6. Krincingan bayi.
  7. Puzzle.
  8. Kotak gambar pola.
  9. Papan pasak 25.
  10. Papan pasak 100.

Seiring dengan perkembangan waktu, APE yang ada swkarang ini bentuknya semakin banyak ragamnya dan semakin berkembang. Menurut Anggani Sudono, perkembangan APE di Indonesia mengikuti jejak pengembangan APE Montessori dan Peabody. Mengapa demikian? Berikut ulasannya:

Alat Permainan Edukatif (APE) Montessori.

Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italy yang memiliki perhatian khusus pada pendidikan Anak Usia Dini, risetnya diawali karena kepeduliannya terhadap anak2 yang memiliki keterbelakangan mental dan cacat tubuh. Pada penelitiannya Montessori merumuskan 9 masa peka anak yang membutuhkan metode dan APE tersendiri. 9 masa peka tersebut dijelaskan oleh Montessori (2017), melalui tabel berikut:





3 Prinsip utama dalam memberikan APE pada Anak menurut Montessori:


 Menurut Maria montessori (2017), tiga prinsip utama dalam penggunaan alat permainan edukatif bagi Anak Usia Dini, adalah sebagai berikut:
  1. Menerapkan konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, menurut Montessori anak-anak mampu bermain secara refleks, spontan dan tanpa tekanan.
  2. Lingkungan pembelajaran, Montessori menggunakan area lingkungan rumah dengan melibatkan anak dalam membantu pekerjaan orangtua yang ringan sifatnya.
  3. Peran guru yang berfungsi sebagai fasilitator, sehingga timbul komunikasi yang intensif antara anak dan guru atau orangtua.


Alat Permainan Edukatif (APE) Peabody


Elizabeth Peabody terkenal sebagai tokoh Pendidikan Anak Usia pada aspek perkembangan Bahasa. Peabody merupakan pendiri Taman Kanak-kanak pertama di Amerika Serikat. Berbagai permainan edukatif yang dirancang Peabody diantaranya boneka tangan, boneka jari, tongkat ajaib, kantong pintar.

Kesemua jenis alat permainan tersebut diprogram sebagai alat bantu pengembangan Bahasa pada anak secara sederhana. Pengenalan kosakata melalui cerita yang dihantarkan melalui boneka dan juga pengenalan warna serta benda melalui kantong pintar. Imajinasi anak diasah melalui Alat Permainan Edukatif Peabody.

Peabody mampu menciptakan test alat perkembangan Bahasa PIET Peabody Individual Achievement Test dan PPVT Peabody Picture Vocabulary Test.




Permainan edukatif yang menggunakan media dapat membangkitkan motivasi, menarik minat, melakukan interaksi dan feed back. Anak dapat mengoptimalkan alat indranya dalam proses bermain.


Selain APE yang disebutkan sebelumnya saat ini juga berkembang APE yang berbasis Multimedia dan multimedia interaktif. Di tahun 1990 sampai sekarang multimedia diartikan sebagai gabungan dari beberapa media diantaranya adalah suara, teks, gambar, animasi, video yang diolah menjadi informasi tunggal dalam format teknologi digital. Pada prakteknya saat ini anak-anak usia dini dapat bermain sambil belajar melalui Youtube kids atau CD edukatif untuk anak. Misalnya mengenalkan huruf hijaiyah, menghafal surat-surat pendek, menggunakan aplikasi Al-Quran digital. Mengenalkan kegiatan beribadah seperti shalat, puasa, zakat, thaharah atau ibadah haji, melalui tayangan bergambar animasi di youtube, ataupun televisi.

Mengenalkan Kegiatan Ibadah pada Anak Usia Dini


Berikut adalah salah satu kegiatan bermain menggunakan APE Pabody yang dapat digunakan Para pendidik dan bunda untuk mengenalkan kegiatan ibadah pada Anak Usia Dini. Bunda dan pendidik bisa menggunakan boneka tangan untuk mengajak anak shalat, dengan konsep bermain peran menggunakan boneka tangan. Boneka tangan pertama berperan sebagai bunda, boneka tangan kedua berperan sebagai anak Bernama Faisal.

Aturan main dalam percakapan ini, bunda memainkan dua peran sekaligus, sebagai bunda dan Faisal. Berikut percakapannya:

Bunda: “Assalamualaikum, Faisal anak sholih, sedang apa, nak?

Faisal: “Iya, bunda. Apa, sih, Bund, ganggu aja, emangnya ga liat, ade kan lagi main mobilan!”

Yang memang kebetulan si ade yang sudah berusia 5 tahun juga lagi asyik bermain mobilan. Bunda meminta ade untuk shalat, tapi adek merajuk tidak mengindahkan permintaan bunda.

Bunda: “Shalat dulu, yuk, sudah jam 1, lho!”
Faisal:  “Nanti dulu, ah, bund, masih Asyik”
Bunda: “ Eeh…ga boleh gitu dunk, adek ingin selalu disayang Allah, Kan?”
Faisal:  “Emang kenapa harus disayang Allah”
Bunda: ”Nanti dikasih surga sama Allah, memangnya ade ga mau?”
Faisal:  “Mau, dung Bund!”
Bunda: “Nah, kalo gitu, yuk, kita Shalat. Ambil wudhu dulu ya!”

Seketika Faisal langsung bangkit dari duduknya dan meletakkan mobilannya. mengikuti bunda menuju kran untuk berwudhu.

Catatan: Ajakan yang disertai ucapan yang lembut dan mengandung makna, lebih didengar oleh anak, daripada bentuk teriakan, yang malah cenderung akan berdampak pada penolakan dan perlawanan dari anak.

Apa Perbedaan antara Belajar dan Bermain pada Anak Usia Dini?

Dalam KBBI bermain diartikan sebagai berbuat sesuatu yang menyenangkan hati, sementara yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Konteks belajar dan bermain pada Anak usia Dini tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling terkait, karena anak belajar dari permainan yang mereka lakukan.

Pada Pendidikan Anak Usia Dini dalam pelajaran tertentu misal berhitung, bisa dilakukan sambil bermain, agar anak tak merasa diintimidasi dan terbebani.

Sebagi orangtua kita wajib memilihkan permainan yang mendidik untuk anak, mencerdaskan anak, dan memberikan stimulasi positif untuk anak, dan tidak memberikan permainan yang justru akan merusak karakter anak.

Menerapkan Konsep Bermain sambil Belajar Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)


  • Semester/bulan/Minggu: I/Juli/Minggu ke 4
  • Hari/Tanggal : Senin,24 Juli 2020
  • Tema : Diriku
  • Subtema : Tubuhku
  • Kelompok : B (usia 5-6 Tahun)
Materi dalam RPPH subtema tubuhku dalam kegiatan:
  1. Doa sebelum dan sesudah belajar.
  2. Nama anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, dan cara merawatnya,
  3. Mengelompokkan berdasarkan warna (merah, biru, kuning),
  4. bentuk dua dimensi (persegi, segi tiga), dan jumlah bilangan (5 -10),
  5. Lagu “ Aku Ciptaan Tuhan”.
Alat dan bahan untuk subtema tubuhku
  1. Kegiatan membuat bingkai foto diri membutuhkan: lidi/irisan bambu/stik es krim, kertas, lem, kertas warna warni (merah, biru, kuning), bisa juga anak diminta untuk membawa koleksi foto dirinya dari rumah.
  2. Kegiatan membuat boneka foto diri dari tanah liat membutuhkan: kertas koran untuk alas, tanah liat, dan celemek untuk menutup baju anak.
  3. Kegiatan menggunting dan menempel (kolase) gambar anggota tubuh membutuhkan pola anggota tubuh, lem, potongan anggota tubuh untuk menempel, dan gunting.
Kegiatan Pembukaan di RPPH untuk subtema tubuhku
  1. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  2. Doa sebelum belajar.
  3. Membacakan buku cerita.
  4. Mengenalkan aturan bermain.
  5. Berdiskusi bagian-bagian tubuh, fungsi, dan cara merawat tubuh.
  6. Diskusi yang harus dilakukan sebagai rasa terima kasih terhadap Tuhan atas tubuhnya.
Kegiatan Inti untuk RPPH subtema tubuhku Model Sentra Seni
  1. Anak diajak untuk mengamati alat dan bahan yang disediakan.
  2. Anak diberi kesempatan untuk bertanya tentang konsep warna dan bentuk yang ada di alat dan bahan.
  3. Guru menanyakan konsep warna dan bentuk yang pernah ditemukan anak di dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan gagasannya:
a. Kegiatan 1: Membuat bingkai foto diri dari lidi.
b. Kegiatan 2: Membuat boneka foto diri dari tanah liat.
d. Kegiatan 3: Membuat kolase (menggunting dan menempel) anggota diri.
    5. Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukannya

Kegiatan Penutup untuk RPPH subtema tubuhku
  1. Menanyakan perasaan anak selama hari ini.
  2. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  3. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini, mainan apa yang paling disukai.
  4. Memberikan tugas kepada anak untuk dilakukan di rumah, yakni menanyakan kepada orang tuanya tentang tempat lahir, tanggal lahir, siapa yang menolong kelahiran, dst.
  5. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan.
  6. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari.
  7. Berdoa setelah belajar.
Bunda dan para pendidik, selamat mempraktekannya di rumah atau di tempat mengajar, semoga dapat membantu bunda dan pendidik dalam mengajarkan ibadah pada anak usia dini. Semangat salam pengasuhan.





REFERENSI

  • Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Bandung: Pustaka Pelajar, 2005.
  • Montessori, Maria, The Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap, diterjemahkan oleh Dariyatno dari judul The Absorbent Mind, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2017.
  • Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, Bandung, Remaja Rosda Karya. 2016.
  • Naili Rohmah, Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Tarbawi Vol. 13. No. 2. Juli – Desember 2016.
  • Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, Pedagogia. 2010.

 


Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini

Rabu, 15 Desember 2021




Bagaimana menurut teman-teman, jika dalam proses pembelajaran tidak perlu diberlakukan sebuah penilaian? Tentu hal tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam proses evaluasi.

Bagi seorang pendidik akan sulit menentukan sampai sejauh mana kegiatan Pendidikan yang dia lakukan berhasil atau tidak. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada peserta didiknya, baik dari aspek domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Apakah materi yang dia berikan akan dilanjutkan, dirubah metodenya, gayanya, dan teknisnya. Semua ini bisa terlaksana jika ada proses penilaian.

Bagi peserta didik, tentunya tidak ada hal yang memacu dirinya untuk lebih semangat dalam meningkatkan kualitas diri. Dan tidak mengetahui sejauh mana kemampuan yang dia miliki. Di sinilah bukti bahwa proses penilaian perlu dilakukan. Efektivitas dalam sebuah proses pembelajaran dan ketuntasannya bisa dilihat hasilnya melalui proses penilaian.

Penilaian pada Pendidikan anak usia dini seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2012) sangat perlu dilakukan, guna mengetahui perubahan perilaku dan sikap peserta didik yang didapat dari proses Pendidikan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Penilaian pada anak usia dini, titik berat ada pada perilaku bermain pada anak. Untuk itu pengamatan secara seksama yang dilakukan oleh guru PAUD pada kegiatan bermain anak memberikan banyak masukan dalam melakukan penilaian. Penilaian pada anak usia dini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak terjadi perubahan pada anak setelah dilakukan stimulasi melalui proses pembelajaran.

#Pengertian Penilaian

Apa yang dimaksud dengan penilaian? Sebelum mengurai lebih jauh, kita pahami dulu pengertian dari penilaian itu sendiri.

Penilaian terhadap anak didik adalah semua rangkaian proses secara menyeluruh dalam mengumpulkan informasi yang terkait tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik, yang dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan dalam periode masa tertentu, sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Angraini dkk (2014).

Dalam PP No 57 tahun 2021 pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa “Penilaian proses pembelajaran merupakan assessment terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran”.

Penilaian dijelaskan oleh Tim GDK Dikdas (Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar)merupakan kegiatan yang mengarah pada penjabaran tentang pencapaian perkembangan yang diperoleh oleh anak.

Penilaian yang termaktub dalam modul Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini memiliki penjabaran bahwa penilaian merupakan proses pengukuran yang diperoleh dari kegiatan proses pengamatan pembelajaran pada Pendidikan Anak USia Dini, dengan menggunakan penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan untuk mendapatkan tolak ukur pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan serta keterampilan. Dilakukan secara sistematis, terukur, menyeluruh dan berkelanjutan, mencakup pertumbuhan dan perkembangan atas pencapaian yang dilakukan anak dalam kurun waktu tertentu.

#Mengapa Penilaian Harus Dilakukan?

Potensi anak bisa diukur karena ada penilaian. Penilaian dilakukan bukan hanya sekedar mengukur apa yang diketahui oleh anak, namun lebih kepada apa yang mampu dilakukan oleh anak. untuk itu penilaian harus dilakukan secara kontinu dan terarah. Anak yang belum terlihat atau belum muncul potensinya, perlu dilakukan peninjauan ulang dan mengarahkannya pada kegiatan yang dapat memunculkan potensi anak secara maksimal. Sedangkan jika diketahui seorang anak memiliki kemampuan yang unggul melebihi kompetensi yang sudah ditentukan, pendidik dituntut untuk membimbing peserta didik ke arah pengembangan potensi secara lebih maksimal lagi agar kemampuan anak semakin berkembang.

Menurut Harun dkk penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaian.

Dalam Maria dan Sisilia (2021) fungsi penilaian dilakukan untuk:

1. Memberi informasi penting yang diharapkan oleh orang tua: anak belajar sesuatu.

2. Memberi informasi yang bermanfaat bagi guru: Pijakan untuk merencanakan pembelajaran berikutnya.

#Apakah Tujuan dari Proses Penilaian?

Penilaian dilakukan bertujuan untuk memberikan data yang terstruktur tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, kepada pihak-pihak yang memerlukan baik pendidik maupun orangtua, demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Stimulasi diberikan secara bertahap dan meningkat. Stimulasi akan mudah diterapkan jika orang tua atau pendidik memiliki informasi tentang perkembangan yang sudah diperoleh oleh anak pada aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Maria dan Sisilia (2021) mengatakan bahwa hal penting yang patut guru pahami adalah bahwa orang tua tidak semua dan tidak melulu paham bahwa dalam proses bermain pada anak, ada pembelajaran yang dia dapat. Bermain merupakan pekerjaan bagi anak, dan melalui proses bermain anak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Jadi, penilaian membantu membuat pembelajaran yang tak nampak bagi orang tua menjadi terang benderang. “assessment makes learning visible” (Hawe & Dixon, 2017; Southcott, 2015; Verstege, 2011)”. Penilaian membuat belajar seorang anak terpampang terang benderang.

Laporan penilaian perlu diberikan pada bagi orangtua, agar orang tua dapat melanjutkan program yang sudah dibina di sekolah, juga diterapkan lagi di rumah. Dengan demikian Pendidikan dan pengasuhan yang diberikan kepada anak akan sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di sekolah. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak akan dicapai secara optimal. Adapun proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahapan di bawah ini:



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD



#Bagaimana Teknik dalam Memberikan Penilaian

Mengulas ketentuan Teknik penilaian dalam Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Usia 5-6 Tahun/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) Beberapa Teknik penilaian yang dilaksanakan di PAUD diantaranya yaitu

1. Teknik Pengamatan atau observasi. Guru melakukan pengamatan atau observasi di saat anak melakukan kegiatan belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dicatat dalam lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik.

2. Teknik Percakapan. Guru dapat menggunakan Teknik ini pada saat kegiatan terpimpin ataupun bebas.

3. Teknik Penugasan. Dalam Teknik ini guru dapat memberikan tugas kepada anak dalam kurun waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok, dalam penugasan secara mandiri ataupun didampingi.

Dalam Anggraeni dkk (2014) Maria dan Sisilia (2021) dijelaskan bahwa hasil observasi yang dilakukan guru, harus dikumpulkan dalam sebuah catatan. Bentuk pencatatan tersebut diantaranya bisa berupa:

1. Catatan anekdot Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan mencatat sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-tiba/insidental baik positif maupun negatif.

2. Unjuk kerja merupakan teknik penilaian yang melibatkan anak dalam bentuk pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati.

3. Portofolio merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan anak secara berkesinambungan atau catatan pendidik tentang berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai salah satu bahan untuk menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4. Ceklist. Dalam Teknik penilaian ini, guru harus menyiapkan dulu format instrument tentang materi yang akan diajarkan pada anak. Isi dengan indikator pencapaian yang diinginkan. Capaian yang dapat diisi berupa pemberian tanda ceklist (bisa tanda ✔, tanda ✘, atau tanda lain). Contoh:


5. Foto berseri, disajikan dalam bentuk foto-foto yang diberikan keterangan tentang proses pembelajaran anak dan hasilnya.



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD


Analisis guru: Bima memiliki sikap kepemimpinan dan memiliki rasa percaya diri serta kebanggan diri. Ia menginisiasi ide dan memimpin permainan. Bima memiliki fisik yang kuat sehingga ia mampu berjongkok saat mengerjakan suatu aktivitas. Kemampuan motorik halusnya terstimulasi ketika ia menata batu-batu berurutan dan membuat batu seimbang. Ia mengenali dinosaurus sebagai binatang dan dapat menyebutkan makanan dinosaurus. Bima memiliki kemampuan berpikir logis, ia mampu menye[1]butkan sebab akibat.

Umpan balik: Kegiatan selanjutnya Bima dapat diajak untuk menambahkan karyanya, misalnya keluarga dinosaurus, kandang atau lingkungan tempat tinggal dinosaurus

Teknik Perangkuman Hasil Penilaian

Hasil Teknik pencatatan kegiatan pembelajaran pada anak sebagaimana yang telah dijelaskan di atas dirangkum dalam catatan dengan format yang telah disiapkan baik harian, mingguan ataupun semester. Setelah itu hasil rangkuman diproses menjadi laporan yang menjelaskan secara singkat tentang kompetensi yang diajarkan kepada anak meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Setelah Langkah-langkah proses penilaian sudah dijalani, guru harus mampu mendeskripsikannya secara objektif kepada orangtua atau wali dalam bentuk LPPA (Laporan Pencapaian Perkembangan Anak).

Pola penulisan Penjelasan atau deskripsi penilaian meliputi keistimewaan anak pada semua aspek, keberhasilan belajar anak, pengembangan diri anak, hal apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan orangtua dalam rangka pengembangan diri anak.

Hasil penilaian disampaikan oleh kepala Lembaga PAUD dan guru. Bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Dilakukan secara langsung melalui pertemuan tatap muka yang dilakukan pihak Lembaga dan orang tua atau wali. Pihak Lembaga wajib menjaga kerahasiaan data pelaporan anak yang akan digunakan untuk melakukan bimbingan ke tahap selanjutnya kepada pihak yang tidak relevan.



CONTOH FORMAT LAPORAN PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK




PETUNJUK PRAKTIS PENGISIAN LPPA

Kolom Pertumbuhan

Pada kolom ini diuraikan catatan seluruh kemajuan pertumbuhan fisik anak meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, panca indera, kesehatan secara umum, dll.

Kolom Perkembangan

Pada kolom ini diuraikan catatan mengenai seluruh kemajuan perkembangan anak berdasarkan kompetensi yang dicapai anak meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Diawali dengan menguraikan kekuatan peserta didik dengan cara yang unik dan bermakna yang dapat menjadi bagian dari citra diri peserta didik serta menghindari pernyataan yang bersifat negatif.

Pemilihan Kalimat yang Tepat dalam Penilaian. Menilai dengan Pernyataan Positif. Pernyataan positif diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ananda unggul dalam ...
2. Ananda menunjukkan inisiatif dalam hal ...
3. Ananda mampu bekerjasama ...
4. Ananda bangga dengan karyanya ...
5. Ananda mau mendengarkan ...
6. Ananda mampu menyampaikan ide/gagasan ...
7. Ananda bekerja dengan rapi ...
8. Ananda menunjukkan pekerjaan sampai tuntas ...
9. Ananda memahami dengan cepat ...
10. Ananda sangat disenangi oleh teman-temannya ...

Jangan Gunakan Pernyataan atau ungkapan yang negatif. Pernyataan negatif yang harus dihindari diantaranya:

1. Ananda tidak pernah ...
2. Ananda tidak akan ...
3. Ananda tidak bisa ...
4. Ananda akan selalu ...

Untuk menghindari kesan negatif dalam mengomentari kelemahan anak, guru dapat menggunakan bahasa yang positif, diantaranya yaitu:

1. Ananda lebih menyukai...
2. Ananda ramah dan lebih disukai…
3. Anak akan dapat manfaat dari berlatih...
4. Anak menunjukkan peningkatan dalam ...

Beberapa contoh kalimat yang dapat mendorong, sebagai berikut:

1. Ananda telah mengembangkan sikap positif terhadap ...
2. Ananda telah maju dalam ...
3. Ananda telah menunjukkan keinginan untuk ...
4. Ananda telah menunjukkan kemajuan dalam ...
5. Ananda telah menunjukkan peningkatan yang nyata ...
6. Ananda telah menunjukkan keterampilan sosial ...
7. Ananda telah menunjukkan antusias untuk ...
8. Ananda senang belajar untuk ...
9. Ananda menjadi mandiri ...
10. Anak sedang mengembangkan keterampilan konsentras…
11. Ananda mulai mendapatkan kepercayaan diri ...
12. Ananda menjadi pendengar yang baik ...
13. Ananda sedang mengembangkan cara yang lebih positif untuk berinteraksi dengan orang lain…
14. Ananda bersifat kooperatif ketika bekerja dalam kelompok ...

Yang perlu diperhatikan :

1. Kalimat di atas merupakan contoh yang dapat digunakan dalam membuat deskripsi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di LPPA.

2. Format dan muatan khusus (keagamaan, kesenian, budaya, bahasa daerah) LPPA dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah, satuan PAUD/lembaga PAUD, peserta didik.

Demikian uraian tentang teknis merancang penilaian untuk anak usia dini.
Selamat menerapkannya, semoga bermanfaat bagi pendidik PAUD dan bagi para bunda yang ingin membuat catatan Pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Bagi para bunda yang ingin menerapkannya di rumah, bisa dibuat lebih simple ya bund, uraian di atas bisa dijadikan inspirasi untuk membuat catatan kecil di rumah. Usaha yang kita lakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan mudah dicapai, jika ada penilaian yang terstruktur. Yuk semangat melakukannya demin buah hati tercinta. Salam pengasuhan.


REFERENSI

  • Anggraeni, DKK. Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
  • Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
  • Umi Safitri, Aunurrahman, Dian Miranda, Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Anak Usia Dini Di TK LKIA II Pontianak, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, vol. 8, No.9, 2019.
  • Tim GTK Pendidikan Dasar. Modul BELAJAR Mandiri Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Bidang Studi TK/PAUD. Direktorat GTK Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2021.


















Kampanye #KejuAsliCheck, Keju Asli Sempurnakan Kebutuhan Gizi

Sabtu, 11 Desember 2021
Kampanye #KejuAsliCheck,  Keju Asli Sempurnakan Kebutuhan Gizi. 
Rayya bocah cilik berumur empat tahun berambut keriting berlari dari arah teras menuju dapur, sambil mengusap mulutnya yang masih belepotan remah kue. Setiba di hadapan bundanya yang dia sebut mamam, langsung menengadahkan tangannya meminta jatah kue.

“Mamam … minta lagi kuenya Mam!”

“Mamam kuenya enak, Rayya mau lagi, dong Mam, itu kue apa sih namanya?”

Sang bunda menanggapi ucapan Rayya dengan penuh antusias dan bahagia. 

“Oh, … Rayya suka ya kuenya? Enak ya? Mau tau nama kuenya? Ini namanya proll tape keju sayang! Tante Nita yang bikin dan kasih untuk kita.”

Sambil menjelaskan, Ranti memberikan Rayya sepotong proll tape keju yang super moist, gurih, manis dan legit. Rayya menerimanya dengan senyuman yang lebar dan mata berbinar. Ketika kue sudah ada dalam genggamannya, bocah cilik itu langsung menyantapnya dengan lahap. 

"Hmm, … yummy." Rayya menatapku, dan menangkap isyarat mamamnya, lalu dengan nada menggemaskan dia berceloteh.

“Trimakasih kuenya Tante. Rayya suka!” sambil melanjutkan kunyahannya dan mulutnya dipenuhi dengan potongan proll tape keju.

Begitulah celotehan menggemaskan dari seorang bocah yang sedang sangat gandrung dengan camilan berbahan keju. Sengaja aku buatkan untuk sahabatku Ranti, karena sudah lama aku tak bertandang ke rumahnya. Bisa aku pastikan kue proll tape keju ini rasanya sangat moist, manis dan gurih, karena dibuat dengan bahan dasar keju cheddar yang berkualitas.

Pilih Keju Cheddar Kraft  Keju Padat Gizi Bersertifikasi Halal MUI Untuk Pelengkap Kebutuhan Nutrisi Harian




Kampanye #KejuAsliCheck. Keju Cheddar KRAFT, selain memiliki rasa yang gurih, juga padat akan nutrisi. Tinggi kalsium merupakan klaim utama dari produk ini disamping dilengkapi juga dengan 
protein dan vitamin D, yang manfaatnya tak kalah penting bagi tubuh. Kalsium sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga Kesehatan tulang, gigi, juga sistem pencernaan dan sistem metabolis tubuh yang lain. Dan yang terpenting lagi sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI. so, tambah yakin, aja, khan? Pokonya, Aman.

Buat aku pribadi yang masuk ke dalam golongan kaum tak penyuka susu tapi gandrung dengan produk olahan susu, cenderung candu terhadap keju yang satu ini. bahkan seringkali jadi camilan, hehe.

Maka dari itu selain menambah lezat pada panganan, keju cheddar KRAFT juga mengandung nutrisi lengkap, yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama untuk si kecil, yang sedang memerlukan banyak nutrisi untuk menyokong proses tumbuh kembangnya.

Seperti halnya Rayya yang gandrung akan kue proll tape bikinanku, bukan semata-mata hanya karena aku pandai membuat panganan kecil, tapi tak urung karena pemilihan bahan dasar yang berkualitas, terutama pada bahan kejunya. Keju cheddar KRAFT menjadikan rasa proll tape buatanku semakin kaya rasa, dan memiliki cita rasa spesial. Pastinya juga kaya akan nutrisi.

Lalu, bagaimana bunda bisa paham kalau keju yang digunakan adalah keju cheddar asli yang berkualitas? Ada caranya, lho bunda. Ada dua hal yang harus bunda perhatikan, diantaranya yaitu:

1. Bunda harus memastikan komposisi dalam kemasan keju cheddar yang bunda beli, bahan Keju ditulis pada posisi pertama (bukan air atau tepung).

2. Kandungan nutrisi harus tertulis pada kemasan.

Dua hal tersebut di atas jangan sampai terlewat ya bunda. Selektif dalam memilih produk sangat diperlukan demi memenuhi kecukupan gizi anggota keluarga. Bukankah bunda adalah staf ahli nutrisionist utama dalam keluarga? Hehe.


Menurut dokter ahli gizi, nutrisi lengkap sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan daya tahan tubuh, terutama di era pandemi ini. 

Tak kalah pentingnya, kecukupan nutrisi sangat diperlukan oleh anak-anak dari sedini mungkin, karena kecukupan nutrisi akan mempengaruhi perkembangan psikomotor kasar dan halus, serta kognitif. Tiga domain ini, merupakan unsur penting dalam melakukan evaluasi tumbuh kembang pada anak.

Bicara tentang perkembangan kognitif pada anak, menurut para ahli dalam sejumlah penelitian tentang nutrisi, kalsium adalah unsur terpenting yang terlibat langsung dalam proses penghantaran sinyal-sinyal pada sistem saraf di otak. Hal ini berpengaruh pada kecerdasan anak. Sistem saraf yang sehat akan membuat anak cepat menerima informasi. 

Keju Cheddar KRAFT mengklaim produknya, mengandung 141 mg kalsium pada setiap takaran sajinya. Ini menandakan bahwa keju asli berkualitas mengandung tinggi nutrisi. Bunda sudah berada dalam posisi tepat jika memilih KRAFT sebagai partner bunda dalam menyajikan menu keluarga sehat.

3 Hal yang Perlu diperhatikan Smart Bunda dalam Menyajikan Menu Si kecil


Untuk anak, kok, coba-coba! Mungkin bunda tidak asing, ya, dengan istilah ini. So, bunda, jangan pernah coba-coba ya, sudah ada yang jelas kualitasnya kenapa harus ragu lagi, dan masih coba-coba? 

setelah bunda yakin akan pilihan bunda. Bunda juga harus cermat dalam berkreasi menciptakan panganan untuk keluarga, terutama yang disukai si kecil, mengingat si kecil adalah sosok yang terkadang moody dalam soal makanan.

 Terkadang hal-hal terkecil mengambil ruang paling besar di hatimu


Menurut Nutritionist, Doktor Rita Ramayulis, dalam menyediakan panganan untuk si kecil, yang perlu diperhatikan ada 3 hal, diantaranya:

1. Penyesuaian Waktu. Bunda harus smart dalam membagi porsi makan si kecil dalam pembagian waktu yang tepat, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan si kecil. Pembagian waktu makan tersebut tercakup dalam jam makan pagi, snack pagi, jam makan siang, snack sore dan jam makan malam. Nah, bunda bisa menyajikan panganan padat nutrisi berbahan keju di dalam jam-jam makan si kecil. Tentunya dengan porsi kecil ya, bund, mengingat lambung anak yang memang masih berukuran kecil.

2. Penyesuaian Jumlah. Dalam pemberian porsi makan untuk anak tidak melulu harus banyak, yang penting padat gizinya. Salah satunya dengan menyisipkan keju di setiap porsi makan si kecil, guna menambah jumlah asupan nutsinya.

3. Penyesuaian Jenis. Hal ini lebih ditekankan kepada kualitas makanannya. Nah, salah satunya bunda bisa membuat kreasi sajian, dengan cara menambahkan keju cheddar KRAFT sebagai kombinasi pada menu si kecil.

Gimana, bunda? Mudah, kan, ya? So, ga perlu pusing lagi dalam memenuhi asupan nutrisi keluarga. Keju cheddar KRAFT, wajib jadi pilihan. Kampanye #kejuAsliCheck.


Bahan Dasar Berkualitas Menciptakan Panganan Spesial


Jangan salah, ya, bunda! Cita rasa sebuah makanan ditentukan juga oleh kualitas bahan dasarnya. Bahan dasar yang berkualitas bagus akan menghasilkan panganan yang memiliki cita rasa spesial. Nah, contohnya proll tape keju ini dibuat dengan menggunakan keju cheddar KRAFT, yang memang sudah terjamin kualitasnya. Kenapa? Karena keju cheddar KRAFT terbuat dari keju Asli New Zealand, yang memiliki rasa gurih asli keju. Dijamin bakal memanjakan indera pengecap kita. Bikin kita ingin memakannya lagi, terus, ... dan terus. Seriusan, deh, ini ga lebay, haha.

Diet kamu adalah rekening bank. Pilihan makanan yang baik adalah investasi yang baik. Bethenny Frankel

Harga memang relatif di atas rata-rata untuk produk sejenis, tapi pastinya rasa juga di atas rata-rata, dunk, bund. So, tetap pada komitmen awal, ya, kualitas adalah utama.


 

Inspirasi Olahan Pangan Berbahan Dasar Keju


Bunda berharap si kecil suka ngemil tanpa merasa terpaksa dan tersiksa? Cerita tentang Rayya yang bolak-balik minta nambah terus dan terus kue yang dicicipinya, pasti membuat hati bunda tergetar dan gemas. Langsung, deh, ngarep kalo anaknya bisa doyang ngemil juga. Apalagi kalo si kecil kebetulan senang pada aksi GTM alias Gerakan Tutup Mulut atau seorang picky eater yang acapkali bikin bunda pusing tujuh keliling dalam menyajikan menu untuk si kecil.

Jangan sedih, ya, bunda! bisa dicoba, nih, kreasi simpel dari dapur Insnita, camilan yang jadi kesukaan Rayya, yaitu Proll Tape Keju. Ketika si kecil mampu menghabiskan berpotong-potong kue ini di salah satu jam makannya, bunda tak perlu khawatir lagi akan asupan gizi harian si kecil. Dengan tambahan Keju Cheddar KRAFT, telur, tapai singkong dan bahan lainnya, asupan nutrisi si kecil makin kumplit.




Selain karbohidrat menurut Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia (DPP PERSAGI) tapai singkong juga dilansir mengandung banyak nutrisi lainnya seperti lemak, fosfor, protein, dan kalsium. Nah, bunda, makin kumplit…plit aja, ya, nutrisinya, apalagi ditambah keju cheddar KRAFT yang diklaim memenuhi 30% kebutuhan kalsium harian, tambah semangat deh berkreasinya. Yuk bunda masuk dapur dan kita siapin bahan-bahannya!

PROLL TAPAI KEJU





Bahan 1:

400 gr tape
120 gr Susu kental manis (3 sachet)
100 gr Keju Cheddar Kraft, diparut

Bahan 2:

4 butir telur
100 gr gula pasir

Bahan 3:

100 g Terigu pro rendah\ sedang
1\2 sdt garam
1\2 sdt vanila

Bahan 4:

150 ml santan kental (dari satu sachet santan instan 65 ml campur dengan air jadi 150)
100 Margarin\butter cairkan

Bahan 5 untuk topping

80 - 100 gr Keju chedar parut atau sekitar 1\2 kotak atau sesuai selera.
Kismis jika suka

Olesan Carlo

Digunakan sebagai bahan anti lengket kue ke loyang yaitu terdiri dari
1 SDM minyak
1 SDM margarin
1 SDM terigu
Aduk bahan Carlo hingga tercampur rata

Cara Membuat:
  • Haluskan dan campur bahan 1, lalu sisihkan, bisa menggunakan food processor atau manual dibenyek-benyek menggunakan garpu.
  • Kocok bahan 2 sampai gula larut, lalu masukkan bahan 1, aduk sampai tercampur rata.
  • Masukkan bahan 3, ayak terigu agar tidak menggumpal, aduk sampai benar2 tercampur rata.
  • Olesi loyang dengan Carlo, aku pake loyang ukuran 20×20×4.
  • Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan.
  • Panggang dalam oven yg telah dipanaskan selama 10 menit sebelumnya dengan suhu 180'C.
  • Panggang adonan 20 menit menggunakan api atas bawah, setelah itu keluarkan dari loyang, olesi permukaan adonan dengan kuning telur, lalu taburi keju dan kismis.
  • Panggang kembali selama 20 menit menggunakan api atas bawah, lanjut 10 menit menggunakan api atas saja. Tes tusuk. Jika sudah matang, angkat dan sajikan.

Selamat mencoba yaa bunda, tetap semangat mengurus keluarga, dan jangan lupa untuk memilih produk pangan berkualitas untuk penuhi asupan nutrisi keluarga. Yuk, kita gunakan keju asli untuk sempurnakan kebutuhan gizi. Kampanye #KejuAsliCheck. Salam sehat.

REFERENSI

https://www.alodokter.com/manfaat-keju-yang-sayang-untuk-dilewatkan
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/31830/32088
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/manfaat-tape-singkong/
https://ibuibudoyannulis.com/wp-content/uploads/2021/12/KRAFT-KejuAsliCheck-Siaran-Pers.docx
https://ibuibudoyannulis.com/wp-content/uploads/2021/12/KRAFT-KejuAsliCheck-Lembar-Fakta.docx
https://www.halodoc.com/artikel/5-manfaat-kalsium-untuk-tumbuh-kembang-anak





Kelas Blog Dasar PCW Kelas Blog From Zero To Hero

Kamis, 25 November 2021

Kelas Blog Dasar yang digawangi PCW ini terbilang sangat luar biasa, maka dari itu disebut Kelas blog from zero to hero? Kelas ini benar-benar mengenalkan cara pembuatan blog dari awal sampai menjadikan blog kita menjadi blog TLD atau Top Level Domain, alias blog berbayar.  Mentornya Mba Nia membimbing penuh kesabaran dan menerangkan dengan jelas step by step langkah pembuatannya. 


tips ngeblog


Manusia dalam usahanya untuk berubah diperlukan daya lecut yang lumayan menggugah untuk bergerak dari posisi mager alias malas gerak ke posisi bager alias banyak gerak. Entah itu yang bergerak berkaitan dengan daya pikir, daya rasa atau daya fisiknya. 

Tiga kekuatan ini lah yang menjadikan manusia menjadi manusia bermakna. Tidak hanya menjadi seonggok daging bernyawa, yang tak ada andilnya. Tentunya tiga kekuatan ini merupakan turunan dari kekuatan utama yaitu agungnya Allah sang pencipta. Hihi ….dalem banget ya pembukaannya.

Yo wis lanjut beralih ke urusan ngeblog nih ya… sesuai judulnya kelas blog dasar PCW, kelas blog from zero to hero. Bukanlah ucapan kaleng-kaleng jika kita mengatakan bahwa untuk menjadi manusia yang banyak bermanfaat maka bersahabatlah dengan dunia maya! Lho kok bisa? Tentu bisa, itu jawabannya. 

Bagaimana caranya? Gini ya …, fasilitas sosmed aka sosial media yang tersedia dan sangat beragam bentuknya itu bisa kita jadikan ajang sharing about everything. Benar-benar tentang segalanya lho! Dari mulai aktivitas kehidupan sehari-hari sampai ke event bergengsi. Sesuatu yang menurut Sebagian orang adalah hal yang sangat biasa belum tentu untuk sebagian yang lainnya. Bisa jadi itu adalah hal yang luar biasa. Untuk itu, hal yang kita ceritakan di media, pasti akan ada manfaatnya. 

Platform untuk berbagi ini sangat beragam, dan salah satunya “ngeblog”. Saya sendiri sebagai pengguna beberapa medsos, walau terbilang tak terlalu aktif, mencoba berbagi hal-hal sederhana agar bisa juga dinikmati oleh teman-teman yang singgah di account medsos saya. 

Saat ini saya berusaha untuk memanfaatkan fasilitas ngeblog alias menjadi bloger secara maksimal. Beberapa medsos sudah saya coba, dan akhirnya saya lebih jatuh hati pada platform “Ngeblog” ini.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu saya sudah memiliki sebuah Blog yang saya isi dengan resep masakan dan kegiatan sehari-hari anak-anak ketika tinggal di Jepang. Namun karena waktu itu berjalan sendiri tanpa komunitas, jadi blognya tak berkembang alias jalan di tempat. Tidak ada pemicu yang terarah dan akhirnya ditinggalkan. 

Mulai tergugah lagi ketika proses pembelajaran di masa pandemi menggunakan media online. Terlintas dalam pikiran untuk memberdayakan blog sebagai ajang sharing materi pada mahasiswa. Namun ya itu tadi “MAGER”. Padahal saat itu sudah sempat ikut pelatihan pertama untuk buat blog, namun apa daya, saat itu lagi cinta-cinta nya sama platform youtube dan belum mau move on.

Eits…tapi jangan salah, ada manfaat lain yang saya dapatkan dalam pelatihan “ngeblog” pertama saya, yaitu ketemu sama si eneng yang notabene memang seorang penulis sekaligus pemilik blog ciamik RJSP alias Rekam Jejak Sang Pemimpi, silahkan sista kunjungi blognya yang sarat dengan info-info dunia literasi di alamat Rekam Jejak Sang Pemimpi.

Dari pertemuan pertama itulah akhirnya kami punya kesempatan duduk di kelas-kelas pelatihan berbarengan. Namun karena si eneng Karunia ini seorang pembelajar yang aktif, ilmu beliaunya berkembang sangat cepat. Ilmu “ngeblognya” bener-bener beliau manfaatkan untuk berbagi ilmu dan menyalurkan hobinya. 

Sesuai dengan slogan blognya “Menulis adalah Laksana Terapi” Yup,…. bener banget memang begitu adanya. Menulis itu benar-benar terapi buat jiwa. Menulis itu tempat curhat yang tidak pernah akan protes dengan segala curhatan-curhatan kita apapun bentuknya, … hihi.

Sampai pada akhirnya kemampuan “ngeblog” nya, mampu mendampingi kami di kelasnya yang bertajuk “kelas Blog Dasar” yang digawangi oleh Perkasa Creative Writing.


kelas blog 2021


Judulnya sih blog dasar tapi materinya daging banget, bahkan pesertanya digiring untuk langsung memiliki domain. Luaaar biasa! Kereen syekali kalo menurut saya. Kenapa kami para peserta langsung tertarik untuk membeli domain? Karena sang tutor, Nona Karunia Sambas, membuka wawasan kami dengan menjabarkan apa saja keuntungan memiliki blog yang sudah berdomain. 

Sista pingin tau salah satu keuntunganya? Menggiurkan banget ini sih! Tau kan yaa? Iyaaap betul, Ngeblog bisa jadi ladang untuk menghasilkan cuan ternyata. Bener kaaan pasti kalo sudah nyangkut masalah cuan, bikin jadi semangat, hehe… iya apa iya…? Syaratnya, blognya harus aktif diisi dengan postingan yang menarik dan sudah berdomain. 

Yuk buruan deh ngeblog. Kalo sudah tau gini, ga menutup kemungkinan kan, melalui “ngeblog” bisa menuntun kita From Zero to Hero. Cheers…semangat… Saya sih berharap banget Mba Nia bakal buka kelas ini untuk batch 2 nya. Semoga yaa…! Supaya sista yang berminat untuk ikut ngeblog, bisa memiliki kesempatan juga mengikuti kelas blog dasar ini. Salam literasi.

Media Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Minggu, 21 November 2021

Media Pembelajaran Anak Usia Dini - Menurut Sista, pentingkah sebuah media pembelajaran digunakan dalam sebuah proses pembelajaran? Apa manfaatnya? Bisakah sebuah proses pembelajaran berjalan, tanpa adanya media pembelajaran? Coba Sista telaah cerita tentang kembang api ini! Alangkah menariknya konsep mengenal sains yang disuguhkan kepada anak melalui story telling. Ini semua berkat media pembelajaran.


Menurut analisa saya, proses pembelajaran bisa tetap berjalan meskipun tidak ada media, namun tentunya kurang efektif. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memaknai suatu kebenaran. Untuk itu agar kita lebih memahami urgenitas media dalam pembelajaran, kita ulas pembahasannya di bawah ini dengan menjabarkan, apa pengertian media, apa pengertian pembelajaran itu sendiri lalu selanjutnya kita lebih coba memahami apa yang dimaksud dengan media pembelajaran. Apa manfaat, jenis, fungsi, sampai bagaimana merancang media pembelajaran.




Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Beberapa ahli memberikan batasan pengertian tentang media sebagai berikut (Zaman dan Eliyawati, 2010):


Media adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interest antara guru dengan anak dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. 

Pengertian Pembelajaran

Badru Zaman dalam bukunya menerangkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran.

Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Secara khusus terkait metodologi pembelajaran, aspek ini terkait dengan dua hal yang saling menonjol yaitu metode dan media pembelajaran. Media memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar pada siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Jika ditinjau dari perpektif komunikasi, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media; salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. Secara sederhana pembelajaran sebagai proses komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



Sumber: Modul bahan ajar PPG


Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Umar Hamalik, Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.

Salah satu makna media belajar adalah bahan rujukan materi atau sumber belajar yang digunakan guru untuk disampaikan kepada anak. Sumber rujukan dapat dikatakan sebagai referensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien. Sumber belajar tidak hanya berupa buku tetapi dapat film, CD, lingkungan, orang (guru dan anak sendiri), pesan, benda-benda dan kegiatan yang dilakukan dengan media audio (suara hewan, lagu, cerita).

Media pembelajaran adalah alat bantu mengajar yang digunakan guru dan mempunyai fungsi dapat lebih menjelaskan maksud serta tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Pada media pembelajaran terdapat unsur informasi yang akan disampaikan kepada anak, agar dapat mempermudah anak untuk menangkap dan pemahami apa yang akan disampaikan guru. Selain itu, fungsi media pembelajaran adalah untuk menarik perhatian anak agar dalam kegiatan pembelajaran dapat fokus memperhatikan penjelasan maupun arahan guru selama ada di dalam kelas.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian penerima pesan untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Manfaat Media Pembelajaran

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran (Hikmah, 2019), diantaranya adalah:

  1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
  3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
  4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
  5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
  6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  7. Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.

Sementara itu Kemp dan Dayton mengemukakan beberapa manfaat media (Hikmah, 2019), diantaranya yaitu:

  1.  Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
  2.  Pembelajaran dapat lebih menarik.
  3.  Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
  4.  Waktu pelakasanaan pembelajaran dapat diperpendek.
  5.  Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
  6.  Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan.
  7.  Sikap positif siswa terhadap materi pelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
  8.  Peranan guru ke arah yang positif

Jenis Media Pembelajaran

Keragaman dan jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangat banyak dan variatif oleh karena itu dalam perkembangannya timbul usaha-usaha untuk mengelompokkan dan mengklasifikasi media-media tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Para ahli yang tercatat dalam proses pengkalifikasian tersebut antara lain: Rudy Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, Allen, dan lain-lain. 

Namun demikian dari beberapa pengelompokkan media yang mereka lakukan belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu sistem pembelajaran. Bahkan tampaknya memang tidak pernah akan ada sistem pengelompokkan yang sahih dan berlaku umum. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahan ajar ini jenis media tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok besar sebagaimana yang digambarkan dalam bagan berikut.

Sumber: Modul Bahan Ajar PPG

Dari bagan di atas, kita dapat melihat bahwa media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Di bawah ini secara singkat diuraikan keterangan dari masing-masing jenis dan karakteristik media pendidikan tersebut.

1. Media Visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang menggunakan alat proyeksi (disebut proyektor) di mana gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion pictures).

2. Media Audio. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio.

Penggunaan media audio dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media lainnya. 

Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan apabila Anda akan menggunakan media audio untuk anak usia dini yaitu:
  • Media ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak. Sedangkan kita mengetahui bahwa anak usia dini masih berpikir konkrit, oleh karena itu penggunaan media audio bagi anak usia dini perlu dilakukan berbagai modifikasi disesuaikan dengan kemampuan anak. 
  • Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding media lainnya, oleh karena itu jika akan menggunakan media audio untuk anak usia dini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak. c. Karena sifatnya yang auditif, jika Anda ingin memperoleh hasil belajar yang yang dicapai anak lebih optimal, diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.

3. Media Audio-Visual Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh dari media audio visual ini di antaranya program televisi/video pendidikan/instruksional, program slide suara, dsb.

Fungsi Media Pembelajaran

        Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, diantaranya yaitu:

  1. Fungsi Atensi. Media pembelajaran memiliki fungsi untuk menarik dan mengarahkan perhatian anak agar dapat berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
  2. Fungsi Afektif. Media pembelajaran berfungsi untuk melihat tingkat kenikmatan anak ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap anak, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau rasa.
  3. Fungsi kognitif. Media Pembelajaran berfungsi memperlancar pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
  4. Fungsi kompensatoris. Media visual berfungsi memberikan konteks untuk memahami teks, selain itu juga membantu anak yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses belajar mengajar. Terlebih bagi anak hiperaktif media visual (gambar merupakan salah satu media yang apat digunakan untuk memusatkan perhatian anak.

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya computer dan perangkat digital lainnya yang bisa dilengkapi dengan internet.

Merancang Media Pembelajaran Anak Usia Dini (AUDI)

Langkah-langkah dalam perencanaan media secara umum dapat dirinci sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Perumusan tujuan instruksional (instructional objective).
3. Perumusan butir-butir materi yang terperinci.
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
5. Menuliskan naskah media.
6. Merumuskan instrument, tes dan revisi.

Merancang sebuah media untuk aktivitas bermain anak perlu merinci kebutuhan akan media tersebut. Pendidik perlu melakukan identifikasi kebutuhan media yang dapat dirancang oleh Pendidik PAUD.

Persyaratan dalam memilih dan menggunakan media pada kegiatan pembelajaran anak usia dini, media yang diutamakan adalah media riel (nyata), media model, gambar, flash card, panggung boneka, flip card dan lain-lain. Media pembelajaran untuk anak usia dini yang digunakan guru harus dapat dilihat, dipegang dan diraba oleh anak, karena secara kognitif perkembangan berpikir anak usia dini masih dalam kelompok operasional kongkrit. Ukuran media pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai kebutuhan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Media Pembelajaran Sains Aud dan Cara Membuatnya

Salah satu contoh yang dapat dikenalkan pada Anak Usia Dini dalam keterampilan Sains AUD adalah mengenalkan penggunaan arah jarum jam atau mengenalkan waktu pada anak.

Nama Alat Permainan : PUZZLE JAM
Fungsi Puzzle jam ini untuk anak adalah Anak dapat mengenal waktu, mengenal lambang bilangan, mengatur angka-angka membentuk deretan yang sesuai dengan arah jarum jam.

Bahan yang diperlukan :

1. Triplek ukuran 30 - 20 cm.
2. Cat kayu aneka warna sesuai desain.
3. Kuas untuk mengecat.
4. Lem kayu

Teknik Pembuatan :

1. 2 buah triplek dipotong dengan ukuran yang sama.
2. Satu bagian dibuat lukisan yaitu gambar jam dan diberi jarum penunjuk.
3. Sebelum dipotong gambar terlebih dahulu dicat/diwarnai.
4. Bagian lain direkat menggunakan lem kayu.
5. Sebelum dicat sebaiknya tumpulkan dahulu bagian-bagian yang runcing dengan menggunakan amplas.

Cara Penggunaan: Keping-keping diambil, anak diminta untuk menyusun kembali angka-angka sesuai dengan arah jarum jam.




Referensi


Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

Hikmah,  Perkembangan dan Belajar Anak Usia Dini, Modul 2 PPG Bagi Guru PAUD, Jakarta: Kemendikbud, 2019.

Hikmah, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta: Suryakanta Press, 2012.

Sudjana dan Rivai, Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru, 1997.

Sudono, Anggani, Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2000.

Tim GTK DIKDAS, Modul Belajar Mandiri TK/PAUD, Direktorat GTK Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2001.

Zaman, Badru dan Cucu eliyawati, Media Pendidikan Anak USia Dini, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010.




Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger