Perawat membawa ranjang dorong, dan membopong Salma, lalu meletakkannya. Membawa Salma menuju ruang IGD. Dokter jaga langsung bertindak cepat menangani Salma. Dania dan Hajar diminta menunggu di luar. Dua orang sahabat Salma ini begitu merasa khawatir.
"Dania,... sepertinya kita harus segera menghubungi Tante Anggi. Takutnya ada papa-aa, kita nanti bisa disalahkan jika tidak memberitahukan hal ini." saran Hajar.
"So pasti, harus itu! Coba nanti aku hubungi, yaa. Sepertinya kita Whats App terlebih dahulu Tante Anggi, biar Tante Anggi yang telpon balik ke kita."
"Ya, betul, biasanya susah kalo harus telpon dari sini."
Pintu ruang IGD terlihat dibuka,sesosok dokter keluar dan bergegas pergi. Hajar dan Dania saling pandang setelah memperhatikan secara seksama sosok dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD sepertinya dokter yang baru saja memeriksa Salma. Ingin rasanya mereka bertanya, namun sepertinya sang dokter sedang sangat terburu-buru. Namun dua orang sahabat itu nampak mengerenyitkan kening dan berusaha mengingat sesuatu dan mencoba mngungkapkannya.
"Hajar,... apakah kamu ingat seseorang waktu lihat dokter tadi? Aku kok kaya kenal, ya." selidik Dania tentang sosok dokter yang memeriksa Salma.
"Lho, kamu berpikir hal yang sama? Aku juga kaya kenal, sebentar...sebentar...Radit bukan, sih, anak IPA 1, sekelas sama Salma, kan waktu itu?" tebak Hajar
"Ahh...iya betul, tebakanmu tepat, aku ingat sekarang. Dia Radit, anak IPA 1 yang sekelas sama Salma, dan sempat ngejar-ngejar Salma waktu itu, kan? Masyaalahu tabarakallahu aku, kok, jadi inget cerita-cerita FTV, kok, kebetulan banget, ya!?" Dania menimpali.
"Alhamdulillah, kalau begini, kita, kan, jadi leluasa tanya-tanyanya, ya." sahut Hajar
Dokter Radit kembali lewat dan sepertinya hendak kembali masuk ke dalam ruang IGD, namun tetap nampak tergesa dan dua sahabat itu belum bisa bertanya lebih jauh. Mereka harus lebih sabar sepertinya, membiarkan dokter memeriksa Salma secara teliti, agar bisa diketahui apa penyebab Salma pingsan hari ini, dan juga hari-hari sebelumnya.
Salma memang terlihat lesu, sejak dia kejar setoran ingin segera menyelesaikan skripsinya. Entah apa yang menjadikannya berpikiran seperti itu. Apa yang dia kejar. Dia adalah seorang anak tunggal dari pasangan orangtua yang begitu harmonis hubungannya. Hidup serba kecukupan dan memiliki nasib yang sangat baik. Banyak orang yang iri dengan kehidupannya.
Tapi, bagaimana dengan masalah percintaannya? Untuk hal yang satu ini, dua sahabatnya ini pun tak tahu menahu.
Pintu ruang IGD kembali terbuka, dokter yang memeriksa Salma terlihat menghampiri mereka dan bertanya.
"Keluarga Nona Salma?" tanya dokter
"Iya betul,"
Hajar menimpali sambil melirik name tag yang menggantung di leher sang dokter. Raditya Gunawan Shabri. Nama itu terbaca jelas oleh Hajar. Tetiba wajah Hajar berbinar dan spontan berseloroh.
"Adit, yaa, anak IPA 1 SMA 3 Bandung angkatan 2015?" Salma agak gagap bertanya, karena takut salah
"Iya, betul, mohon maaf kalo saya agak lupa, Hajar?" tanya Radit.
"iya, betul, alhamdulillah kamu masih ingat sama aku. Gimana Dit keadaan Salma? Parahkah, ada apa sebenarnya dengan Salma?" sejumlah pertanyaan diborong Hajar, karena sedari tadi sudah tidak sabar menanti kabar Salma.
Sesosok gadis manis berbaju biru datang tergopoh-gopoh dengan menjinjing kantong plastik berisi makanan dan minuman. Setengah berlari menuju Hajar dan dokter Radit.
"Bener Radit, ya? Aku dari tadi sempat nebak-nebak kalo ini Radit. masyaallahu, akhirnya kita bisa bertemu di sini, ya? Dan kamu sudah jadi dokter sekarang. Gimana keadaan Salma Dit? Cuma kecapean saja, kan? Dania bertanya dengan serius dan berbinar karena mengetahui dokter yang menangani Salma adalah teman mereka.
"Kita berdoa semoga Salma baik-baik saja, saya sudah ambil darahnya, dan membawanya ke lab. Hasilnya baru keluar besok. kita tunggu." timpal dokter Radit berusaha menenangkan dan menjelaskan dengan nada santai dan berkharisma tentang keadaan Salma.
Radit dari dulu tidak berubah. Penampilannya tetap cool, santai dan tenang, dia memang seorang bintang sekolah yang berturut-turut mendapatkan juara umum di SMA kami.Tak menyangka bisa bertemu di sini.
"Tapi Salma sudah sadar kan, sudah siuman?" Hajar meneruskan untuk memastikan keadaan Salma
"Alhamdulillah sudah sadar, hanya masih sangat lemah. Ada baiknya Salma dirawat dulu di sini. Aku akan bantu mengurus perpindahan kamar Salma, agar dapat prioritas mendapatkan kamar VIP. Kalo mau lihat Salma silahkan. Saya akan coba mengurus administrasinya." Dokter Radit menjelaskan kembali.
"Trimakasih, Dokter Radit." Hajar dan Dania kompak mengucapkan terimakasih pada Dokter Radit. Lalu melangkah menuju ruang IGD.
Bersambung
Pasti enggak ada kebetulan dengan sebuah pertemuan kan kak, hm, kayaknya Radit bakal jatuh cinta lagi sama Salma?
BalasHapus