Baru-baru ini kita dikagetkan dengan kabar gugatan cerai yang dilayangkan oleh sepasang suami istri Nathalie Holscher dan Sule. Kabar banyak berhembus tentang penyebab perceraian mereka. Perseteruan antara ibu dan anak sambung. Lalu jika hal ini terjadi apa dampak perceraian terhadap psikologis anak?
Satu berita berbicara bahwa Kang sule yang mengajukan gugatan cerai kepada Nathalie, namun adapula media yang memberitakan bahwa Nathalie lah yang mengajukan gugatan cerai untuk Kang Sule. Lepas dari berita siapa yang mengajukan gugatan cerai, ada perkara yang lebih penting di balik ini semua.
Saya tidak akan menyoroti gugatan dari pihak istri ataupun pihak suami, namun saya akan menyoroti permasalahan dampak perceraian terhadap psikologis anak. Karena perceraian adalah permasalahan yang sangat pelik, masing-masing pasangan pasti memiliki pendapat sendiri untuk memperkuat alasan kenapa mereka melakukan Tindakan mengambil Langkah untuk berpisah.
Anak sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian seseorang yang dilahirkan dari hubungan antara pria dan wanita. Dua orang ini yang menjadi sosok uswah atau contoh bagi anaknya, bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik dan jiwanya.
Untuk itu jika kedua orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan seorang mengalami goncangan, maka akan memberikan dampak kegoncangan juga terhadap fisik dan jiwa atau psikologis anak.
Perceraian secara baik-baik maupun secara tidak baik alias yang menimbulkan persitegang, akan membawa dampak yang tidak mengenakkan pada kejiwaan anak. Anak adalah makhluk yang masih sangat membutuhkan figur serta pendidikan dari kedua orangtuanya. Karena keluarga tempat pembentukan karakter.
Untuk itu jika sang anak tiba-tiba mengalami perubahan sikap dan tingkah laku dalam masa pergolakan yang terjadi pada ayah dan bundanya, maka anak pun cenderung akan mengalami hal yang sama.
Meski mempunyai respon yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lain, namun secara umum anak-anak memiliki respon yang sama. Respon yang diberikan rata-rata merupakan respon yang negatif. Hanya anak-anak yang memiliki jiwa yang kuat saja yang tidak berdampak denga napa yang terjadi pada kedua orangtuanya.
Seperti halnya juga yang terjadi dengan keluarga pasangan Sule dan Nathalie yang saat ini sedang bersitegang tentang urusan perceraian mereka. Anak-anak pun menjadi korbannya. Putra bungsu Kang Sule hasil pernikahan dengan istri pertamanya almarhum cenderung merasa sedih, konon si bungsu ini memiliki ketergantungan terhadap ibu sambungnya.
Begitu dekatnya si bungsu dengan sang ibu sambung, dengan adanya kejadian ini meninggalkan rasa sedih yang mendalam dan juga banyak murung. Karena konon Nathalie adalah sosok yang sangat dekat dengan Ferdi. Dia kerap mendongeng untuk Ferdi.
Beberapa dampak perceraian terhadap psikologis anak, diantaranya yaitu:
Perubahan kondisi orangtuanya, membuat anak pasti bertanya-tanya dan dilanda kebingungan untuk menetralisir keadaan yang tidak biasa. Anak akan berpikir keras tentang keadaan ini, maka dari itu si anak akan banyak berpikir, dan kehilangan arah. Hari-hari pun dilewati anak dengan berpikir kenapa hal tersebut harus terjadi pada kedua orangtuanya.
Anak berpikir apa yang terjadi sesungguhnya terhadap kedua orangtuanya, terutama sangat berat jika dialami oleh anak yang usianya belum matang atau masih di dalam usia dini. Walaupun tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi terhadap anak yang sudah di usia dewasa.
Keadaan rumah yang tak menentu, hubungna orangtua yang tak menentu dan tak mengenakkan, membuat anak merasa tertekan dan depresi. Anak akan merasa serba salah untuk mengambil sikap apa.
Hal ini menjadikan mudah untuk memacu emosi anak, anak akan cenderung mudah marah dan tersulut emosinya.
Selain merubah karakter anak menjadi pemurung dan cenderung mudah marah, dampak perceraian orangtua juga bisa membuat anak menjadi minder dan tidak memiliki rasa percaya diri.
Keadaan orangtua yang sedang dalam keadaan konflik memacu jiwa anak terus merasa sedih. Membandingkan kehidupan orangtuanya dengan kehidupan orangtua temannya. Kehidupan keluarga temannya yang harmonis dan melihat keadaan keluarganya yang sedang tidak harmonis membuat jiwa anak menjadi minder dan akan kehilangan rasa percaya diri.
Satu berita berbicara bahwa Kang sule yang mengajukan gugatan cerai kepada Nathalie, namun adapula media yang memberitakan bahwa Nathalie lah yang mengajukan gugatan cerai untuk Kang Sule. Lepas dari berita siapa yang mengajukan gugatan cerai, ada perkara yang lebih penting di balik ini semua.
Saya tidak akan menyoroti gugatan dari pihak istri ataupun pihak suami, namun saya akan menyoroti permasalahan dampak perceraian terhadap psikologis anak. Karena perceraian adalah permasalahan yang sangat pelik, masing-masing pasangan pasti memiliki pendapat sendiri untuk memperkuat alasan kenapa mereka melakukan Tindakan mengambil Langkah untuk berpisah.
Anak sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian seseorang yang dilahirkan dari hubungan antara pria dan wanita. Dua orang ini yang menjadi sosok uswah atau contoh bagi anaknya, bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik dan jiwanya.
Untuk itu jika kedua orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan seorang mengalami goncangan, maka akan memberikan dampak kegoncangan juga terhadap fisik dan jiwa atau psikologis anak.
Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak
Perceraian secara baik-baik maupun secara tidak baik alias yang menimbulkan persitegang, akan membawa dampak yang tidak mengenakkan pada kejiwaan anak. Anak adalah makhluk yang masih sangat membutuhkan figur serta pendidikan dari kedua orangtuanya. Karena keluarga tempat pembentukan karakter.
Untuk itu jika sang anak tiba-tiba mengalami perubahan sikap dan tingkah laku dalam masa pergolakan yang terjadi pada ayah dan bundanya, maka anak pun cenderung akan mengalami hal yang sama.
Meski mempunyai respon yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lain, namun secara umum anak-anak memiliki respon yang sama. Respon yang diberikan rata-rata merupakan respon yang negatif. Hanya anak-anak yang memiliki jiwa yang kuat saja yang tidak berdampak denga napa yang terjadi pada kedua orangtuanya.
Seperti halnya juga yang terjadi dengan keluarga pasangan Sule dan Nathalie yang saat ini sedang bersitegang tentang urusan perceraian mereka. Anak-anak pun menjadi korbannya. Putra bungsu Kang Sule hasil pernikahan dengan istri pertamanya almarhum cenderung merasa sedih, konon si bungsu ini memiliki ketergantungan terhadap ibu sambungnya.
Begitu dekatnya si bungsu dengan sang ibu sambung, dengan adanya kejadian ini meninggalkan rasa sedih yang mendalam dan juga banyak murung. Karena konon Nathalie adalah sosok yang sangat dekat dengan Ferdi. Dia kerap mendongeng untuk Ferdi.
Beberapa dampak perceraian terhadap psikologis anak, diantaranya yaitu:
Anak Menjadi Pemurung
Perubahan kondisi orangtuanya, membuat anak pasti bertanya-tanya dan dilanda kebingungan untuk menetralisir keadaan yang tidak biasa. Anak akan berpikir keras tentang keadaan ini, maka dari itu si anak akan banyak berpikir, dan kehilangan arah. Hari-hari pun dilewati anak dengan berpikir kenapa hal tersebut harus terjadi pada kedua orangtuanya.
Anak berpikir apa yang terjadi sesungguhnya terhadap kedua orangtuanya, terutama sangat berat jika dialami oleh anak yang usianya belum matang atau masih di dalam usia dini. Walaupun tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi terhadap anak yang sudah di usia dewasa.
Anak Menjadi Cenderung Menjadi Pemarah
Keadaan rumah yang tak menentu, hubungna orangtua yang tak menentu dan tak mengenakkan, membuat anak merasa tertekan dan depresi. Anak akan merasa serba salah untuk mengambil sikap apa.
Hal ini menjadikan mudah untuk memacu emosi anak, anak akan cenderung mudah marah dan tersulut emosinya.
Anak Tumbuh dengan Rasa Tidak Percaya diri dan Mudah Minder
Selain merubah karakter anak menjadi pemurung dan cenderung mudah marah, dampak perceraian orangtua juga bisa membuat anak menjadi minder dan tidak memiliki rasa percaya diri.
Keadaan orangtua yang sedang dalam keadaan konflik memacu jiwa anak terus merasa sedih. Membandingkan kehidupan orangtuanya dengan kehidupan orangtua temannya. Kehidupan keluarga temannya yang harmonis dan melihat keadaan keluarganya yang sedang tidak harmonis membuat jiwa anak menjadi minder dan akan kehilangan rasa percaya diri.
Anak Merupakan Amanah yang Harus Dijaga
Keadaan yang terjadi pada orangtua maka dampaknya akan berimbas kepada anak. untuk itu perlu kiranya orangtua berpikir secara lebih bijak lagi. apapun kondisi yang sedang dialami, utamakan untuk mengedepankan perasaan dan kepentingan anak.
Orangtua harus sedikit meredam ego dan lebih memikirkan dampaknya kepada anak ke depanya, apapun akhir keputusan yang diambil. Usahakan apapun langkah yang diambil jangan mencederai perasaan anak lebih jauh.
Anak merupakan amanah Allah ta'ala yang dititipkan pada kedua orangtuanya. Untuk itu sekuat mungkin orangtua sudah mempertimbangkan masak-masak langkah yang akan diambil pada akhirnya. Untuk itu Usahakan untuk meminimalisir dampak perceraian terhadap psikologis anak.
Semoga apapun akhir dari ini semua berakhir baik dan akan memberikan dampak terbaik bagi semua pihak. Karena siapapun orangnya berhak mendapatkan kebahagiaan. Semangat terus ya Kang sule dan kak Nathalie, semoga Allahu memberikan jalan yang terbaik bagi kalian. Keep spirit.
Semoga apapun akhir dari ini semua berakhir baik dan akan memberikan dampak terbaik bagi semua pihak. Karena siapapun orangnya berhak mendapatkan kebahagiaan. Semangat terus ya Kang sule dan kak Nathalie, semoga Allahu memberikan jalan yang terbaik bagi kalian. Keep spirit.
Anak selalu menjadi korban dalam perceraian ya, Kak Nita.
BalasHapusBaik itu dari sisi psikologisnya dan juga sosialnya. Banyak anak broken home dipandang sebelah mata. Padahal, orang tua yang bercerai bukan keinginan mereka.