Stimulasi Tepat untuk Perkembangan Motorik Anak. Ibu Harus Tahu!!

Selasa, 28 November 2023

Bicara tentang motorik halus dan kasar dikalangan mamah smart sepertinya sudah tidak asing lagi yaa. Dua saraf motorik ini selain dimiliki oleh anak pastinya juga dimiliki oleh orang dewasa. Kegiatan bergerak yang dilakukan oleh manusia mulai dari kegiatan yang ringan sampai yang berat diprakarsai oleh dua saraf motorik ini, yaitu motorik halus dan kasar.


contoh motorik halus dan kasar


Aku pribadi mulai terbiasa mendengar istilah ini ketika mulai menjadi seorang ibu. Seorang ibu yang kala itu masih sangat muda belia, hihi. Tau, dong ya, gimana rasanya menjadi seorang ibu baru yang tidak banyak tahu.  Tentunya akan berusaha cari tahu demi bisa memberikan hal yang terbaik untuk sang buah hati. Berusaha menjadi ibu yang sabar dalam membersamai tumbuh kembang buah hatinya.


Selain itu berusaha mencari tahu kegiatan apa yang paling pas untuk si kakak, jenis stimulasi yang bagaimana yang harus diberikan agar pertumbuhan dan perkembangannya bisa berkembang secara optimal. Bisa dibilang anak pertama itu seperti media eksperimen buat ayah bundanya, dan sebagai mamah baru aku berusaha membekali pengetahuan parentingku melalui buku, seminar, bertanya ke dokter dan lainnya agar bisa menjelma menjadi sosok mamah pintar.


Berdasarkan pengalaman tersebutlah, aku jadi ingin selalu berbagi pada papa mama muda yang ingin menjadi orang tua sempurna dan bertanggung jawab pada buah hatinya. Melindungi buah hatinya dan mengasuhnya dengan penuh cinta.


Sesuai dengan tema yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang motorik halus dan kasar pada anak. Ada baiknya kita cari tahu dulu, yuk, apa pengertian motorik halus dan kasar itu sendiri.


Apa itu Motorik Halus dan Kasar?


Senangnya jika melihat buah hati kita selalu ceria, bergerak ke sana ke mari. Ternyata kelincahan sang buah hati kita ini dipengaruhi oleh dua saraf gerak yaitu motorik halus dan kasar.


Motorik Halus


contoh motorik halus
Sumber: Metode Pengembangan Fisik, Bambang Sujiono



Gerakan motorik halus merupakan gerakan yang dilakukan oleh bagian tubuh dengan ditunjang oleh otot-otot kecil. Gerakan ini biasanya dilakukan oleh sepasang jari-jemari tangan. Koordinasi pergelangan tangan dengan kecermatan indra penglihatan sangat berpengaruh sekali dalam rangkaian aktifitas yang menggunakan saraf motorik halus.


Pernah melihat seorang anak mencoba menggunting kertas, melipat baju dan menuang air? Nah ini merupakan bagian dari kegiatan yang menggunakan otot kecil atau motorik halus. Kemahiran anak menggunakan gunting, melipat pakaian dan menuang air tentu saja akan semakin lihai jika orang dewasa memberikan kesempatan pada anak untuk sering melakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara mandiri.


Apa saja contoh kegiatan motorik halus yang lainnya? Si kecil yang senang dengan kegiatan mencorat-coret, menulis, menggambar, meronce, menyulam, menempel, mencetak, bermain lego, menyisir rambut, mengancingkan baju ini termasuk dalam kegiatan yang melibatkan motorik halus. 


Untuk itu alangkah bijaknya jika kita memfasilitasi kegiatan tersebut untuk dilakukan anak secara mandiri melalui pengawasan tentunya. Usahakan agar jangan menjadi orang tua yang selalu melayani kebutuhan anak selain anak tidak mandiri hal ini juga bisa menghambat perkembangan anak secara keseluruhan.


Motorik Kasar


contoh motorik kasar anak
Sumber: Metode Pengembangan Fisik, Bambang Sujiono

Gerakan motorik kasar pada anak adalah kemampuan anak untuk menggerakkan sebagian besar tubuhnya. Gerakan motorik kasar membutuhkan tenaga atau dorongan yang lebih besar karena alat gerak yang digunakan adalah otot besar. Kerjasama dan koordinasi antara otot besar sangat diperlukan dalam kegiatan motorik kasar.


Contoh gerakan motorik kasar diantaranya melompat, menendang, melempar, berlari, memanjat, berjalan, merangkak, bermain sepeda, panjat tebing, salto dan lainnya. Biasanya aktivitas motorik kasar bisa dimulai dengan melatih anak berdiri diatas satu kaki terlebih dahulu, jika anak bisa berdiri bertahan dalam beberapa hitungan menit, maka anak akan lebih mudah melakukan gerakan-gerakan motorik kasar lainnya yang lebih sulit tingkatannya.


Stimulasi Tepat untuk Motorik Halus dan Kasar


Sebelum memberikan aneka stimulasi untuk memperkuat otot besar dan kecil sang buah hati, pastikan terlebih dahulu bahwa anak kita cukup nutrisi agar bisa kuat melakukan beragam aktivitas ya , Papmam. Jangan sampai saking semangatnya menstimulasi anak agar pandai, eh sampai lupa terhadap pasokan nutrisinya, hehe.


Pada dasarnya pergerakan pada anak akan dimulai pada kemampuan motorik kasar terlebih dahulu. Hal ini ditunjukkan pada kemampuan seorang bayi atau todler yang relebih dahulu mampu merangkak, berjalan, bergerak sambil berpegangan dibandingkan aktifitas menggunting ataupun menulis.


Gerakan motorik halus pada anak mulai berkembang pesat ketika anak memasuki usia 3 tahun. Anak sudah mulai senang memegang pisau meniru bundanya ketika melakukan pekerjaan di dapur. Mulai senang memegang pensil dan melakukan aktifitas mencorat coret di atas kertas, serta senang menggunakan gunting untuk menggunting kertas dan hal-hal yang mudah untuk digunting.


Biasanya stimulasi yang diberikan pertama kali pada anak adalah stimulasi pada kekuatan otot besar atau motorik kasarnya, karena pada hakikatnya ini sangat bermanfaat dalam mempersiapkan kemampuan dalam menggunakan motorik halusnya.


Seperti halnya pada kegiatan menulis, hal pertama yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah kekuatan otot kecil dan besarnya yaitu menyiapkan kemampuan tangan dan jemari anak untuk memegang pensil dengan baik dan benar. 


Beberapa bentuk stimulasi yang bisa diberikan untuk menguatkan otot tangan dan jemari anak untuk mempersiapkan kemampuan menulisnya adalah melalui kegiatan menyenangkan untuk anak seperti menggunting, meronce, menjiplak, mencap, bermain lempar bola, memukul gendang, mengerjakan aktivitas sehari-hari misalnya aktivitas menuang air dan mengambil air, bermain puzzle, bermain playdough, bermain pasir kinetic, mengerjakan aktivitas mewarnai dan menggambar, memindahkan benda dengan penjepit, kegiatan melipat kain atau kertas origami dan lainnya.


Nah, Papmam bisa sering-sering memberikan anak aktivitas tersebut dengan cara yang menyenangkan. Biasakan anak selalu bergerak setiap harinya, karena dengan bergerak kemampauan anak akan terus berkembang dan terasah. Beberapa kegiatan seru yang bisa dilakukan anak bersama orang tua diantaranya:


contoh motorik kasar

Rekreasi di Alam


Untuk anak di usia periode sensitif yaitu usia 1 sampai dengan 6 tahun sangat bagus jika sering diajak  berjalan-jalan di taman, berinteraksi langsung dengan alam. Memperhatikan benda-benda yang ada disekitarnya, seperti  bunga, serangga, binatang berkaki empat seperti kucing, sapi, kambing, kuda yang bisa dengan mudah dia jumpai ketika mengeksplor alam


Tidak perlu jauh-jauh dari rumah untuk memberikan pengalaman nature untuk anak, cukup berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggal pun bisa dijadikan bahan eksplorasi alam bersama anak. Biasanya kalau melihat hal yang lucu-lucu anak akan penasaran ingin menangkapnya, mengejarnya, memegangnya. Sambil berlari-lari menangkap kupu-kupu anak juga sedang mempersiapkan ketangkasan motorik halus dan kasarnya.


Biasakan Anak untuk Mandiri


Jika anak sudah memasuki usia 3 tahun, biasakan anak melakukan aktivitas yang terkait dengan care of self atau kepedulian terhadap diri sendiri secara mandiri, seperti menyisir rambut sendiri, memakai baju dan mengancingkan baju sendiri, menyiapkan minuman sendiri, menyiapkan makan sendiri dan menghabiskan makanannya dengan kesadaran sendiri.


Meski di awal anak masih kaku dan kurang pandai melakukannya, namun ketika sudah terbiasa, lama kelamaan akan lihai dan terbiasa. Dalam kegiatan menyiapkan makan sendiri Papmam bisa memulainya dengan kerjaan yang ringan seperti mengoleskan selai ke atas roti, menyiapkan piring sendiri dan memilih lauk sendiri. Bisa juga kegiatan masak dan menyiapkan makanan ini dilakukan bersama mamah. Bukankah ini menjadi aktivitas memasak seru bareng mamah?


contoh motorik halus


Mengajak Anak Melakukan Aktivitas Art and Craft


Banyak melakukan aktifitas uji coba seperti membuat kerajinan tangan meronce, melipat, menggunting dengan berbagai pola garis dari mulai garis lurus, garis zigzag, garis lengkung dan lainnya. Kegiatan ini sangat baik untuk perkembangan motorik halusnya. Bisa juga mengadakan praktik sains di rumah, misalnya membuat gelembung busa, bunga mekar, mencetak dengan berbagai macam bentuk potongan buah dan lainnya.


Nah dari berbagai macam aktivitas di atas pasti Papmam sudah pernah mencoba, kan? kalau belum pernah, silahkan dipraktikan bersama si kecil yaa. Jangan lupa ketika melakukannya harus dengan perasaan suka cita dan riang gembira. Selamat membersamai tumbuh kembang anak. Happy parenting.

Upaya Mengembangkan Aspek Kognitif pada Anak

Rabu, 15 November 2023

Perkembangan kognitif anak selalu menjadi perhatian menarik para pendidik dan orang tua. Bahasan tentang ini selalu menjadi topik favorit. "Anak yang membanggakan adalah anak yang unggul dalam masalah kognitifnya", banyak orang tua yang mempertahankan pernyataan ini dengan pemikiran bahwa Perkembangan kognitif pada anak adalah hal yang berkaitan dengan angka.  Sepertinya perspektif ini harus dirubah, ya, hehe.


perkembangan kognitif anak


Pernah dengar, kan ketika seorang ibu bercerita di kalangan sesama ibu-ibu lainnya. Wah, masyaallah nilai matematika anakku mendapat 10, lho, begitupula dengan pelajaran IPAnya, di ulangan hariannya dapat nilai 9,8. Terlihat begitu bangganya sang ibu. Apakah salah? Nggak salah juga, sih ya! 


Namanya juga mendapat kabar baik pasti harus bahagia. Namun, mungkin yang harus agak dirubah adalah pemikiran bahwa tidak melulu semua anak yang membanggakan yang hanya unggul dalam masalah perkembangan kognitifnya. Anak yang memiliki kemampuan dalam pengendalian sosial emosional, kemampuan seni serta tangkas dalam masalah psikomotorik juga adalah hal yang sangat membanggakan, dan hal ini juga sangat penting dalam menunjang aspek perkembangan anak yang lain.


Aku jadi teringat saat aku membersamai anak-anak ketika mereka kecil dulu. Jujur aku juga punya perasaan yang sama dengan para ibu lainya. Selalu merasa bangga dan bahagia jika anak-anak mendapatkan nilai yang tinggi pada pelajaran matematika dan juga IPA atau sains.


Namun aku tetap menata hati bahwa aspek perkembangan lain juga harus diperhatikan. Aku tetap menyeimbangkan pikiran bahwa aku harus menjadi orang tua yang siap membersamai anak-anaknya dengan keunggulan dan kemampuan anak yang pastinya berbeda-beda, karena anak itu adalah sosok yang unik, mereka memiliki kelebihan masing-masing. Prepared adult (orang dewasa yang dipersiapkan) harus dimatangkan karakternya.


Karena orang tua yang dewasa adalah orang tua yang mampu menguasai segala macam permasalahan baik yang bersifat positif maupun negatif tetap diupayakan untuk menjadi positif.


Kembali ke masalah aspek perkembangan kognif anak, sepertinya perlu tahu juga ya, apa sih arti dari kognitif itu sendiri. Apakah kognitif itu hanya sebatas pengenalan angka? Lalu jenis stimulasi apa yang bisa diberikan untuk mengembangkan aspek kognitif anak. 


Aku bakal cerita, nih tentang apa yang aku dapatkan dari beberapa literatur yang membahas tentang ini. Boleh dibaca lanjut ya, kita sama-sama mengurai rasa kepenasaran kita dengan masalah perkembangan kognitif anak beserta seluk-beluknya.


Perkembangan Kognitif Anak


Pada hakikatnya perkembangan kognitif anak adalah hal yang berkaitan dengan kemampuan anak untuk mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang dia lihat, dengar, raba, rasa dan juga cium, sesuai dengan lima panca indra yang dimiliki oleh anak. Istilah perkembangan kognitif biasa juga disebut dengan istilah perkembangan daya pikir atau intelegensi.


Untuk itu kognisi selalu berkaitan dengan intelegensi. Kognisi atau kognitif sendiri mengandung arti segala kegiatan dalam usaha memperoleh pengetahuan melalui hal-hal yang dialami sendiri baik secara sadar yang terkait dengan perasaan dan lainnya. Kognisi sendiri sering dikaitkan dengan berbagai minat belajar.


Pengertian Kognisi


Pamela Minet mendefinisikan bahwa perkembangan intelektual disetarakan dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan kognitif erat kaitannya dengan pikiran. 


Dari pernyataan ini tentunya akan menimbulkan pertanyaan dalam benak kita. Lalu,  apa yang dimaksud dengan perkembangan intelektual? Menurut para ahli yang dimaksud dengan intelek adalah proses berpikir yang lebih tinggi. Sangat erat kaitannya dengan akal dan budi serta kecerdasan dalam berpikir dan mengkaitkan sebuah persoalan dengan fenomena yang terjadi.


Sedangkan yang dimaksud dengan intelegensi adalah kualitas seseorang yang bersifat unitary atau satu. Intelegensi diwariskan dari induk atau orang tuanya, jadi intelegensi pada seseorang bersifat genetik.  


Lantas apa yang membedakan kognisi dengan intelegensi? Kajian para ahli menyatakan bahwa kognitif bersifat lebih pasif berupa potensi untuk memahami persoalan sedangkan intelegensi bersifat aktif dan diwujudkan dalam sebuah aktivitas dan perilaku.


Manfaat dan Tujuan Mengembangkan Aspek Kognitif Anak


Penjelasan di atas semoga semakin membuka wawasan kita tentang apa itu kognitif. Mengapa aspek perkembangan kognitif penting kita upayakan untuk berkembang? Apa manfaat dan tujuannya?


Menurut Bapak Piaget. Aspek perkembangan kognitif pada anak memiliki sasaran agar anak mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Mampu menjelajah dunia dengan bekal panca indera yang dimilikinya. Sehingga diharapkan anak bisa berkarya dan berdaya bagi dirinya dan juga orang lain. Kelak ketika dewasa dia akan mampu menjalani fungsinya sebagai Khalifatu fi al-Ardhy.


Mengupayakan aspek perkembangan kognitif pada anak bertujuan agar  anak mampu membuat persepsi terhadap apa yang dia lihat, apa yang dia rasakan sehingga dia akan mampu memiliki penilaian yang utuh terhadap setiap permasalahan.


Selain itu juga memaksimalkan pemberian stimulasi pada perkembangan kognitif anak juga dapat melatih ingatan anak terhadap sebuah peristiwa, mampu bernalar dengan baik, mampu membaca simbol-simbol yang ada di alam, dan juga mampu memecahkan segala persoalan kehidupan.


Tahapan dan Jenis stimulasi yang diupayakan pada Perkembangan Kognitif Anak


Ada beberapa tahapan perkembangan kognitif pada anak, yaitu dari mulai anak dalam kandungan masih berbentuk janin sampai pada usia periode sensitif yang ada pada anak. Pada setiap tahapan masa pertumbuhan dan perkembangannya ada karakteristik yang harus kita ketahui agar stimulasi yang kita lakukan pada anak bisa tepat sasaran. 


Upaya pengembangan aspek kognitif pada anak bisa dilakukan dari sejak anak dalam kandungan. Program stimulasi sudah bisa kita berikan di masa ini. Kita bahas, yuk, tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak serta jenis stimulasi yang diberikan itu apa saja, ya?


Tahapan Perkembangan dalam Kandungan 


Di dalam kandungan proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak sudah berlangsung. Pada trimester pertama yaitu usia kandungan 0 sampai 9 bulan stimulasi yang diberikan bisa berupa interaksi yang intensif yang dilakukan oleh kedua orang tuanya juga saudaranya baik kakak atau adik dan juga orang-orang yang ada di lingkungannya.


Interaksi yang dilakukan bisa berupa belaian dan usapan melalui perut, mengajak berbicara, bercerita apa yang sedang orang tuanya serta saudaranya lakukan. Mendongeng dan membacakan buku secara nyaring juga bisa dijadikan upaya untuk mengembangkan kognitif pada anak.


 Perbanyak diperdengarkan doa-doa, lagu yang berisi tentang pembentukan karakter baik, serta banyak melakukan kegiatan positif seperti salat, bersodakoh, menolong orang lain dan sebagainya.


Tahapan Perkembangan dari lahir sampai berusia 12 bulan


Pada rentang usia o sampai 12 bulan, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Anak di usia ini sangat butuh stimulasi sensorik yang diberikan secara maksimal oleh orang di sekelilingnya terutama ibunya. Fase bahasa cooing, babling dan belajar mengenal kata sederhana ada di usia ini. 


Untuk itu pemberian stimulasi yang berkualitas sangat diperlukan. Kewajiban kita sebagai orang tua maupun pendidik harus memahami apa saja pola stimulasi yang bisa kita berikan agar perkembangannya bisa berlamgsung secara optimal.


Pada rentang usia ini jenis stimulasi yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan aspek kognitifnya diantaranya dengan banyak memberikan elusan dan mendekap bayi agar lebih mengenal orang tuanya. Memperdengarkan aneka bunyi-bunyian yang diperdengarkan dari mulai pelan sampai berkembang agak membesar. Memperdengarkan aneka suara binatang, melatih gerakan visualnya dengan cara bermain bola atau dengan alat permainan untuk bayi lainnya.


Selain itu juga bisa mulai diperkenalkan dengan aneka bentuk, ukuran serta berat suatu benda. mengenalkan gambar aneka benda hidup ataupun benda mati, dan lain sebagainya.


Tahapan Perkembangan dari Usia 1 - 3 Tahun


Pada rentang usia ini pemberian stimulasi bisa kita lakukan dengan cara mendorong si kecil untuk bergaul di lingkungannya agar bisa banyak mengeksplorasi hal-hal yang dia jumpai di sekelilingnya. Mengenalkan konsep besar dan kecil.


Bermain balok, meniru perbuatan orang lain, mengenalkan nama-nama benda yang ada di rumah dan lingkungannya, mengenalkan dengan aktivitas kegiatan sehari-hari, seperti menyapu, memasak, duduk, makan, minum dan lainnya.


Adapun alat permainan yang bisa diberikan adalah puzzle, bermain balok, bermain boneka, mamasangakn benda yang sesuai. Mengenalkan nama-nama hari. Bisa juga diajarkan membuat gambar, mewarnai, melipat dan lainnya.


Tahapan Perkembangan dari Usia 3 - 8 Tahun


Memasuki usia tiga tahun anak mulai memasuki periode usia concscious mind atau masa sadar. Di masa ini anak-anak bisa lebih dieksplore lagi perkembangan kognitifnya, karena di masa ini anak sudah mudah diajak diskusi dan mulai memahami instruksi dengan baik yang diberikan oleh orang tuanya.


Pada usia ini anak juga sudah mulai mandiri, perbendaharaan katanya juga sudah memadai. Perkembangan bahasa sudah semakin meningkat, sehingga anak menyenangi pergaulan dan berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungannya.  Jadi anak sudah bisa memahami banyak hal dengan baik. 


Jenis stimulasi yang diberikan diantaranya bisa dengan memberikan permainan angka, benda, dan simbol lain yang lebih rumit lagi. Permainan edukatif yang diberikan pun lebih menantang anak. Permainan bisa dijadikan media belajar bagi anak. 


Bisa permainan dengan berbahan dasar kayu yang dimodifikasi atau dari sumber daya alam langsung. Bisa juga menggunakan permaian dari bahan plastik. Jenisnya bisa lebih beragam. Dari mulai permainan yang dibeli di pasar atau dibuat sendiri. 


Daya imajinasi, kreatifitas dan juga cenderung bebas mewarnai periode perkembangan di usia ini. Egonya pun mulai berkembang. Pada masa ini kolaborasi dengan teman sebaya sudah mulai terjalin. Anak lebih menyukai permainan yang dilakukan bersama. Sebagai orang tua cerdas kita akan memahami perkembangan anak akan terus mengarah kemana.


Pada usia ini anak mulai memahami dunia melalui banyak makna. Cara berpikir simbolis anak mulai berkembang dan meningkat dibanding pada tahapan usia sebelumnya, dengan mengembangkan kemampuan membaca ruang, kausalitas, identitas, kategorisasi, dan juga angka.


Nah, teman-teman, demikian penjekasan tentang perkembangan kognitif anak yang aku dapatkan. Semoga bisa membuka sedikit wawasan tentang vtahap perkembangan kognitif anak. Di lain waktu kita bahas yang lebih mendalam, lagi yaa. Happy parenting, salam pengasuhan.


Teori Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Kamis, 02 November 2023

Beberapa Teori perkembangan bahasa yang dirumuskan para ahli ini bisa dijadikan pijakan bagi kita dalam memberikan stimulasi kebahasaan pada buah hati kita atau pada peserta didik jika kita seorang guru. 


Konon kemahiran berbahasa seseorang menunjukkan tingkat kecerdasannya. Betul atau betul? Beberapa pakar bahasa memberikan pernyataan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan. Begitu pula jika disandarkan pada pengalaman kita bergaul dan berinteraksi di dalam sebuah lingkup sosial, kita seperti dimanjakan ketika mendengarkan cerita atau percakapan yang tersusun runut dalam pengucapannya. 


teori perkembangan bahasa anak usia dini


Begitupula halnya jika kita bertemu dengan seorang anak kecil yang pandai pandai berceloteh di usianya yang masih sangat dini, katakanlah di usia 3 tahun, kita langsung berujar, duh, ini anak calon pintar! Masyaallahu gemes deh. 


Nah, jadi pingin banget, kan punya buah hati yang pandai berceloteh. Apa, sih resepnya? O, iya, sebelumnya saya sudah membahas tahap perkembangan bahasa pada anak. Sekarang kita pelajari dulu, yuk, beberapa teori tentang perkembangan bahasa pada anak usia dini yang sudah dirumuskan para ahli bahasa dan perkembangan jiwa. 


Teori Perkembangan Bahasa Anak USia Dini


Riset tentang cara yang bisa digunakan dalam mengembangkan bahasa anak yang dilakukan oleh para ilmuan ini diharapkan bisa memberikan kemudahan bagi para orang tua dan pendidik dalam memberikan stimulasi terhadap pengembangan bahasa anak usia dini.  Hal apa saja yang bisa dilakukan agar anak pandai berbahasa?


Bagaimana membuat anak bisa dengan mudah memahami bahasa orang dewasa sekitarnya, lantas menyerap ke dalam memorinya sebagai bentuk kemampuan bahasa reseptif pada anak kemudian mengekspresikannya dalam bentuk bahasa lisan? Untuk itu kita perlu sekali kita mengetahui bagaimana cara anak memahami bahasa.


Perlu kiranya kita sebagai orang tua dan juga pendidik membekali diri kita dengan pengetahuan tentang teori para ahli tentang perkembangan bahasa pada anak. Beberapa teori perkembangan bahasa tersebut diantaranya, yuk disimak friends. 


1. Teori Nativis


Tokoh yang disandarkan pada teori perkembangan bahasa nativis adalah Noam Chomsky. Bapak Chomsky terkenal dengan kontribusinya dalam mengembangkan pemikiran, bahwasannya setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengembangkan kemampuan bahasa dalam dirinya, karena setiap manusia dibekali kemampuan berpikir.


Bapak Chomsky juga mengemukakan bahwa ilmu semantik lebih memiliki peran yang penting dalam perkembangan bahasa dibanding tata bahasa, atau dalam istilah bahasa Inggris disebut transformational grammar theory. Kenapa? Karena jika kita berinteraksi dengan seseorang, fokus kita adalah pada makna dari sebuah kalimat, penekanan bukan pada struktur kalimat.


Menurut teori nativis kemampuan berbahasa manusia diibaratkan dengan kemampuan berjalan, makan, minum dan lainnya yang dipengaruhi oleh kemampuan otak. Jika fungsi otaknya bagus maka kemampuan berbahasanya pun akan bagus pula.


Para kaum nativis meyakini bahwasannya perkembangan bahasa pada anak dibentuk oleh stimulasi yang didapatkan dari lingkungannya, melalui kapasitas internal yang dimiliki anak dari sejak lahir. Jadi menurut kaum nativis kemampuan berbahasa anak sudah dimiliki sejak bawaan lahir sebagai anugerah yang diberikan oleh sang pencipta.


Jika berkaca pada pemahaman para kaum nativis, untuk mengembangkan kemampuan bahasa pada anak usia dini diperlukan lingkungan yang mendukung pengembangan bahasa agar kemampuan natural yang dimiliki oleh anak bisa lebih terasah dan berkembang optimal. 


2. Teori Behavioristik


Menurut teori behavioristik yang ditokohi oleh Skinner kemampuan bahasa anak diperoleh dari stimulasi yang diberikan oleh lingkungan melalui proses imitasi yang diberikan oleh orang dewasa dan juga reinforcement atau penguatan.


Menurut Bapak Skinner, imitasi, reward dan reinforcemet serta frekuensi memberikan stimulasi merupakan faktor penting yang diterapkan pada anak dalam mempelajari permasalahan bahasa. lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk bahasa pada anak.


Teori behavioristik juga mengedepankan pemberian reward yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk merangsang semangat belajar anak. Punishment lebih cenderung diabaikan. Anak banyak belajar bahasa dari stimulasi yang diberikan oleh ibunya sebagai penguat. Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan perkembangan bahasa pada anak.


Dalam teori behavioristik, perkembangan bahasa pada anak sangat besar dipengaruhi oleh sang ibu sebagai sosok yang banyak berinteraksi dengan anak. Ibu disarankan memberikan penguatan yang berarti dengan semantik serta sintaksis bahasa yang bagus, agar anak juga menyerap bahasa dengan sangat baik baik dari sisi makna maupun dari susunan katanya. Buat para ibu, yuk, bekali dan perbaiki pengetahuan bahasanya.


teori perkembangan bahasa anak usia dini


3. Teori Kognitif


Berbeda halnya dengan teori behavioristik yang lebih menekankan peran lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, teori kognitif lebih menekankan bahwa perkembangan bahasa pada anak adalah peran aktif anak terhadap lingkungannya. 


Kekayaan bahasa yang diperoleh oleh anak merupakan keaktifan yang anak lakukan terhadap lingkungannya. Sang tokoh teori kognitif yaitu Bapak Piaget menegaskan bahwa proses berpikir yang dilakukan oleh anak adalah prasyarat bagi anak dalam mengembangkan bahasanya.


Perkembangan bahasa yang diperoleh oleh anak sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang diperoleh oleh anak. keterlibatan anak dalam berkegiatan memberikan pengalaman pada panca indra yang dimiliki anak, dalam artian jika anak terlibat dalam sebuah kegiatan anak bisa langsung menyentuh, mendengar, menyaksikan, merasakan dan mencium objek serta kejadian yang dia alami atau saksikan.


Tokoh kognitif yang lain yaitu Bapak Vygotsky, mengembangkan teori kognitif ini dengan pernyataan bahwa perkembangan bahasa pada anak sangat erat kaitannya dengan budaya serta lingkungan tempat anak berinteraksi.


Vigotsky juga membagi dua bagian konsep belajar pada anak dan mengistilahkannya dengan Zona Perkembangan Proximal atau sering disebut dengan istilah ZPD Zona Proximal Development. Konsep pembelajaran pada ZPD lebih menekankan pada proses sosial yang dinamis yang diperoleh dari pengalaman anak. Konsep belajar ZPD yang dikembangkan oleh Bapak Vigotsky dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu:


1. Tahap Rendah


Pada tahapan proses belajar yang lebih rendah pada anak adalah pembelajaran yang masih disesuaikan dengan kemampuan anak dan anak dapat mengatasi masalah sendiri melalui kemampuan yang dimilikinya, atau biasa disebut dnegan inner teacher yang ada dalam diri anak.


2. Tahap Tinggi


Pada tahapan ini proses pembelajaran yang diterima oleh anak biasanya butuh bimbingan orang dewasa, karena sudah melewati batas kemampuan anak-anak. Orang dewasa diharapkan bisa memberikan penjelasan dan membimbing anak agar mendapatkan penjelasan yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan anak.


Antara Vygotsky dan Piaget meskipun sama-sama tokoh aliran kognitif, namun keduanya memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda terhadap proses perkembangan bahasa pada anak usia dini. Vygotsky berpendapat bahwa perkebangan bahasa pada anak sangat dipengaruhi oleh sosialisasi anak.


Piaget berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini tidak dipengaruhi oeh keadaan sosial namun bersifat egosentris atau lebih berpusat pada anak itu sendiri. Jadi usaha dari anak sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.


Teori kognitif juga berpendapat bahwa perkembangan bahsa pada anak terjadi di usia 18 bulan, dimana pada usia ini anak sudah mampu mengeksplore lebih luas kemampuan sensorik yang dimilikinya. Pada usia ini anak juga sudah mulai mampu memahami pada obyek tertentu yang ditemuinya, meskipun belum memiliki kemampuan berbicara.


Ada satu hal yang disayangkan dalam dunia pendidikan, bahwasannya teori kognitif ini mendapatkan banyak kritikan atas penyatannya bahwa kemampuan berbahasa pada diri anak sangat kecil pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif anak. Bagaimana kira-kira, nih, setuju atau tidak?


Sementara itu ada penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan dan pemahaman baru akan diperoleh dan ditingkatkan melalui proses berbicara dan menulis.


4. Teori Pragmatik


Nah, setelah kita mengenal tiga teori perkembangan bahasa pada anak yang penjabarannya panjang lebar, maka penjelasan teori pragmatik cukup singkat dan sederhana, sesederhana konsep pragmatis pada kehidupan manusia, hehehe.


Tokoh teori pragmatik seperti Bapak Halliday dan yang lainnya menjelaskan bahwa anak-anak dalam mempelajari bahasa memiliki tujuan agar bisa bersosialisasi dan bisa mengarahkan perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya, dalam artian lawan bicaranya mampu mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang anak.


Misalnya ungkapan kata "makan" yang diucapkan oleh seorang anak sambil memegang piring, dan ia tujukan pada orang dewasa  dikarenakan anak paham bahwa bahasa yang diucapkannya dapat menjadi pengantar pada orang dewasa apa yang ia inginkan. Hal ini didapat dari hasil dengan lingkungannya.


Teori ini menggarisbawahi bahwasannya anak mempelajari bahasa melalui proses interaksi yang dilakukan dengan mencoba memahami bentuk dan arti bahasa juga fungsi dari bahasa itu sendiri yang akan memberikan manfaat bagi mereka.


Untuk itu Bapak Halliday menjelaskan beberapa tahapan pengenalan bahasa yang terjadi pada anak melalui tahapan sebagai berikut:


  1. Penerapan bahasa instrumental diterapkan seperti pada ungkapan kata "Aku ingin ... "
  2. Penerapan bahasa dogmatis atau disebut juga regulatory languange diterapkan seperti pada ungkapan "Berikan padaku ... "
  3. Penerapan bahasa personal seperti pada ungkapan " Aku suka itu ... "
  4. Penerapan bahasa interaksional  seperti pada penerapan kalimat " Ajak aku ke sana ..."
  5. Penerapan bahasa heuristik seperti pada penerapan ungkapan " Kenapa? Bagaimana?"
  6. Penerapan bahasa imajinasi seperti diungkapkan seperti pada kalimat "jika aku ..."
  7. Penerapan bahasa imajinasi diungkapkan dengan kalimat "Aku ingin katakan ..."


5. Teori Interaksionis


Teori interaksionis menyatakan bahwa anak memperoleh pengetahuan bahasa dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Tokoh teori interaksionis diantaranya Bloom dan Tinker.


 Para tokoh interaksionis merumuskan dua cara anak memperoleh bahasa, yaitu keterlibatan aktif dengan lingkungan sosialnya dan juga usaha sang anak untuk mengerti arti dari sisi linguistik, ungkapan perasaan, dan ekspresi fisik.


Pendapat ini mematahkan asumsi bahwasannya perkembangan bahasa bersifat natural tanpa diperlukan usaha yang dilakukan secara sadar. Anak merupakan komunikator pemula dan orang dewasa sebagai pendukung usaha anak untuk memahami bahasa.


Kesimpulan


Ada beberapa tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini, beberapa teori di atas menjelaskan bahwa faktor lingkungan serta kemampuan yang ada pada diri anak menjadi faktor yang menentukan kemampuan berbahasa pada anak.

Teori Nativis menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak sangat tergantung pada kemampuan otak yang dimiliki oleh anak. 

Teori Behavioristik menyatakan bahwa kemampuan berbahasa pada anak sangat bergantung pada banyaknya pengalaman anak bergaul di lingkungannya, sehingga anak mampu melakukan imitasi bahasa atas apa yang dia peroleh dari orang dewasa dan lingkungan di sekelilingnya. Bukan hanya itu menurut teori ini peran orang dewasa untuk memberikan penguatan sangat besar.

Teori kognitif menyatakan bahwa kemampuan berbahasa pada anak titik penekanan yang paling berpengaruh adalah keaktifan anak menyerap bahasa dari lingkungannya, semakin aktif anak nmempusatkan dirinya pada lingkungannya semakin bagus perkembangan bahasanya.

Teori pragmatik menjelaskan bahwa anak-anak dalam mempelajari bahasa memiliki tujuan agar bisa bersosialisasi dan bisa mengarahkan perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya, melalui proses interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya.

Teori interaksionis menjelaskan bahwasannya dalam tahap pemerolehan bahasa pada anak dengan cara ikut terlibat aktif dengan lingkungan sosialnya dan juga usaha sang anak untuk mengerti arti bahasa dari sisi linguistik, ungkapan perasaan, dan ekspresi fisik.

Jadi, dari beberapa teori tentang perkembangan bahasa anak usia dini manakah yang paling tepat? Jika memperhatikan penjelasan dan pendapat dari para tokoh yang merumuskan teori perkembangan bahasa anak di atas, saya setuju dengan pendapat pakar bahasa dan anak Ibu Beverly Otto.


Dia menjelaskan dalam bukunya yang berjudul "Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini" bahwa teori perkembangan bahasa pada anak usia dini yang dijelaskan oleh para ahli di atas semua benar dan saling melengkapi.


Nah, sudah jelas bukan bagaimana anak memperoleh pengetahuan berbahasanya menurut para pakar? Untuk itu kita sebagai orang dewasa yang mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dianjurkan untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa pada anak, memperhatikan kebutuhannya dan menyediakan lingkungan yang mampu meningkatkan kemampuan berbahasanya.


Menyiapkan lingkungan atau prepared environment dan juga menyiapkan kapasitas diri kita sebagai orang tua atau disebut juga prepared adult sangat penting agar tahapan perkembangan bahasa pada anak bisa dieksploere secara maksimal dan optimal. Salam pengasuhan. Happy parenting.



Referensi


Beverly Otto, Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini, Jakarta:Prenada Media Grup, 2015.


Enny Zubaedah. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini,  Pendidikan dasar dan Prasekolah, Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurbiana Dhiani. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.


Hafidzah Batubara, Proses Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak, Jurnal Bahasa Vol.10/edisi Desember/2021.










Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger