Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan

Teori Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Kamis, 02 November 2023

Beberapa Teori perkembangan bahasa yang dirumuskan para ahli ini bisa dijadikan pijakan bagi kita dalam memberikan stimulasi kebahasaan pada buah hati kita atau pada peserta didik jika kita seorang guru. 


Konon kemahiran berbahasa seseorang menunjukkan tingkat kecerdasannya. Betul atau betul? Beberapa pakar bahasa memberikan pernyataan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan. Begitu pula jika disandarkan pada pengalaman kita bergaul dan berinteraksi di dalam sebuah lingkup sosial, kita seperti dimanjakan ketika mendengarkan cerita atau percakapan yang tersusun runut dalam pengucapannya. 


teori perkembangan bahasa anak usia dini


Begitupula halnya jika kita bertemu dengan seorang anak kecil yang pandai pandai berceloteh di usianya yang masih sangat dini, katakanlah di usia 3 tahun, kita langsung berujar, duh, ini anak calon pintar! Masyaallahu gemes deh. 


Nah, jadi pingin banget, kan punya buah hati yang pandai berceloteh. Apa, sih resepnya? O, iya, sebelumnya saya sudah membahas tahap perkembangan bahasa pada anak. Sekarang kita pelajari dulu, yuk, beberapa teori tentang perkembangan bahasa pada anak usia dini yang sudah dirumuskan para ahli bahasa dan perkembangan jiwa. 


Teori Perkembangan Bahasa Anak USia Dini


Riset tentang cara yang bisa digunakan dalam mengembangkan bahasa anak yang dilakukan oleh para ilmuan ini diharapkan bisa memberikan kemudahan bagi para orang tua dan pendidik dalam memberikan stimulasi terhadap pengembangan bahasa anak usia dini.  Hal apa saja yang bisa dilakukan agar anak pandai berbahasa?


Bagaimana membuat anak bisa dengan mudah memahami bahasa orang dewasa sekitarnya, lantas menyerap ke dalam memorinya sebagai bentuk kemampuan bahasa reseptif pada anak kemudian mengekspresikannya dalam bentuk bahasa lisan? Untuk itu kita perlu sekali kita mengetahui bagaimana cara anak memahami bahasa.


Perlu kiranya kita sebagai orang tua dan juga pendidik membekali diri kita dengan pengetahuan tentang teori para ahli tentang perkembangan bahasa pada anak. Beberapa teori perkembangan bahasa tersebut diantaranya, yuk disimak friends. 


1. Teori Nativis


Tokoh yang disandarkan pada teori perkembangan bahasa nativis adalah Noam Chomsky. Bapak Chomsky terkenal dengan kontribusinya dalam mengembangkan pemikiran, bahwasannya setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengembangkan kemampuan bahasa dalam dirinya, karena setiap manusia dibekali kemampuan berpikir.


Bapak Chomsky juga mengemukakan bahwa ilmu semantik lebih memiliki peran yang penting dalam perkembangan bahasa dibanding tata bahasa, atau dalam istilah bahasa Inggris disebut transformational grammar theory. Kenapa? Karena jika kita berinteraksi dengan seseorang, fokus kita adalah pada makna dari sebuah kalimat, penekanan bukan pada struktur kalimat.


Menurut teori nativis kemampuan berbahasa manusia diibaratkan dengan kemampuan berjalan, makan, minum dan lainnya yang dipengaruhi oleh kemampuan otak. Jika fungsi otaknya bagus maka kemampuan berbahasanya pun akan bagus pula.


Para kaum nativis meyakini bahwasannya perkembangan bahasa pada anak dibentuk oleh stimulasi yang didapatkan dari lingkungannya, melalui kapasitas internal yang dimiliki anak dari sejak lahir. Jadi menurut kaum nativis kemampuan berbahasa anak sudah dimiliki sejak bawaan lahir sebagai anugerah yang diberikan oleh sang pencipta.


Jika berkaca pada pemahaman para kaum nativis, untuk mengembangkan kemampuan bahasa pada anak usia dini diperlukan lingkungan yang mendukung pengembangan bahasa agar kemampuan natural yang dimiliki oleh anak bisa lebih terasah dan berkembang optimal. 


2. Teori Behavioristik


Menurut teori behavioristik yang ditokohi oleh Skinner kemampuan bahasa anak diperoleh dari stimulasi yang diberikan oleh lingkungan melalui proses imitasi yang diberikan oleh orang dewasa dan juga reinforcement atau penguatan.


Menurut Bapak Skinner, imitasi, reward dan reinforcemet serta frekuensi memberikan stimulasi merupakan faktor penting yang diterapkan pada anak dalam mempelajari permasalahan bahasa. lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk bahasa pada anak.


Teori behavioristik juga mengedepankan pemberian reward yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk merangsang semangat belajar anak. Punishment lebih cenderung diabaikan. Anak banyak belajar bahasa dari stimulasi yang diberikan oleh ibunya sebagai penguat. Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan perkembangan bahasa pada anak.


Dalam teori behavioristik, perkembangan bahasa pada anak sangat besar dipengaruhi oleh sang ibu sebagai sosok yang banyak berinteraksi dengan anak. Ibu disarankan memberikan penguatan yang berarti dengan semantik serta sintaksis bahasa yang bagus, agar anak juga menyerap bahasa dengan sangat baik baik dari sisi makna maupun dari susunan katanya. Buat para ibu, yuk, bekali dan perbaiki pengetahuan bahasanya.


teori perkembangan bahasa anak usia dini


3. Teori Kognitif


Berbeda halnya dengan teori behavioristik yang lebih menekankan peran lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, teori kognitif lebih menekankan bahwa perkembangan bahasa pada anak adalah peran aktif anak terhadap lingkungannya. 


Kekayaan bahasa yang diperoleh oleh anak merupakan keaktifan yang anak lakukan terhadap lingkungannya. Sang tokoh teori kognitif yaitu Bapak Piaget menegaskan bahwa proses berpikir yang dilakukan oleh anak adalah prasyarat bagi anak dalam mengembangkan bahasanya.


Perkembangan bahasa yang diperoleh oleh anak sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang diperoleh oleh anak. keterlibatan anak dalam berkegiatan memberikan pengalaman pada panca indra yang dimiliki anak, dalam artian jika anak terlibat dalam sebuah kegiatan anak bisa langsung menyentuh, mendengar, menyaksikan, merasakan dan mencium objek serta kejadian yang dia alami atau saksikan.


Tokoh kognitif yang lain yaitu Bapak Vygotsky, mengembangkan teori kognitif ini dengan pernyataan bahwa perkembangan bahasa pada anak sangat erat kaitannya dengan budaya serta lingkungan tempat anak berinteraksi.


Vigotsky juga membagi dua bagian konsep belajar pada anak dan mengistilahkannya dengan Zona Perkembangan Proximal atau sering disebut dengan istilah ZPD Zona Proximal Development. Konsep pembelajaran pada ZPD lebih menekankan pada proses sosial yang dinamis yang diperoleh dari pengalaman anak. Konsep belajar ZPD yang dikembangkan oleh Bapak Vigotsky dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu:


1. Tahap Rendah


Pada tahapan proses belajar yang lebih rendah pada anak adalah pembelajaran yang masih disesuaikan dengan kemampuan anak dan anak dapat mengatasi masalah sendiri melalui kemampuan yang dimilikinya, atau biasa disebut dnegan inner teacher yang ada dalam diri anak.


2. Tahap Tinggi


Pada tahapan ini proses pembelajaran yang diterima oleh anak biasanya butuh bimbingan orang dewasa, karena sudah melewati batas kemampuan anak-anak. Orang dewasa diharapkan bisa memberikan penjelasan dan membimbing anak agar mendapatkan penjelasan yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan anak.


Antara Vygotsky dan Piaget meskipun sama-sama tokoh aliran kognitif, namun keduanya memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda terhadap proses perkembangan bahasa pada anak usia dini. Vygotsky berpendapat bahwa perkebangan bahasa pada anak sangat dipengaruhi oleh sosialisasi anak.


Piaget berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini tidak dipengaruhi oeh keadaan sosial namun bersifat egosentris atau lebih berpusat pada anak itu sendiri. Jadi usaha dari anak sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.


Teori kognitif juga berpendapat bahwa perkembangan bahsa pada anak terjadi di usia 18 bulan, dimana pada usia ini anak sudah mampu mengeksplore lebih luas kemampuan sensorik yang dimilikinya. Pada usia ini anak juga sudah mulai mampu memahami pada obyek tertentu yang ditemuinya, meskipun belum memiliki kemampuan berbicara.


Ada satu hal yang disayangkan dalam dunia pendidikan, bahwasannya teori kognitif ini mendapatkan banyak kritikan atas penyatannya bahwa kemampuan berbahasa pada diri anak sangat kecil pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif anak. Bagaimana kira-kira, nih, setuju atau tidak?


Sementara itu ada penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan dan pemahaman baru akan diperoleh dan ditingkatkan melalui proses berbicara dan menulis.


4. Teori Pragmatik


Nah, setelah kita mengenal tiga teori perkembangan bahasa pada anak yang penjabarannya panjang lebar, maka penjelasan teori pragmatik cukup singkat dan sederhana, sesederhana konsep pragmatis pada kehidupan manusia, hehehe.


Tokoh teori pragmatik seperti Bapak Halliday dan yang lainnya menjelaskan bahwa anak-anak dalam mempelajari bahasa memiliki tujuan agar bisa bersosialisasi dan bisa mengarahkan perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya, dalam artian lawan bicaranya mampu mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang anak.


Misalnya ungkapan kata "makan" yang diucapkan oleh seorang anak sambil memegang piring, dan ia tujukan pada orang dewasa  dikarenakan anak paham bahwa bahasa yang diucapkannya dapat menjadi pengantar pada orang dewasa apa yang ia inginkan. Hal ini didapat dari hasil dengan lingkungannya.


Teori ini menggarisbawahi bahwasannya anak mempelajari bahasa melalui proses interaksi yang dilakukan dengan mencoba memahami bentuk dan arti bahasa juga fungsi dari bahasa itu sendiri yang akan memberikan manfaat bagi mereka.


Untuk itu Bapak Halliday menjelaskan beberapa tahapan pengenalan bahasa yang terjadi pada anak melalui tahapan sebagai berikut:


  1. Penerapan bahasa instrumental diterapkan seperti pada ungkapan kata "Aku ingin ... "
  2. Penerapan bahasa dogmatis atau disebut juga regulatory languange diterapkan seperti pada ungkapan "Berikan padaku ... "
  3. Penerapan bahasa personal seperti pada ungkapan " Aku suka itu ... "
  4. Penerapan bahasa interaksional  seperti pada penerapan kalimat " Ajak aku ke sana ..."
  5. Penerapan bahasa heuristik seperti pada penerapan ungkapan " Kenapa? Bagaimana?"
  6. Penerapan bahasa imajinasi seperti diungkapkan seperti pada kalimat "jika aku ..."
  7. Penerapan bahasa imajinasi diungkapkan dengan kalimat "Aku ingin katakan ..."


5. Teori Interaksionis


Teori interaksionis menyatakan bahwa anak memperoleh pengetahuan bahasa dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Tokoh teori interaksionis diantaranya Bloom dan Tinker.


 Para tokoh interaksionis merumuskan dua cara anak memperoleh bahasa, yaitu keterlibatan aktif dengan lingkungan sosialnya dan juga usaha sang anak untuk mengerti arti dari sisi linguistik, ungkapan perasaan, dan ekspresi fisik.


Pendapat ini mematahkan asumsi bahwasannya perkembangan bahasa bersifat natural tanpa diperlukan usaha yang dilakukan secara sadar. Anak merupakan komunikator pemula dan orang dewasa sebagai pendukung usaha anak untuk memahami bahasa.


Kesimpulan


Ada beberapa tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini, beberapa teori di atas menjelaskan bahwa faktor lingkungan serta kemampuan yang ada pada diri anak menjadi faktor yang menentukan kemampuan berbahasa pada anak.

Teori Nativis menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak sangat tergantung pada kemampuan otak yang dimiliki oleh anak. 

Teori Behavioristik menyatakan bahwa kemampuan berbahasa pada anak sangat bergantung pada banyaknya pengalaman anak bergaul di lingkungannya, sehingga anak mampu melakukan imitasi bahasa atas apa yang dia peroleh dari orang dewasa dan lingkungan di sekelilingnya. Bukan hanya itu menurut teori ini peran orang dewasa untuk memberikan penguatan sangat besar.

Teori kognitif menyatakan bahwa kemampuan berbahasa pada anak titik penekanan yang paling berpengaruh adalah keaktifan anak menyerap bahasa dari lingkungannya, semakin aktif anak nmempusatkan dirinya pada lingkungannya semakin bagus perkembangan bahasanya.

Teori pragmatik menjelaskan bahwa anak-anak dalam mempelajari bahasa memiliki tujuan agar bisa bersosialisasi dan bisa mengarahkan perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya, melalui proses interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya.

Teori interaksionis menjelaskan bahwasannya dalam tahap pemerolehan bahasa pada anak dengan cara ikut terlibat aktif dengan lingkungan sosialnya dan juga usaha sang anak untuk mengerti arti bahasa dari sisi linguistik, ungkapan perasaan, dan ekspresi fisik.

Jadi, dari beberapa teori tentang perkembangan bahasa anak usia dini manakah yang paling tepat? Jika memperhatikan penjelasan dan pendapat dari para tokoh yang merumuskan teori perkembangan bahasa anak di atas, saya setuju dengan pendapat pakar bahasa dan anak Ibu Beverly Otto.


Dia menjelaskan dalam bukunya yang berjudul "Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini" bahwa teori perkembangan bahasa pada anak usia dini yang dijelaskan oleh para ahli di atas semua benar dan saling melengkapi.


Nah, sudah jelas bukan bagaimana anak memperoleh pengetahuan berbahasanya menurut para pakar? Untuk itu kita sebagai orang dewasa yang mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dianjurkan untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa pada anak, memperhatikan kebutuhannya dan menyediakan lingkungan yang mampu meningkatkan kemampuan berbahasanya.


Menyiapkan lingkungan atau prepared environment dan juga menyiapkan kapasitas diri kita sebagai orang tua atau disebut juga prepared adult sangat penting agar tahapan perkembangan bahasa pada anak bisa dieksploere secara maksimal dan optimal. Salam pengasuhan. Happy parenting.



Referensi


Beverly Otto, Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini, Jakarta:Prenada Media Grup, 2015.


Enny Zubaedah. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini,  Pendidikan dasar dan Prasekolah, Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurbiana Dhiani. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.


Hafidzah Batubara, Proses Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak, Jurnal Bahasa Vol.10/edisi Desember/2021.










Menjadi Guru Wow Guru Idaman Para Murid

Minggu, 24 September 2023

Cara menjadi guru yang baik diperlukan iman dan keikhlasan, karena yang dihadapi seorang guru adalah anak-anak yang dinobatkan sebagai generasi penolong sebuah peradaban yang akan terus berkembang. Untuk itu secara fisik dan psikis generasi tumpuan ini harus dipersiapkan. 


cara menjadi guru yang baik



Tantangan menjadi seorang guru pada saat ini adalah harus meningkatkan pengetahuan dan skill diri, karena pengetahuan dan ilmu saat ini begitu terbuka dan bisa diakses dengan mudah oleh siapapun dari segala kalangan. Guru yang menjadi agen kontrol dari arus informasi yang datang, karena guru bisa dikatakan sebagai penentu keberhasilan pendidikan para peserta didik.


Dunia dalam jaringan pun menyediakan akses informasi yang mengalir deras. Apapun informasi yang kita butuhkan hampir selalu bisa disediakan. Untuk itu seorang pendidik baik itu seorang guru maupun berposisi sebagai orang tua yang mendidik anak-anaknya, harus mampu menjadi sosok yang berbeda seperti halnya yang ditawarkan oleh dunia internet saat ini.


Seorang guru harus mampu memposisikan dirinya sebagai seorang suri tauladan dan contoh nyata agar para murid memiliki gambaran sosok yang bisa dijadikan panutan dan juga pelindung bagi perkembangan pengetahuan, skill juga karakternya. Seorang guru juga harus mampu menjadi pelayan yang bisa memberikan bantuan kepada muridnya secara alami dan natural. 


Ada sebuah quotes yang bisa kita ambil maknanya ketika kita berposisi sebagai seorang guru ataupun orang tua yang sedang menyiapkan generasi emas pembangun peradaban.


 “True. kindness serves the needy without disclosing itself or, when it is discovered, it poses not as a help, but as something natural and spontaneous." Kebaikan yang hakiki memberikan sesuatu kepada yang membutuhkan tanpa kita harus menyatakannya. Ketika kebaikan diketahui kebaikan tersebut bukan merupakan sebuah bantuan melainkan sesuatu yang wajar dan spontan - Maria Montessori -


Sebagai seorang pendidik harus memiliki jiwa yang ikhlas dan tanpa pamrih atas apa yang sudah mereka usahakan. Segala yang dia usahakan untuk para muridnya adalah bentuk pengabdian terhadap profesi yang sudah dipilih, sebagai seorang pendidik yang hakikatnya adalah pembentuk generasi pelanjut peradaban.


Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik terutama para pendidik di tingkatan anak-anak usia dini. Untuk itu guru PAUD adalah sosok guru istimewa. Lalu, agar sukses membentuk anak didiknya menjadi generasi pembangun peradaban. Apa saja hal yang harus diperhatikan oleh sang guru?


Tiga Hal yang harus diperhatikan Oleh Seorang Pendidik



Dikutip dari Buku karya Doktor Maria Montessori yang berjudul “The Absorbent Mind” dalam bab 27 tentang “The Teacher’s Preparation”, bahwasannya ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para guru tentang keprofesiannya. 


Hal yang harus diperhatikan guru ketika menghadapi para peserta didik, diantaranya yaitu, Pertama, guru harus siap menjadi pemelihara dan penjaga lingkungan tempat belajar. Kedua, Guru harus menjadi pribadi yang menarik di hadapan para muridnya. Ketiga, memberikan pengajaran dengan metode dan waktu yang tepat kepada para muridnya. 


1. Mempersiapkan Lingkungan Belajar Anak


Sebagai seorang guru, kita harus siap menjaga lingkungan belajar anak, agar tetap bersih, tetap nyaman sehingga anak merasa sangat menikmati ketika menjalani proses pembelajaran. Untuk itu guru harus mempersiapkan lingkungan belajar anak yang kondusif.

Usahakan setiap selesai proses pembelajaran merapihkan kembali area belajar agar kembali bersih dan siap dipergunakan kembali pada waktu belajar anak selanjutnya. Terutama ketika kita menjadi guru dari para anak-anak di rentang usia dini.

 Aparatus atau media yang biasa digunakan untuk berkegiatan harus membuat murid selalu tertarik ketika hendak menggunakannya, tidak kotor dan nyaman ketika menggunakannya. Media yang disediakan jika dalam keadaan acak-acakan dan kotor membuat anak jadi tidak tertarik untuk menggunakannya dan juga akan mengalami kesulitan. 

Seorang guru layaknya pelayan bagi para muridnya. Jika diibaratkan sebuah rumah tangga, seorang guru bak seorang istri dalam sebuah rumah tangga. Seorang istri selalu siap membuat rumahnya menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi para anggota keluarganya yaitu suami dan anak-anaknya. Menciptakan rumah yang penuh kehangatan, keceriaan, kenyamanan, terang benderang, lapang dan menarik. Sehingga rumah menjadi pusat home education untuk para anggota keluarga.

Begitupun seorang guru, harus menjadi fasilitator yang bisa menciptakan lingkunan yang aman nyaman dan membawa kebahagiaan bagi para muridnya.  

2. Menjadi Pribadi yang Menarik


Seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai sosok yang mampu membangkitkan semangat belajar anak. Harus mempu memahami jiwa anak, membangkitkan semangat anak ketika mereka sedang tidak bergairah dalam belajar. Sebagai seorang guru harus siap menjadi partner yang mampu membimbing anak ketika anak sedang membutuhkan arahan.

Guru harus memiliki peran seperti api penyemangat bagi para peserta didiknya. Memperlakukan peserta didiknya dengan penuh kehangatan dan mampu membuat peserta didik tertarik untuk memulai menggali pengetahuannya.

Guru harus mampu memberikan stimulasi yang kreatif, inspirasi baru setiap harinya agar anak tidak bosan dan terus ingin tetap belajar dan belajar. Namun ingatlah, jangan terlalu ikut campur dan melakukan banyak interupsi ketika anak sedang bekerja.

Hal ini akan membuat anak tidak nyaman. Layaknya kita ketika sedang bekerja melakukan sesuatu ada orang yang datang melihat kegiatan kita dan selalu mememberikan komentar terhadap yang kita lakukan. Situasi ini akan membuat kita merasa jenuh dan tidak nyaman. Anak pun akan merasakan hal yang sama.

Biarkan anak berimajinasi secara bebas dan menggunakan daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan tahap kemampuannya.  


3. Memberikan Pengajaran dengan metode dan waktu yang Tepat


Pembelajaran pertama kali yang diberikan kepada anak usia dini adalah pembelajaran tentang praktik kegiatan yang dilakukan sehari-hari atau Practical Life (PL) melalui pengalaman langsung dan memulainya dari mempelajarai hal yang mudah menuju hal yang sulit. 

Tentunya dengan mempertimbangkan tentang kesiapan anak menerima pembelajaran. Karena di momen awal anak mulai mengenal apparatus adalah momen yang fragile atau rapuh, jadi butuh pelan-pelan dan jangan terlalu banyak melakukan interupsi terhadap kesalahan yang diperbuat oleh anak.

Di sinilah kejelian guru benar-benar dituntut. Guru harus pandai menilai keadaan anak, mengevaluasi apakah perlu dilanjut atau malah menunda memberikan pembelajaran. Practical life merupakan kegiatan pembelajaran yang pertama diperkenalkan pada anak. Pastikan anak merasa mampu dan siap untuk memulai kegiatan ranah practical life.
 

Kesimpulan


Untuk menjadi seorang guru yang baik diperlukan kompetensi yang memadai agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian treatment kepada para anak didik. Tiga kompetensi yang harus dimiliki guru atau orang tua sebagaimana yang telah dijabarkan di atas perlu diperhatikan dan dipersiapkan.

Untuk itu para guru sebelum memiliki kemampuan untuk menyiapkan lingkungan belajar atau prepared environment untuk anak setidaknya juga harus mempersiapkan kemampuan dirinya sendiri atau prepared adult.

Karena sejatinya jika seorang guru peduli kepada jiwa seseorang maka harus dimulai dari mempersiapkan lingkungan belajar dimana hal ini dijadikan anak sebagai pusat tempat kegiatannya. Guru merupakan bagian terpenting dalam perkembangan pengetahuan anak, untuk itu persiapkan diri kita terlebih dahulu jika ingin menjadi seorang guru, sebab guru adalah sebuah profesi yag harus dilandasi dengan keikhlasan hati. Setiap jiwa harus memaknainya sebagai sebuah pengabdian yang tak terbatas.

Bagi seorang guru anak didik adalah bagian dari jiwanya dan rutinitas harian serta selalu ada dalam pikiran. Sebuah hubungan yang akan dibawa sampai hari perhitungan di hadapan Tuhan. Hal yang perlu dimaknai dengan sungguh-sungguh adalah bahwasannya menjadi seorang guru adalah sebuah pengorbanan, namun sebuah kepuasan. 

Tidak perlu terlalu banyak interupsi ketika membimbing anak dalam belajar. Jangan takut menjadi sesutu yang berbeda jika memang ditujukan untuk kebaikan. Dan Ketika tidak mau melakukan banyak interupsi terhadap aktivitas anak bukanlah sebuah penolakan dalam membimbing anak, melainkan berani memulai sesuatu yang baru yang diharapkan dapat memberi dampak yang lebih baik bagi perkembangan anak. 

Wahai para guru persiapkan dirimu sebagai guru yang berkompeten karena ini adalah syarat menjadi guru, demi membentuk generasi yang berkarakter dan siap menghadapi segala bentuk tantangan global Saya juga sedang terus berusaha membentuk diri menjadi pribadi yang ikhlas dan bisa maksimal dalam menjalankan tugas profesi.💓

Yuk, Cari Tahu Bagaimana Cara Anak Memahami Bahasa

Rabu, 13 September 2023

Manda sedang bermain cilukba bersama Rafa, putranya yang masih berusia 8 bulan. Terlihat sekali mereka berdua memiliki bonding yang erat. Manda menikmati waktu bermain bersama si kecil dan bayi kecil Rafa pun terlihat begitu riang gembira mengikuti alur permainan bundanya. Manda berusaha terus menerapkan ilmu tentang tahap pemerolehan bahasa pada anak yang sudah dia dapatkan agar faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak bisa optimal dia ikhtiyarkan.


pemerolehan bahasa kedua


Manda merasa sangat perlu memberikan stimulasi yang konsisten dan terus menerus demi perkembangan buah hatinya. Manda bercita-cita agar anaknya sudah mampu berceloteh riang dengannya, seenggaknya bisa mencapai standar perkembangan bahasa yang sudah disesuaikan oleh para ahli. 


Menurut para ahli bahasa perkembangan bahasa anak sesuai dengan stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya, karena bahasa dipergunakan sebagai alat untuk memulai percakapan dan juga meresponnya. Jadi makin sering lingkungan dimana anak tinggal memberikan kesempatan anak untuk banyak berinteraksi maka makin cepat anak mau berbahasa.


Bahasa sangat penting bagi perkembangan dan pengetahuan anak pada kehidupan selanjutnya, karena kelak anak harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi. Dikutip dari sebuah paper tentang makna bahasa dan komunikasi, di dalam sebuah komunikasi, kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting.

Sebuah komunikasi dua arah hanya akan terjalin jika  menggunakan bahasa secara baik dan benar, artinya penutur atau pengguna bahasa yang satu dengan yang lainnya sama-sama saling menanggapi atau merespon secara tepat. 

Misalnya jika dalam sebuah percakapan ada pertanyaan mengapa, tentu saja harus dijawab dengan argumentasi, pertanyaan bagaimana, sudah seharusnya dijawab dengan proses, pertanyaan apa, perlu dijawab dengan identifikasi. Untuk itu kemampuan berbahasa yang baik perlu sekali dikembangkan sejak anak masih usia dini dan perlu kiranya sebagai orang tua dan pendidik  memahami tahapan pemerolehan bahasa pada anak.


Menurut Bromley pemerolehan bahasa pada anak ada dua tahapan. Tahap pertama yaitu reseptif dan tahap kedua adalah ekspresif. Apa yang dimaksud dengan reseptif dan ekspresif? Mari kita kaji keterangan dari para ahli.


Tahap Pemerolehan Bahasa pada Anak


Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa tahapan pemerolehan bahasa pada anak melalui dua tahapan yaitu tahapan awal berupa reseptif atau dimengerti dan diterima. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan ekspresif atau diartikan sebagai tahap menyatakan.


Tahap Reseptif


Pada tahap awal atau reseptif anak baru belajar menyerap bahasa dari lingkungannya, dari orang-orang yang biasa ditemuinya. Makin banyak anak memperoleh stimulasi dari orang-orang yang berada di dekatnya, makin banyak jenis kosakata yang dia terima dan disimpan dalam memorinya.


Tahap reseptif pemerolehan bahasa pada anak bisa melalui menyimak atau pun membaca. Dongeng yang dibacakan atau diceritakan oleh orang terdekat anak  bisa dijadikan fasilitas reseptif bahasa pada anak. Kegiatan mendongeng untuk anak sangat banyak manfaatnya.


Kemampuan menyimak dan membaca yang dimiliki anak sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Hal ini akan membantu proses kemampuan reseptif. Setelah menyimak dan membaca anak akan berusaha memprosesnya dalam bentuk simbol baik verbal maupun visual. Dan ketika telah mampu anak akan menggunakannya sebagai alat untuk mengungkapkan keinginannya.


Menyimak dan membaca merupakan cara anak untuk memahami bahasa yang dia dengar dari lingkungannya. Hal ini merupakan sebuah proses pemahaman atau disebut juga Comprehending Process.


Tahap Ekspresif


Pada tahap ini anak sudah mulai belajar untuk mengungkapkan bahasa yang dia dapatkan atau dia terima dari lingkungannya secara bertahap. Berbicara terbata awalnya lalu setelah terbiasa dan bertambah usianya makin lancar dan bertambah banyak kosakata yang mampu diekspresikan lewat berbicara.


Seiring bertambahnya umur serta mendapatkan stimulasi ekstra dari lingkungan, bahasa ekspresi bisa berkembang lewat tulisan. Untuk itu mengajari anak menulis dari sejak dini bukan merupakan kesalahan dan larangan, asal dilakukan dengan cara yang tepat dan tidak ada paksaan serta dilakukan dengan riang gembira, efeknya malah bagus untuk perkembangan anak.


Hal yang perlu diingat persiapkan dahulu keterampilan motorik halus dan motorik kasar anak sebelum masuk ke ranah menulis. Kekuatan pergelangan tangan, jari-jari serta otot bahu harus dilatih sedini mungkin, agar kelak ketika otot lengan digunakan untuk menulis anak sudah terbiasa.  


Cara mengekspresikan bahasa pada anak macam-macam bentunya dan juga unik. Bisa lewat berbicara langsung, berdiskusi dengan teman, bertanya ke ayah bunda, bahkan kadang lewat tantrum sambil berbicara keras dan merengek, hehe ada lucu ada dibuat kesal, ya?!


Ketika mereka berbicara, berdiskusi dan mengekspresikan bahasa yang sudah mereka kuasai, mereka sedang berproses untuk berkomunikasi atau biasa disebut juga composing process.


faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak

Bila kita Perhatikan ilustrasi gambar di atas, kegiatan-kegiatan tersebut adalah proses pemerolehan bahasa pada anak secara reseptif dan ekspresif proses pemerolehan bahsa apada anak. Ada anak yang sedang membaca, mencoba menulis berdiskusi dengan temannya. 


Setelah dipaparkan tentang pengertian tahap pemerolehan bahasa secara reseptif dan ekspresif pada anak, pasti sudah paham kan? Jadi, kira-kira yang mana yang sedang menunjukkan kegiatan perolehan bahasa reseptif dan mana yang termasuk ekspresif?


Perbedaan Perolehan Bahasa pada Setiap Anak


Masih menurut Bromley, bahwa perkembangan pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan matematika anak tergantung dari tingkat penguasaan bahasa pada anak, karena anak dapat mengingat dan memahami sebuah informasi jika dia mendapat kesempatan untuk mengekspresikannya dengan menuliskan, mengilustrasikan, menggambarkan atau mengungkapkannya kembali. Untuk itu betapa pentingnya kita memberikan stimulasi dari sejak dini pada pemerolehan bahasa anak.


Proses belajar bisa terjadi jika terjalin komunikasi antara anak dan orang tua, anak dan guru, anak dan anak, anak dengan buku dan anak dengan lingkungannya.


Satu hal yang harus menjadi perhatian para orang tua tentang perkembangan anak baik dari sisi bahasa, psikomotorik, kognitif dan aspek perkembangan lainnya adalah, meski setiap anak mendapatkan treatment yang sama namun hasilnya akan berbeda-beda pada setiap anak, karena anak adalah pribadi yang unik. Allah menyiapkan individu dalam versi yang berbeda-beda.


 Ada 4 hal perbedaan yang harus dipahami dalam Perolehan bahasa pada Anak diantaranya, yaitu:


  1. Intonasi berbahasa serta kosakata setiap anak akan berbeda satu sama lain.
  2. Proses reseptif dan ekspresif yang terjadi pada anak pasti akan berbeda-beda kecepatannya. 
  3. Perbedaan hasil output bahasa ekspresif melalui menyimak tentu akan berbeda hasil yang diperoleh ika melalui membaca.
  4. Bentuk bahasa yang berbeda penyajiannya maka akan berbeda makna juga. Misal makna bahasa dalam bentuk tulisan terkadang berbeda dengan makna bahasa lisan. 


Faktor yang Mempengaruhi Perolehan Bahasa pada Anak


Dalam buku Pengembangan Bahasa Anak USia Dini, Tarmansyah berpendapat bahwa ada 8 faktor yang dapat mempengaruhi perolehan bahasa pada anak, diantaranya yaitu fisik motorik anak, kognitif, kesehatan anak secara umum, lingkungan, keadaan sosial ekonomi, neurologi, penggunaan bahasa pengantar di rumah, dan jenis kelamin. Yuk kita bahas lanjut tentang kedelapan faktor yang memperngaruhi perolehan bahasa pada anak.


1. Faktor Fisik Motorik


Keadaan fisik yang lengkap dan normal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perolehan bahasa pada anak. Gerakan anak yang aktif membuat anak leluasa dalam mengembangkan bahasa baik dari sisi reseptif atau ekspresif.


Fisik anak yang bagus membuat anak bebas bergerak dan bisa bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya, dan sangat mudah anak mengekspresikan segala keinginannya.


2.Faktor Kognitif


Anak yang cerdas biasanya akan cepat dalam menangkap stimulasi yang diberikan dari lingkungannya. Namun sekali lagi jika anak agak terlambat dalam perkembangan bahasanya dibanding anak lain, bukan berarti anak tersebut bodoh, tapi ada kemampuan lainnya yang lebih unggul tentunya.


Untuk itu mengupayakan secara optimal dalam menstimulasi enam aspek perkembangan pada anak sangat dianjurkan, begitu juga terhadapa perkembangan bahsa anak.


3. Faktor Kesehatan


Anak yang sehat akan aktif berinteraksi dengan teman dan lingkungannya. Minatnya untuk berkomunikasi pun sangat baik. Beda demgan anak yang sering sakit. Keadaan tubuh yang lemah membuat aktivitas aak jadi terhambat. Anak pun tidak berenergi untuk bermain dengan temannya atau pun keluarganya.


Untuk itu menjaga kesehatan anak juga merupakan faktor penting untuk membantu menunjang kemampuan berbahasa anak dan juga kemampuan yang lainnya.


4. Faktor Lingkungan


Lingkungan yang memadai dalam memberikan stimulasi terhadap minat anak untuk berkomunikasi dan berbahasa juga menjadi faktor yang mempengaruhi perolehan bahasa pada anak. Orang tua atau anggota keluarga lainnya yang senang bercerita akan membangkitkan minat anak untuk ikut terlibat dalam sebuah komunikasi. 


Minat anak untuk mengekspresikan keinginannya melalui bahasa lisan dan juga tulisan jadi terstimulasi. Orang tua harus membekali diri dengan ilmu parenting yang sangat penting demi menunjang kemampuan anak. 


Pengetahuan tentang parenting bisa diperoleh dari banyak cara, misal dengan mendegarkan seminar parenting, banyak membaca buku atau website. Banyak sekali blogger parenting yang membahas permasalahan tentang anak. Fasilitas memudahkan ini harus digunakan sebaik mungkin.


Faktor Sosial Ekonomi


Faktor sosial dan ekonomi juga mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Ketersediaan media dalam menstimulasi kemampuan berbahasa anak membuat anak mendapatkan banyak kesempatan dan cara untuk berbahasa.


Mainan yang biisa menunjang proses reseptif dalam berbahasa anak, membuat anak mendapatkan stimulasi yang beraneka ragam dalam mengembangkan bahasa anak. Untuk menyediakan aneka media penunjang dalam menstimulasi kemampuan berbahasa anak tentu saja dibutuhkan biaya dan kreativitas orang tua.


Selain itu makanan yang kaya akan nutrisi serta bergizi baik juga menjadi penunjang perkembangan otak anak. Jika otak anak bisa berfungsi bagus maka akan berpengaruh pada proses pengembangan bahasa pada anak.


Note: Untuk jenis media yang bisa menstimulasi bahasa anak banyak ragamnya dari mulai yang mahal sampai yang gratisan juga bisa diperoleh, tinggal orang tua mengusahakannya sekreatif mungkin. Menciptakan media permainan untuk menstimulasi bahasa untuk buah hati tercinta. 


Contohnya pelepah pisang bisa dijadikan boneka yang cukup menarik digunakan sebagai media dongeng atau bercerita bersama anak. Masih banyak lagi jenis permainan tradisional yang bisa diciptakan tanpa memerlukan biaya yang besar.


Untuk makanan, jika tinggal di daerah sungai, orang tua bisa memenuhi kebutuhan gizi anak dengan hasil tangkapan ikan di sungai. Beri anak-anak buah-buahan yang bisa ditanam di pekarangan ruah seperti pepaya, pisang, jambu yang mengandung banyak nutrisi baik.


Faktor Neurologi


Neuro atau diartikan sebagai syaraf, sangat berperan penting dalam proses peolehan bahasa pada anak. Beberapa keadaan syaraf yang dapat menentukan perkembangan bahasa anak diantaranya berkaitan dengan posisi syaraf. Bagaimana struktur susunan syarafnya, bagaimana fungsi susunan syarafnya, bagaimana peranan susunan syarafnya, dan bagaimana syaraf yang berhubungan dengan organ bicaranya. 


Beberapa faktor neurologi yang telah disebutkan di atas harus berfungsi dengan baik. Susunan syaraf  yang mensyarafi otot pengunyah, otot wajah dan kepala, otot refleks batuk, otot penelan, otot pernapasan, otot lidah, otot pangkal lidah, dan otot lain yang berada di sekitar organ bicara, harus berfungsi dengan baik.


Susunan syaraf yang disebutkan di atas memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan bahasa dan bicara anak. Karena itu kemampuan berbahasa anak bisa berkembang jika otot yang mensyarafi organ bicara tersebut memberikan andil dan perannya. 


Faktor Penggunaan Jenis Bahasa Pengantar Di Rumah


Penggunaan jenis bahasa pengantar di rumah juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi perolehan bahasa pada anak. Penggunaan bilingual atau trilingual dalam sebuah keluarga dapat menjadi penghambat dalam proses perolehan bahasa pada anak.


Anak bisa mengalami kebingungan karena ada beberapa bahasa yang harus dia proses dalam otaknya. Misalnya, jika di rumah, orang tua menggunakan dua bahasa  pada percakapan sehari-hari, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang digunakan bersamaan, maka hal ini akan membuat anak harus menyerap kedua bahasa bergantian. 


Pengenalan dua bahasa dalam satu kesempatan membuat rancu proses reseptif bahasa pada anak. Anak harus memproses dua bahkan ada juga yang lebih jenis bahasa yang masuk pada otaknya.  Hal ini menyebabkan anak mengalami kesulitan dan harus bekerja ekstra dalam memahami pola berkomunikasi dalam keluarganya. 


Untuk itu sepakati penggunaan bahasa di rumah, terutama ketika sedang memberikan stimulasi bahasa untuk anak dan anak baru mulai belajar memahami bahasa.


Faktor Jenis Kelamin


Jenis kelamin juga bisa menjadi faktor penentu dalam perolehan bahasa pada anak. Biasanya anak perempuan lebih cepat mengekspresikan bahasa yang diperolehnya dibanding anak laki-laki. Dari sisi pelafalan biasanya anak perempuan lebih unggul. 


Namun bukan berarti anak laki-laki tidak ada yang bisa lebih cepat dari kemampuan berbahasa anak wanita. Ini hanya mengacu pada keumuman saja.


Untuk lebih memahami tahapan pemerolehan bahasa pada anak kita bisa perhatikan skema berikut ini:



tahapan pepemerolehan bahasa pada anak
Skema Tahap Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia Dini
Sumber: Buku Metode Pengembangan Bahasa.


Kesimpulan


Sebagai orang tua dan juga pendidik tentu saja kita menginginkan hal yang terbaik bagi anak-anak kita. Dalam semua sisi perkembangan yang dimiliki anak, tentunya kita berharap bisa memberikan hal yang terbaik yang kita miliki demi mendapatkan hasil yang maksimal.


Bahasa merupakan faktor penunjang perkembangan pada aspek lainnya. Kemampuan anak dalam berbahasa akan mempengaruhi pada aspek perkembangan lainnya seperti sosial emosional, fisik motorik, kognitif, seni dan juga kepribadian atau karakter anak.


Agar perkembangan bahasa anak bisa berkembang secara optimal maka proses pemerolehan bahasa reseptif dan eksperesif pada anak harus diberikan stimulasi secara maksimal. Persiapkan diri kita sebagai orang tua dan pendidik agar mampu mengerti kebutuhan anak.


Selain itu persiapkan lingkungan yang memadai untuk memberikan fasilitas pemenuhan kebutuhan anak dalam mengembangkan bahasanya. Jika anak disediakan lingkungan yang menunjang kemampuan bahasanya maa diharapkan proses pemerolehan bahasa anak pun akan cepat berkembang. 


Dorong anak untuk mau bersoialisasi dengan teman di lingkungannya. Jika anak sudah sekolah, bimbing agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Usahakan sebagai orang tua kita selalu melakukan interaksi yang aktif bersama anak. Bermain bersama anak, membacakan dongeng dan lainnya. 


Begitu pentingnya aspek bahasa ini bagi kemampuan aspek di bidang lainnya. Dalam jurnal terbitan Ihsa Institut diterangkan bahwa bahasa adalah sebuah sarana untuk berkomunikasi. Bahasa juga sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat serta argumentasi kepada pihak lainnya. Untuk itu, kemampuan berbahasa adalah hal yang utama karena bahasa memiliki peran sosial penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat secara luas.


Setelah kita mengetahui tahapan pemerolehan bahasa pada anak, lalu bagaimana metode yang tepat dalam membersamai anak mengembangkan kemampuan bahasanya? Kita bahas lagi permasalahan ini dalam next artikel ya. Semangat terus membersamai buah hati kita tercinta. Happy parenting.



Referensi



Buku: Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, ditulis oleh DR. enny Zubaedah, Pendidikan dasar dan Prasekolah, Universitas Negeri Yogyakarta.

Buku: Metode Pengembangan Bahasa, ditulis oleh Nurbiana Dhieni, diterbitkan oleh Universitas Terbuka, Jakarta, 2007.

Buku: Pengantar Linguistik Umum, ditulis oleh Tri Wiratno.

Jurnal Ilmiah:  Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia ditulis oleh Okarisma Mailani DKK, terbit dalam  Kampret Journal ISSN 2828-3678 (Online) Vol. 1 No. 2, Januari (2022), pp. 01-10 Published by IHSA Institute. 

Jurnal Ilmiah: Makna Bahasa dalam Komunikasi, ditulis oleh Christina Purwanti, September 14 – 15, 2019 Organized by Faculty of Letters, Universitas Negeri Malang (UM) ISoLEC Proceedings 2019 150, Universitas Pelita Harapan, Jakarta

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/3692/membaca-proses-pemerolehan-bahasa-anak


Apa Kata Para Ahli tentang Bahasa? Yuk, cari tahu!

Kamis, 07 September 2023

Pernahkah terpikirkan oleh kita semua, kalian dan saya, bagaimana jadinya dunia bila tak ada bahasa yang diciptakan sebagai alat komunikasi, alat bertukar cerita dan informasi satu sama lain. Wow...gimana ya rasanya hidup di dunia ini, sepertinya akan terasa rancu dan begitu tak bermakna.


bahasa menurut para ahli


Eits, tapi sebelum berimajinasi kemana-mana, apakah kita sebelunya paham bahwa setiap makhluk di dunia ini butuh bahasa? Kalau begitu bahasa itu sendiri apa, ya? Kenapa kata bahasa itu sampai kepada kita? Hahah. Kok jadi ruwet? Supaya jangan ruwet, yuk kita urai dulu pengertian bahasa menurut para ahli.


Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. Apa Bedanya dengan Komunikasi?


Bersyukur rasanya Allah memberikan kita kemampuan untuk berpikir, sehingga kita bisa berkembang dan mencari hal yang sangat urgen yang dibutuhkan oleh kita sebagai manusi. Salah satunya adalah bahasa. 


Nenek moyang kita zaamn dahulu kala yang sudah bersusah payah membuat simbol-simbol agar bisa terjalin komunikasi antar individu dalam sebuah kelompok masyarakat. Sudah terbayang, kan? Bagaimana rasanya jika tidak ada kesepakatan simbol dalam sebuah komunitas untuk mengungkapkan hal yang bisa dimengerti noleh orang lain.


Tidak usah berpikir jauh-jauh, kita bisa menggambarkannya pada kehidupan sekarang. Jika kita pergi ke suatu negara yang tidak kita pahami bahasanya, bagaimana rasanya ketika kita ingin mengungkapkan sesuatu? Pasti akan terasa sulit, kan? Untuk itu betapa pentingnya sebuha bahasa. Sekarang yuk kita simak pengertian bahsa menurut para ahli.


Pengertian Bahasa


Bahasa sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Untuk itu para ahli bahasa sepakat bahwa bahasa merupakan alat yang digunakan sebagai sarana  menjalin komunikasi antar individu yang wujudkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu yang disepakati, bisa dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, maupun gerak tubuh.


Dari bahasa akan terjalin komunikasi antara dua individu atau lebih dalam rangka mengungkapkan isi hati, ide atau yang lainnya. Mari kita kaji pengertian bahasa menurut para ahli. Kita cari tahu apa pengertian bahasa menurut Bapak Badudu seorang ahli bahasa guru besar linguistik di Universitas Padjajaran Bandung, beliau merumuskan bahwasannya bahasa adalah alat penghubung yang digunakan oleh sekumpulan orang untuk menggambarkan perasaannya dan menceritakan pengalamannya kepada rekannya. Bahasa merupakan sebuah sistem yang memiliki lambang bunyi dan bersifat manasuka atau berubah-rubah (arbitrer) sesuai dengan kebutuhan.


Ahli bahasa yang lain Bapak Bromley mendefinisikan bahasa sebagai sebuah sistem simbol yang memiliki keteraturan yang berfungsi untuk mentransfer ide dan juga informasi berupa simbol visual yang bisa dilihat, ditulis dan dibaca dan juga simbol verbal yang dapat diucapkan serta didengar.


Nah selain merumuskan pengertian bahasa, Bapak Bromley ini juga merumuskan pengertian tentang komunikasi. Menurutnya Bahasa dan komunikasi adalah sesuatu yang berbeda. Hal ini perlu dipahami terlebih dahulu agar kita benar-benar memahami konsep keduanya.


Jika kita perluas lagi, pengertian bahasa menurut teori LSF atau Linguistik Sistemik Fungsional, bahasa merupakan sistem yang bekerja pada sebuah konteks situasi dan budaya dalam bentuk semiotika atau tanda serta simbol sosial disuguhkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.


Sekarang mari kita merujuk pengertian bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI. Dalam KBBI diterangkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang sifatnya arbitrer dan digunakan oleh sekelompok manusia untuk berinteraksi dan bekerjasama serta mengidentifikasi diri.


Perbedaan Bahasa dan Komunikasi


Komunikasi merupakan istilah umum sedangkan bahasa adalah istilah khusus. Komunikasi merupakan sebuah pemindahan makna, bisa berupa suara, simbol, lambang serta bahasa tubuh. Sedangkan bahasa merupakan sistem simbol yang akan mentransfernya dalam berbagai arti.


Untuk itu bahasa juga diartikan sebagai alat yang memodifikasi komunikasi, memiliki simbol khusus yang digunakan dalam sebuah kelompok individu. Sistem simbol yang dimiliki oleh setiap kelompok individu bisa berbeda satu sama lain. 


Seperti halnya simbol bahasa di daerah Jerman sangat berbeda dengan simbol komunikasi di daerah kita Indonesia. Ribuan kata yang tercipta dalam Bahasa Jerman menggunakan simbol huruf yang berjumlah sekitar 28 huruf atau simbol sedangkan di Indonesia memiliki 26 simbol huruf.


Istilah Sistem Simbol dalam Bahasa


Ada beberapa penamaan dalam sistem simbol bahasa. Kita akan coba uraikan satu persatu agar lebih jelas. Beberapa diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.


Fonologi


Fonologi merupakan ilmu bahasa yang mengupas masalah asal muasal bunyi dalam sebuah simbol bahasa berdasarkan proses terbentuknya juga perubahannya. Fonologi terbagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik.


Fonetik berkaitan dengan cara kerja organ tubuh dalam hal pengucapan sebuah bunyi. Biasanya setiap orang memiliki ciri khas tersendiri dalam cara pengucapan sebuah bunyi. Sedangkan fonemik adalah ilmu bagian dari fonologi yang berkaitan dengan arti dari sebuah bunyi.


Beberapa istilah lain dalam fonologi adalah, fona, fonem, vokal dan konsonan. Fona adalah bunyi yang bersifat netral. Fonem dilambangkan berupa huruf ada yang bersifat vokal dan konsonan. Vokal merupakan Huruf fonem yang bunyinya keluar tanpa rintangan disebut, hurufnya terdiri dari A, I, U, E, O, disebut juga sebagai huruf hidup. Sedangkan konsonan adalah Huruf yang bunyinya keluar dengan rintangan seperti B, C, D, F, G dan seterusnya selain dari huruf vokal. Huruf konsonan biasa mendapat sebutan huruf mati.


Morfologi


Morfologi adalah ilmu bahasa yang berbicara tentang bentuk kata dan perubahannya. Morfologi juga mempelajari seluk beluk pembentukan kata serta berbagai perubahannya baik secara gramatikal maupun semantiknya. Morfologi juga bisa dimaknai sebagai ilmu tentang cara mengolah kata. Setiap kata bisa berubah jika ditambahkan imbuhan, misal kata "makan" jika ditambahkan imbuhan "an" akan berubah menjadi "makanan".


Dalam morfologi ada yang disebut morfem. Morfem merupakan bagian terkecil dari sebuah kata yang sudah tidak bisa dibagi lagi. jika diurutkan pembentukannya bisa seperti ini: Wacana terdiri dari beberapa kalimat, kalimat terdiri dari beberapa kata dan kata bisa terdiri dari beberapa morfem, misalnya kata "memberdayakan" memiliki morfem "mem - ber - daya - kan".


Dalam kajian morfologi bahasa, anak diberikan pemahaman tentang konsep lebih atau kurang, seperti lebih banyak, lebih sedikit, lebih luas atau lebih kecil dan lain sebagainya. Morfologi juga berkaitan dengan permasalahan perubahan bunyi yang berdampak pada perubahan makna meski masih berdekatan, seperti dalam kata "kawan dan kawin".


Sintaksis


Sintaksis merupakan aturan tentang pengkombinasian kata yang disusun untuk membentuk ungkapan  yang bisa dipahami dan diterima. Lebih mudahnya sintaksis merupakan gabungan beberapa kata yang membentuk menjadi sebuah kalimat dan memiliki makna dalam bentuk lisan dana tulisan.


Semantik


Semantik adalah ilmu tentang makna kata dalam sebuah kalimat, ilmu semantik mempelajari makna yang terkandung dalam sebuah kalimat baik makna yang tersurat maupun yang tersirat. Biasanya dalam mengartikan sebuah makna, kata ilmu semantik dikaitkan dengan ilmu sintaksis dan juga pragmatik.


Ilmu semantik sangat luas, karena satu kata bisa ditafsirkan beragam makna. Kata semantik sendiri menunjukkan ide yang luas. Jika seseorang ingin mengartikan kata secara tepat harus memahami juga ilmu bahasa yang lainnya. Untuk itu semantik memiliki makna sebagai ide yang luas dan kompleks.


Pragmatik


Pragmatik adalah ilmu bahasa yang terkait dengan penafsiran makna yang tersurat atau tersirat yang disampaikan oleh pembicara. Pragmatik pada ilmu bahasa juga dipahami sebagai kebiasaan kita dalam menggunakan bahasa atau ungkapan yang biasa digunakan dalam suatu daerah tertentu berbeda arti dengan penggunaannya di daerah lain.


Apa saja Fungsi Bahasa Menurut Para Ahli?


Setelah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa menurut para ahli, perlu kiranya kita mengetahui apa saja fungsi dari bahasa itu sendiri, Apakah bahasa memiliki karakteristik?


Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan ide yang terlintas dalam pikiran kita. Pasti kita akan merasa putus asa jika apa yang kita rasakan tidak dapat tersampaikan. Namun, fungsi bahasa menurut para ahli ternyata tidak sesederhana itu, masih ada hal lain yang juga tak kalah pentingnya akan kebermanfaatan keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi. Yuk kita telaah lebih lanjut.


Dalam teori bahasa Witgenstein atau teori bahasa yang berdasarkan pada gambar, menerangkan bahwasannya manusia dapat memaknai kehidupannya melalui bahasa. Bahasa dengan kehidupan sehari-hari memiliki hubungan yang inheren. Selain hal tersebut, bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan hal-hal unik yang dimiliki oleh setiap individu. 


Selain dari penjabaran di atas bahasa juga memiliki fungsi yang lebih luas dari sekedar menyampaikan keinginan. Beberapa fungsi bahasa diantaranya, yaitu:


1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. 


Jika dianalogikan pada perkembangan bahasa anak, sejak masih usia dini anak-anak belajar bahasa untuk mengungkapkan keinginannya. Ekspresi ungkapan menggunakan bahasa yang dilakukan oleh anak pastinya akan mudah sampai kepada orang dewasa dibandingkan jika sanga anak mengekspresikannya dengan cara mengangis.


Misalnya ketika mereka lapar atau haus, jika sang anak mengungkapkan dengan bahasa "ingin mimi, atau ingin mamam" maka akan leguh dimengerti bukan? KIta pun sebagai orang tua akan segera memberikan apa yang anak butuhkan.


2. Bahasa Berfungsi sebagai pengontrol Sikap dan Karakter Seseorang


Jika dalam sebuah permainan yang kita lakukan bersama anak ada perintah atau instruksi tentang hal yang harus anak perbuat. Misalnya ketika kita bermain petak umpet. jika kita telah mulai menghitung, maka sesuai kesepakatan sanga anak atau pun orang yang bersepakat terlibat dalam permainan tersebut akan segera berlari mencari tempat persembunyian.


Ini menunjukkan instruksi berupa bahasa yang diberikan kepada anak akan mengubah perilaku atau sikap sang anak. Kita bisa mencoba mengajak anak bermain permainan tradisional lainnya untuk menstimulasi kepekaan anak terhadap bahasa instruksi.


3. Bahasa Membantu Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak


Bahasa dapat membantu kita memahami sebuah pernyataan ilmiah. Menjelaskan apa yang telah terjadi di masa lalu dan mengaitkannya dengan kejadian di masa kini bahkan di masa yang akan datang. Bahasa membantu kita menyimpan sebuah informasi untuk mendapatkan analisis informasi. Bisa kita tuangkan dalam bahasa tulisan maupun bahasa lisan.


Dalam memberikan stimulasi kepada anak, dibutuhkan bahasa yang lugas dan jelas yang bisa dimengerti oleh anak, karena dengan pengucapan bahasa yang jelas anak akan mudah memahami sebuah instruksi atau pengajaran. Hal ini kan berdampak pada peningkatan kemampuan kognitif anak yang disesuaikan melalui tahapan perkembangan bahasa anak.


4. Bahasa Membantu Menguatkan Sebuah Hubungan


Sebuah hubungan akan terjalin harmonis jika  terdapat komunikasi yang baik satu sama lain. Maka dari itu bahasa bisa berfungsi sebagai penguat hubungan. Kesuksesan hubungan seseorang sangat berpengaruh dari penyampaian bahasa yang digunakan. JIka penyampaian bahasa bagus dan bisa dipahami maka tidak akan ada kesalahan dalam pengertian atau biasa disebut miss komunikasi atau komunikasi yang salah.


5.  Bahasa merupakan Alat Komunikasi yang Membedakan Kekhasan Individu


Setiap individu atau orang pasti memiliki gaya yang khas ketika berkomunikasi. Ada individu yang hanya dengan memberikan isyarat tertentu lawan bicaranya sudah paham apa yang diinginkan oleh orang tersebut. Hal ini dikarenakan memang dia memiliki gaya yang khas, sehingga bagi orang dekat yang sudah terbiasa beringteraksi dengan dia sangat mudah memahami keinginannya.


Dari beberapa fungsi bahasa menurut para ahli di atas kita dapat melihat bahwa betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia. Selain untuk berkomunikasi secara terbuka bahasa juga dapat berfungsi untuk menyatakan pernyataan yang bersifat rahasia juga peringatan dengan menggunakan kode bahasa tertentu atau isyarat tertentu.


Biasanya bahasa yang digunakan setiap orang berbeda-beda di setiap kesempatan, meski masih dalam satu bahasa. Misal bahasa yang dipergunakan sehari-hari biasanya berbeda dengan bahasa yang digunakan di kalangan akademisi. Contohnya dalam berbahasa Indonesia, biasanya kita menggunakan dua gaya bahsa.


Ada bahasa casual yang biasa kita gunakan sehari-hari dan untuk orang-orang terdekat, ada juga bahasa formal yang biasa kita gunakan kepada orang yang pertama kali jumpa, bahasa di kalangan akademisi dan yang digunakan di sebuah di instansi. 


Namun apapun gaya bahasa yang kita gunakan, setiap bentuknya memiliki karakteristik tersendiri. Apa saja karakteristik bahasa? Yuk lanjut kita bahas bersama.


Karakteristik Bahasa


1. Sistematis


Sebuah bahasa tersusun secara sistematis, teratur, ada standarnya dan juga konsisten bentuknya. Setiap kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat disusun dalam keteraturan, untuk itu ada ilmu yang dinamakan ilmu tata bahasa.


 Ilmu ini memperlajari keteraturan bahasa agar orang-orang bisa menggunakan dan berkomunikasi secara baik dan benar. Ada pola tertentu yang tidak bisa diubah, jika diubah maka maknanya akan berubah juga. Untuk itu perlu sekali mengetahui pakem dan ketentuan dalam berbahasa.


2. Arbitrari


Karakter bahasa yang kedua adalah arbitrari atau berubah-rubah sesuai dengan budaya dari tempat bahasa itu digunakan. Seperti haknya bahsa Indonesia memiliki perbedaan dengan bahasa Arab, bahasa China, Bahasa Jepang, Bahasa Korea dan lainnya.


Apa yang menjadi pembeda dan bersifat arbitrari atau berubah-rubah pada bahasa di atas? Perbedaan karakteristik Bahasa Indonesia memiliki perbedaan dengan Bahasa Arab dan juga China dari cara membaca. Tulisan bahsa Indonesia dibaca dari kiri ke kana, Bahasa China dari atas ke bawah dan Bahasa Arab dari kanan ke ke kiri.


Karakteristik ini menunjukkan Arbitrari atau berubah-rubah sesuai dengan gaya dan juga budaya yang terdapat pada masing-masing daerah dan juga juga negara. Dari segi jumlah karakter huruf pun satu sama lainnya memiliki perbedaan. Indonesia dengan huruf latinnya, Arab dengan huruf hijaiyahnya dan China dengan huruf kanjinya.


3. Fleksibel


Karakteristik bahasa selanjutnya adalah fleksibel atau bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kosa kata atau kata-kata baru banyak diciptakan di dalam tata bahasa sehari-hari ataupun bahasa resmi di kalangan akademisi, disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.


Dalam bahasa pergaulan sehari-hari pun banyak mengalami penambahan dan perubahan, misalnya banyak jargon-jargon istilah baru yang saat ini bemunculan, atau istilah bahasa gaul yang bisa secara spontan tercipta atau mungkin sengaja diciptakan.


4. Beragam


Karakteristik bahasa keempat adalah beragam atau macam-macam. Artinya meski kita menggunakan satu jenis bahasa misalnya bahsa Indonesia, tapi pengucapan setiap orang bisa berbeda gaya. Misal cara mengucapkan sebuah kata di suku Sunda berbeda dengan pengucapan beberapa kata di suku Batak. Setiap daerah memiliki dialek yang khas dan berbeda satu sama lain.


5. kompleks


Bahasa juga bersifat kompleks dalam artian umumnya semakin bagus pengetahuan berbahasa seseorang maka kemampuan berpikir dan bernalarnya juga semakin bagus. Karena disaat menjelaskan suatu ide dan gagasan diperlukan susunan bahasa yang bagus. 


Mengungkapkan bahasa membutuhkan penalaran dan daya kritis ketika mengungkapkannya serta menyusunnya menjadi kalimat yang enak di dengar dan mudah dipahami oleh lawan bicara. 


****


Meski bahasa bukan merupakan syarat  mutlak untuk membentuk dan memperdalam cara berpikir, namun bahasa bisa menjadi penunjang ke arah sana dan membantu seseorang untuk mengembangkan kemampuan yang lainnya. 


Begitu pula perkembangan bahasa pada anak akan berjalan beriringan dan saling mendukung untuk menunjang perkembangan aspek lainnya. Anak usia dini yang sudah memiliki kemampuan bahasa yang baik maka akan memiliki daya nalar yang baik pula.


Untuk itu perlu stimulasi yang diberikan secara konsisten untuk membantu perkembangan bahasa pada anak. Bagaimana caranya? Aku sedikit merangkum rumusan para ahli tentang ini pada artikel tahapan Perkembangan bahasa pada anak.


Lalu bagaiman cara atau proses perolehan bahasa pada anak? Lanjut pada artikel selanjutnya ya. See you...💕




Referensi 


Buku: Metode Pengembangan Bahasa, ditulis oleh Nurbiana Dhieni, diterbitkan oleh Universitas Terbuka, Jakarta, 2007.


Buku: Pengantar Linguistik Umum, ditulis oleh Tri Wiratno.


Jurnal Ilmiah: Makna Bahasa dalam Komunikasi, ditulis oleh Christina Purwanti dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta September 14 – 15, 2019 Organized by Faculty of Letters, Universitas Negeri Malang (UM).


https://id.wikipedia.org/wiki/

5 Cara Menjaga Fitrah Anak USia Dini. Orang tua dan Pendidik Perlu Pahami!

Rabu, 26 Juli 2023

Mendidik anak di zaman serba digital saat ini perlu penyesuaian. Baik orang tua maupun anak harus mampu beradaptasi dengan perubahan era yang perkembangannya sangat cepat. Orang tua yang pernah muda di era 1990-an tentu akan sangat berbeda dengan anak-anak yang mengalami masa muda di era 2020-an.


Konon sejak manusia ada di muka bumi ini, memikirkan masalah pendidikan dan keberlangsungan hidup dirinya sudah dirumuskan dari dulu. Tentu saja dengan berkembangnya konsep berpikir manusia, maka cara mendidik pun terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


Namun, satu yang tidak berubah, yaitu setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Sebagaimana Islam menegaskan tentang konsep fitrah anak . Orang tuanya yang akan membentuk dan mewarnai anak menjadi sosok yang diharapkan, sesuai keinginan orang tuanya. Orang tua dan lingkungan merupakan aspek penting dalam mengembangkan nilai pada anak


fitrah anak usia dini

Untuk itu fitrah anak yang masih lurus perlu dijaga dan diupayakan agar berkembang ke arah kebaikan, karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang baik secara jasmani maupun rohani.  Nah, potensi yang dimiliki anak inilah yang dinamakan fitrah. Bagus sekali jika dikembangkan sejak anak masih dalam usia dini. Kisaran berapa anak usia dini? Sainers boleh cari tahu lebih lengkap di artikel  pengertian anak usia dini.


Gempuran arus global dengan warna budaya yang beranekaragam saat ini berubah sangat cepat, sebagai orang tua kita harus berupaya terus membuat racikan ilmu mendidik yang pas untuk diberikan dan diterapkan pada anak. Baik orang tua maupun anak harus mampu berdaptasi dengan lingkungan yang ditempatinya. Menurut Abdul Rahman dalam bukunya Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak USia Dini, fitrah merupakan bagian integral untuk mengenal esensi dan eksistensi kehidupan manusia.


Salah satu fenomena yang marak saat ini adalah keberadaan gadget yang banyak merampas perhatian anak, membuat anak agak melenceng dari fitrah mereka seharusnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara alami banyak terhambat karena faktor gadget.


Ini merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Para orang tua memiliki tugas berat untuk mengurai permasalahan ini. Gadget bukan permasalahan yang sederhana. Bahkan mengancam pada pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak. Kok bisa?


Bisa, dong. Coba, deh kita pikirkan. Jika setiap harinya anak kita selalu bergantung pada gadget, berapa banyak waktu yang terbuang dan memaparkan radiasi pada mata anak? Padahal mengisi waktu dengan bermain bersama temannya atau bercerita bersama ayah bunda lebih berkualitas dan memberikan stimulasi positif di banyak area. Sehingga perkembangan anak pun bisa diupayakan secara optimal.


Selain itu, dengan menghabiskan waktu di depan gadget terkadang anak lupa makan, lupa minum bahkan sulit mengalihkan perhatiannya pada hal di luar barang kesukaannya yaitu gadget. Ironisnya banyak ayah bunda yang menjadikan gadget sebagai sarana dalam mempermudah urusan pengasuhan. Sering dengar, kan, statement kaya gini "Biarin aja, deh, biar anteng. Makan atau pun minum susunya bisa cepat dihabiskan kalau sambil nonton di gadget, atau sambil main game kesukaannya. Soalnya kalau gadgetnya diambil, malah nggak mau makan dan juga marah." Hehe, orang tua pun dihadapkan pada pilihan yang dilematis. 


Bukannya, nggak boleh banget, atau antipati banget, ya, sama gadget. Asal waktunya dibatasi sah-sah saja, kok, kan banyak juga hal positifnya. Asaal...diawasi ya, papmam. Jujurly saya juga problem banget, nih, membuat jarak yang tak terlalu dekat antara anak dengan  gadget, bahkan sering adu argument, haha. Istilah singkatnya berdebat!


Yuk, kita lihat survey dari sebuah penelitian yang dijelaskan dalam jurnal pendidikan anak usia dini yang ditulis oleh Dianing Safitri dan kawan-kawan bahwasannya anak-anak yang merasa marah jika dipisahkan dengan gadgetnya mencapai di angka 50 %  dan ada sekitar 3 % anak yang akan mengalami kemarahan luar biasa atau .


Jika keadaannya sudah begini, apakah bisa dikatakan fitrah anak masih terjaga? Kembali kepada pembahasan menjaga fitrah pada anak usia dini, perlu kita kaji terlebih dahulu, apa, sih fitrah? Saya sudah sering banget dengar istilah ini, tapi arti sesungguhnya apa, sih? Ada yang punya pernyataan yang sama seperti ini? Tos kalo gitu. Makanya, yuk kita bongkar-bongkar dulu referensi tentang pengertian fitrah.


Pengertian Fitrah


Berbicara tentang masalah firah, sepertinya banyak diantara kita tidak asing dengan istilah ini. Istilah fitrah banyak sekali diangkat dalam berbagai tema perbincangan tentang ilmu pendidikan dan parenting. Namun, apakah kita sudah paham makna dari kata fitrah itu sendiri? 


Dari sisi etimologi atau pengertian bahasa kata, fitrah secara bahasa memiliki banyak arti sesuai dengan konteks yang dikaitkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fitrah memiliki arti sifat dasar, kesucian, bakat, serta bawaan. Ibnu Manzhur menjelaskan dalam pengertian Bahasa Arab,  fitrah memiliki makna belahan, kemunculan, kejadian, dan juga ciptaan. Jika makna fitrah dihubungkan dengan manusia, maka memiliki arti pembawaan yang dihadirkan dari sejak dilahirkan.

Mengurai terminologi fitrah menurut Profesor Quraish Shihab, ada 3 penggolongan makna fitrah yang bisa diuraikan, diantaranya yaitu fitrah merupakan:


1. Dien yang Haqiqi


Fitrah Memiliki makna ad-dien yang hakiki atau agama yang benar. JIka diartikan sebagai ad-dien yang hakiki, fitah manusia mencerminkan hakikat bahwasannya setiap manusia ketika dilahirkan sudah memiliki potensi tauhid secara alami, mengakui Rabb atau Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. 


2. Kesucian


Fitrah juga memiliki makna sebuah kesucian. Hakikatnya adalah ketika manusia dilahirkan membawa potensi alami pada perilaku jujur dan memiliki kecenderungan terhadap akhlak baik dan juga memilih sesuatu hal yang mengandung kebenaran. Ini membuktikan bahwa hati nurani manusia secara keseluruhan berada dalam kondisi fitrah.


3. Asal Kejadian


Fitrah juga mengandung makna asal kejadian. Jika ditilik dari makna asal kejadian, fitrah manusia mengandung makna  bahwasannya setiap manusia selalu ingin mengetahui tentang asal usul dirinya. Dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali.


Perasaan ini akan membimbing manusia mencari hakikat dirinya, cenderung untuk berbuat kebaikan dan kebenaran yang hakiki. Ketika fitrah manusia masih lurus keseimbangan antara alam dan manusia akan terus terjaga. Untuk itu kita semua memiliki tugas untuk menjaga agar fitrah kita tetap lurus.


Konsep Fitrah Anak Usia Dini


Konsep fitrah yang akan kita bahas kali ini adalah tentang potensi anak manusia ketika dilahirkan. Fitrah pada anak tersebut kita upayakan untuk dikembangkan potensinya melalui pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya dan juga lingkungan tempat tinggalnya.


Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki anak bisa berkembang atau istilah lainnya aktuil, jika dikembangkan hanya melalui proses pendidikan dan juga stimulasi dari lingkungan. Pernyataan ini linier dengan teori pendidikan konvergensi yang dikemukakan oleh Willeam Stren, bahwasannya pendidikan dan lingkungan sangat berperan penting dan bisa dikatakan hal yang utama dalam membentuk karakter anak.

Hanya saja ada perbedaan antara teori konvergensi dan teori Islam, bahwasannya fitrah di dalam konsep Islam terkait dengan kaidah ketuhanan atau illahiyah sedangkan dalam konsep teori konvergensi yang diusung oleh para pemikir barat meniadakan konteks ketuhanan. Hal ini dinyatakan oleh Samsul Nizar.

Kita akan membahas lebih detail lagi tentang potensi fitrah anak usia dini yang mampu dikembangkan melalui upaya pendidikan yag diberikan oleh orang tuanya maupun lingkungannya. Menurut Profesor jalaluddin ada 4 potensi dasar atau fitrah yang bisa dikembangkan, yaitu:

1. Potensi Naluriah


Fitrah bisa diartikan sebagai Potensi Naluriah atau disebut juga sebagai hidayat al-gharizziyat memiliki pengertian bahwasannya manusia memiliki fitrah dalam rangka melindungi dirinya, mempertahankan diri dan juga dorongan untuk berkembang biak.

2. Potensi Indrawi 


Potensi indrawi disebut juga sebagai hidayat alhassiyat. Potensi indrawi berfungsi untuk menghubungkan manusia dengan dunia luar atau lingkungannya. Dengan potensi indrawi yang dibekali oleh Allah, yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan juga peraba, mampu membimbing manusia berhubungan dengan sesama manusia atau makhluk ciptaan Allah yang lainnya. 


3. Potensi akal 


Fitrah yang ketiga adalah fitrah naluriah(hidayat al-aqliyyat), yaitu potensi akal yang hanya dimiliki dan diberikan kepada manusia. Dengan potensi ini manusia mampu menterjemahkan simbol, hal abstrak dan menganalisa suatu persoalan.


4. Potensi keagamaan 


Fitrah lain yang dimiliki oleh manusia adalah fitrah keagamaan atau hidayat al-diniyyat. Fitrah keagamaan yang dimiliki oleh manusia menjadikan manusia makhluk yang butuh beribadah kepada yang maha kuat, yang tinggi dan berkuasa atas dirinya.

Profesor Jalaluddin menjelaskan bahwasannya manusia sangat erat hubungannya dengan pendidikan, berdasarkan atas tiga prinsip penyertanya, yaitu prinsip penciptaan, prinsip peran juga prinsip tanggung jawab.

Prinsip penciptaan menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang memiliki fungsi untuk menjaga bumi, prinsip peran menegaskan bahwa manusia diciptakan memiliki peran yang besar terhadap kemakmuran bumi, dan prinsip tanggung jawab bahwasannya manusia memiliki tanggung jawab yang besar akan keselamatan bumi.

Nah, melalui tiga prinsip di atas, menguatkan bahwa manusia adalah makhluk yang mampu diberikan pendidikan, dan pendidikan akan lebih mudah diterima ketika diberikan sejak masa anak usia dini. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa stimulasi positif yang diberikan pada masa usia emas atau golden age 1 sampai dengan 8 tahun akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan hidup ketika dewasa. Pengembangan intelejensi serta pembentukan karakter paling tepat dilakukan sejak anak usia dini.  

Bayangkan jika manusia dalam proses bertumbuh dan berkembangnya tanpa disertai pendidikan dan bimbingan dari orang yang terlebih dahulu merasakan seluk beluk dunia?Owooow, apa jadinya dunia?? Saya pribadi takut membayangkannya, terlalu acak-acakan sepertinya, arghh, sereem.

Dunia berantakan, lingkungan berantakan, tidak paham bagaimana cara menyapa, cara makan, dan tata cara serta adab lainnya dalam bertindak dan hal sederhana lainnya. Untuk itu Allah ta'ala memberikan tarbiyah atau pendidikan secara langsung kepada Nabi Adam alaihi salam serta kepada beberapa utusan-Nya yang lain, termasuk Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam.

Lalu bagaimana cara menjaga agar fitrah kita sebagai manusia tetap lurus? Seperti yang telah diungkapkan pada pernyataan di atas, bahwasannya adalah tanggung jawab setiap individu untuk menjaga fitrahnya tetap lurus. Bagaimana caranya?


Buat kita para manusia dewasa yang telah memiliki kemampuan untuk memilih tentu mempunyai kemampuan untuk menahan diri tetap pada jalur yang lurus, tinggal dikembalikan pada individu masing-masing, mau atau engga, sabar atau tidak, sanggup atau enggan. Akhirnya bermuara bahwa hidup adalah sebuah pilihan.


Namun kemampuan manusia untuk memilih dan bertahan pada fitrah yang lurus, tentunya ada upaya yang dilakukan. Seperti halnya sebuah rantai kehidupan yang saling terkait dan terus berkesinambungan. Manusia bertumbuh dan berkembang. 


Manusia bermetamorfosis. Dilahirkan, dirawat, dididik sehingga yang tadinya seorang bayi mungil melalui peran seorang yang dinamakan orang tua bayi mungil yang tanpa daya itu dapat bertumbuh dan berkembang dan akhirnya wujudnya berbah menjadi dewasa. Hidup adalah sebuah konsistensi.


Jika kita mengambil pelajaran dari analogi metamorfosa kupu-kupu. Dibutuhkan sebuah upaya dan proses untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Begitupula dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Diperlukan upaya melalui sebuah proses pendidikan demi membentuk manusia yang berkarakter dan tetap pada kelurusan fitrahnya.


Fitrah yang lurus perlu diupayakan sejak manusia dalam kandungan dan terus berlanjut ketika dilahirkan sampai akhir hayat. Namun pendidikan intensif perlu diupayakan ketika manusia masih dalam usia dini, yaitu sejak kanak-kanak dari usia 0 sampai 8 tahun. 


Memberikan pendidikan di usia dini akan mudah melekat, seperti sebuah pepatah mengatakan  mendidik di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu mendidik di kala dewasa bagaikan mengukir di atas air.


Untuk itu sebagai orang tua yang memegang amanah dalam mendidik anak-anaknya, masa ini merupakan peluang emas dalam masa pembentukan. Mengupayakan sang anak menjadi manusia yang berkarakter unggul, agar menjelma menjadi manusia berakhlak yang mampu amanah sebagai khalifatu fii al-ardi. Apa saja upaya yang perlu kita lakukan dalam menjaga fitrah sang anak agar tetap lurus? Yuk lanjut.


fitrah anak usia dini


Bagaimana Mengupayakan Fitrah Anak USia Dini Tetap Lurus?


Setelah kita memahami bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dalam menjaga fitrah anak, selanjutnya para orang tua sebagai pelaku pendidikan, harus berupaya menjadi pribadi yang baik sebagai sarana uswah yang akan dipresentasikan kepada anak, demi menjaga fitrah anak tetap lurus.

Sosok guru dan orang tua adalah role model yang akan ditiru oleh anak. Jika anak disajikan pemandangan akhlak baik dari para orang tuanya maka anak akan meniru apa yang dia lihat dan saksikan. Otak anak menurut pakar pendidikan anak usia dini Doktor maria Montessori bagaikan spons, mudah menyerap hal-hal yang ada di sekitarnya.

Sifat otak anak yang absorbent mind ini menjadikan para orang tua harus berhati-hati ketika berucap dan bertindak di hadapan anak. Lingkungan terdekat anak merupakan lingkungan yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter pada anak.

Bagaimana cara membentuk karakter baik pada anak agar cepat diserap oleh anak dan berdampak pada penjagaan anak?DR. Abdullah Nahih Ulwan, seorang ulama yang memiliki perhatian dalam bidang parenting dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam merumuskan 5 metode yang bisa diterapkan dalam pola pengasuhan dan pendidikan. Lima metode tersebut diantaranya:


1. Mendidik dengan Keteladanan


Faktor keteladanan memiliki andil besar dalam pembentukan karakter baik pada anak. Jika para orang tua dan pendidik memiliki sifat jujur, amanah, bertanggung jawab dan karakter baik lainnya, maka anak pun diharapkan akan meniru apa yang telah dia saksikan dan dia dengar.

Sangat sulit bagi anak melakukan apa yang diminta oleh orang tuanya tetapi orang tuanya tidak melakukan apa yang diperintahkannya. Untuk itu Allah ta'ala mengisyaratkan tarbiyah yang sangat berpengaruh berupa keteladanan melalui sosok utusannya yang memiliki budi pekerti yang agung yaitu Rasulullah Muhammad salallahu 'alaihi wa salam.

Allah ta'ala menganugerahi akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai gambaran yang dipenuhi kesempurnaan akhlak dan keagungannya sebagai qudwah atau contoh bagi umatnya. 

2. Mendidik dengan Pembiasaan


Bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, diupayakan agar tetap dalam fitrah lurusnya melalui usaha menanamkan pembiasaan yang baik. Orang tua harus mengupayakan pembiasaan, pendiktean dan pendisiplinan.

Anak-anak yang hidup dengan pembiasaan perbuatan baik yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dalam lingkungan yang kondusif diharapkan akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak yang baik serta keagungan jiwa dan akhlak yang mulia.


3. Mendidik dengan Nasihat


Nasihat memiliki pengaruh yang kuat dalam menanamkan kesadaran pada jiwa anak. Sebagaimana Allah ta'ala mengisyaratkan metode nasihat melalui ayat-ayat Al-Qur'an dalam memberikan tarbiyah kepada para hambaNya.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak sekali kaidah yang disampaikan berupa nasihat baik itu berupa uswah atau contoh dari para hamba yang agung dan mulia, maupun cerita atau kisah yang mengandung pelajaran dari orang=orang terdahulu.

Nasihat digunakan sebagai jalan untuk menebarkan kebaikan dan membentuk akhlak yang agung. Nasihat merupakan cara yang penting dilakukan dalam pembentukan jiwa agar selalu terarah pada kebenaran dan kebaikan.


4. Mendidik dengan Pengawasan


Pendidikan yang berdampak adalah pendidikan yang dilakukan melalui pengawasan serta perhatian yang intensif. Anak diarahkan melalui pengawasan yang baik dari orang tuanya. Pendidikan tanpa pengawasan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Dengan adanya perhatian dan pengawasan yang diberikan oleh orang tua kepada anak membuat anak menjadi pribadi yang dihargai, dibutuhkan disayang dan juga berharga, karena mendapat perhatian dari orang tuanya. Keberadaannya diharapkan oleh kedua orang tuanya.

Untuk itu berilah pengawasan dan perhatian yang penuh pada anak-anak kita di semua aspek kehidupannya demi mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.


5. Mendidik dengan Hukuman


Kasih sayang, perhatian yang tulus, menebar kegembiraan pada anak adalah hal pendukung dalam membentuk karakter unggul pada anak. Namun jangan lupa juga untuk bersikap tegas, terutama ketika anak melakukan kesalahan atau tidak patuh terhadap aturan yang diterapkan.

Mendidik dengan hukuman juga merupakan rangkaian dari sarana pendidikan yang berpengaruh teradap pembentukan karakter anak demi menjaga fitrah atau potensi dasar yang dimiliki oleh anak. Hukuman yang diberikan selagi tidak menyakitkan dan menimbulkan bekas masih sangat bijak jika diterapkan pada anak.

Jenis hukuman yang bisa diberikan untuk anak usia dini misalnya dengan tidak memberikan mainan yang dia sukai sampai dia menunaikan kewajibannya. Bisa juga dengan tidak boleh melakukan hal yang disenangi sampai dia jera dan tidak berbuat hal yang tidak diinginkan.


Demikianlah lima metode mendidik yang bisa kita terapkan pada anak dalam rangka menjaga fitrah anak agar tetap lurus. Tentu saja dalam mengaplikasikannya bisa disesuaikan dengan kondisi anak, yaitu kecerdasannya, kekuatan anak, daya paham anak serta sifat bawaan anak yang tentunya memiliki perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Penerapan metode ini harus berorientasi pada kebutuhan anak dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak serta prinsip mendidik lainnya yang bisa Sainers baca dalam artikel prinsip mengajar anak usia dini.

Closing Statement


Fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh manusia dari sejak lahir. Setiap manusia membawa fitrah yang lurus berupa ketauhidan dan cenderung pada kebenaran dan kebaikan. Peran orang tua dan lingkungan akan berpengaruh besar pada pengembangan fitrah anak. 

Untuk itu perlu pendidikan yang berdampak agar fitrah yang awalnya diwarnai dengan segala kebaikan dan nilai kebenaran akan terus terpelihara keadaannya.

Cara mengupayakannya yaitu dengan memberikan pendidikan yang berdampak. Metode yang dirumuskan oleh pakar pendidikan Islam Abdullah Nashih Ulwan bisa kita jadikan pijakan dalam mendidik anak.

Lima metode yang dirumuskan oleh Abdullah nashih Ulwan yaitu mendidik dengan keteladanan, mendidik dengan pembiasaan, mendidik dengan nasihat, mendidik dengan perhatian dan juga memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan bisa kita terapkan secara konsisten. Semiga apa yang kita usahakan bisa berdampak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati kita, karena betapa pentingnya pendidikan dari sejak dini  demi menjaga fitrah anak tetap dalam kecenderungannya untuk melakukan kebaikan dan kebenaran.


Referensi


Buku: Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Doktor Abdullah Nashih Ulwan.

Buku: Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini karya Doktor Deri Wanto dan Abdul Rahman.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Anak USia Dini Melalui 7 Fitrah karya Hulailah Istiqlaliyah dalam Jurnal Lonto Leok : Vol 5, No 2 Juli 2023.

Paper Jurnal Ilmiah: Teori Fitrah dalam Persfektif Hadits Kaitannya dengan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, karya Anida Inayah dan Usep Haerudin dalam Attractive : Innovative Education Journal Vol. 5, No. 2, July 2023 ISSN : 2685-6085.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Islami Anak Usia Dini Berbasis Fitrah di Taman Kanak-kanak, karya Dianing safitri, Abdul Rahman Rosyadi dan Imas Kania Rahman dalam  Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6 No. 6,  2022.






Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger