Kelas Blog Dasar PCW Kelas Blog From Zero To Hero

Kamis, 25 November 2021

Kelas Blog Dasar yang digawangi PCW ini terbilang sangat luar biasa, maka dari itu disebut Kelas blog from zero to hero? Kelas ini benar-benar mengenalkan cara pembuatan blog dari awal sampai menjadikan blog kita menjadi blog TLD atau Top Level Domain, alias blog berbayar.  Mentornya Mba Nia membimbing penuh kesabaran dan menerangkan dengan jelas step by step langkah pembuatannya. 


tips ngeblog


Manusia dalam usahanya untuk berubah diperlukan daya lecut yang lumayan menggugah untuk bergerak dari posisi mager alias malas gerak ke posisi bager alias banyak gerak. Entah itu yang bergerak berkaitan dengan daya pikir, daya rasa atau daya fisiknya. 

Tiga kekuatan ini lah yang menjadikan manusia menjadi manusia bermakna. Tidak hanya menjadi seonggok daging bernyawa, yang tak ada andilnya. Tentunya tiga kekuatan ini merupakan turunan dari kekuatan utama yaitu agungnya Allah sang pencipta. Hihi ….dalem banget ya pembukaannya.

Yo wis lanjut beralih ke urusan ngeblog nih ya… sesuai judulnya kelas blog dasar PCW, kelas blog from zero to hero. Bukanlah ucapan kaleng-kaleng jika kita mengatakan bahwa untuk menjadi manusia yang banyak bermanfaat maka bersahabatlah dengan dunia maya! Lho kok bisa? Tentu bisa, itu jawabannya. 

Bagaimana caranya? Gini ya …, fasilitas sosmed aka sosial media yang tersedia dan sangat beragam bentuknya itu bisa kita jadikan ajang sharing about everything. Benar-benar tentang segalanya lho! Dari mulai aktivitas kehidupan sehari-hari sampai ke event bergengsi. Sesuatu yang menurut Sebagian orang adalah hal yang sangat biasa belum tentu untuk sebagian yang lainnya. Bisa jadi itu adalah hal yang luar biasa. Untuk itu, hal yang kita ceritakan di media, pasti akan ada manfaatnya. 

Platform untuk berbagi ini sangat beragam, dan salah satunya “ngeblog”. Saya sendiri sebagai pengguna beberapa medsos, walau terbilang tak terlalu aktif, mencoba berbagi hal-hal sederhana agar bisa juga dinikmati oleh teman-teman yang singgah di account medsos saya. 

Saat ini saya berusaha untuk memanfaatkan fasilitas ngeblog alias menjadi bloger secara maksimal. Beberapa medsos sudah saya coba, dan akhirnya saya lebih jatuh hati pada platform “Ngeblog” ini.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu saya sudah memiliki sebuah Blog yang saya isi dengan resep masakan dan kegiatan sehari-hari anak-anak ketika tinggal di Jepang. Namun karena waktu itu berjalan sendiri tanpa komunitas, jadi blognya tak berkembang alias jalan di tempat. Tidak ada pemicu yang terarah dan akhirnya ditinggalkan. 

Mulai tergugah lagi ketika proses pembelajaran di masa pandemi menggunakan media online. Terlintas dalam pikiran untuk memberdayakan blog sebagai ajang sharing materi pada mahasiswa. Namun ya itu tadi “MAGER”. Padahal saat itu sudah sempat ikut pelatihan pertama untuk buat blog, namun apa daya, saat itu lagi cinta-cinta nya sama platform youtube dan belum mau move on.

Eits…tapi jangan salah, ada manfaat lain yang saya dapatkan dalam pelatihan “ngeblog” pertama saya, yaitu ketemu sama si eneng yang notabene memang seorang penulis sekaligus pemilik blog ciamik RJSP alias Rekam Jejak Sang Pemimpi, silahkan sista kunjungi blognya yang sarat dengan info-info dunia literasi di alamat Rekam Jejak Sang Pemimpi.

Dari pertemuan pertama itulah akhirnya kami punya kesempatan duduk di kelas-kelas pelatihan berbarengan. Namun karena si eneng Karunia ini seorang pembelajar yang aktif, ilmu beliaunya berkembang sangat cepat. Ilmu “ngeblognya” bener-bener beliau manfaatkan untuk berbagi ilmu dan menyalurkan hobinya. 

Sesuai dengan slogan blognya “Menulis adalah Laksana Terapi” Yup,…. bener banget memang begitu adanya. Menulis itu benar-benar terapi buat jiwa. Menulis itu tempat curhat yang tidak pernah akan protes dengan segala curhatan-curhatan kita apapun bentuknya, … hihi.

Sampai pada akhirnya kemampuan “ngeblog” nya, mampu mendampingi kami di kelasnya yang bertajuk “kelas Blog Dasar” yang digawangi oleh Perkasa Creative Writing.


kelas blog 2021


Judulnya sih blog dasar tapi materinya daging banget, bahkan pesertanya digiring untuk langsung memiliki domain. Luaaar biasa! Kereen syekali kalo menurut saya. Kenapa kami para peserta langsung tertarik untuk membeli domain? Karena sang tutor, Nona Karunia Sambas, membuka wawasan kami dengan menjabarkan apa saja keuntungan memiliki blog yang sudah berdomain. 

Sista pingin tau salah satu keuntunganya? Menggiurkan banget ini sih! Tau kan yaa? Iyaaap betul, Ngeblog bisa jadi ladang untuk menghasilkan cuan ternyata. Bener kaaan pasti kalo sudah nyangkut masalah cuan, bikin jadi semangat, hehe… iya apa iya…? Syaratnya, blognya harus aktif diisi dengan postingan yang menarik dan sudah berdomain. 

Yuk buruan deh ngeblog. Kalo sudah tau gini, ga menutup kemungkinan kan, melalui “ngeblog” bisa menuntun kita From Zero to Hero. Cheers…semangat… Saya sih berharap banget Mba Nia bakal buka kelas ini untuk batch 2 nya. Semoga yaa…! Supaya sista yang berminat untuk ikut ngeblog, bisa memiliki kesempatan juga mengikuti kelas blog dasar ini. Salam literasi.

Media Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Minggu, 21 November 2021

Media Pembelajaran Anak Usia Dini - Menurut Sista, pentingkah sebuah media pembelajaran digunakan dalam sebuah proses pembelajaran? Apa manfaatnya? Bisakah sebuah proses pembelajaran berjalan, tanpa adanya media pembelajaran? Coba Sista telaah cerita tentang kembang api ini! Alangkah menariknya konsep mengenal sains yang disuguhkan kepada anak melalui story telling. Ini semua berkat media pembelajaran.


Menurut analisa saya, proses pembelajaran bisa tetap berjalan meskipun tidak ada media, namun tentunya kurang efektif. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memaknai suatu kebenaran. Untuk itu agar kita lebih memahami urgenitas media dalam pembelajaran, kita ulas pembahasannya di bawah ini dengan menjabarkan, apa pengertian media, apa pengertian pembelajaran itu sendiri lalu selanjutnya kita lebih coba memahami apa yang dimaksud dengan media pembelajaran. Apa manfaat, jenis, fungsi, sampai bagaimana merancang media pembelajaran.




Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Beberapa ahli memberikan batasan pengertian tentang media sebagai berikut (Zaman dan Eliyawati, 2010):


Media adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interest antara guru dengan anak dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. 

Pengertian Pembelajaran

Badru Zaman dalam bukunya menerangkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran.

Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Secara khusus terkait metodologi pembelajaran, aspek ini terkait dengan dua hal yang saling menonjol yaitu metode dan media pembelajaran. Media memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar pada siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Jika ditinjau dari perpektif komunikasi, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media; salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. Secara sederhana pembelajaran sebagai proses komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



Sumber: Modul bahan ajar PPG


Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Umar Hamalik, Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.

Salah satu makna media belajar adalah bahan rujukan materi atau sumber belajar yang digunakan guru untuk disampaikan kepada anak. Sumber rujukan dapat dikatakan sebagai referensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien. Sumber belajar tidak hanya berupa buku tetapi dapat film, CD, lingkungan, orang (guru dan anak sendiri), pesan, benda-benda dan kegiatan yang dilakukan dengan media audio (suara hewan, lagu, cerita).

Media pembelajaran adalah alat bantu mengajar yang digunakan guru dan mempunyai fungsi dapat lebih menjelaskan maksud serta tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Pada media pembelajaran terdapat unsur informasi yang akan disampaikan kepada anak, agar dapat mempermudah anak untuk menangkap dan pemahami apa yang akan disampaikan guru. Selain itu, fungsi media pembelajaran adalah untuk menarik perhatian anak agar dalam kegiatan pembelajaran dapat fokus memperhatikan penjelasan maupun arahan guru selama ada di dalam kelas.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian penerima pesan untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Manfaat Media Pembelajaran

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran (Hikmah, 2019), diantaranya adalah:

  1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
  3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
  4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
  5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
  6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  7. Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.

Sementara itu Kemp dan Dayton mengemukakan beberapa manfaat media (Hikmah, 2019), diantaranya yaitu:

  1.  Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
  2.  Pembelajaran dapat lebih menarik.
  3.  Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
  4.  Waktu pelakasanaan pembelajaran dapat diperpendek.
  5.  Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
  6.  Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan.
  7.  Sikap positif siswa terhadap materi pelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
  8.  Peranan guru ke arah yang positif

Jenis Media Pembelajaran

Keragaman dan jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangat banyak dan variatif oleh karena itu dalam perkembangannya timbul usaha-usaha untuk mengelompokkan dan mengklasifikasi media-media tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Para ahli yang tercatat dalam proses pengkalifikasian tersebut antara lain: Rudy Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, Allen, dan lain-lain. 

Namun demikian dari beberapa pengelompokkan media yang mereka lakukan belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu sistem pembelajaran. Bahkan tampaknya memang tidak pernah akan ada sistem pengelompokkan yang sahih dan berlaku umum. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahan ajar ini jenis media tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok besar sebagaimana yang digambarkan dalam bagan berikut.

Sumber: Modul Bahan Ajar PPG

Dari bagan di atas, kita dapat melihat bahwa media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Di bawah ini secara singkat diuraikan keterangan dari masing-masing jenis dan karakteristik media pendidikan tersebut.

1. Media Visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang menggunakan alat proyeksi (disebut proyektor) di mana gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion pictures).

2. Media Audio. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio.

Penggunaan media audio dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media lainnya. 

Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan apabila Anda akan menggunakan media audio untuk anak usia dini yaitu:
  • Media ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak. Sedangkan kita mengetahui bahwa anak usia dini masih berpikir konkrit, oleh karena itu penggunaan media audio bagi anak usia dini perlu dilakukan berbagai modifikasi disesuaikan dengan kemampuan anak. 
  • Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding media lainnya, oleh karena itu jika akan menggunakan media audio untuk anak usia dini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak. c. Karena sifatnya yang auditif, jika Anda ingin memperoleh hasil belajar yang yang dicapai anak lebih optimal, diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.

3. Media Audio-Visual Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh dari media audio visual ini di antaranya program televisi/video pendidikan/instruksional, program slide suara, dsb.

Fungsi Media Pembelajaran

        Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, diantaranya yaitu:

  1. Fungsi Atensi. Media pembelajaran memiliki fungsi untuk menarik dan mengarahkan perhatian anak agar dapat berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
  2. Fungsi Afektif. Media pembelajaran berfungsi untuk melihat tingkat kenikmatan anak ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap anak, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau rasa.
  3. Fungsi kognitif. Media Pembelajaran berfungsi memperlancar pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
  4. Fungsi kompensatoris. Media visual berfungsi memberikan konteks untuk memahami teks, selain itu juga membantu anak yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses belajar mengajar. Terlebih bagi anak hiperaktif media visual (gambar merupakan salah satu media yang apat digunakan untuk memusatkan perhatian anak.

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya computer dan perangkat digital lainnya yang bisa dilengkapi dengan internet.

Merancang Media Pembelajaran Anak Usia Dini (AUDI)

Langkah-langkah dalam perencanaan media secara umum dapat dirinci sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Perumusan tujuan instruksional (instructional objective).
3. Perumusan butir-butir materi yang terperinci.
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
5. Menuliskan naskah media.
6. Merumuskan instrument, tes dan revisi.

Merancang sebuah media untuk aktivitas bermain anak perlu merinci kebutuhan akan media tersebut. Pendidik perlu melakukan identifikasi kebutuhan media yang dapat dirancang oleh Pendidik PAUD.

Persyaratan dalam memilih dan menggunakan media pada kegiatan pembelajaran anak usia dini, media yang diutamakan adalah media riel (nyata), media model, gambar, flash card, panggung boneka, flip card dan lain-lain. Media pembelajaran untuk anak usia dini yang digunakan guru harus dapat dilihat, dipegang dan diraba oleh anak, karena secara kognitif perkembangan berpikir anak usia dini masih dalam kelompok operasional kongkrit. Ukuran media pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai kebutuhan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Media Pembelajaran Sains Aud dan Cara Membuatnya

Salah satu contoh yang dapat dikenalkan pada Anak Usia Dini dalam keterampilan Sains AUD adalah mengenalkan penggunaan arah jarum jam atau mengenalkan waktu pada anak.

Nama Alat Permainan : PUZZLE JAM
Fungsi Puzzle jam ini untuk anak adalah Anak dapat mengenal waktu, mengenal lambang bilangan, mengatur angka-angka membentuk deretan yang sesuai dengan arah jarum jam.

Bahan yang diperlukan :

1. Triplek ukuran 30 - 20 cm.
2. Cat kayu aneka warna sesuai desain.
3. Kuas untuk mengecat.
4. Lem kayu

Teknik Pembuatan :

1. 2 buah triplek dipotong dengan ukuran yang sama.
2. Satu bagian dibuat lukisan yaitu gambar jam dan diberi jarum penunjuk.
3. Sebelum dipotong gambar terlebih dahulu dicat/diwarnai.
4. Bagian lain direkat menggunakan lem kayu.
5. Sebelum dicat sebaiknya tumpulkan dahulu bagian-bagian yang runcing dengan menggunakan amplas.

Cara Penggunaan: Keping-keping diambil, anak diminta untuk menyusun kembali angka-angka sesuai dengan arah jarum jam.




Referensi


Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

Hikmah,  Perkembangan dan Belajar Anak Usia Dini, Modul 2 PPG Bagi Guru PAUD, Jakarta: Kemendikbud, 2019.

Hikmah, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta: Suryakanta Press, 2012.

Sudjana dan Rivai, Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru, 1997.

Sudono, Anggani, Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2000.

Tim GTK DIKDAS, Modul Belajar Mandiri TK/PAUD, Direktorat GTK Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2001.

Zaman, Badru dan Cucu eliyawati, Media Pendidikan Anak USia Dini, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010.




Dampak Buruk Gadget, 5 Tips Agar Anak Tidak Candu pada Gadget

Pagi itu dalam sebuah seminar parenting, dokter Tiwi, seorang dokter spesialis anak lulusan FKUI ini, menceritakan tentang seorang anak yang tidak bisa berkonsentrasi duduk diam di tempat, selalu berputar-putar tanpa kenal lelah. Usut punya usut melalui Analisis dan penelitian, ternyata anak dengan kondisi seperti ini, terindikasi kecanduan alat digital sejak bayi. Entah itu disuguhkan tontonan dari televisi ataupun gadget di hampir sebagian besar waktunya.



Anak merupakan karunia yang harus dijaga dan diarahkan. Makhluk titipan Allah yang diberikan kepada orangtuanya ini butuh bimbingan dan diberikan pendidikan yang memadai. Adalah tanggung jawab orang tua dalam menjaga kesehatan fisik dan psikis anak. Pendidikan yang terarah dan berkesinambungan perlu ditanamkan pada anak dari sejak dini. 

Dokter Maria Montessori seorang pakar anak usia dini di dalam Gettman mengatakan bahwa secara fundamental anak usia dini berbeda dengan orang dewasa. Pikiran anak bagaikan spons, mudah menyerap materi, terutama pada rentang usia 0 – 3 tahun. Masa ini merupakan pembentukan yang paling utama atau formatif. fundamental sebagai pijakan perkembangan sampai usia dewasa.

Alangkah bijaknya jika para orangtua membekali dirinya dengan ilmu Pendidikan orangtua atau lebih dikenal dengan istilah ilmu parenting. Dengan tujuan agar pendidikan yang diberikan kepada anak lebih terarah, dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang bagaimana memecahkan masalah yang terjadi pada anak.

Dampak buruk gadget sebagaimana yang dipaparkan oleh dokter spesialis jiwa dan psikiatri, Kristiana Siste, bahwa gadget memiliki dampak yang buruk terhadap Kesehatan jiwa anak. Bahkan parahnya, kesalahan tindakan yang dilakukan ketika masa kecil akan berdampak sampai dewasa. mengetahui fakta ini, tentunya kita sebagai orang tua, akan mengupayakan yang terbaik untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis anak.
 

#Faktor Risiko yang Ditimbulkan Jika Anak Ketergantungan pada Gadget


Apa saja faktor risiko ketergantungan gadget terhadap kejiwaan Anak? Dipaparkan oleh dr. Kristiana Siste, Sp.Kj(K), diantaranya yaitu:

1. Anak akan kekurangan kepercayaan, keterbukaan dan kepatuhan.
2. Mengalami kelebihan perasaan dalam hal kecemasan, kebencian, depresi dan impulsive.
3. Kehilangan tahap perkembangan diri yang normal.
4. Sebagian besar waktu dalam hidupnya diisi dengan penggunaan internet.
5. Kurang inisiatif.
6. Kurang mampu mengatasi masalah.
7. Hubungan intra personal yang buruk dan antipati terhadap lingkungan sosial.

Yang lebih ditakutkan lagi dampak buruk yang disebabkan ketergantungan gadget adalah adanya kerusakan pada otak bagian depan yang memiliki fungsi eksekusi untuk perencanaan penentuan prioritas dan gangguan fungsi kognitif.

Selain itu juga terdapat gangguan pada sistem limbik otak yang berperan terhadap empati dan emosi terhadap sesama, cenderung temperamen dan seringkali mengalami tantrum. Memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga, memiliki nilai dua kali lebih buruk, agresifitas tinggi, kemarahan yang tak terkontrol dan meningkatnya distraksi bahkan beresiko gampang untuk memutuskan bunuh diri. serem banget ngebayanginnya ya!?

Faktor Penyebab Anak Ketergantungan pada Gadget

Apa saja sih yang menyebabkan anak bisa ketergantungan pada gadget? Banyak faktor yang mendorong ke arah sana. Penerapan pola asuh yang salah dari orang tua menjadi penyebab utama anak ketergantungan pada gadget. 

Orangtua adalah figur  yang dapat memberikan contoh nyata bagi anaknya. Perilaku  orangtua akan sangat membekas pada perilaku anak. Orang tua yang kesehariannya mengisi hari-harinya dengan berasyik masyuk menggunakan gadget, mengakibatkan anak untuk cenderung meniru hal yang serupa. 

Anak selalu memperhatikan polah tingkah orangtuanya dan akan dengan cepat meniru hal yang dilakukan orangtua. menyaksikan ketergantungan orangtuanya pada gadget anak pun akan gandrung pula dengan gadget. 

Faktor lain adalah tingkat kesibukan orangtua yang tinggi. Hal ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap anak menjadi kurang. Orang tua yang banyak menghabiskan waktunya di luar seringkali menyerahkan pengasuhan anak pada “Mba” atau “Baby Sitter” yang notabene akan mengambil jalan “Asal Anak Senang” dengan membiarkan kegiatan apapun asal anak bisa tenang maka akan diberikan tanpa menerapkan aturan main.


#Ciri Anak yang Ketergantungan pada Gadget


Apa saja ciri-ciri anak yang sudah memiliki ketergantungan pada gadget? 
Masih dituturkan oleh dokter Kristiana, anak yang sudah kecanduan dan ketergantungan pada gadget cenderung merasa depresi, cemas, merasa sepi dan sendirian sehingga sulit mencari teman dan membentuk relasi bila tak ada gadget di sampingnya atau di genggamannya. gadget sudah selayaknya sahabat sejati yang akan dia temani terus dan menemani dia terus. Jiwanya serasa tak sempurna bila gadget tak di sampingnya. Duh...duh...udah kaya ke belahan jiwa aja yaa perlakuannya. hihi.

#5 Tips Pencegahan Anak Ketergantungan pada Gadget





Lalu, bagaimana pola asuh yang tepat di era digital ini … ? Era dimana akan menjadi sangat sulit jika one hudreth percent menjauhkan anak dari gadget. 

Lima tips berikut bisa dijadikan terapi kejiwaan sebagai solusi menghindarkan anak dari ketergantungan gadget sejak dini. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah:

Pertama yang dilakukan adalah memberikan pengertian pada anak tentang bahaya bila menggunakan gadget terlalu lama, dengan menyuguhkan hal-hal yang informatif, melalui gambar, video atau artikel bacaan jika anak sudah cukup mengerti.

Kedua, membangun hubungan yang nyata, misalnya arahkan anak untuk bermain di lingkungan rumahnya bersama teman sebaya, dari sini anak akan mengisi waktunya dengan kegiatan sosial yang akan membawanya kepada hubungan sosial yang baik kelak.

Ketiga, mengajak anak berkomunikasi dan berpikir, dengan cara sering melakukan diskusi dengan anak melalui permainan yang menarik minat anak, melakukan pembelajaran sambil bermain, melibatkan anak dalam aktifitas sehari-hari, menyediakan buku-buku dengan tema yang menarik perhatian anak dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak harus diusahakan  dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga anak menjadi fun, enjoy dan happy.

Keempat, ciptakan hubungan dan kerjasama yang baik dalam keluarga. Misalnya dengan mengadakan kegiatan piknik terjadwal, sesekali makan di luar dengan suasana yang menyenangkan dan dilakukan bersama anggota keluarga.

Kelima, Membuat perjanjian kontrak antara anak dan orangtua tentang jadwal terencana bermain gadget, dan menemani anak sebisa mungkin ketika menggunakan gadget, sehingga orangtua bisa memberikan arahan dan pengetahuan yang baik tentang tayangan yang sedang dilihat oleh anak.

Yuk, Bunda sebisa mungkin cegah anak kita agar tidak ketergantungan pada gadget sejak dini. Usaha yang diupayakan dengan sungguh-sungguh pastinya akan memberikan hasil baik. Dan jangan lupa menyisipkan doa di setiap usaha kita, karena setiap do'a harus linier dengan apa yang diusahakan. Semangat untuk tetap menjaga buah hati, ya bunda.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger