Tampilkan postingan dengan label Mengenal Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mengenal Tokoh. Tampilkan semua postingan

Teori Belajar Jean Piaget

Jumat, 26 Agustus 2022

 Hai Sains, Suka terkesima, nggak, ketika mendengar seorang anak kecil sudah mampu menerbitkan artikel ilmiah di jenjang usia yang masih terhitung anak-anak? Kalau saya pribadi merasa takjub dengan fenomena seperti ini. Anak-anak di usianya yang masih sangat muda namun sudah memiliki prestasi gemilang.


Suka penasaran,  sama isi otaknya, kok, bisa memiliki pola pikir layaknya seorang dewasa. Apakah ini dampak dari pola asuh orangtuanya? PAsti sedikit banyak ada pengaruhnya, ya!? Nah, sosok yang akan saya ceritakan kali ini adalah seorang tokoh yang telah memiliki prestasi di usia yang terbilang masih anak-anak.  Siapakah dia? Yuk kenalan lebih dekat!


Biography Jean Piaget


Jean Piaget, telah berhasil menerbitkan artikel ilmiah di usianya yang masih 11 tahun yang berjudul Burung Gereja Albino. Dia menerbitkan 60 buku ilmiah dan ratusan artikel.


Bapak Piaget bisa menyelesaikan pendidikan sarjananya di usia 18 tahun dan gelar doktor diraihnya dalam usia 21  tahun Amazing!! Menyelesaikan doktoralnya dalam bidang ilmu alamiah. Keren, ya. Saya usia segitu strata satu pun belum lulus, haha.


teori belajar piaget


Piaget lahir pada bulan agustus tahun 1896 dan meninggal di tanggal 16 september 1980, dilahirkan di daerah kota kecil di Swish. Ayahnya adalah seorang profesor Sastra di universitas Neuchatel.


Bisa dibayangkan betapa jeniusnya Jean Piaget ini, masyaallah tabarakallahu. Sebenarnya Bapak Piaget adalah seorang ahli biologi, namun akhirnya memiliki ketertarikan terhadap dunia anak. Sama halnya dengan Madam Maria Montessori yang seorang dokter ahli bedah, namun akhirnya memiki ketertarikan pada ilmu perkembangan motorik anak, Juga Mr. Frederich Froebel yang dinobatkan menjadi bapak taman kanak-kanak dunia, dan mengakhiri masa hidupnya bersama anak-anak dan konsent terhadap pendidikan anak usia dini.


Madam Maria Montessori berkeliling dunia bukan karena ilmu kedokterannya, melainkan karena teorinya atau metode montessori yang dia rancang sebagai metode yang diterapkan peruntukannya bagi anak usia dini yang mengalami kelainan atau cacat. Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara  pun memilki ketertarikan dengan dunia anak, untuk itu TK. Taman Siswa adalah taman kanak-kanak pertama yang didirikan di Indonesia.


Begitu pun dengan Piaget. Bapak Piaget terkenal denagn teori belajarnya, bukan teori biologinya. Teori yang dia teliti awalnya diuji coba kepada anak-anaknya, dengan mengamati perkembangan intelektualnya. Selanjutnya untuk menguatkan kembali riset tentang torinya, Piaget melakukan uji riset terhadap ribuan anak.


Teori yang dikembangkan oleh Bapak Piaget ini merupakan cikal bakal dari teori belajar kognitif yang dikembangkan olehnya.


Teori Belajar Jean Piaget


Teori belajar Piaget menjabarkan bahwa perkembangan anak terjadi karena adanya proses active learning. Piaget menjelaskan, jika anak ingin berkembang secara intelektual, maka harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, agar seluruh panca inderanya bisa berfungsi dan diikutsertakan secara aktif dan optimal.


Piaget mengembangakan teorinya melalui pengamatannya terhadap berbagai macam tipe anak. Sampai pada akhirnya dia menemukan seorang anak dengan jawaban sangat unik dalam sebuah tes yang diberikan.


Dari Hasil penelitiannya, Piaget menyimpulkan bahwa:


  1. Dalam mengembangkan kognitifnya, anak harus dilibatkan secara aktif dalam berpikir
  2. Tidak hanya kegiatan berpikir yang penting bagi anak, namun harus diseimbangkan juga dengan kegiatan mental.
  3. Pengalaman sangat penting untuk mengembangkan struktur mental pada anak.
  4. Lingkungan akan membantu anak untuk berkembang. Interaksi antar anak, lingkungan fisik dan sosial pada anak memperngaruhi kematangan perkembangan pada anak.


teori piaget


Selain itu juga Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif dibagi menjadi 4 fase, yaitu:


1. Fase sensori motor, yaitu berada pada rentang 0 - 2 tahun


Anak banyak menggunakan panca indranya di usia ini, yaitu melalui gerakan yang dibawanya dari sejak lahir, seperti menggengam, menghisap, memandang dan melempar. baru di usia menjelang 2 tahun, anak sudah menggunakan benda yang dipegangnya untuk maksud yang berbeda. Misal, ketika sedang memegang bola, pada usia menjelang 2 tahun, anak akan spontan melempar bola yang ada di tangannya ketika melihat ayam yang akan berusaha mendekatinya.


2. Fase pra operasional, yaitu berada pada rentang 2 - 7 tahun


Masa ini merupakan masa anak untuk membangun pikirannya, karenanya pada fase ini pola berpikir anak belum tersusun dengan rapih. bapak Piaget membagi lagi ranah berpikir anak menjadi 3 bagian, yaitu:


Berpikir Secara Mimbolik 

Pada usia ini anak mulai bisa  berpikir dengan cara menggambarkan objek yang tidak ada di hadapannya melalui kemampuan bahasanya yang mulai bertambah. Daya imajinasi anak mulai berkembang, sehingga dia memilki cara pandang berbeda dalam permainannya. 


Berpikir Secara Egosentris


Anak menilai dunia dengan cara egonya sendiri dan cara pandangnya sendiri, sehingga belum bisa menyelaraskan cara pandangnya dengan cara pandang orang lain.


Berpikir Secara Intuitif


pada fase ini anak sudah mampu mengklasifikasikan objek, dan menyusun benda sesuai dengan kelompoknya, menyusun balok, walau pada hakikatnya anak belum mengetahui maksud dan maknanya.


3. Fase operasional Konkret berada pada rentang usia 7- 12 tahun


Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan berpikir logis, asalkan benda ynya ada di hadapannya. Pada usia ini anak sudah mulai mampu memahami cara pandang orang lain dan berpikir secara deduktif.

4. Fase operasional Formal (12 tahun) pada rentang usia 12 tahun ke atas.


Anak mulai mampu berpikir secara abstrak, mulai bisa mendeskripsikan benda walau tak nampak di hadapannya. Anak mulai bisa berpikir secara ilmiah, dengan menyusun hipotesis dan berusaha untuk membuktikannya.


teori belajar piaget



Summary


Demikianlah teori belajar yang dirumuskan oleh Jean Piaget. Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa anak akan berkembang daya nalarnya bila dilibatkan secara aktif dalam sebuah kegiatan, agar seluruh indra yang dimilikinya bisa distimulasi secara optimal.

Konsep belajar di era ini mengikuti teori yang dirumuskan oleh Jean Piaget. Pada saat ini, anak-anak diminta untuk aktif berpikir dan terlibat dalam sebuah kegiatan. Bukan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, namun langsung terjun ke permasalahan dan ikut aktif terlibat.

Dengan cara ini, diharapkan anak akan lebih berkembang daya intelektualnya, karena dibiasakan untuk selalu berpikir. Demikianlah kenalan kita dengan teori belajar Jean Piaget dan sedikit biography tentangnya, kapan-kapan kita bahas penerapan teorinya untuk anak, yaitu teori kognitivisme, atau juga konstruktivisme. Salam semangat!!


Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan Pemikirannya Ki Hajar Dewantara

Minggu, 31 Juli 2022
Siapa yang tidak kenal dengan bapak Ki. Hajar Dewantara. Saya rasa semua kenal dengan tokoh Nasional ini. Bukan hanya orang-orang yang bergerak dalam dunia pendidikan, khalayak umum pun selayaknya kenal dengan tokoh pendidikan nasional ini.


tokoh pendidikan anak usia dini

 

Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan pemikirannya Ki Hajar Dewantara menggugah saya untuk menuliskannya dalam Ruang Narasi dan Isnpirasi Nita. Sains terkejut dengan pernyataan bahwa Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai tokoh pendidikan Anak Usia Dini?

Pastinya engga, dong, ya! Pasti ngerti, khan? Iya, dong, masa ga ngerti (bertanya pake ala-ala Kinan)

Kenal Ki Hajar Dewantara Lebih Dekat


Seperti yang telah kita tahu, bahwa Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan nasional yang juga merupakan Menteri pedidikan, di era kemerdekaan Indonesia.

Kecintaannya pada dunia pendidikan tidak diragukan lagi, bahkan diakui secara nasional, sehingga tanggal lahirnya pun diabadikan sebagai hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 mei, sesuai denagn keputusan presiden yang dikeluarkan tahun 1959 No. 305.

Ki Hajar Dewantara merupakan keturunan ningrat berdarah Yogyakarta. Kaum berpendidikan di masa dahulu adalah khusus untuk kaum bangsawan dan kaum petinggi yang memiliki kedudukan serta jabatan. Tidak seperti sekarang, pendidikan bisa dinikmati oleh segala lapisan, asal memilki keinginan mengenyam pendidikan, maka siapa pun bisa.

Untuk itu bisa dipastikan bahwa kaum pendahulu di era penjajahan, kalangan yang mampu mengenyam pendidikan tinggi adalah orang-orang yang memiliki kedudukan.

Ki Hajar Dewantara yang dilahirkan di era penjajahan pada tanggal 2 mei 1889, sangat beruntung terlahir dari kaum berada, sehingga Soewardi Soerjaningrat yang merupakan nama asli Ki Hajar Dewantara, bisa mngenyam pendidikan dengan sangat baik.

Sekolah pertama yang didirikannya diberi nama Taman Siswa sampai sekarang masih beroperasi

Pemikiran Dasar Ki Hajar Terkait Pendidikan


Sistem pendidikan yang kala itu dijadikan landasan adalah sistem pendidikan dengan pemberian sangsi dan hukuman. Ketambah lagi budaya rasis benar-benar dikedepankan. Perlakuan terhadap bangsa pribhumi dengan kaum kolonial sangat berbeda.

Dari sini Ki hajar ingin sekali merubah prinsip pendidikan yang tidak manusiawi ini dengan pendidikan yang seimbang dan manusiawi.

Cipta, Rasa dan Karsa. Ini yang menjadi landasan berpikir Ki Hajar tentang kejiwaan manusia. Dari sinilah Ki Hajar mengembangkan pikirannya terhadapa unsur psikologis yang dimiliki manusia menjadi pengembangan konsep pendidikan yang seimbang.

Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengembangkan tiga aspek ini yaitu cipta, rasa dan karsa secara seimbang. Pendidikan yang menitikberatkan hanya pada aspek cipta atau daya pikir, menjadikan manusia tumbuh menjadi sosok yang kurang humanis dan manusiawi.

Untuk itu Ki hajar menyertakan karsa dan rasa. Karsa mengandung arti kehendak atau keinginan serta gerak. Sedangkan rasa mengandung arti hati atau akhlak. Sayangnya hingga saat ini pun sistem pendidikan di kita masih menitikberatkan pada aspek cipta.

Pemikiran Ki Hajar dalam mengembangkan 3 aspek ini dalam proses pendidikan dipertahankan sampai sekarang dan lebih popular dengan sebuatan 3 ranah pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia akan lebih manusiawi jika dia mengerti tentang budaya tempat ia hidup atau budaya di lingkungannya. Dengan memahami budaya di lingkungannya, manusia bisa lebih mampu memaknai keberadaannya, untuk apa dia hidup dan akan kemana nantinya.

Ide Gagasan “Among” dalam Sistem Pendidikan Ki Hajar


Menurut Ki Hajar, manusia merdeka adalah manusia yang mampu menghargai keberadaan manusia lainnya.

Sistem pendidikan ‘Among” yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara adalah system pengajaran yang berdasarkan asih, asah dan asuh. Sesuai dengan pepatah yang diusungnya.

Educate the head, the heart, and the hand. ~Ki Hajar Dewantara~


Selain system pengajaran yang dilandasi dengan asih, asah dan asuh. Pendidikan juga harus diterapkan dalam 3 ranah, yaitu ranah keluarga, sekolah dan juga lingkungan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama yang yang didapatkan.

Sistem among yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah terdiri dari

Ing ngarso sing tuludo


pendidik berada di depan dan memberikan keteladanan, seperti layaknya pendidikan yang diterapkan pada anak usia dini, tidak terlalu memberikan banyak petuah dan nasihat tapi lebih kepada uswah atau keteladanan.

Ing Madya mangunkarso


Pendidik berada di tengah memiliki arti banyak memberikan motivasi untuk membangkitkan kemauan peserta didik untuk lebih mau berkarya.

Tut Wuri Handayani


Pendidik berada di posisi belakang untuk selalu memberi dorongan agar para anak didik mampu mandiridan bekerja sendiri.

Ketiga hal ini dikembangkan sesuai dengan umur anak dan keadaan anak. Pendidik harus mempunyai sifat ing ngarso sungtuludo, ing madya mangunkarso, tut wuri handayani. Anak diberikan bimbingan dan arahan, namun tetap diberikan kebebasan namun tetap diberikan motivasi dan dorongan.

 Ki Hajar DewantaraTokoh Pendidikan Anak Usia Dini dan Pemikirannya


Pemikiran beliau tentang Pendidikan Anak Usia Dini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Maria Montessori dan juga Frobel.

Pendidikan Anak Usia Dini yang diterapkan oleh Ki Hajar lebih diutamakan kepada 2 hal yaitu pendidikan karakter dan pendidikan among.

1. Pendidikan Karakter


Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini bukan berupa mata pelajaran, tapi lebih ditekankan pada penanaman nilai dan moral, bertujuan untuk membentuk manusia berkarakter baik.

Pendekatan yang dilakukan adalah melalui contoh teladan, mendongeng, dan bermain, dengan menekankan pada karater dan moral dalam nilai adat istiadat, sopan santun dan perilaku.

2. Pendidikan Among


Seperti yang telah dijelaskan di atas tentang sistem among yang terdiri dari ing ngarso sing tuludo, ing madya mangunkarso, tut wuri handayani.

Ketiga hal di atas merupakan alat pendidikan yang dapat melancarkan keberhasilan program pendidikan.

Ketiganya direalisasikan melalui 4 nilai yaitu motivasi, reinforcement (penguatan), Reward (Penghargaan) dan Punishment (sangsi).

***

Demikian sekelumit tentang tokoh pendidikan anak usia dini dan pemikirannya Ki Hajar Dewantara. Semoga kita bisa terus meneladaninya. Terimakasih Bapak Pendidikan. Jasa-jasamu tetap akan kami kenang dan amanatmu akan kami upayakan untuk tetap menjalankannya. 



Maria Montessori Dokter Perempuan Pertama di Itali Penggagas Metode Montessori

Minggu, 06 Februari 2022

Sahabat insnita, sudah kenalkah dengan tokoh pendidikan perempuan yang satu ini? Ya...beliau adalah Ibu Maria Montessori, seorang tokoh Pendidikan Anak Usia Dini penggagas metode Montessori. Awalnya metode Montessori diperuntukkan bagi Anak usia dini, namun kini metode ini telah berkembang digunakan juga pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Pada postingan kali ini, saya ingin bercerita sedikit tentang perjalanan karir dari seorang Maria Montessori.




Maria Montessori lahir di Italia 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, sebuah Propinsi kecil di Ancona, Italia. Dia adalah seorang anak tunggal. Ayahnya Alessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau negara dan pejabat sipil yang posisi ekonominya berada di kelas menengah borjuis Eropa. Ibunya adalah Renilde Steppani, perempuan berpendidikan dari keluarga terpandang yang sangat mendukung penuh keinginan putrinya untuk menjadi seorang engineering dan seorang dokter yang pada saat itu termasuk hal yang melawan adat istiadat gender abad ke sembilan belas di Italia. Kala itu perempuan Italia tidak diberi kesempatan pendidikan yang sama dengan kaum pria.

Namun berkat kepintarannya, Maria berhasil memenangkan beberapa peluang istimewa untuk mengenyam pendidikan tinggi, walau selama di universitas dia dikucilkan karena merupakan mahasiswa wanita satu-satunya. Namun melalui kesempatan presentasi yang diberikan kepadanya dia mampu membuat mahasiswa yang lainnya berdecak kagum atas kecerdasan dan wawasannya yang luas.  Kepiawayannya dalam berorasi dan kecerdasannya, dia diakui sebagai ilmuwan wanita yang mempuni. Berangkat dari sinilah akhirnya dia mengembangkan keberhasilan yang dia raih untuk berjuang membantu para perempuan lain agar dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan menyuarakan kesetaraan gender melalui kesamaan hak dalam meraih pendidikan. Ibu Maria Montessori laksana Ibu Raden Ajeng Kartini versi dunia.




Minatnya yang besar pada dunia sains dan matematika, membuat dia bertekad keras untuk meluaskan wawasannya di bidang ini. Untuk itu Maria memutuskan untuk hijrah ke Roma. Orang tuanya pindah tugas ke Roma. Keinginan orangtua Maria Montessori untuk menjadikan dia sebagai guru, justru berlawanan pikiran dengan Maria yang memutuskan untuk menekuni bidang engineering. 

Selain ilmu yang berkaitan dengan engineering Maria juga memutuskan untuk mempelajari ilmu kedokteran, untuk itu setelah study di bidang engineering dia selesaikan, maka dia melanjutkan ke bidang kedokteran pada tahun 1890 masih di Universitas yang sama, yaitu Universitas Roma. Dia lulus dengan predikat yang sangat baik dan dinobatkan sebagai wanita pertama yang menyandang gelar dokter dalam bidang kesehatan, di Itali 

Setelah menyelesaikan studinya dia memutuskan untuk bekerja di sebuah klinik  Ortofrenik di Roma.Di klinik ini Maria banyak menangani pasien yang terkena penyakit saraf dan mental. Di sanalah dia kemudian tertarik pada masalah anak-anak. Ide ini dia dapat ketika dia bekerja sama dengan Itard dan Seguin yang pada kala itu penelitiannya berfokus pada orang-orang yang memiliki cacat mental. Dia pun melakukan penelitian dan observasi yang intens di Klinik Bourneville di Paris. karena konsentrasinya dalam menangani anak-anak yang memiliki keterbatasan, akhirnya dia mencoba menggabungkan dunia kedokteran dan dunia pendidikan dalam menangani kasus anak-anak yang memiliki keterbatasan ini. 

Sebagai wanita pertama Itali yang mendapat gelar sarjana kedokteran, ia tertarik untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi pendidikan terutama ditujukan pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti menderita ketulian, kelumpuhan dan keterlambatan mental. Dia merasa bahwa cacat mental bukan merupakan masalah kedokteran tapi lebih ditekankan pada permasalahan pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar yang dia selenggarakan, dia menemukan hal-hal unik yang dia dapatkan dari hasil observasi yang dia lakukan. Dari hasil observasinya Maria Montessori menyimpulkan bahwa anak- anak cacat dapat diikutsertakan pada ujian untuk anak-anak normal pada umumnya. 

Kala itu Maria menyertakan anak didiknya pada ujian yang diselenggarakan di Roma bersama anak normal lainnya. Ketika mereka berhasil lulus dalam ujian, Montessori melihat suatu keajainban yang dia rasa harus menjadi catatan yang sangat penting.




Dari observasi yang dia lakukan bertahun-tahun terhadap anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, dia melihat ada sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan oleh orang lain, sebuah potensi besar dalam diri anak-anak cacat yang masih bisa dikembangkan. Sehingga anak-anak yang memiliki kebituhan khusus ini bisa hidup secara mandiri.

Dia berpikir, jika metode yang dia terapkan selama ini bisa berhasil menjadikan anak-anak yang berkebutuhan khusus menjadi generasi yang mandiri, apalagi jika metode ini diterapkan kepada anak-anak normal, pastia akan lebih bisa menghasilkan output yang bagus bahkan hasilnya lebih cepat.

Dalam rentang waktu yang tak lama, hanya dalam beberapa tahun,  ia memperoleh kesempatan untuk bekerja dengan anak-anak normal. Pada 1907, dia mendirikan “Casa dei Bambini” bahasa Itali yang jika diterjemahkan memiliki arti “Rumah Anak-Anak”. Dan Casa dei bambini, berhasil didirikan pertama kalinya di daerah Roma, tepatnya di San Lorenzo. Maria Montessori memiliki prinsip dasar dalam metode yang dia cetuskan, yaitu memfokuskan anak sebagai children center dan orang dewasa sebagai pembimbing.

Montessori menghadapi penentangan dari para pendukung metode-metode pendidikan Ortodoks yang menganggap sistem pendidikan anak Montessori sangat mendorong kebebasan anak untuk bergerak. Mereka menganggap metode yang diterapkan Montessori memberikan peluang dalam merusak disiplin pada anak.

Namun kala itu mendapat Montessori mendapat dukungan dari para reformer yang antusisas dalam dunia pendidikan dan terus memberikan kesempatan pada montessori untuk mengembangkan metode yang digagasnya.

Karir Montessori makin eksis dan mendapat pengakuan banyak pihak, bukan saja dari negaranya, namun juga berkembang sampai ke luar negeri. Dari tahun 1900 sampai tahun 1907 Maria Montessori mengajar antropologi pendidikan di Universitas Roma dan pada 1922 Montessori ditunjuk oleh pemerintah menjadi inspektur sekolah-sekolah di Italia.

Montessori menelurkan banyak karya dan menulis banyak buku. Menulis lebih dari enam buku tentang pembelajaran dan perkembangan anak-anak. Berawal dari sinilah, metode yang dia kembangkan akhirnya diberi nama Metode Montessori, yang tak lain merupakan nama dirinya sendiri, lebih tepatnya Nama nasab atau nama keluarga.  

Pada tahun selanjutnya Montessori mengembangkan kursus-kursus pelatihan yang berkaitan dengan metode pengajaran Anak Usia Dini yang digagasnya merambah sampai ke Spanyol, India, Inggris, dan Belanda. Metodenya berkembang ke berbagai belahan dunia. Melalui metode yang dia kembangkan kontribusinya sangat besar dalam pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat mental. 

Montessori meninggal di Noordwijk ann Zee, sebuah desa kecil di Den Haag, Belanda, pada 06 Mei 1952 di usianya yang ke 81 tahun dan dimakamkan di pemakaman Katholik lokal. Sepeninggal Ide-ide brilliant-nya yang sudah dia kembangkan, akhirnya diteruskan oleh Mario Montessori yang merupakan anak satu-satunya yang dimiliki Maria Montessori. Mario memiliki perhatian yang sama besar seperti mendiang ibunya terhadap dunia pendidikan. Akhirnya Mario diangkat sebagai direksi Association Montessori International yang memiliki kantor pusat di Amsterdam.

Sampai kini, Maria Montessori meninggalkan kenang-kenangan yang sangat berharga pada dunia pendidikan. Metodenya terus berkembang, bahkan sampai di Indonesia, bukan hanya digunakan untuk Pendidikan Anak Usia Dini, namun juga berkembang ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Maria Montessori Dokter Perempuan Pertama di Itali, penggagas Metode Montessori. Di Indonesia Metode ini sudah berkembang ke berbagai daerah di tanah air, dan diakui sebagai metode yang mampu mencetak generasi yang berkarakter. bahkan sudah dikembangkan ke dalam metode Islamic Montessori.  Bagaimana prinsip metode Montessori, tunggu postingan selanjutnya. Salam Literasi, Semangat mendidikđź’“. 




REFERENSI

Maria Montessori dan Gerald Lee Gutek, Metode Maria Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru dan Orangtua Didik Pendidikan Anak Usia Dini, diterjemahkan oleh Ahmad Lintang Lazuardi dari judul The Montessori Method: The Origin of an Educational Innovation Including an Abridged and Annotated Edition of Maria Montessori’s The Montessori Methode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015,

David Gettman, Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar: Aktivitas Belajar Untuk Anak Balita, diterjemahkan oleh Annisa Nuriowandari dari judul Basic Montessori: Learning Activities for Under Fives, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

George S. Morrison, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, diterjemahkan oleh Suci Romadhona dan Apri Widiastuti dari judul Fundamentals of Early Childhood Education, Jakarta: Indeks, 2012.

Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2013.




Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger