Materi ini disampaikan pada perkuliahan pertemuan ke tiga pada Mata Kuliah Psikologi Agama Program Studi Strata Satu Pendidikan Islam anak Usia Dini Sekolah Tinggi Agama Islam Latansa Mashiro, rangkasbitung, Lebak, Banten.
PENDAHULUAN
Manusia memiliki kebutuhan agama dalam upaya menjaga fitrah yang telah dibawanya dari sejak lahir (Andriyani, 2015). Fitrah manusia
disertai dengan empat potensi yang satu sama lainnya saling melengkapi dan
saling membutuhkan. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi fisik
atau psikomotor, potensi Intellectual Question (IQ), Sosial Emosional Question
(EQ) dan Spiritual Question (SQ).
Fitrah yang dimiliki manusia masih dapat berkembang ke
arah yang lebih baik atau malah sebaliknya sesuai dengan usaha manusia dalam
menjaga fitrah yang dimilikinya. selain itu juga hidayah dari Allah ta’ala juga
menjadi penentu baik atau buruknya perkembangan fitrah yang dimiliki manusia,
untuk itu hidayah harus dikejar dengan berikhtiyar terus menuntut ilmu dan
belajar.
Agama merupakan penuntun jalan bagi seseorang agar dia
tidak tersesat di dunia yang asing bagi dirinya. Agama merupakan pedoman hidup.
Agama mampu mematangkan pola pikir seseorang. Menuntunnya menuju suatu hal yang
mampu menyelamatkannya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Agama mampu menjalin
keakraban antara seseorang dengan takdir yang harus dijalaninya. Agama mampu
menjadi jembatan penghubung antara dirinya dengan sang Khaliq.
PEMBAHASAN
Hakikat Manusia
a. Makna
Manusia menurut Para Ahli
Sebagai manusia, kita perlu mengetahui hakikat
keberadaan diri kita sendiri. Siapakah kita,
Dari mana kita berasal, mengapa kita diciptakan, kemana kita akan
kembali dan bagaimana kita diciptakan?
Ramayulis (2018) menerangkan, manusia merupakan bagian
dari sejarah. Keberadaan manusia dibuktikan dari perjalanan sejarah manusia itu
sendiri. Sastraprateja (1982) menambahkan bahwa hasil pengamatan dari proses
perjalanan manusia merupakan rangkaian dari anthropological constant atau
disebut juga sebagai hasrat permanent yang dimiliki oleh manusia. Hasrat
permanent ini terdiri dari enam element yang satu sama lainnya saling
berkaitan, diantaranya yaitu:
1. Hubungan antara manusia, raga, nature dan lingkungan.
2. Hubungan yang harmonis dengan sesama.
3. Terhubung dengan struktur sosial dan institusional.
4. Memiliki ketergantungan tempat dan waktu dalam komunitas masyarakat dan kebudayaan.
5. Antara teori dan praktik terjadi hubungan yang saling berkaitan.
6. Kesadaran beragama bagi para pemeluknya.
Murthada Mutahhari memberikan
penggambaran manusia seuai dengan yang diterangkan dalam Al-Qur'an, bahwasannya
manusia adalah makhluk pilihan Tuhan yang diutus sebagai khalifah, memiliki
tugas untuk bertanggung jawab atas dirinya dan alam semesta, serta kepada
Tuhannya. Kemajuan pada manusia berasal dari kelemahan dari dalam dirinya untuk
meneruskan kelangsungan hidup. Dua potensi baik dan buruk dalam dirinya,
menyebabkan manusia bisa menjadi hamba yang bersyukur, namun sekaligus menjadi
seorang hamba yang pembangkang. Untuk itu Al-Qur'an mengingatkan agar manusia
selalu mengingat tentang jati dirinya.
Syafri menjabarkan bahwa teori
manusia dikembangkan dari pemikiran filsafat barat yang mendefinisikan manusia
sebagai makhluk yang terdri dari unsur materi dan roh. Para ilmuwan barat menganggap manusia sebagai
worldview yang memiliki beberapa bentuk, diantaranya homo sapiens atau manusia
berbudi, Animal Rational yang artinya hewan berpikir, homo laqueen yaitu
makhluk yang pandai menerjemahkan perasaan manusia karenanya terbentuklah
Bahasa. Homo faber, yaitu makhluk yang terampil atau kata lainnya tool making
animal, hewan yang mahir menciptakan peralatan. Zoon Politicon atau makhluk
sosial. Homo economicus, makhluk yang tunduk pada peraturan ekonomi serta homo
religious yang berarti makhluk beragama.
b. Manusia
Menurut Al-Qur'an
Al-Qur'an menjelaskan eksistensi
manusia dari mulai diciptakannya Nabi Adam sebagai manusia pertama dan juga
terciptanya manusia yang dimulai sejak dari rahim ibu, proses kejadiannya
digambarkan dalam Al-Qur'an surat
Al-Mukminun (23) ayat 12-14
Ayat lain yang menjelaskan tentang
keberadaan manusia diantaranya al-A’raf (7): 172-174, ayat ini menjelaskan agar
manusia tidak durhaka terhadap Tuhannya. Al-Baqarah (2): 30, mengisyaratkan
bahwa manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah di bumi. Adz-Dzariyat
(51): 56, mengisyaratkan bahwa tugas manusia adalah mengabdi pada Allah.
Al-Hujurat (49): 13, mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan komunitas. Al-Baqarah (2): 31-32, yang mengisyaratkan agar manusia
terus belajar dan mengajarkan.
Eksistensi manusia di dalam Al-Qur'an
digambarkan melalui tiga term, yaitu
1. Al-insan: Ayat al-insan dalam Al-Qur'an banyak mengungkapkan manusia dari sisi manusia seutuhnya. Manusia terdiri dari jasmani, rohani dan akal pada sisi biologis dan psikologis.
2. Basyar: term basyar biasanya membicarakan salah satu aspek manusia istilah mudahnya menjabarkan manusia sebagai makhluk biologis.
3. An-Naas. mengungkapkan manusia yang berkedudukan sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia yang membutuhkan hubungan horizontal.
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Agama merupakan risalah yang ditetapkan oleh Allah
sebagai pegangan dalam kehidupan yang dijalani oleh manusia, memberi tuntunan
bagi manusia agar tidak tersesat. Hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh
Allah diupayakan agar membentuk manusia menjadi pribadi yang matang dan
bertanggungjawab.
Fungsi dan Posisi agama bagi Manusia
Agama merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus
dipenuhi oleh manusia. Melalui agama manusia mengerti tentang hakikat hidupnya.
Melalui agama manusia memiliki penuntun agar tak salah arah. Melalui agama
hal-hal yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan atau muamalah diatur
dengan baik, sehingga manusia bisa merasakan kehidupan yang aman dan damai.
Agama melapangkan jalan dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
Secara umum dari zaman dahulu kala agama telah hadir di
dunia, pembuktiannya ditemukan beberapa artefak yang melambangkan pada kegiatan
ritual manusia di zaman dahulu. Ini menunjukkan bahwa agama benar-benar
kebutuhan mendasar bagi manusia.
Sedangkan dalam Islam, dari sejak nabi Adam dan Ibu
hawa diciptakan, Agama tauhid sudah menyertai kedatangan mereka ke dunia. Untuk
itu Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, seperti yang
diterangkan dalan Al-Quran surat Asy-syura (42): 13, Allah berfirman:
Alasan
Mengapa Manusia Butuh terhadap Agama
Beberapa alasan mengapa manusia butuh terhadap agama adalah diantaranya:
1. Manusia memiliki fitrah. Kebutuhan beragama pada manusia berasal dari fitrah yang dimilikinya. terbukti dengan ditemukannya berbagai artefak yang mengarah pada proses ritual keagamaan, bahkan pada komunitas manusia primitif
2. Untuk mengatasi tantangan yang manusia dapatkan baik dari dalam yaitu berupa dorongan hawa nafsu dan godaan syaithan. Maupun tantangan dariluar berupa godaan dari manusia itu sendiri, agar memalingkan dirinya dari mengingat Tuhan.
3. Manusia ingin mempertahankan dirinya sebagai makhluk mulia
4. Untuk membimbing akal agar mampu selaras dengan panggilan hati Nurani.
5. Mengatasi kelemahan dan kekurangan yang dimiliki manusia. Potensi kejiwaan yang ada dalam diri manusia menjadi fokus perhatian yang harus dijaga. Al-Qur'an menyarankan, bagian terdalam dari manusia ini diperhatikan dan dirawat, agar potensi manusia untuk tetap berada dalam kebaikan tetap bisa dipertahankan.
Hubungan Manusia Secara Vertikal dan Horizontal
Manusia diciptakan secara sempurna oleh Allah Azza wa
Jalla, perannya di dunia ini pun diatur secara sempurna. Ada dua hubungan yang
harus manusia jaga, yaitu hubungan secara vertical yang lebih menjurus pada
hubungan antara manusia dengan sang Khaliq atau penciptanya. Lebih familiar
dengan sebutan Hablun minallah (Hubungan Vertikal). Sedangkan hubungan
Horizontal, yaitu lebih menekankan pada hubungan yang terjalin antara manusia
dengan makhluq lainnya. Lebih familiar dengan sebutan Hablun minannas (Hubungan
Horizontal).
Antara hubungan vertikal dan hubungan horizontal saling
terkait satu sama lain, misal dalam perkara shalat. Manusia shalat diniatkan
beribadah semata-mata hanya ditujukan pada Allah ta’ala ini kaitannya dengan
hubungan vertical atau hablun minallah. Kaidah dan tata cara shalat yang
menuntun manusia untuk berlaku tertib dan terstruktur akan memberikan dampak
positif atau memberikan kemaslahatan
dalam berhubungan dengan sesama makhluk yang masuk dalam konteks hubungan
horizontal atau hablun minannas. Kaidah keutamaan sholat berjama’ah yang diajarkan
oleh Islam, melatih manusia untuk memiliki jiwa sosial untuk saling perduli mau
berdiri sejajar tanpa membedakan kasta.
Contoh lain lagi pada perkara zakat. Zakat dikerjakan
memiliki dua unsur tujuan yaitu pertama sebagai wujud bakti manusia terhadap
sang khaliq, karena zakat merupakan perintah dari Rabbul alamiin dan ini masuk
dalam konteks hablun minallah. Kedua dengan adanya zakat maka akan menimbulkan
kesejahteraan bagi golongan yang tidak mampu, si kaya membersihkan hartanya
dengan hitungan nasab yang telah ditetapkan, sedangkan kaum fakir miskin akan
merasakan dampak dari zakat yang tersalurkan dengan baik,ini masuk dalam
konteks hablun minannas.
PENUTUP
Dari beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang
manusia, didapatkan kesimpulan bahwasannya manusia adalah makhluk yang
diciptakan oleh Allah azza wa jalla dengan kondisi yang sempurna, diciptakan
dari material tanah dan air yang terpancar. Pada proses selanjutnya ditiupkan
roh kehidupan oleh Allah.
Fitrah tauhid menyertai setiap anak cucu Adam dari
sejak dilahirkan. Melalui panca indera yang dibekali oleh Allah. Manusia
dibekali potensi fasik dan taat, karenanya manusia merupakan makhluk yang membutuhkan
komunitas dari satuan terkecil yaitu keluarga sampai pada satuan besar yaitu
negara.
Selain itu juga manusia diberi kesempatan untuk menentukan
jalan hidupnya dan disarankan untuk terus belajar agar tak salah dalam membuat
pilihan. Mengajarkan apa yang diketahui, juga termasuk kesempatan yang
diberikan oleh Allah, agar manusia bisa terus berbuat baik dan melaksanakan
tugasnya sebagai pengabdi Tuhan dan khalifatul fil ardi.
Fitrah yang dimiliki manusia, mempertahankan
kemuliaannya, serta melindungi dirinya dari potensi keburukan serta menjaga
akalnya agar tetap tunduk pada syariah Tuhan merupakan alas an manusia bahwa
dirinya benar-benar membutuhkan agama.
Hablun minallah dan hablun minannas harus benar-benar
dijalankan secara baik oleh manusia, dalam rangka mewujudkan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai hamba yang memiliki posisi khalifatu fi al-ardy. Wallahu
a’lamu bi showab.
REFERENSI
Andriyani, Isnanita Novia. Menjaga kesucian fitrah
manusia. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2,
Desember 2015.
Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis
Al-Qur'an. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang
Pendidikan Islam Bandung: al-Ma’arif, 1980.
Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal
Ilmu Agama UIN Raden Fatah. Vol.15, Nomor 1, Tahun 2013.
Sastraprateja. Manusia Multidimensial: Sebuah Renungan
Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1982.
https://kbbi.web.id/didik
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Trimakasih sudah berkunjung ke inspirasi nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat sehingga menjadi hidangan yang mengenyangkan. Silahkan meninggalkan komen positif untuk merekatkan tali silaturahmi. Jangan lupa sematkan nama, hingga tak ada unknown diatara kita. Mohon tidak meninggalkan link hidup, ya kawan, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Barakallahu.