Pernah terbetik tidak dalam pikiran teman-teman, bagaimana sejarah tentang PAUD alias Pendidikan Anak USia Dini? Baik sejarah PAUD di Indonesia maupun di dunia.
Ketika pertama kali saya memilih konsentrasi PAUD pada program Magister Pendidikan Islam, salah satu hal yang menjadi pertanyaan dalam benak saya tentang Pendidikan Anak Usia Dini adalah tentang sejarah bagaimana PAUD ini dicanangkan.
Bagaimana para tokoh ataupun ilmuan berpikir tentang hal ini. Siapa pelopor PAUD, Siapa pendiri PAUD di Indonesia maupun dunia. Untuk itu ketika ada ulasan tentang sejarah PAUD, rasa penasaran saya tentang hal ini jadi terobati.
Kini fenomena PAUD di Indonesia mulai marak dan berkembang. Alhamdulilah senang dengan kondisi ini. Itu artinya Pendidikan Anak Usia Dini mulai diperhitungkan dan dianggap penting. Selama ini Pendidikan Anak Usia Dini dianggap pendidikan yang mudah dan tidak perlu ada sekolahnya. Semoga ke depannya semakin berkembang dan mampu mensejahterakan para praktisi di dunia Pendidikan Anak Usia Dini.
Mengingat program layanan Pendidikan Anak USia Dini adalah pendidikan yang berdampak jangka panjang atau kata lainnya long life education, serta masa pendidikan yang paling penting dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan manusia seperti yang sudah dijelaskan dalam artikel Konsep dasar PAUD, maka penyelenggaraan pendidikan Anak Usia Dini perlu diwujudkan dalam upaya yang berkesinambungan.
Sejarah PAUD dan Perkembangannya
Siapa pelopor PAUD? Mari kita ulas sejarah tentang tercetusnya pencanangan pendidikan bagi anak usia dini ini. Pada awalnya Pendidikan yang diselenggarakan bagi anak usia dini diprakarsai oleh seorang Filsuf dan juga tokoh pendidikan berbangsa Jerman yang bernama Friedrich Wilhelm August Froebel di tahun 1837 dengan mendirikan lembaga yang bernama Kinder Garten yang artinya Taman Kanak-Kanak di tahun 1840.
Seperti yang diterangkan dalam Soejono, Froebel adalah tokoh yang pertama kali mencanangkan pendidikan anak usia dini diselenggarakan di luar dari rumah inti, dia memiliki pandangan bahwa anak-anak lebih efektif jika melakukan pembelajaran di luar rumah melalui bermain dengan mengoptimalkan stimulasi pada pembelajaran motorik kasar dan halus.
Froebel Pencetus Didirikannya PAUD
Pemikiran Froebel merupakan realisasi dari pemikiran para tokoh lainnya yang telah terlebih dahulu mencetuskan pentingnya pendidikan yang dilakukan dari sejak anak masih dalam usia dini, seperti Martin Luther King, JJ. Rousseau, Comenicus, John Heindrich Pestalozzi serta tokoh lainnya.
Dalam Yuliani Soejono, ada tiga prinsip pemikiran Froebel yang sangat mendasar dalam upayanya mengembangkan pendidikan anak usia dini, diantaranya yaitu:
Prinsip Otoaktivitas
Prinsip otoaktivitas adalah pemikiran yang mendasari bahwa anak harus melakukan kegiatan sendiri dengan mengembangkan pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung yang dilakukan oleh anak secara individual.
Prinsip Kebebasan
Dalam upaya memberikan stimulasi kepada anak, jangan terlalu banyak diberikan batasan pada ruang tertutup, atau batasan yang mengekang daya cipta serta kreativitas anak. Perlu adanya lingkungan yang terbuka agar anak bisa menangkap banyak pengalaman yang bisa didapatkan pada kegiatan yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas.
Prinsip Pengamatan
Melalui pengamatan yang dilakukan oleh anak di luar lingkungan rumahnya, maka daya imajinasi dan kreativitas serta pengalaman anak makin berkembang. Ini akan sangat bagus sebagai stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Froebel sangat mengedepankan prinsisp kinestetik dalam membina pertumbuhan dan perkembangan anak di segala aspek.
Ketiga prinsip di atas diseimbangkan dengan pola belajar bermain yang berlandaskan pada perdamaian (Fridge) Kegembiraan (Frevde), serta kemerdekaan (Frabeit). Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sagat penting dalam mendorong proses belajar anak dalam iklim yang aman dan menyenangkan. Melalui dasar pemikiran tersebut akhirnya Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan,
Froebel lebih memfokuskan lagi konsep pendidikan bagi anak usia dini menjadi sebuah lembaga atau sekolah yang diperuntukkan bagi anak usia dini. Untuk itulah Froebel dinobatkan sebagai bapak Pendidikan Anak USia Dini dunia, karena dialah yang memiliki ide untuk mendirikan sekolah khusus untuk anak-anak usia dini.
Sejarah dan Perkembangan PAUD di Indonesia
Berdasarkan Sejarah, Indonesia pernah mengalami dua kali zaman penjajahan, yaitu ketika zaman penjajahan Belanda dan Zaman penjajahan Jepang. Dunia pendidikan pun berkembang dengan latar belakang dua keadaan, yaitu pendidikan di masa penjajahan Belanda dan pendidikan di masa penjajahan Jepang.
Berbicara tentang perkembangan sejarah PAUD di Indonesia sama artinya kita berbicara tentang pasang surut perkembangan pendidikan di Indonesia dengan latar belakang sebagai bangsa yang pernah dijajah oleh dua negara. Untuk itu perkembangan pendidikan di Indonesia pembahasannya merujuk pada dua periode masa ini, setelah itu perkembangan pada masa pasca Kemerdeekaan.
Perkembangan Pendidikan Di Masa Penjajahan Belanda (1908- 1941)
Menilik dari sejarah pada masa penjajahan Belanda, warna pendidikan di Indonesia kala itu merupakan bentukan dari pemikiran orang-orang Belanda, termasuk juga Pendidikan Anak USia Dini yang kala itu dibawa masuk oleh Belanda ke Indonesia sebagai konsep pendidikan yang mereka terapkan untuk anak-anaknya adalah konsep pendidikan anak suia dini yang dikembangakan oleh Frederich Wilhelm Froebel.
Kala itu hanya orang-orang dari kalangan tertentu dan orang-orang Belanda saja yang bisa mengenyam pendidikan. Orang miskin dan kalangan rakyat jelata tidak bisa merasakan nikmatnya manfaat pendidikan.
Baru ketika ada pergerakan pemuda Budi Utomo pada tanggal 28 Mei 1908, para pemuda tersadar akan pentingnya pendidikan yang dimulai dari sejak dini.
Maka dari itu para tokoh pemuda yang tergerak hatinya langsung berinisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan bernama Bustanul Athfal. Lembaga ini dikelola oleh organisasi persatuan wanita Aisyiah di Yogyakarta dan terealisasi pada tahun 1919.
Selanjutnya bapak pendidikan nasional yang telah selesai masa pengasingannya di Belanda, kembali mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang diberi nama "Taman Lare atau Taman Kindertuin" yang selanjutnya berkembang dan terkenal dengan nama "Taman Indria". Ki Hajar Dewantoro merupakan salah satu pendiri PAUD di Indonesia.
Pemikiran Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro tentang Pendidikan Anak USia Dini
Taman Indria sejatinya merupakan pemggambaran, bahwa Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro ingin menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk kelima indra berkembang melalui pemberian stimulasi edukatif.
Perkembangan Pendidikan Di Masa Penjajahan Jepang (1942- 1945)
Perkembangan Pendidikan Di Masa Pasca Kemerdekaan (1945 - sekarang)
Perkembangan pendidikan di masa kemerdekaan sangat berwarna dan berkembang secara signifikan dari masa ke masa. Sejarah PAUD terus berkembang. Lembaga PAUD terus bertambah dan menjamur di setiap pelosok daerah di wilayah Indonesia, bahkan eksis sampai di daerah pedalaman, dengan memberdayakan para masyarakat setempat.
Di era pasca Kemerdekaan yayasan lembaga pendidikan untuk mendidik para guru Taman Kanak-Kanak mulai didirikan di Jakarta. Sebagai bentuk kepuasan dan ingin merasakan kebebasan dari kebodohan. Di masa ini banyak berdiri Taman Kanak-Kanak baru.
Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang No.4 tahun 1950, tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, tepatnya pada tanggal 22 Mei 1950 didirikan IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak).
Dimulai tahun 1950 dan seterusnya, perkembangan Pendidikan Anak USia Dini terus meningkat. Mulai dari banyaknya didirikan Taman Kanak-Kanak dan lembaga yang mendidik para guru Taman Kanak-Kanak. Pemberian subsidi dan pengembangannya terus meluas bukan hanya di Jakarta, tapi juga sampai ke seluruh pulau Jawa.
Sekitar tahun 1960-an mulai didirikan Taman Kanak-Kanak yang berstatus negeri. Program pertukaran pelajar dan sekolah ke luar negeri pun diadakan. Perkembangan modernisasi konsep Pendidikan Anak Usia Dini setelah adanya program ini berkembang pesat.
Tahun 1968 pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNICEF menyediakan tutor untuk para guru Pendidikan Anak USia Dini. Hal ini demi menciptakan guru PAUD yang memiliki kompetensi.
Dimulai sejak tahun ini kurikulum banyak mengalami perubahan. Pendidikan Anak Usia Dini terus berkembang, sampai akhirnya saat ini banyak sekali dibuka jenjang strata satu untuk program study Pendidikan Anak USia Dini, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Kini Pendidikan Anak USia Dini dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak, RA (Rawdathul Athfal) , KB (Kelompok Bermain), TPA (Tempat Penitipan Anak),satuan Paud yang sejenisnya serta PAUD yang berbasis keluarga maupun lingkungan.
Bahagia sekali dengan perkembangan Pendidikan Anak USia Dini sampai seperti sekarang. Semoga ke depannya terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya serta kesejahteraannya. So, teman..., Bagaimana dengan PAUD di tempatmu? Makin cinta tentunya dengan Pendidikan Anak USia Dini,Yuk cerita di kolom komentar!!
Referensi
Dewantara, Ki Hadjar. Bagian Pertama Pendidikan.Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977.
Morrison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.
Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017.
Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan . Bandung: CV Ilmu, 1998.
Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2013.
Di daerah saya ada beberapa PAUD yang sudah mengajarkan baca tulis kepada anak-anaknya, ketika ditanyakan landasan hal tersebut, para gurunya mengatakan hal ini karena permintaan orang tuanya yang ingin anak-anak mereka sudah pandai sedari kecil masalah membaca dan menghitung. Agak miris.
BalasHapusSemoga PAUD di kita semakin berkembang proses kelasnya menjadi kelas yang menggembirakan anak-anak selama mengikuti programnya
Sejarah dan konsep paud dahulu kala bagus ya Mba, namun sayang skrg byk KB atau TK yg udah ngasih byk tugas ini dan itu. Emang harus pinter pilih² dan menanyakan kurikulum sekolahnya dlu yaa
BalasHapusWah baru tahu, ternyata ada macam-macam jenisnya ya, perkembangannya pun tidak mudah, jalan panjang. Di sekitar rumah juga ada bermacam-macam jenisnya, ada yang hanya taman bermain saja, ada yang dengan tambahan mengaji, ada yang mengaji dan tambahan taman bermain
BalasHapusWah senang baca ini
BalasHapusJadi tahu sejarah paud
Paud emang harusnya mengajak anak main dengan gembira ya
Bukan digeber calistung
Wuuu... Aku deg-degan, anakku tahun depan mulai PAUD nih. Jadi belajar tentang latar belakang PAUD dari baca ini. Seneng gitu liat anak kicik kicik main di PAUD. Ibuku 15 tahun lebih jadi guru PAUD. Punya cucu sekarang pensiun deh, hehehe.. Katanya kalo ngajar anak kicik gini jadi awet muda, soalnya mereka lucu-lucu tingkahnya kalo di sekolah wkwk
BalasHapusMba Nita ini berarti guru atau Tenaga pendidik kah? Dulu kuliahnya ngambil konsentrasi PAUD di program Magister Pendidikan Islam Kan ya? Saya baru tahu sih sejarah PAUD saat baca postingan ini. Ternyata udah ada sejak lama ya. Memang anak saya juga dulu Pas di PAUD banyak mainnya, TK pun baru dikit diajarin baca, tulis, berhitung
BalasHapuskids jaman now harus makin happy
BalasHapusPAUD seruuuu bgt.
aku dulu sukaaaa anter bocah ke PAUD
MasyaAllaah baru tahu juga sejarah PAUD aku mba, kalo ngga baca ini kayaknya juga ngga akan nyari.. hihi alhamdulillah jadi tahu gimana perjuangan untuk pendidikan anak usia dini di masa itu yaa. kita skrg tinggal nikmatin hasilnya aja dan suka banget sih dengan gagasan pendidikan untuk anak usia dini itu
BalasHapuswah baru tahu nih aku sejarah paud ini. sekarang ada banyak sih ya paud dengan berbagai metode dan kurikulumnya. ada yang montessori dan bahkan ada yang pelajaran membacanya cuma biasanya itu di TK sih bukan paud
BalasHapusWow ternyata paud udah ada sejak jaman hindia-belanda ya mba, harapannya makin ke sini paud makin bagus kurikulumnya biar tumbuh kembang anak pun semakin baik
BalasHapusIya banget, kak..
BalasHapusSemakin tinggi ilmu, semakin banyak dan dalam pertanyaan seputar pendidikan di Indonesia terutama jenjang PAUD. Karena biasanya orangtua terutama zaman dulu, tidak menganjurkan anak usia dini sekolah. Pertama, dianggap belum perlu. Kedua, biasanya dianggap sebagai pemborosan. Karena gak tampak ada pelajaran yang bisa diambil ketika anak usia dini sudah disekolahkan.
Stigma ini yang mungkin menyebabkan pendidikan PAUD di Indonesia baru berkembang pesat beberapa tahun ini dengan berbagai metode pembelajaran yang semakin beragam dan menyenangkan karena mengadopsi pembelajaran dari luar negeri.
Wah menarik Mbak. Luput dari perhatian nih PAUD dan sejarahnya. Padahal itu pondasi pendidikan juga, apalagi di masa status negara tidak menentu ya
BalasHapusTernyata sudah lama sekali ya PAUD ada tapi belum lama disahkan untuk diwajibkan bagi anak SD harus punya ijazah TK
BalasHapusTernyata sudah ada sejak zaman Belanda ya, aku kira selama ini baru tercetus aja. Aku tahu istilah PAUD sejak SMA di tahun 2010
BalasHapusTadinya kupikir PAUD itu jenjang sebelum TK. Baca artikel ini jadi nambah banyak wawasan. Terima kasih
BalasHapusWow, terima kasih wawasannyaaa... jadi tahu asal usul PAUD. Konsep pendidikan sejak dulu sudah bagus sebetulnya, hanya implementasi ke sini-sininya yang sering berbenturan dengan faktor lainnya ya.
BalasHapusYa benar sekali.
BalasHapusSemakin tinggi ilmu, semakin banyak dan dalam pertanyaan seputar pendidikan di Indonesia terutama jenjang PAUD. Karena biasanya orang tua terutama zaman dulu, tidak menganjurkan anak usia dini sekolah. Pertama, dianggap belum perlu. Kedua, biasanya dianggap sebagai pemborosan.. padahal usia paud penting sekali