Perkembangan Kehidupan Agama pada Masa Remaja

Senin, 21 Maret 2022

Perkembangan Agama pada Masa Remaja merupakan materi kelima pada mata kuliah Psikologi Agama. Untuk mengetahui pembahasan tentang Pengertian Perkembangan Kehidupan Agama dan sikap keagamaan bisa merujuk pada pembahasan sebelumnya.


Perkembangan Kehidupan Agama Pada Masa remaja


Memahami perkembangan agama pada remaja sangat penting, karena pada masa ini manusia masuk pada fase kegoncangan dari keseluruhan masa yang harus dilalui dalam hidupnya. Peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Memahami konsep remaja merupakan jalan pertama yang harus ditempuh dalam usaha mendekatkan remaja pada Tuhannya dan menjaga agar fitrahnya tetap lurus. Meneruskan kebiasaan nilai keagamaan yang ditanamkan sejak masih usia dini.

Problem keraguan yang dialami pada remaja juga merupakan permasalahan yang harus dipecahkan bersama. Usaha yang dilakukan secara bersinergi antara orang tua, pendidik penguasa dan juga para asatidz sangat diperlukan agar para remaja memiliki ketetapan hati untuk beragama dan mentaati peraturan yang ada dalam agama.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sturbuck dalam Jalaluddin (2015: 78) pada sejumlah mahasiswa di Middleburg College, didapat bahwa ada 52 % dari 124 jumlah mahasiswa yang diobservasi mengalami kegoncangan dalam masalah agama. 

Hal ini disebabkan karena ada keraguan yang ditimbulkan dari perilaku tokoh agama, penerapan ajaran agama dan lembaga keagamaan. ini memiliki artian lebih dari setengah jumlah remaja mengalami keraguan. Bagaimana Formula yang tepat yang harus diterapkan pada agama untuk memahamkan mereka pada konsep agama tanpa harus memiliki keraguan?

Perkembangan Agama Pada Masa Remaja


Apa yang dimaksud dengan remaja?


Masa remaja adalah masa peralihan yang dialami oleh seorang manusia dari masa anak-anak menuju dewasa dengan kata lain dapat dimaknai juga sebagai masa perpanjangan anak-anak sebelum memasuki usia dewasa.

Masa remaja datang dengan ditandai kegoncangan pada diri seseorang. Pada Wanita ditandai dengan datangnya menstruasi sedangkan pada pria ditandai dengan mimpi basah.

Zakiah Darajat (2015: 132) menjelaskan pada masa ini terjadi pergolakan yang dahsyat dalam jiwa sang anak. Anak merasakan perubahan yang besar dalam dirinya, baik dari sisi fisik maupun psikisnya.

Fisik seorang anak pada masa ini mengalami peralihan baik dari sisi luar yang ditandai dengan perubahan fisik yang signifikan. Tubuh bertambah tinggi dan terkadang diiringi dengan penurunan berat badan karena terjadi perubahan metabolisme di dalam tubuhnya.

Kelenjar thymus dan pinela yang dimiliki pada masa kanak-kanak berhenti berproduksi dan berganti dengan kelenjar seks atau dinamai dengan Gonad yang bekerja memproduksi hormon yang menyebabkan perubahan seks sekunder pada anak.

Gonad mengubah anak laki-laki dalam banyak hal, diantaranya yaitu terjadi perubahan suara, munculnya kumis, bulu ketiak, serta munculnya bulu-bulu dipangkal pipi dan kemaluannya. Sedangkan pada anak wanita, kelenjar Gonad memberikan efek perubahan pada panggul yang membesar, bertumbuhnya payudara dan kelenjar susu.

Rentang Usia Remaja


Para ahli berbeda pendapat dalam hal ini. Perubahan masa remaja bergantung dari perkembangan individu dan juga lingkungan tempat tinggal, dengan mempertimbangkan adat kebiasaan yang berlaku di daerah setempat.

Dilansir dari sehatqu.com, Menurut WHO rentang usia remaja berada pada kisaran 10-19 tahun, namun penelitian terkini yang dicantumkan dalam jurnal The Lancet, menyatakan bahwa remaja adalah individu yang memiliki rentang usia dari 10 sampai dengan 24 tahun.

Kesimpulan ini diambil dari dasar pemikiran bahwa remaja adalah individu yang sedang mengalami masa transisi proses kematangan jiwa dan biasanya belum mempunyai tanggungan hidup berupa keluarga.

Zakiah Darajat (2015: 132) membagi masa remaja menjadi dua fase rentang usia, yaitu fase awal yang dimulai pada kisaran usia 13 sampai dengan 16 tahun, fase ini merupakan fase guncangan terbesar di usia remaja.

Perubahan fisik yang terjadi secara signifikan menyebabkan kegoncangan dalam dirinya, rasa minder dan takut serta keraguan muncul di masa ini, bahkan keraguan terhadap keyakinan beragama.

Untuk itu dibutuhkan peran serta orang tua untuk membimbing para remaja agar tetap di dalam koridor yang tepat dan fitrah yang tetap lurus.

Fase kedua pada masa remaja menurut Zakiah (2015: 136) berada pada kisaran usia 17 sampai dengan 21 tahun. Pada masa ini pertumbuhan jasmani telah berkembang dengan sempurna, begitupun dengan kecerdasannya.

Pada fase ini telah sempurna perkembangan tingkat kecerdasannya. Dalam agama Islam familiar dengan sebutan masa Aqil Baligh atau berakal. Pada masa ini seorang remaja ingin diakui eksistensinya oleh orang dewasa, baik oleh orang tua, guru dan juga masyarakat.

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Remaja


Menurut Starbuck dalam Jalaluddin (2012: 74-77) ada beberapa faktor fisik dan psikis yang mempengaruhi perkembangan keagamaan pada remaja, diantaranya yaitu:

1. Pertumbuhan Pikiran dan mental

Ide dasar dan keyakinan dalam agama yang diterimanya di masa kecil sudah berubah karena sifat kritis sudah mulai timbul, tidak hanya itu, mereka sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma hidup lainnya.

2. Pertimbangan Sosial


Konflik moral dan materil yang terjadi di usia remaja dalam kehidupan beragamanya menyebabkan pikiran remaja memilki fokus orientasi cenderung pada keuntungan material duniawi.

Apa yang dimaksud dengan pernyataan ini? Ernest Harms dalam sebuah penelitiannya tentang remaja menyimpulkan bahwa 70% dari 1789 responden remaja mementingkan keuangan, kesejahteraan dan kesenangan pribadi lainnya, sedangkan keagamaan hanya sekitar 3,6% saja.

3. Perkembangan Perasaan


Pada masa ini merupakan masa kematangan seksual, rasa ingin tahunya yang sangat besar dapat menjerumuskan para remaja ke arah tindakan seksual yang negatif. Keluarga sebagai lingkungan entitas awal pendidikan, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan karakter seseorang.

Untuk itu hendaklah keluarga menciptakan lingkungan yang agamis agar anak memiliki figur dalam pembentukan kepribadian dan pola pikir yang agamis.

4. Perkembangan Moral


Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak pada perasaan berdosa dan usaha untuk mencari perlindungan. Tipe moral pada remaja diantaranya, yaitu:

  1. Self directive, ketaatan berdasarkan pertimbangan pribadi.
  2. Adaptive, meniru keadaan lingkungan tanpa banyak mengkritik.
  3. Submissive, adanya rasa ragu terhadap ajaran moral dan agama.
  4. Anadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
  5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan dan tatanan moral masyarakat.


5. Sikap dan Minat


Besar kecilnya minat remaja untuk mendalami masalah keagamaan adalah tergantung bagaimana orang tua dan lingkungannya memberikan uswah atau contoh kepada anak. Perilaku orang tua yang cenderung pada agama memberikan dampak yang kuat pada perilaku dan memori anak untuk cenderung pula terhadap agama.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil dengan nuansa keagamaan akan berdampak di kehidupan fase selanjutnya. Peran orang tua dalam keluarga sangat vital dalam membentuk pola pikir agamis seorang remaja.

6. Ibadah


Ibadah di mata remaja berdasarkan penelitian Ross dan Oskar Kupky dalam Jalaluddin menunjukkan bahwa Sebagian remaja menganggap sembahyang akan memberikan manfaat sebagai media komunikasi dengan Tuhan namun Sebagiannya menganggap sembahyang merupakan media untuk bermeditasi.

Perkembangan keberagamaan pada remaja sejalan dengan contoh yang dia terima, emosinya yang masih labil membutuhkan penguatan dari berbagai element pendukung yang dapat menjawab segala kegelisahannya.

Element pendukung tersebut diantaranya adalah orang tua dan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Guru dan para pendidik serta juru dakwah, pemimpin atau tokoh masyarakat dan negara.

Remaja akan semakin merasa gelisah, jika menemui pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan perilaku orang-orang yang dijadikan panutan, misalnya para pendidik, orang tua, penguasa dan para asatidz.

Kondisi membingungkan ini dapat menyebabkan para remaja menjauhi agama. Hal ini karena disebabkan kondisi emosi yang masih sangat labil.

Masa ketidakstabilan emosi pada masa remaja dinamakan sebagai masa ambivalen. Pada masa ini pola berpikir remaja dalam memandang sebuah keyakinan selalu mengalami perubahan.

Dilansir dari akurat.co bahwa ambivalen merupakan jenis kata sifat yang memiliki makna pemikiran yang bertolak belakang dan bertentangan. Masa ini merupakan masa yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur berlawanan satu sama lain.

Agama Islam memberikan kedudukan yang istimewa pada sosok remaja melalui sabda Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam yang diisyaratkan pada keistimewaan remaja yang mengisi hidupnya dengan mendekatkan diri pada Allah. Sabda Rasulullah tersebut diabadikan dalam sebuah riwayat dari al-Bukhari dan Muslim.


Hadits tentang keutamaan remaja


Dari hadits di atas bisa kita tarik kesimpulan, bahwasannya remaja adalah sosok istimewa, tonggak perjuangan dan harapan. Remaja merupakan sosok pemilik energi yang luar biasa, untuk itu energi yang luar biasa tersebut butuh tempat penyaluran yang positif.

Setiap remaja yang menyalurkan energi besarnya untuk sesuatu yang positif maka diberikan naungan arsy-nya Allah azza wa jalla.

Konflik dan Keraguan pada Remaja

 
Konflik keraguan yang terjadi pada remaja dalam ajaran agama menurut W. Starbuck faktor-faktor penyebabnya adalah:


1. Salah Prasangka dan Perbedaan Gender


Individu yang mengalami kegagalan dalam meminta sesuatu kepada Tuhannya, misal doa yang tidak terkabulkan akan menyebabkan keraguan akan kebenaran ketuhanan dan hal ini lebih dominan terjadi pada remaja. Terutama terjadi pada remaja yang sedang mencoba belajar dan taat pada agama.


Wanita mengalami proses perkembangan yang lebih cepat dibandingkan laki-laki, untuk itu keraguanpun lebih cepat muncul, namun keraguan dalam diri wanita lebih kecil bersifat alami sedangkan pada laki-laki lebih besar dan bersifat intelek.


2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka agama


Pertentangan yang ada dalam setiap organisasi, dan akhlaq dari para pemuka agama yang tidak sesuai dengan syariat menimbulkan keraguan pada jiwa remaja. Di masa kegoncangannya, remaja membutuhkan sosok yang memberikan uswah yang baik dalam pembentukan karakter kuat dalam jiwanya. Sehingga ketika dia mengalami kekecewaan akan berdampak munculnya keraguan terhadap keyakinan yang telah dipilihnya.


3. Kebutuhan Dasar Manusia 


Sifat manusia yang konservatif (senang dengan yang sudah ada) dan Curiosity (dorongan ingin tahu) menjadikan manusia memiliki keraguan. Walau demikian keadaan ini normal terjadi dan dibutuhkan sebagai pendorong ingin mempelajari agama lebih dalam lagi sebagai usaha untuk menuntaskan dan menyingkirkan rasa ragu.


4. Kebiasaan


Seseorang yang terbiasa dengan hal yang sudah biasa diterimanya akan merasa ragu dengan hal-hal yang baru. Sebagai contoh seorang remaja katolik akan merasa ragu dengan ajaran Islam yang dirasakan sangat jauh berbeda dengan ajaran agama yang selama ini dia terima.


5. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan seseorang juga mendasari sikapnya terhadap ajaran agama. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis terhadap ajaran agamanya terutama yang terkesan dogmatis, dan diharapkan memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agamanya secara lebih rasional.


6. Percampuran antara Agama dan Mistik 


Unsur agama yang terkadang tercampur dengan unsur mistik menyebabkan dilema yang meragukan di kalangan remaja. Hal-hal mistik mengandung pengertian percaya pada hal ghaib seperti percaya pada Syaithan, jin, malaikat dan hal ghaib lainnya.


Kesimpulan

 
Masa remaja adalah masa yang paling riskan dalam jenjang kehidupan manusia. Kemampuan remaja dalam mengolah kegoncangan dan keraguan yang ada dalam dirinya menjadi penentu bagi mereka untuk taat dalam menjalankan agama. 

Perkembangan yang khusus dan sangat pesat di masa remaja menyebabkan para remaja mengalami kelabilan. Ini disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang sudah seperti orang dewasa, namun belum berimbang dengan perkembangan psikologisnya yang masih belum matang.

Ketidak seimbangan ini menyebabkan kemelut dalam jiwanya. Untuk itu dibutuhkan sosok yang mampu mengayomi dan memberikan tauladan yang baik yang bisa dijadikan idola dan juga mendukung perkembangan jiwa agamanya

Dalam situasi kegoncangan yang sedang dialami dalam jiwanya, terkadang remaja juga dihadapkan pada perkara sulit dalam persoalan agama. Adanya banyak ragam madzhab dan aliran agama yang ditemui dan masing-masing megklaim bahwa kelompoknya yang paling benar, membuat kerancuan dan kebingunagn dalam jiwa remaja.

Dalam kondisi ini peer group atau teman sebaya juga memiliki peranan penting dalam meredam gejolak yang sedang melanda remaja. Untuk itu dari awal libatkan mereka dalam lingkungan yang baik agar menemukan teman sebaya yang bisa membawanya ke pergaulan yang baik juga.

Usaha lainnya untuk meredam kegalauan dalam remaja adalah bersumber dari para tokoh dan pendidik agama. Mereka harus menemukan konsep pendekatan psikologis yang selaras dengan karakteristik remaja, sehingga ajaran agama yang tersaji untuk remaja bukan hanya pada konteks hitam putih yang berkisar pada dosa dan pahala atau surga dan neraka.

Pendekatan seperti ini diharapkan membentuk para remaja agar tidak memandang agama hanya sekedar lakon ritual semata, namun memang menjadikan agama sebagai kebutuhan hidup yang menuntun dalam segala aspek kehidupan.

Aspek kognitf, afektif dan psikomotor dalam agama bisa dikembangkan dan diselaraskan dengan karakteristik remaja yang dipenuhi rasa ingin tahu yang besar. Kognitif remaja dapat dikembangkan secara optimal begitu pula aspek afektif mampu memperteguh sikap dan perilaku dan juga aspek psikomotor melengkapi keterikatan dan keterampilan dalam beragama.

Pengenalan agama yang disesuaikan dengan karakteristik remaja diharapkan mampu membuka jendela wawasan remaja dan memahami bahwa ruang lingkup ajaran agama sangat luas, berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia dalam usaha meningkatkan harkat dan martabat manusia secara individu dan umum.

Konsep seperti ini diharapkan akan membuat para remaja paham bahwa keberadaan agama bukan untuk memasung dan mengebiri kreativitas tapi lebih pada mengarahkan untuk tetap dalam fitrahnya tanpa mengekang malah menjadi pendorong. Dengan begini remaja akan memahami bahwa agama bersifat universal dan membangkitkan ghirah kecintaan mereka terhadap Agama Islam.

Ciri pemuda baik






Referensi

  • Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
  • Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2012.
  • Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1993.
  • https://akurat.co/ketahui-apa-itu-hubungan-ambivalen-dan-tanda-tandanya
  • https://www.sehatq.com/artikel/batasan-usia-remaja-dan-perubahannya-secara-fisik-dan-mental




Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger