Teringat sungai Aare ketika melepas kepergian sang pejuang. Kasus terbawa arusnya Kang Eril putra pertama dari Kang Emil, membuat sebagian besar orang jadi auto mengingat dan langsung membayangkan Sungai Aare ketika melihat sungai-sungai lain yang dijumpai.
Seperti halnya saya, langsung melanglang buana membayangkan bagaimana eksotisnya sungai Aare, sebab konon katanya tipikal sungai-sungai di Eropa sana sangat bersih dan qurrata'ayun jika dipandang. Masyaallahu la haula wa la quwwata illa billah.
Ahad kemaren saya punya jadwal untuk mewawancara seorang guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan ditempatkan di sebuah pulau di tengah laut, pulau panjang namanya.
MasyaAllahu ini merupakan salah satu keunikan yang dimiliki Indonesia. banyaknya pulau-pulau kecil dan merupakan negara maritim yang memiliki daerah laut yang sangat luas.
Pengabdian Seorang Guru Mengajar Di Pulau Terpencil Di Tengah Laut
Kisah seorang wanita yang memilih untuk mengabdikan dirinya, mengajar di sebuah pulau kecil yang berada di tengah laut, Pulau panjang namanya. Hanya bisa bertemu dengan keluarga tercinta disaat weekend datang.
Tercekat tenggorokan ini, ketika membayangkan seorang bocah kecil yang berusia belum genap 2 tahun harus siap ditinggal sang bunda untuk mengabdikan dirinya demi mencerdaskan anak bangsa. Terdengar klise, tapi ini sebuah fenomena nyata.
Bocah cilik ini sudah harus mengalami ditinggalkan oleh sang bunda sejak umur 7 bulan. Sang bunda pergi ke medan pengabdian demi meningkatkan kesejahteraan keluarga, merajut masa depan yang lebih indah. Pengabdian seorang guru, seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Pengabdian Seorang Guru
Mengajar di salah satu Sekolah Dasar (SD) yang berada di tengah laut adalah sebuah pilihan yang sudah dia tetapkan dari awal. Bu Ayu terus belajar istiqamah hingga saat ini.
Lewat analisanya, bahwa ketika dia mencoba mengambil keputusan untuk mengajar di daerah terpencil ini, memiliki kemungkinan formasi yang lebih menjanjikan dibanding jika mendaftarkan namanya di tempat yang mudah dijangkau dan diminati banyak orang. Nasib baik berpihak padanya, Allah mengabulkan do'a dan pengharapannya.
Ada sebuah konsekuensi yang harus diambil dari sebuah pilihan. Diterima sebagai CPNS, tentunya memiliki artian kesejahteraan keluarga akan meningkat. Mengingat penghasilan dari seorang guru honorer masih jauh dari kata cukup, sangat minim dan di bawah standar.
Namun ada pengorbanan yang harus dia lewati. Ya,...meninggalkan keluarganya, orangtuanya, juga suami serta anaknya yang masih terhitung sangat kecil. Sejak usia 7 bulan, bocah cantik ini harus menerima nasib hanya bisa bertemu bundanya sepekan sekali.
Sang ayah terkadang mengajak putri semata wayangnya ini ketika mendapatkan libur kerja yang hanya dia dapatkan sekali dalam sepekan, itupun harinya tak tentu. Dan dia pun harus menyadari bahwa istrinya meninggalkannya untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang abdi negara, menjadi pengajar generasi bangsa.
Perbaikan Infrastruktur Menunjang Perbaikan Nasib Rakyat
Bu Ayu, namanya, berharap kelak tersedia sarana transportasi yang bisa memberangkatkan dirinya, bertemu dengan anak didiknya di jam pagi sekitar pukul 7.00, waktu mulainya pembelajaran.
Sehingga tak perlu lagi dia meninggalkan keluarga tercintanya, putri semata wayangnya yang masih sangat kecil, yang pastinya merasa kehilangan perhatian dan pembelajaran langsung dari dirinya sebagai madrasah utama bagi sang putri.
Perjalanan menuju Pulau Panjang sebenarnya tak memakan waktu lama, dari dermaga tambat perahu Kecamatan Bojonegara, Serang Banten ke pulau panjang hanya memakan waktu 25 menit.
Hal yang menjadi kendala Bu Ayu tidak bisa pulang pergi karena jadwal penyebrangan yang sangat terbatas. Berharap ke depannya ada tambahan perahu dengan trayek pagi hari.
Berharap bisa tetap mengabdi pada bangsa, namun juga memiliki waktu yang tetap terjaga dengan keluarga. Nikmat rasanya, bila keduanya ini bisa berjalan secara seimbang. Hidup sejahtera, bahagia lahir dan bathin tentunya menjadi tujuan setiap insan.
Wahh terharuu kak
BalasHapusMasyaAllahu tabarakallahu:1
HapusSeolah bercermin pada kehidupan saya di tahun 99, Kak. Ibu saya seorang guru PNS, sejak saya kelas 3 SD, adik saya pun masih berusia 3 tahun, kami sudah diboyong untuk ikut Ibu bekerja, mengingatkan saya masa-masa itu.
BalasHapusSaya suka konten blog kakak, sangat inspiratif dan edukatif sekali.
masyaallahu, semoga ibu dapat pahala yang berlimpah, ya. Pantes anaknya seperti Kak Nurhayati, sholihah, berkah perjuangan ibu, ya kak:1
HapusKeren banget sih buat gurunya
BalasHapusmasyaAllahu tabarakallahu:1
HapusTerharu bacanya mba, memang fakta kalo masih banyak guru yang berjuang di daerah pelosok atau daerah tertinggal demi mencerdaskan anak bangsa
BalasHapusSemoga Allah mudahkan Bu Ayu dalam menjalankan tugasnya, jasamu dalam mencerdaskan anak bangsa semoga berbalas jariyah yang menembus batas usia
BalasHapusSelalu haru jika bicara atau baca tulisan tentang guru. Sang pahlawan tanpa tanda jasa. Bu Ayu, semoga jerih payahmu berbuah pahala surga.
BalasHapusMashaa Allah mbak, gak terasa jatuh air mataku mbak, gak tau lagi lah mau bilang apa kalau sudah berani mengabdi dan mengorbankan keluarga ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusguru pahlawan tanpa tanda jasa.. semangat untuk semua guru tercinta,..semoga allah balas jasanya dengan beribu ribu kebaikan aamiin
BalasHapus