Data yang disajikan dalam buku "Tips Menangani Siswa yang Berkebutuhan Khusus" menerangkan bahwa anak dengan gangguan autis terus bertambah dari tahun ke tahun. di negara Kanada dan Jepang prosentase pertumbuhan penderita autis berkembang sebanyak 40% sejak tahun 1980.
Bahkan sejak tahun 2002 dinyatakan ada sekitar 9 kasus gangguan autis diderita anak perharinya. Begitupula di negara-negara maju lainnya seperti Amerika dan Inggris terjadi pertumbuhan angka yang signifikan pada penderita gangguan autis.
Indonesia sendiri menurut data yang didapat dari Departemen Kesehatan sejak tahun 2004 ada sekitar 7000 penderita autis setiap tahunnya. Data ini terus bertambah setiap tahunnya sebanyak 5%. Bisa dikatakan dari tahun 2004 sampai 2007 anak autis bertambah menjadi 8500 orang, bahkan terus meningkat hingga saat ini.
Untuk itu mencari solusi tentang bagaimana cara menangani anak autis harus dipikirkan lebih terfokus lagi dan merupakan kebutuhan yang mendesak. Ketersediaan lembaga yang menangani gangguan autis pada anak juga perlu perhatian khusus. Artinya Tenaga yang mengerti cara menangani anak autis di sekolah maupun di rumah merupakan hal mendesak yang harus segera direalisasikan ketersediaannya.
Dengan adanya program pendidikan inklusi yang dicanangkan oleh pemerintah perlu kiranya sebagai praktisi pendidikan di jenjang apapun membekali diri dengan pengetahuan spesifikasi anak berkebutuhan khusus dan dalam kasus ini tentu saja perlu memahami juga bagaimana karakteristik dari anak autisme.
Berhubung saya sebagai seorang praktisi pada Pendidikan Anak USia Dini, dalam artikel ini saya akan coba menyuguhkan artikel ringan tentang bagaimana cara mendidik dan membimbing anak autis pada usia dini di sekolah. Para praktisi PAUD tentu saja sebelumnya perlu kiranya membekali diri dengan pengetahuan tentang apa itu autism spectrum disorder seperti yang telah ditegaskan di atas.
Cara Menangani Anak Autis di Sekolah
Memahami bagaimana strategi pembelajaran yang tepat yang bisa diterapkan untuk anak penderita gangguan autis bagi para praktisi Pendidikan Anak USia Dini sangat diperlukan, mengingat biasanya ada saja setiap tahunnya anak dengan gangguan autisme ikut sekolah di sekolah reguler.
Hal ini memang dicanangkan oleh pemerintah dalam program pendidikan inklusif. Setiap sekolah diwajibkan untuk menerima 1 sampai 2 orang siswa yang memiliki kebutuhan khusus untuk bisa mengikuti kegiatan belajar bersama teman-teman lainnya.
Ada beberapa prinsip yang harus kita terapkan sebelum kita mulai memberikan pembelajaran pada anak autis agar upaya bimbingan dan layanan pendidikan dapat mencapai keberhasilan. Prinsip pembelajaran ini pun sangat baik juga tentunya jika diterapkan pada anak-anak umum lainnya. Namun ketika diterapkan pada siswa autis harus lebih intens, telaten dan berkesinambungan. Beberapa Prinsip di bawah ini bisa para guru terapkan:
1. Prinsip Pembelajaran Konkret
Prinsip pembelajaran konkret adalah pembelajaran yang menyuguhkan obyek benda secara langsung agar anak mampu memahami hal yang sedang dipelajari karena bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan obyeknya.
Misalnya dalam pembelajaran penjumlahan pada matematika, guru bisa menggunakan alat bantu batu-batuan, batang kayu atau benda lainnya yang tersedia di lingkungan sekitar. Hal ini dapat memudahkan anak untuk lebih memahami konsep penjumlahan bilangan. Anak mendapatkan bantuan dari benda konkret atau nyata di sekitarnya.
2. Prinsip Learning by Doing
Prinsip pembelajaran Learning by doing juga bisa diterapkan pada siswa autis. Misalnya ketika guru hendak mengajarkan dan mengenalkan aneka karakter baik, maka guru bisa langsung mengajak anak untuk mempraktikkannya pada kawan-kawannya langsung.
Menanamkan sikap pemurah, guru bisa mengajarkan untuk saling membantu temannya yang sedang kesusahan. Mengajak anak menengok orang yang sakit, membantu membereskan mainan dan lain sebagainya.
3. Prinsip Kefokusan Tatap Muka
Prinsip kefokusan tatap muka ini mutlak dilakukan ketika memberikan pembelajaran pada anak autis, karena biasanya, anak-anak dengan gangguan autis memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus pada suatu hal. Untuk itu diharapkan guru bisa mengusahakan anak menatap langsung wajahnya ketika memberikan instruksi.
Biasanya sulit dan butuh ketelatenan dalam mengupayakan anak mampu menatap wajah sang guru, namun sebisa mungkin guru bisa mengarahkan anak untuk mampu memandang wajah ketika menerima pembelajaran. Hal ini bertujuan melatih dan membiasakan anak autis untuk fokus dan berkonsentrasi.
4. Prinsip Kebebasan Terarah, Kedisiplinan dan Pemanfaatan Waktu Luang
Biasanya anak-anak dengan gangguan ASD atau autism spectrum disorder, sulit sekali berkonsentrasi dan fokus untuk melakukan satu kegiatan. Biasanya cenderung sesuka hati. Ketika anak mulai bosan guru bisa membebaskan anak terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan yang dia senangi ketika jenuh. Namun tetap mengarahkan pada kebaikan dan kedisiplinan.
Anak autis memiliki kebiasaan cenderung tidak bisa diam dan selalu ada saja kegiatan yang ingin dilakukan. Hal ini membuat dia memiliki jam istirahat yang kurang dan menyebabkan lupa waktu. Guru dalam hal ini harus mampu mengarahkan anak memanfaatkan waktu luang pada kegiatan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak.
5. Prinsip Cinta dan Pengarahan Perilaku Positif
Nah, prinsip yangs satu ini juga sangat penting dimiliki oleh para guru yang menangani anak dengan gangguan autis. Meski tentu saja rasa cinta dan kasih sayang harus diterapkan pada semua siswa. Namun bagi anak-anak autis, para guru harus menyisihkan porsi sabar, cinta, telaten, ramah dengan porsi yang lebih.
Anak autis membutuhkan perhatian khusus dan ekstra, karena mereka memiliki hambatan dalam berkonsentrasi yang menyebabkan gangguan pada semua aspek perkembangannya. Kesabaran dan ketelatenan serta perlakuan cinta sepenuh jiwa sangat penting untuk membantu anak autis kelak menjadi pribadi yang mandiri.
Selain itu anak autis juga memiliki ketidakstabilan pada emosinya. Diharapkan guru dapat mengontrol emosi anak dan mengarahkan pada perilaku terpuji. untuk itu guru harsu mampu melakukan identifikasi problem emosi apa yang dialami anak. Guru diharapkan mampu membangun anak menjadi pribadi yang penuh empati pada lingkungannya.
6. Prinsip Minat dan Bakat
Guru juga harus mampu menggali potensi minat dan bakat anak. Sejatinya setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Begitupula dengan anak autis, mereka juga memiliki minat dan bakat yang berbeda. Perlu kejelian guru dalam hal ini. Untuk itu jangan kenal lelah ketika melakukan observasi pada anak demi menyelami keinginannya dan mengetahui minat bakatnya.
Strategi Pembelajaran untuk Anak Autis dan Penerapannya
Setelah kita mengetahui beberapa prinsip pembelajaran yang harus kita terapkan ketika menangani anak autis, kita juga perlu menentukan strategi pembelajaran yang tepat penerapannya dalam menangani anak dengan gangguan autis.
Siswa autis yang cenderung tidak bisa berkonsentrasi dan fokus pada pembelajaran membuat kita para guru harus mengambil tindakan yang tepat ketika menghadapi siswa autis. Untuk itu diperlukan juga metode yang pas dalm memberikan pembelajaran pada anak autis. Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh para guru ketika siswa autis tidak bisa diam dan berkonsentrasi sebelum memulai sebuah pembelajaran. Beberapa hal tersebut diantaranya, yaitu:
Memberikan Kesibukan yang Terarah kepada Anak
Dalam hal ini guru harus jeli terhadap kesukaan anak. Anak autis juga layaknya seperti anak-anak normal lainnya. Mereka memiliki kecenderungan terhadap sesuatu. Sebagai guru kita bisa mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan yang dia sukai, misal jika anak memiliki kesenangan dalam hal melipat kita bisa memberikan dia kesempatan untuk melakukan kegiatan melipat, sehingga anak bisa duduk tenang karena melakukan kegiatan menyenangkan sekaligus mengajarkan anak keterampilan yang menyenangkan.
Atau kita juga bisa mengarahkan anak autis terhadap hal-hal yang disenangi masuk ke dalam konsep pembelajaran. Misal, seorag anak menyenangi permainan bola, kita bisa memberikan bola untuk dimainkan sambil sedikit-sedikit kita alihkan perhatian kepada pembelajaran yang sedang berlangsung.
Jika sedang belajar mengenal bumi kita bisa alihkan anak pada globe atau bola dunia. Sambil memegang dan memutar globe yang bak bola ini bentuknya, kita bisa juga mengajaknya berkomunikasi aktif mengenalkan negara-negara di seluruh dunia yang ditunjukkan dalam globe tersebut. Anak diminta menyebutkan nama negara yang sedang dia pegang atau menanyakan nama negara yang kita tunjuk, dan lain sebagainya.
Cara ini diharapkan dapat membantu anak autis yang tidak dapat duduk tenang di kelas menjadi fokus dan terpusat perhatiannya pada pembelajaran yang tengah berlangsung. Guru bisa menggunakannya sebagai cara untuk mengatasi anak autis.
Membiarkan Anak Berekspresi Melalui Menggambar dan Coretan
Baik anak autis ataupun anak normal lainnya, sebagaiannya ada yang menyenangi kegiatan menggambar atau corat-coret, bahkan kegiatan ini bisa dijadikan sarana untuk menaikkan mood belajar anak.
Menggambar atau mencorat-coret di atas kertas atau media yang disediakan bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pelajaran. Menggambar dan corat-coret membuat sebuah sketsa diharapkan dapat mengalihkan kegiatan yang mengganggu atau tidak terarah kepada kegiatan yang lebih terarah dan terprogram.
Bisa dijadikan sebagai salah satu teknik mensiasati gerakan atau keadaan anak autis yang seringkali sulit diatur dan terkadang ingin berbuat semaunya sendiri. Biasanya bila sering dilarang anak dengan gangguan autis seringkali marah dan berontak.
Memberikan Kesempatan untuk Mengeluarkan Energi
Anak autis biasanya memiliki energi yang berlebih bahkan terkesan tidak kenal capek. Dengan mengizinkan mereka berjalan-berjalan di sela pembelajaran sama saja memberikan ruang kepada mereka untuk rehat sejenak.
Sebagian siswa autis memerlukan kegiatan berjalan-jalan untuk memunculkan mood mereka ketika belajar. Menyalurkan energi yang berlebih yang dimiliki anak autis layaknya memberikan angin segar untuk menumbuhkan semangat berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Bisa dengan berjalan- jalan di dalam kelas, berlari atau pun di sekitar sekolah atau halaman kelas.
Bisa jadi kita juga memberikan kesempatan yang sama terhadap anak-anak normal lainnya untuk melakukan kegiatan berjaan-jalan di dalam kelas sekitar 10 menit agar anak-anak terbebas dari kejenuhan selama belajar.
Di dalam kegiatan selingan berjalan-jalan pun, guru bisa memasukkan unsur-unsur pembelajaran kepada anak. Pembelajaran yang diberikan bisa disesuaikan dengan pembelajaran yang tengah berlangsung saat itu. Mengajak anak untuk berdiskusi ringan sambil berjalan-jalan.
Membebaskan Anak Memilih Tempat Belajar yang Disukai
Posisi yang nyaman dan tempat yang disukai oleh anak akan membantu anak menyenangi proses pembelajaran yang akan dilalui. Khusus untuk anak autis, sekiranya guru bisa memberikan kebebasan untuk memilih tempat duduk kepada anak.
Kadang kala perlu juga disediakan semacam bangku goyang, atau bantalan warna warni di lantai jika sekiranya memang dibutuhkan karena anak menyenangi hal tersebut. Pemilihan tempat duduk yang disenangi anak diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi si anak ketika belajar. Hati anak senang proses pembelajaran pun akan berlangsung menyenangkan.
Nah beberapa cara dalam menangani anak autis di atas semoga bisa membantu para guru atau pun orang tua di rumah dalam menghadapi anak dengan gangguan autism spectrum disorder. Cara menangani anak autis di sekolah ini tentunya bisa disesuaikan dengan keadaan anak atau keadaan sekolah masing-masing.
Cara guru dalam menangani anak autis bisa dilakukan dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian. Perlu daya kreativitas tinggi, sabar dan gigih. Eksplorasi bisa dikembangkan melalui media-media yang ditemukan di lingkungan sekitar anak. Dari sebuah mainan yang disukai anak, guru atau orang tua bisa mengoptimalkan pengetahuan anak dengan menanyakan jenis warna, aneka bentuk, dan juga fungsi yang terdapat pada mainan atau benda kesukaan anak. So, semangat terus untuk mendidik. Selamat menerapkan. Salam pengasuhan.