Membentuk Kemandirian Anak Tunadaksa Melalui Layanan Pendidikan yang Tepat

Sabtu, 01 April 2023

Memiliki buah hati yang terlahir semprna adalah dambaan setiap orang tua. Namun jika Allah azza wa jalla berkehendak menitipkan amanahnya berupa anak yang memiliki kebutuhan khusus, sebagai orang tua tetap harus mengupayakan bagaimana caranya sebisa mungkin menyediakan anak fasilitas yang bisa menunjang dia menjadi anak yang mandiri.


Pembahasan kita kali ini tentang bimbingan dan pendidikan anak tunadaksa. Sebelumnya kita telah membahas bimbingan dan layanan pendidikan bagin anak tunarungu, layanan pendidikan anak tunanetra, serta layanan pendidikan untuk anak tunagrahita. 


Pengertian Anak Tunadaksa


unadaksa adalah anak-anak yang memiliki gangguan pada fisik dan motoriknya. Bisa terjadi pada otot, sendi juga tulang. Baik karena ketidaklengkapan organ gerak, maupun karena ada gangguan fungsi fisik.


pendidikan anak tunadaksa


Gangguan fungsi fisik pada seseorang biasanya dikarenakan ada ketidaknormalan pada sistem gerak atau kelainan bentuk anggota gerak. Terjadi pada orang yang mengalami kelainan amputie, kesalahan posisi sendi dan juga kelainan bentuk tubuh. Seperti halnya yang dialami oleh penderita polio dan cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan jenis ganguan kerusakan pada otak.


Perlu penanganan khusus dan perhatian khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi para penyandang tunadaksa. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penderita tunadaksa, mari kita ulas hal-hal yang menyertai permasalahan yang terkait dengan anak tunadaksa.


Apa saja klasifikasi yang ada pada tunadaksa, apa karakteristik anak tunadaksa, apa faktor penyebab ketunadaksaan, bagaimana layanan pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak tunadaksa, agar kelak mereka bisa mandiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya.


Klasifikasi Anak Tunadaksa


Seperti halnya anak berkebutuhan khusus yang lain, ada beberapa pengklasifikasian pada anak penyandang tunadaksa yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Djaya Rahaja, ada dua golongan tunadaksa, yaitu tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi. Namun ada juga yang mengklasifikasikan tuna daksa menjadi tiga golongan yaitu tunadaksa ringan, sedang dan berat.


Tunadaksa murni adalah penyandang tunadaksa yang hanya memiliki kelainan pada anggota gerak, namun mental dan intelektualnya normal. Tunadaksa kombinasi adalah individu yang mengalami kelainan fungsi fisik dan juga terdapat gangguan pada mental dan psikisnya. Adapun tiga golongan pada tunadaksa adalah sebagai berikut:


Tunadaksa Ringan


Pada klasifikasi jenis tunadaksa ringan merupakan tudaksa murni dan juga tunadaksa kombinasi yang masih dalam taraf ringan. Tunadaksa jenis ini biasanya mentalnya agak sedikit terganggu namun kecerdasannya cenderung normal. Biasanya pada klasifikasi ini hanya terjadi pada gangguan fungsi fisik atau kekurangan anggota fisik, dan gangguan fisik lainnya.


Tunadaksa Sedang


Tunadaksa sedang merupakan tunadaksa pemiliki cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan juga polio ringan. Pada tunadaksa sedang biasanya banyak dialami oleh para penyandang cerebral palsy atau tunamental, biasanya mengalami daya ingat yang menurun tidak jauh dari batas normal.


Tunadaksa Berat


Pemilik ganguan tunadaksa berat biasanya dialami oleh tuna akibat cerebral palsy berat dan juga akibat infeksi. pada umumnya anak-anak penderita tunadaksa berat adalah anak-anak grahita kelas debil, embesil dan idiot.


Untuk klasifikasi anak-anak penyandang cerebral palsy dibagi lagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya, yaitu:


1. Kelompok Spastic


Anak penyandang cerebral palsy jenis spastic memiliki otot-otot yang kaku. terkadang terjadi kejang jika otot digerallan. Kejang-kejang akan hilang jika si penderita tidak melakukan gerakan ,atau ketika diam dan tidur. Kekejangan akan bertambah jika sang anak dalam kondisi marah.


2. Kelompok Athetoid


Anak yang menyandang cerebral parsy jenis ini adalah anak yang mengalami athetoid. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah dan lentur, bahkan terkadang gerakannya tidak terkendali di luar dari kesadaran dirinya. Terkadang karena gerakan yang tidak terkendali sangat merepotkan anak penyandang cerebral palsy. Biasanya gerakan  tak terkendali terjadi pada tangan, kaki, lidah, bibir dan juga mata.

3. Tremor


Cerebral palsy jenis tremor seringkali melakukan pengulangan gerakpada salah satu anggota tubuhnya.


4. Kelompok Rigid


Anak cerebral palsy jenis rigid, biasanya mengalami kekakuan pada otot. Hal ini mengakibatkan gerakan yang diperlihatkan sangat kaku dan lambat dan menyulitkan aktivitas anak-anak penyandang cerebral palsy jenis ini.

Jika dilihat dari jenis aktifitas motoriknya, maka keadaan anak penyandanng tunadaksa, dari beberapa gangguan yang nampak bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Hiperaktif, dengan ciri tidak mau diam dan selalu gelisah. 

Gejala hipoaktif ditunjukkan dengan motorik yang banyak diam dan gerakannya lamban. Jenis ketiga yaitu tidak adanya koordinasi antara anggota tubuh. hal ini berdampak pada kakunya organ gerak ketika berjalan, terutama pada kegiatan yang menyertakan motorik halus, seperti menulis, menggambar, menari dan lainnya.


Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki karakteristik selain mengalami cacat pada anggota tubuh, biasanya diiringi juga dengan gangguan lain, seperti gangguan pendengaran, gangguan penglihatan serta gangguan berbicara.

Dari beberapa klasifikasi anak tunadaksa di atas, karakteristik para penyandang tunadaksa sudah bisa digambarkan. Untuk lebih spesifiknya saya akan jelaskan karakteristiknya, yaitu diantaranya:

  1. Anggota tubuh sulit untuk bergerak karena terjadinya kekakuan bahkan kelumpuhan.
  2. Mengalami kesulitan dalam bergerak.
  3. Anggota gerak biasanya tidaklengkap.
  4. Anggota gerak yang keadannnya tidak sama dengan orang pada umumnya. Bisa lebih kecil, lebih besar, lebih pendek, jumlah yang lebih atau jumlah yang kurang dan lainnya.
  5. Memiliki gangguan pada motorik alat-alat berbicara yaitu pada lidah, bibir, dan juga rahang, sehingga kondisi ini dapat menyulitkan pembentukan artikulasi yang benar.
  6. Mengalami gangguan afasia sensoris atau familiar dengan kondisi gangguan kemampuan berbicara karena gangguan fungsi organ reseptor.
  7. Mengalami gangguan afasia motoris. Kondidi ini ditandai dengan kemampuan menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain dan lingkungan, tetapi tidak dapat mengemukakan kembali secara lisan.
  8. Pada anak penderita cerebral palsy mengalami kerusakan pada trak piramid dan piramid ekstra  yang berfungsi untuk menjalankan sistem motorik.

klasifikasi anak tuna daksa

Dampak yang Dirasakan Penyandang Tunadaksa 

 

Gangguan tunadaksa disebabkan karena adanya kelainan pada fungsi motorik seseorang. Untuk itu adanya gangguan fungsi motorik yang disebabkan beberapa hal ini akan berdampak juga pada hubungan dengan indra lainnya.


Pada akhirnya gangguan yang terjadi dalam sistem indra yang lainnya menjadikan anak tunadaksa secara psikologis minder dan malu dengan keadaannya dan cenderung memisahkan diri dengan lingkungannya. Sama halnya seperti yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus dari jenis yang lainnya. Selain problem psikologis ada juga beberapa permasalahan yang meyertai, diantaranya, yaitu:


Gangguan Penglihatan


Beberapa penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki gangguan cerebral palsy, dan sebagian besar dari anak-anak ini mengalami gangguan dalam penglihatan.


Gangguan Pendengaran 


Selain gangguan pendengaran, anak-anak cerebral palsy juga mengalami gangguan pada ketajaman pendengarannya. Meski awalnya para peneliti ragu jika kerusakan otak dapat berpengaruh pada sistem fungsi pendengaran, namun dengan ditemukan kenyataan yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy bisa mematahkan anggapan tersebut.


Gangguan Bicara


Gangguan bicara anak cerebral palsy biasanya dialami pada bagian artikulasi karena disebabkan kelemahan pada alat kontrol gerak. gangguan bicara karena keterbelakangan mental dan disfungsi otak, ada gangguan dalam pita suara, gagap atau stuttering,serta gangguan afasia atau gangguan dalam bahasa verbal.


Gangguan Persepsi


Gangguan persepsi yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy adalah terkait dengan pendengaran, penglihatan, sentuhan serta kepekaan pada modalitas yang lain dan bersifat psikologis. Jadi hal ini terkait dengan sikap yang ditunjukkan lingkungan terhadap anak-anak tunadaksa dan juga anggapan dari para penderita tunadaksa sendiri terhadap lingkungannya, seberapa besar lingkungan menganggap keberadaan mereka dan mampu menerima mereka.


Faktor Penyebab Ketunadaksaan


Anak tunadaksa terlahir disebabkan beberapa faktor, yaitu sebelum lahir (pranatal), saat kelahiran, dan setelah dilahirkan.


Keadaan sebelum dilahirkan


Di masa kehamilan sang ibu mengalami trauma atau juga terkena infeksi atau penyakit yang bisa menyerang otak bayi, sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada otak. Jenis penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan diantaranya infeksi sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.


Pada kehamilan sang ibu mengalami gangguan pada peredaran darah sehingga mengganggu metabolisme, tali pusat bayi tertekan sehingga pasokan makanan terganggu dan saraf-saraf otak pun ikut terganggu.


Janin yang berada di dalam kandungan terkena radiasi secara langsung,sehingga mengganggu pada sistem saraf pusat sehingga mengganggu struktur dan fungsinya.


Sang ibu mengalami trauma ketika hamil, misal terjadi kecelakaan yang menyebabkan terkena benturan keras, sehingga mengganggu bayi yang berada dalam kandungan. Keguguran yang dialami oleh sang ibu, sehingga terjadi beberapa gangguan pada pertumbuhan bayi, meski sang bayi masih bisa dipertahankan. Pendarahan waktu hamil.


Usia kehamilan yang tidak mencukupi bulan seharusnya, bisa menyebabkan bayi kekurangan berat badan membuat perkembangan otak pun terhambat. Adanya anoxia prenatal, yaitu pemisahan bayi dari plasenta. mengidap penyakit anemia ketika hamil.


Keadaan ketika Dilahirkan


Proses kelahiran yang terlalu lama, sehingga menyebabkan sang bayi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen pada bayi akan mengganggu sistem metabolisme dalam otak bayi dan bisa menyebabkan kerusakan.


Proses melahirkan dengan menggunakan alat tarik pada kepala bayi. Terjadi himpitan yang keras pada kepala bayi ketika berada dalam panggul ibu.


Pemakaian obat bius yang berlebihan ketika melahirkan caesar, sehingga mempengaruhi sistem saraf ataupun fungsinya.


Setelah dilahirkan


Kecelakaan yang menyebabkan trauma pada kepala. Amputasi akibat kecelakaan atau penyakit. Terjadinya anoxia atau hipoxia dan jugga menderita trauma keras.


Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa


jenis tunadaksa

Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam memberikan layanan pendidikan berkelanjutan bagi anak tunadaksa, agar apa yang diupayakan dapat berdampak bagi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup anak-anak tunadaksa. Mengupayakan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bertanggung jawab minimal bagi dirinya dan diharapkan juga bagi lingkungannya. Beberapa aspek tersebut diantaranya:


Apa Tujuan Pendidikan yang Diberikan untuk Anak Tunadaksa?


Mengacu pada peraturan pemerintah tentang pendidikan luar biasa yang termaktub pada No. 72 terbit tahun 1991, Bahwasannya layanan pendidikan yang diberikan bagi anak tunadaksa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap dan pengetahuan serta keterampilan untuk memaksimalkan perannya dalam lingkungan sosial maupun untuk dirinya sendiri, serta diharapkan ke depannya mampu masuk dalam dunia kerja. 


Tujuan yang paling utama adalah membentuk anak-anak tunadaksa menjadi pribadi yang mandiri dan kepribadian yang kuat, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu juga pendidikan anak tunadaksa memiliki jangkauan dua tujuan, yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan juga pengembangan pendidikan. yang terdiri dari 7 aspek penting, yaitu:


1.  Perlunya Pengembangan Intelektual dan Akademik Anak


Anak tunadaksa masuk ke sekolah luar biasa tipe D, dan dalam SLB tipe D ini disediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar anak tunadaksa. Kurikulum dan perangkatnya serta pedoman pelaksanaannya pun sudah dipersiapkan. Demi memberikan perhatian khusus pada anak penyandang tunadaksa agar mengoptimalkan perkembangan dan intelektual  akademik.


2. Memberikan bantuan dalam mengembangkan Fisik Anak


Dalam membantu perkembangan fisik anak, guru diharapkan bisa memiliki akses untuk bekerjasama dengan pihak medis, sehingga ada pantauan terhadap kesehatan anak.


Guru juga diharapkan terus memantau perkembangan alat motorik anak, sehingga berangsur-angsur anak dapat memaksimalkan kemampuan organ geraknya. Guru harus membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengusahakan memperbaiki gerakan yang keliru dan mengarahkannya pada gerak normal.


Beberapa gerakan yang bisa dilatih misalnya melalui beberapa kegiatan seperti eksplorasi alat-alat tulis, bagaimana menggunakan handphone atau telepon, memijit bel, menyalakan dan mematikan lampu, membuka dan menutup pintu.


Latihan mobilisasi atau ambulasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga, serta diajari juga berlatih menggunakan alat-alat pendukung seperti braces, crutch, night splint, walker, kursi roda dan latihan bina diri lainnya.


3. Mematangkan Perkembangan Emosi Anak serta Rasa Percaya Diri Anak


Pada skala mengembangkan emosi serta percaya diri anak, diharapkan guru memiliki akses untuk dapat bekerjasama dengan para psikolog dalam menangani jiwa anak. Kondisi sekolah yang harmonis hubungannya diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk membangun keppercayaan pada diri setiap anak penderita tunadaksa.


4. Membiasakan Anak untuk Berbaur dengan Lingkungan Sosialnya


Dengan membiasakan anak berbaur dengan lingkungan sosialnya diharapkan dapat membangun kepeercayaan diri. Diawali dengan memberikan tanggung jawab yang ringan kepada anak, maka diharapkan anak akan memilki tanggung jawab untuk menyelesaikannya.


5. Membina Moral serta Spiritual Anak


Nilai-nilai moral agama anak juga perlu distimulasi. Ditanamkan dan diajarkan tentang kaidah dan ajaran agama, agar anak menjadi pribadi yang matang dalam karakter dan spiritualnya.


6. Meningkatkan Ekspresi Diri


Ekspresi anak tunadaksa perlu diberikan stimulasi dan dilatih melalui berbagai macam kegiatan seni seperti seni musik tradisional ataupun modern, aneka keterampilan seperti menjahit, melukis, meronce, mewarnai, menempel, bermain puzzle dan sebagainya disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa.


7. Membimbing Anak Memiliki Masa Depan yang Cerah


Pelayanan pendidikan yang diberikan pada anak tunadaksa diharapkan dapat memberikan masa depan yang cerah. Diharapkan anak mampu bertanggung jawab dan mandiri dari sisi finansial melalui bekal keterampilan yang dimilikinya. Banyak anak tunadaksa yang diarahkan secara maksimal dan optimal mampu memiliki karya yang akhirnya bisa membantunya menjadi pribadi yang mandiri.


Beberapa anak tunadaksa memiliki prestasi di bidang seni, di bidang olahraga, seperti yang pernah saya saksikan secara langsung pada acara ASEAN Paragames yang berlangsung di stadion senayan, Jakarta. Peserta dari ASEAN Paragames ini adalah para penyandang diasbilitas. Untuk itu jadikan Disabilitas menjadi abilitas.

 

Sistem Pendidikan Seperti Apa yang Pas untuk Anak Tunadaksa?


Sistem pendidikan di Indonesia yang mencanangkan adanya pendidikan inklusif atau pendidikan terbuka, memberikan kesempatan pada anak tunadaksa jenis ringan untuk bisa bersekolah di sekolah reguler. Namun tentunya berbeda dengan anak tunadaksa klasifkasi berat, ini memerlukan perlakuan khusus di sekolah khusus yaitu SLB tipe D. 

Namun meski dibuka pendidikan inklusif  ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kelas reguler bagi anak tunadaksa, yaitu:

  1. Menyiapkan lingkungan belajar tambahan, sehingga memungkinkan anak tunadaksa bisa bergerak dengan leluasa disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya dengan menyediakan jalan khusus yang bagus dan landai untuk mempermudah digunakan oleh anak penyandang tunadaksa, memperluas ukuran pintu agar memudahkan anak yang mengenakan kursi roda untuk akses keluar dan masuk ruangan.
  2. Adanya kontak yang intens untuk mengecek fisik dan psikis anak.
  3. Ada akses sarana yang bisa dijadikan rujukan pertama apabila ada permasalahan yang terkait dengan fisik dan kesehatannya.
  4. Anak yang fisik dan kesehatanmya seting mengalami gangguan, hendaknya diberi kesempatan lebih dari pada teman yang lainnya. Diberikan ruangan khusus untuk mengejar ketertinggalan.
  5. Ruang khusus juga bisa disedikan sebagai fasilitas anak tunadaksa sedang dipersiapkan terlebih dahulu kemampuannya untuk bisa mengikuti di program kelas reguler.

Apa Strategi Pembelajaran yang Tepat untuk Anak Tunadaksa?


Strategi yang diterapkan dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunadaksa adalah pola pengajaran yang bersifat membangun kemandirian, belajar bekerjasama dalam kelompok, membentuk tim pembelajaran.


Mengajarkan Hal-Hal Kemandirian


Penekanan pembelajaran untuk anak tunadaksa adalah pada pembiasaan hidup mandiri yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sehingga diharapkan pembelajaran kemandirian bisa membentuk anak menjaadi pribadi yang mandiri, mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya baik dengan gurunya, temannya atau dewasa lainnya.

Belajar Secara Berkelompok


Dengan menerapkan belajar secara berkelompok,diharapkan dapat memberi dampak positif untuk bisa saling menghargai, mendudkung dan bekerjasama satu sama lain. Antara anak normal dan anak penyandang tunadaksa bisa saling berbaur dan bergaul.

Membentuk Tim Pengajar


Adanya tim pendidik yang bisa saling bekerjasama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan pada anak tunadaksa. beberpa keuntungan dalam membentuk tim dalam pembelajaran adalah:

  1. Terciptanya pembelajaran yang efektif
  2. Permasalahan bisa terukur dengan baik
  3. Meningkatkan kemampuan komunikasi
  4. Meningkatkan kemampuan sosial.
  5. Menambah wawasan akademik menjadi lebih mumpuni.


Apa Saja Prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran bagi Anak Tunadaksa


Prinsip dalam Proses Pembelajaran


Ada dua prinsipdalam pembelajaran yang diberikan untuk anak tunadaksa, yaitu prinsip multisensori atau banyak indra dan pendidikan yang berprinsip individual.

Pendidikan multisesnsori yang dimaksud adalah, dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak tunadaksa harus memaksimalkan penggunaan atau menstimulasi semua indra yang dimiliki anak.

Banyak anak tunadaksa yang mengalami gangguan sensori, untuk itu harus diberikan stimulasi. Melalui pendekatan multisensori diharapkan dapat memfungsikan kembali sensori yang selama ini mungkin tidak diberdayakan.

Pendidikan individualisasi yang dimaksud adalah pelayanan pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan anak, disesuaikan dengan keadaan anak.

Prinsip Penataan Lingkungan Belajar yang Tepat


Penataan lingkungan belajar yang tepat bagi anak tunadaksa perlu dipertimbangkan dari sisi kenyamanan dan keamanan, mengingat anak pengandang tunadaksa memiliki keterbatasan dalam permasalahan fisik motorik.


Lingkungan serta gedung sekolah harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak tunadaksa. Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dijalankan dalam membuat gedung khusus untuk anak tunadaksa:

  1. Disediakan ruangan khusus untuk pemeriksaan dan perawatan anak, seperti untuk ruangan bina gerak atau fisioterapi, bina bicara atau speech terapy, bina diri,terapi okupasi, tempat bermain dan lapangan.
  2. Jalan masuk ke sekolah sebaiknya luas dan landai serta keras agar memudahkan anak tunadaksa yang menggunakan alat bantu jalan seperti tripor, kruk, kursi roda dan lainnya.
  3. Jika terpaksa harus bertangga, gunakan jalur lantai yang didesain miring.
  4. Lantai bangunan usahakan dibuat dari model lantai yang tidak licin.
  5. Pintu ruangan sebaiknya dibuat lebar dengan daun pintu mengatup ke dalam.
  6. Menghubungkan antar bangunan sebaiknya dibuat penghubung koridor yang terdapat pegangan di sisinya, agar anak bisa berambulasi sendiri.
  7. Ada cermin yang terpasang di sisi bangunan, agar anak bisa mengoreksi posisi geraknya apakan sudah betul.
  8. Disediakan kamar kecil tidak jauh dari kelas tempat belajar.
  9. Peralatan meja dan kursi yang disesuaikan dengan keadaan anak, misal kursi yang dapat distel, bentuk sandaran yang bisa dimodifikasi dan juga bisa dipasang sabuk.


Demikian artikel tentang karakteristik, klasifikasi dan faktor penyebab anak bisa menyandang tunadaksa. Layanan pendidikan anak tunadaksa yang tepat harus seperti apa, sudah dijabarkan di atas. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan juga bisa berkontribusi memberikan pengetahuan tentang anak tunadaksa beserta seluk beluknya. Salam pengasuhan.


Referensi


Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.


Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa




Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger