Seba Baduy merupakan perhelatan besar masyarakat Suku Baduy yang banyak dinanti kehadirannya oleh masyarakat setempat, bahkan bagi orang-orang dari luar daerah. Saya sebagai seorang yang bertempat tinggal tidak terlalu jauh dengan lokasi Suku Baduy, hampir selalu menyempatkan diri untuk melihat momen ini.
Selalu menarik! Melihat masyarakat Suku Baduy berbondong-bondong datang ke pendopo kabupaten yang berlokasi di alun-alun Rangkasbitung. Menempuh jarak puluhan kilometer dari kawasan pemukiman Suku Baduy ke kota Rangkasbitung dengan hanya berjalan kaki dan bahkan tanpa menggunakan alas kaki. Unik dan langka, bukan?
Tahun ini dikabarkan ada kurang lebih 1250 pemuda Baduy yang datang untuk menghadap ke "Ibu Gede". Istilah yang mereka gunakan sebagai panggilan untuk Bupati Lebak. Kabupaten tempat masyarakat Suku Baduy ini tinggal.
Kebetulan pemimpin daerah Kabupaten Lebak saat ini dijabat oleh Ibu Hj. Iti Octavia Jaya Baya. Jadi masyarakat Baduy menyebutnya sebagai "Ibu Gede". Lain halnya jika yang menjabat seorang laki-laki, maka masyarakat Suku Baduy menyebutnya sebagai "Bapak Gede"
Seba Baduy Merupakan Tradisi Suku Baduy
Seba dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti menghadap, bisa juga pergi menghadap (raja). Pergi menghadap raja, dalam tradisi Suku Baduy memiliki artian pergi menghadap penguasa daerah tempat mereka tinggal. Pergi menghadap Bupati Lebak, kabupaten tempat Suku Baduy menetap dan Gubernur Banten sebagai propinsi kawasan dimana Kabupaten Lebak berada.
Masyarakat Suku Baduy bertempat tingal di daerah Desa Ciboleger Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak propinsi Banten. Berjarak kurang lebih 60 kilo meter dari pusat kota Kabupaten Lebak, yaitu Kota Rangkasbitung.
Konon Suku Baduy merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang melarikan diri ke pegunungan di daerah Leuwidamar. Daerah yang menjadi tempat menetap mereka saat ini. Suku baduy menjadi ragam menarik budaya, salah satu keunikan yang dimiliki Indonesia.
Masyarakat Suku Baduy memiliki pola kehidupan yang unik dan bisa dikatakan banyak yang tidak lazim dilakukan pada masyarakat umumnya. Penampilan mereka mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri-ciri Suku Baduy dalam biasanya menggunakan baju serba putih dan ikat kepala atau lomar putih. Sedangkan ciri-ciri Suku Baduy luar, biasanya mengenakan pakaian hitam, sarung atau celana hitam dan ikat kepala atau lomar batik baduy.
Para kaum wanitanya pun demikian. Baduy dalam menggunakan kebaya putih, sedangkan ciri wanita suku Baduy luar mengenakan kebaya hitam serta kain batik Baduy yang memiliki ciri khas warna hitam lurik biru.
Tentang asal usul Suku Baduy secara mendalam mungkin bisa kita bahas lain waktu. Sekarang, saya ingin cerita tentang Seba Baduy yang baru saja dilaksanakan, yaitu dari tanggal 26 april sampai dengan 30 april.
Seba Baduy merupakan salah satu tradisi Suku Baduy yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Waktunya tidak selalu sama setiap tahunnya. Namun upacara Seba Baduy ini diselenggarakan setelah para Suku Baduy menyelesaikan upacara kawalu dan ngalaksa. Biasanya di sekitar bulan april atau mei.
Upacara kawalu dilaksanakan biasanya setelah masyarakat Suku Baduy mengalami panen besar. Upacara dilakukan sebagai wujud rasa terimakasih kepada sang pencipta. Setelah upacara kawalu dilaksanakan biasanya mereka "Ngalaksa".
Ngalaksa adalah kegiatan silaturahmi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Baduy kepada sanak kerabat dan para tetangga. Biasanya sambil menghidangkan sayuran laksa sebagai menu wajib dalam upacara panen besar. Sebuah kekayaan budaya yang mereka lestarikan dari tahun ke tahun secara turun temurun.
Makna Acara Seba Baduy
Sangat menarik konsep dari acara ini. Suku Baduy yang notabene memiliki mata pencaharian utama sebagai petani, dalam acara Seba Baduy, berusaha memberikan persembahan hasil panen terbaik mereka selama satu tahun untuk para penguasa daerah.
Hasil panen yang mereka bawa biasanya terdiri dari buah-buahan, padi huma, gula merah, petai, makanan khas adat Suku Baduy dan hasil bumi lainnya. Dipersembahkan sebagai bukti kesetiaan dan dukungan mereka sebagai warga negara yang baik terhadap pemerintah.
Selain itu, dalam acara Seba Baduy, para pembesar Suku Baduy ketika menghadap pada "Ibu Gede, meminta doa agar panen di tahun berikutnya dapat memiliki hasil yang melimpah ruah. Bukti bahwa masyarakat Suku Baduy begitu menghormati pemimpn daerah.
Masyarakat Suku Baduy percaya bahwa restu dari pemimpin adalah hal utama. Kesetiaan pada pemimpin juga adalah hal yang utama. Untuk itu setiap tahun mereka merasa wajib melaksanakan "Seba Baduy". Seba Baduy bertujuan agar hasil panen yang yang mereka dapatkan berkah dan hasilnya terus meningkat etiap tahunnya.
Acara Seba Baduy dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tentu saja makin tahun makin meriah. Beberapa tahun terakhir, acara Seba Baduy dijadikan sebagai ajang wisata. Dalam acara ini dibuka stand hasil kerajinan tangan dari masyarakat Suku Baduy. Mulai dari kain tenun, Batik, tas rajut, gelang, kalung, gantungan kunci khas dari daerah Baduy. Ada juga hasil bahan pangan, seperti gula merah, emping, madu hutan baduy dan lainnya.
Saya pribadi menjadikan acara ini sebagai healing dan hiburan wisata Suku Baduy, makanya selalu menyempatkan untuk hadir, meski hanya sekedar melihat-lihat,ketika mengunjungi stand UMKM masyarakat Baduy. Banyak sekali barang-barang unik hasil kerajinan Suku Baduy, yang berasal dari bahan-bahan alam, seperti kulit pohon, serat daun, bambu dan lainnya. Ada juga stand yang menampilkan pertunjukan para wanita Suku Baduy sedang menenun kain.
Acara "Seba Baduy tahun ini pun sangat meriah. Hasil kerajinan tangan yang dijual pun makin beragam dan banyak model dari waktu ke waktu. Para pengrajin dari Suku Baduy terus berinovasi menghasilkan kerajinan tangan yang makin bervariatif juga semakin berkualitas.
Dokumen Pribadi
Bagi masyarakat Lebak, acara Seba Baduy merupakan ajang hiburan yang sangat dinanti. Info yang didapat, acara ritual Seba Baduy ini diharapkan bisa menjaring 30.000 orang wisatawan domestik dan asing untuk datang pada acara ini. Acara Seba Baduy diharapkan mencerahkan perekonomian daerah, serta mengangkat produk UMKM masyarakat Suku Baduy.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Bapak Iman Rismahayadin dalam pernyataan tertulisnya menyatakan bahwa dalam acara seba Baduy kali ini akan mengundang beberapa duta besar dari mancanegara. Tujuannya agar memikat para wisatawan asing untuk menyaksikan perhelatan Seba Baduy.
Bagi yang menyenangi keunikan ragam budaya, pasti akan betah berlama-lama dalam acara ini. Semua serba natural dan kembali ke alam. Hiasan atau gapura yang digunakan terbuat dari anyaman bambu, ada beberapa juga yang menggunakan atap ijuk. Menarik, bukan?
Gimana? ada yang tertarik juga untuk datang ke perhelatan akbarnya masyarakat Suku Baduy. Yuk, jangan ragu-ragu untuk datang ke Rangkasbitung, yaa. Acaranya bertempat di alun-alun utara kota Rangkasbitung. Bagi masyarakat Jakarta, cukup datang dengan menggunakan kereta commuter line seharga 8000 rupiah dengan menenmpuh perjalanan selama 1 jam lebih, sudah bisa sampai di kota Rangkasbitung. Tahun depan coba datang, yaa!
Referensi
https://www.liputan6.com/regional/read/5270052/ritual-seba-baduy-digelar-27-30-april-2023-targetkan-30000-kunjungan-wisata
Hasil wawancara pribadi dengan personil pemerintah
Wah, menarik nih, Mbak. Tradisi yang harus terus dipertahankan sih ya :3. Jangan sampai makin kesini tradisi2 beginian dilupakan ya
BalasHapusbetul sekali mba, memang semestinya ya kita mempertahankan hal-hal yang berdampak positif...
Hapusacaranya masih berlangsung kah? pasti diadakan terus ya kalau seandainya tahun ini saya gak bisa kesana, pengen banget deh mengunjungi desa baduy apalagi mengunjungi tradisi Seba Baduy ini, menarik sekali
BalasHapusSudah selesai mba, biasanya memang diadakan setiap tahun selama 3 atau 4 harian. boleh mba nanti tahun depan bisa berkunjung ya ke Rangkasbitung, lihat Seba sekalian mampir juga ke daerah Baduy.
HapusSaya selalu salut sama suku baduy dalam, bisa konsisten menjaga alam dan budayanya. Mudahan selalu terjaga terus di tiap generasi. Tradisi seba semoga semakin tahun semakin meriah tanpa mengurangi nilai-nilai budayanya
BalasHapusSemoga, ka, agar budaya2 positif kita terus dilestarikan keberadaannya.
Hapussaya baru tahu adat Baduy Seba ini belum perah menghadirinya semoga nanti pas acara bisa menyaksikannya secara langsung dan semoga dengan adat ini pariwisata di Indonesia makin maju dan rakyat di Baduy dapat meningkatkan perekonomiannya dari kegiatan adat ini
BalasHapusAjang seperti ini bagus banget dilestarikan sekaligus mengakat kearifan lokal. Apalagi generasi muda sekarang yang condong budaya luar. Menarik.
BalasHapusSuku Baduy selalu menarik yaahhh kalau dibahas, aku juga selalu penasaran dengan cerita-cerita dari sana, budayanya menarik. Dari artikel ini saya juga sedikit banyak belajar, semoga suatu saat saya bisa mampir ke desa ini.
BalasHapusWah ternyata ada acara seperti ini, ya. Saya kira kalau ingin mengenal lebih dekat Suku Baduy kita harus mengunjungi Suku Baduy di tempat tinggalnya. Selain begitu, ternyata kita pun bisa mempelajari banyak hal tentang Suku Baduy di alun-alun Kota Raskasbitung. Menarik.
BalasHapusWah suku baduy sudah membuka diri untuk pihak luar? Apa memang festival itu untuk suku baduy luar saja?
BalasHapusJadi nambah wawasan saya nih mengenai perbedaan suku baduy luar dan dalam. Yang sering saya lihat di berita itu rupanya baduy luar ya, karena mereka sudah terbuka dengan peradaban dari kota dan tentunya mereka bisa berbaur di acara Seba Baduy ini
BalasHapusWah, acaranya menarik ya apalagi bisa menjadi magnet buat wisawatawan. Salut sama ketawadhuan mereka kepada pemimpin adat. Yah, walaupun di mana2, adat manapun, pasti ada namanya tetua adat ya...
BalasHapusKerennya lagi mereka bisa konsisten banget menjaga budaya. Sampai sekarang masih nggak habis pikir, ciri khas pakaiannya itu lo, bisa selalu dipertahankan sedangkan di daerah2 lain di Pulau Jawa sudah banyak yang beralih ke pakaian modern, pun yang old generation...
Mbaak aku telat taunyaa pengen banget trip ke suku baduy menginap bersama anak2 lain kali kabarin atau japri boleh mbaa... (www.gustiyenifamtrip.com)
BalasHapusSeru artikelnya. Dibutuhkan banyak banget cerita dan liputan semacam ini untuk mendokumentasikan kehidupan unik masyarakat kita ya. Saya belum pernah masuk ke permukiman Baduy. Kebayang jalan kakinya tuh hehehe ...
BalasHapusTertarik untuk datang sih mbak Nita, secara di Jatim sini ga ada kan suku Baduy, tapi jauh banget yak
BalasHapusingin tahu lebih banyak tentang suku Baduy ini mbak, saya suka belajar tentang kearifan lokal
Ternyata ada perbedaan diantara suka Baduy itu sendiri ya kak. Yang begini ini kita seharusnya paham ya kak, karena bagian dari budaya Indonesia. Saya jadi terbuka wawasannya juga
BalasHapusTradisi baik yang memang harus dipertahankan. Suku baduy bagian luar memang lebih bisa berbaur dengan perkembangan sosial sekarang ya.
BalasHapusKeren nih acaranya, bisa nambah wawasan tentang suku baduy. Ternyata mereka terbuka juga ya dengan dunia luar, baru tahu
BalasHapus