Mengenal dan Tips Membentuk Anak Tunagrahita Menjadi Pribadi Mandiri

Sabtu, 25 Maret 2023

Pernah nonton talk shownya Dedy Corbuziers di program acara Hitam Putih yang bertajuk tentang seorang anak tunagrahita inspiratif Wahyu Setiawan, tayang 27 april 2018. Wahyu  bercita-cita ingin menjadi pilot, masyaallahu dengan semangatnya, ya,  Sains. 


karakteristik anak tunagrahita


Alhamdulillah Wahyu merupakan anak yang terlahir istimewa sebagai penyandang tunagrahita. Beruntungnya Wahyu memiliki supporting system yang bagus, sehingga dia masih bisa mendapatkan haknya untuk tetap bersekolah dan belajar. Wahyu Setiawan tidak putus asa dan tetap semangat untuk terus menuntut ilmu.


Diceritakan oleh Bude yang mengasuhnya, bahwa Wahyu memiliki empati yang besar dengan sesama, terbukti dia selalu kepikiran dan intens bertanya soal sosok kakek yang telah meninggal dunia kala itu. Khawatir, cemas terpancar dari mimik wajah dan intonasi nada suara yang dikeluarkan.


Ini artinya, karakteristik anak tunagrahita juga memiliki  rasa dan hati yang sama seperti kita. Sebenarnya bagaimana karakteristik anak tunagrahita menurut para ahli? Yuk kita ulas secara singkat gambaran tentang anak tunagrahita, siapa yang dimaksud anak tunagrahita, bagaimana karakteristik anak tunagrahita serta klasifikasi anak tuna grahita ada berapa .


Pengertian Anak Tunagrahita


Tunagrahita merupakan sebutan terhadap individu yang memiliki keterbatasan intelektual dalam bahasa inggris disebut mentally disabled, intellectually handicapped, mental deficiency dan beberapa lainnya.  Dalam kamus besar KBBI tunagrahita memiliki arti cacat pikiran, lemah daya tangkap atau idiot. Tunagrahita merupakan istilah yang disandarkan pada individu yang mengalami mental retardation atau keterbelakangan mental.


Anak yang mengalami mental retardation menurut Kirk dalam Efendi tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan apapun, karena mental retardation merupakan sebuah kondisi atau keadaan seseorang bukan sebuah penyakit. 


Menurut DSM atau Diagnostic Statistic Manual of Mental Disorders V yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association disingkat APA, penyandang tunagrahita adalah individu berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan mental dan memiliki fungsi kecerdasan di bawah normal gejalanya disertai dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dalam lingkup konseptual, sosial dan juga dalam praktik dan terus terjadi selama masa perkembangan individu tersebut.


Kekurangan dalam permasalahan intelektual meliputi bagaimana menalar, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, berpikir secara abstrak, dan juga dalam pelajaran  akademik. Namun tentu saja keadaan ini sudah dikonfirmasi dan dites melalui asesmen klinis sesuai dengan tes standar intelegensi.


Sedangkan untuk lingkup defisit fungsi adaptif, terdapat kegagalan dalam pemenuhan standar perkembangan sosiokultural dalam hal pembentukan kemandirian serta keikutsertaan dalam permasalahan sosial.


Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan IQ


Mungkin teman-teman pernah melihat anak tunagrahita dengan kondisi fisik yang berbeda-beda, sempat dibingungkan? Kondisi fisik yang berbeda-beda pada anak tunagrahita dipengaruhi juga dari kadar IQ yang dimiliki. Makin rendah IQ yang dimiliki maka semakin berat status ketunagrahitaannya.


Bagaimana klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan IQ? Sama halnya dengan anak normal pada umumnya juga memiliki kadar IQ yang berbeda-beda, sehingga hal ini menyebabkan setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda pula.


Ada 4 klasifikasi tunagrahita yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus jenis ini memiliki kemampuan dan penampilan fisik berbeda, diantaranya yaitu:


1. Anak Tunagrahita Ringan 


Anak tunagrahita jenis ringan atau biasa disebut Debil, memiliki tampilan fisik seperti anak normal pada umumnya. Berdasarkan DSM V, anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan memiliki IQ sekitar 55 - 70. Anak tunagrahita pada klasifikasi ini masuk dalam anak-anak yang bisa diajari membaca, menulis, juga berhitung, keterampilan  praktik kehidupan sehari-hari juga keterampilan seperti menjahit, memasak bahkan berjualan.


Anak tunagrahita pada klasifikasi ringan masuk dalam kelompok mampu didik, mudah diajak komunikasi, dan tidak memerlukan pengawasan yang ekstra, mereka bisa melindungi dirinya dari mara bahaya. Jika disekolahkan, mampu mengikuti pembelajaran sampai tingkatan kelas IV SD. Biasanya pola pikir maksimal seperti anak umur 12 tahun.


2. Anak Tunagrahita Sedang


Anak tunagrahita jenis sedang atau disebut juga Imbesi menurut DSM V memiliki IQ sekitar 40 - 55. Anak tunagrahita klasifikasi sedang masuk kedalam kelompok latih. Dari penampakan fisik agak berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tunagrahita jenis sedang umumnya tetap bisa diajak ngobrol dan melakukan interaksi, tetapi di urusan menghitung, membaca, dan juga tulis menulis tidak terlalu pandai.  


Kemampuan bersekolah bisa sampai dengan kelas 2 SD. Anak tunagrahita jenis sedang masih mampu menjaga diri, namun harus diberi perhatian lebih dari anak tunagrahita ringan, demi perkembangan mental dan sosialnya secara optimal.


3. Anak Tunagrahita Berat


Tunagrahita berat atau severe memiliki IQ di kisaran 40 - 55. Menurut hasil tes binet  IQ nya berada di kisaran 20 - 32, sedangkan jika menggunakan test WISC IQ berada di kisaran 25 - 39. Anak tunagrahita pada jenis ini memiliki keadaan fisik yang abnormal dan kontrol sensori motor yang sangat terbatas.


Mereka sangat membutuhkan pengawasan yang ekstra dan maksimal. Biasanya anak tunagrahita jenis ini sudah tidak mampu menerima layanan pendidikan secara formal. Anak tunagrahita jenis berat masuk ke dalam golongan anak mampu rawat. 


4. Anak Tunagrahita Sangat Berat


Anak tunagrahita jenis sangat berat atau profound disebut juga sebagai idiot. Memiliki keadaan sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. IQ berada di bawah 25. Menurut tes Binet, IQ berada di bawah 19, dan menurut skala WISC IQ anak tunagrahita sangat berat berada di bawah 24. 


Anak tunagrahita jenis sangat berat memiliki cacat fisik dan kerusakan syaraf, bahkan  banyak yang meninggal. Harus diawasi ekstra ketat karena tidak mampu menjaga dirinya dari mara bahaya.


Klasifikasi Anak Tunagrahita dari Aspek Klinis


Selain  klasifikasi dari sisi IQ, anak tunagrahita juga diklasifikasikan berdasar jenis fisik atau keadaan klinis. O, iya, untuk klasifikasi secara klinis ini juga memiliki fariasi kemampuan IQ yang berbeda-beda juga di setiap kondisi.  Klasifikasi klinis dikelompokkan dalam beberapa bagian, diantaranya, yaitu:


1. Down Syndrom


Anak tunagrahita jenis ini memiliki wajah yang tipenya sama seperti raut muka orang mongol. Terdapat lipatan dibawah mata, bentuk mata sipit dan miring serta lidah yang tebal, telinga kecil serta gigi geligi yang tidak beraturan.


2. Kretin (Cebol)


Pada anak tunagrahita jenis ini memiliki tangan dan kaki yang pendek serta perawakan badan yang pendek dan agak bengkok. Tangan, kaki dengan kulit kering, bibir tebal serta gigi yang tumbuhnya lambat.


3. Hydrocepal


Anak tunagrahita dengan jenis ini memiliki bentuk kepala yang besar tetapi raut wajah yang kecil dan mungil. Pandangan  kurang sempurna dan terkadang kondisi bola mata juling.


4. Microcepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala kecil.


5. Macrocepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran anak normal lainnya.


Karakteristik Anak Tunagrahita


Dari klasifikasi anak tunagrahita yang sudah kita ulas di atas, sedikitnya kita memiliki gambaran tentang karakteristik atau ciri dari anak tunagrahita. Saya akan mengulas tentang karakteristik anak tunagrahita pada perkembangan masa bayi dan setelah dewasa.


Karakteristik Perkembangan pada Masa Bayi


Kelainan Gangguan Fisik


Pada bayi yang terkena gangguan intelektual, biasanya memiliki tonus otok yang kurang baik sehingga mengalami ketidakmampuan mengkordinasikan proses menelan dan menghisap, jarang menangis tapi ketika menangis bisa terus menerus. Perkembangan fisik seperti proses duduk, berdiri dan merangkak terjadi keterlambatan.


Keterlamabatan dalam Bicara


Bayi biasanya mengucapkan kata pertama mereka selama 14 bulan serta mampu mengkombinasikan kata sebelum usianya mencapai dua tahun. Namun pada anak tunagrahita akan erjadi kelambanan pada proses perkembangan berbicara, bahkankurang mengoceh hingga umur sembilan bulan.


Respon pada Lingkunagn


Pada umumnya bayi normal jika ada suara akan peka dan menoleh kepada arah datang suara, biasa tersenyum, dan merespon menangis. Tanda-tanda ini ada kemungkinan tidak ada pada anak yang memiliki gangguan intelektual.


Karakteristik secara Umum


Fisik


Secara fisik terlihat hampir sama dengan anak normal, kemampuan motorik terhambat dan cenderung lambat, kordinasi gerak kurang dan khusus pada anak tunagrahita berat penampilan fisik jauh berbeda dengan anak normal.


Intelektual


Sulit memperlajari hal yang terkait akademik. Pada anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan belajar paling maksimal layaknya anak normal yang bersia 12 tahun. Pada anak tunagrahita sedang , kemampuan belajar setara dengan anak berumur di kisaran 7 hingga 8 tahun. Pada anak tunagrahita berat, mereka hanya mampu belajar secara akademik setara dengan anak usia 3 tahun.


Sosial dan Emosional


Dalam lingkup kehidupan sosial biasanya anak tunagrahita senang bersosialisasi dan bergaul dengan anak-anakyang lebih muda. Lebih senang menyendiri, gampang dipengaruhi dan juga kurang dinamis. Tidak memiliki kontrol pengendalian diri secara baik serta sulit konsentrasi.



karakteristik-tunagrahita


Faktor Penyebab  Tunagrahita


Setelah kenalan lebih jauh dengan penyandang tunagrahita, mengerti karakteristik serta klasifikasiny, tentu akan timbul pertanyaan di benak teman-teman, bagaimana ini bisa terjadi. Apa faktor penyebab pemicu sampi seseorang bisa menyandang sebagai tunagrahita.


Sebenarnya belum diketahui secara pasti kenapa bisa terjadi, namun ada beberapa faktor pemacunya diduga sebagai penyebab terjadi cacat tunagrahita, dipandang dari beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


1. kondisi ketika belum dilahirkan


Pada kondisi ini biasanya terjadi ketika masih dalam kandungan, disebabkan karena berbagai faktor, bisa dari konsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya,  atau terkena virus yang dibawa oleh ibunya misalnya karena banyak bergaul dengan kucing atau bunga-bunga liar yang mengandung virus tokso.


Konsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol dan merokok juga bisa menjadi pemacu anak menjadi penyandang tunagrahita sejak dalam kandungan. Kekurangan asupan nutrisi yang cukup ketika hamil juga sangat diperlukan.


2. Kondisi ketika Dilahirkan


Bagaimana bisa ketika melahirkan dapat menyebabkan anak menyandang tunagrahita? Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang susah sehingga menyebabkan bayi tertahan di rongga panggul dan kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf.


Bisa terjadi pendarahan otak pada bayi jika ada tekanan saat mengejan yang terlalu lama, selain itu penggunaan alat tang jika tidak hati-hati digunakan bisa mencederai otak bayi. 


3. Kondisi setelah Dilahirkan


Saat kehamilan berjalan lancar, ketika persalinan juga berjalan bagus, tapi setelah persalinan juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicu faktor seorang anak bisa menyandang tunagrahita. Kenapa? Salah satu penyebabnya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak.


Sakit panas yang menyerang anak dan tidak ditangani secara cepat juga bisa menjadi pemacu terjadinya tunagrahita. Untuk itu, waspada disegala suasana sangat diperlukan,sambil tentu saja terus meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah ta'ala.


Metode dalam Menangani Anak Tunagrahita


Ada beberapa metode yang bisa diterpkan dalam menangani anak-anak penyandang tunagrahita. Denagn metode ini diharapkan anak-anak tunagrahita dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kemamuannya secara optimal.Beberapa metode yang bisa diterapkan diantaranya yaitu:


1. Occupational Therapy


Occupational therapy atau terapi okupasi, diberikan pada anak lewat latihan anggota motorik halus maupun kasarnya. Melatih sendi-sendi agar lentur dan terbiasa untuk bergerak.


2. Play Therapy


Play therapy atau terapi bermain diberikan melalui permainan-permainan yang aplikatif. Misal dalam pembelajaran matematika diterapkan metode bermain peran sebagai penjual dan pembeli, lalu menghitung berapa barang yang dibeli dalam bentuk drama permainan.


3. Activity Daily Living (ADL)


Activity daily living dikenalkan agar para anak tunagrahita terbiasa dengan mengerjakan rutinitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merapihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Pengenalan dan pelatihan mengerjakan aktivitas sehari-hari bertujuan agar anak tunagrahita ringan sampai sedang mampu berdiri sendiri dan mandiri tanpa terlalu bergantung kepada orang lain.

4. Life Skill dan Vocational Therapy


Life skill dan terapi bekerja dilatih agar anak tunagrahita setidaknya mampu berkarya dan bisa menghasilkan. Meski pekerjaannya tidak bisa disamakan dengan anak normallainnya, namun diharapkan dengan pembekalan keterampilan untuk terjun di dunia bekerja secara sederhana bisa dijalankan oleh anak tunagrahita. Misalnya diberi pelatihan menjahit, menghitung menggunakan kalkulator sebagai bekal dagang, dsb, agar anak tunagrahita bisa memiliki penghasilan sendiri.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita 


Sebagai manusia yang sama-sama memiliki hak untuk mengenyam pendidikan, maka perlu dipikirkan upaya untuk memberikan pembelajaran atau layanan pendidikan pada anak tuna grahita. Tujuannya agar para penyandang tunagrahita bisa hidup secara mandiri, keberadaannya bisa berbaur dengan masyarakat pada umumnya.


Berbagai landasan menyertai alasan perlunya memberikan layanan pendidikan dan penanganan anak tunagrahita. Landasan falsafah pancasila, landasan hukum seperti UUSPN No. 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah. Nomor. 72 yang dikeluarkan Tahun 1991, dan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak.  Oleh karena itu ada beberapa jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Beberapa lembaga ini didirikan sebagai cara dalam menangani anak tunagrahita:

1. Kelas Transisi


Kelas transisi dibentuk sebagai salah satu cara dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Kelas menjadi  transisi dilaksanakan di sekolah reguler, sehingga anak tunagrahita juga memiliki kesempatan bergaul dengan anak-anak normal lainnya.

Kelas transisi dirancang untuk mempersiapkan anak tunagrahita memasuki jenjang sekolah selanjutnya, yaitu sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan mengacu dari kurikulum SD yang telah dimodifikasi. Penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita.

2. Sekolah Khusus


Sekolah ini dirancang khusus utuk anak yang memiliki kebutuhan khusus, disedikan untuk anak tunagrahita atau anak yang memiliki kebutuhan khusus spesifikasi lainnya. Anak tunagrahita masuk kedalam kelompok SLB atau sekolah luar biasa. Anak tunagrahita kelompok ringan masuk ke dalam SLB C dan anak tunagrahita berat masuk ke dalam SLB C1


3. Pendidikan terpadu


Pendidikan terpadu diadakan di sekolah reguler. Belajar bersama anak-anak normal lainnya bersama guru yang biasa mengajar dan menangani anak-anak di sekolah reguler. Layanan pendidikan ini diberikan berdasarkan prinsip pendidikan untuk semua.

Namun pada jam tertentu disediakan juga layanan pendidikan dari guru khusus yaitu guru pembimbing khusus (GPK), biasanya didatangkan dari SLB terdekat, disediakan waktu dan tempat yang khusus.

4. Pendidikan Inklusif


Sama seperti halnya pendidikan terpadu,pendidikan inklusif diberikan di sekolah reguler. Anak-anak tunagrahita bergaul dan belajar bersama anak-anak normal lainnya. Mendapatkan pembelajaran yang sama dan juga dari guru yang sama.

Biasanya dalam satu kelas disediakan dua guru,satu guru reguer dan satu guru lagi memiliki kemampuan dalam pendidikan luar biasa. Semua siswa diperlakukan sama dengan pelajaran yang sama dan tugas yang sama. Saat ini pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan, masih perlu dilengkapi persyaratan penyelenggaraannya.


5. Program Sekolah dari Rumah


Program sekolah yang diadakan di rumah ini bisa dengan cara mendatangkan guru PLB atau Pendidikan Luar Biasa untuk memberikan terapis dan pembelajaran. Hal inibiasanya terlaksanan setelah ada kesepakatan antara orang tua, sekolah dan juga masyarakat sekitar.

6. Pendidikan di Panti Rehabilitasi


Pendidikan yang diselenggarakan di panti rahabilitasi biasanya diselenggarakan untuk anak tunagrahita jenis berat,dikarenakan kemampuannya yang sangat rendah dan hampir tidak bisa bersosialisasi dengan anak normal lainnya.

Anak tunagrahita jenis berat bisasanya memiliki kelainan ganda pada penglihatan, pendengaran serta gangguan motorik lainnya. Program layanan yang disediakan di panti berupa program perawatan. Ada 5 pelayanan yang diberikan di panti untuk anak-anak tunagrahita, diantaranya pengenalan diri, sensor motor serta persepsi, motorik kasar dan ambulasi atau kemampuan untuk mampu berpindah dan bergerak, kemampuan bahasa dan komunikasi dan juga melatih kemampuan untuk bersosialisasi dan komunikasi.

Di bawah ini merupakan skema layanan pendidikan dan penganan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita.


cara menangani anak tunagrahita
Sumber: Modul Pendidikan Luar Biasa untuk program PGSD


Prinsip  Khas layanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Anak tunagrahita ringan dan sedang masih bisa diupayakan berkembang menjadi pribadi  mandiri agar memiliki kepercayaan diri dan punya harga diri.  Mengupayakan agar anak tunagrahita diakui keberadaan di khalayak ramai. 


Ada beberapa Prinsip  yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita, agar terapi dan layanan yang diberikan bisa tepat saasaran dan diupayakan secara optimal dan maksimal. Beberapa prinsip dan ciri tersebut diantaranya:


Prinsip Skala perkembangan mental


prinsip skala perkembangan mental yang dimaksud adalah, guru bisa memahami kebutuhan anak berdasarkan kemapuan dan skala kecerdasannya, mengingat setiap anak memiliki kecerdasan berbeda, termasuk halnya dengan anak tunagrahita. Dengan mernerapkan prinsip ini maka bisa diketahui pengetahuan tentang perbedaan inter dan intra personal setiap peserta didik.


Prinsip Ketangkasan Motorik


Prinsip ketangkasan motorik lebih mengedepankan pengoptimalan fungsi motorik kasar maupun halus pada setiap peserta didik, agar anak tunagrahita bisa maksimal memanfaatkan kemampuan motorik kasar dan halus yang dimikinya.


Prinsip Contoh Keperagaan


Prinsip contoh keperagaan diterapkan agar anak tunagrahita lebih bisa memiliki gambaran konkret tentang sesuatu, karena keterbatasan intelektualnya membuat anak tunagrahita tidak terlalu mampu untuk memikirkan hal yang abstrak.


Untuk itu sangat penting ketika mengajar anak tunagrahita menggunakan alat peraga. Misaknya ketika mengajarkan kata bebek sisipkan gambar bebek, kata bebek ditulis tebal sedangkan gambar ditulis tipis, agar anak bisa memiliki gambaran sehingga mudah memahami dan mengingat.


Prinsip Kegiatan Pengulangan


Ketika memberikan pembelajaran pada anak tugrahita, usahakan sering melakukan pengulangan sampai anak tunagrahita memahami pelajaran yang diberikan. Usahakan jangan pindah pada materi selanjutnya jika materi yang dipelajari belum dipahami dengan benar, karena daya ingat dan daya tangkap anak tunagrahita lebih kurang dari anakyang lainnya.


Prinsip adanya Korelasi


Dalam prinsip korelasi usahakan jika memberikan pembelajaran dengan anak tunagrahita dikorelasikan dengan pembelajaran lain dan ada kaitannya dengan kegiatan yang biasa dia lakukan sehari-hari, agar lebih mengena dan mudah dipahami.


Prinsip Hubungan Berkelanjutan


Prinsip berkelanjutan maksudnya ketika kita memberikan pembelajaran denagn anak tunagrahita, meskipun agak terlambat dalam memahami dan harus terus melakukan pengulangan tapi tetap harus maju melanjutkan pelajaran ke tahapan yang lebih tinggi. Misal ketika belajar matematika 1x1=1, 1x2=2 terus lakukan pengulangan sampai bisa, dan ketika sudah bisa lanjutkan dengan perkkalian 3x1 lalu 4x1 dan seterusnya.


Prinsip Individualitas


Prinsip individualitas yaitu menekankan pada kemampuan setiap individu anak. Membiarkan anak tunagrahita belajar dengan irama dan kemampuannya sendiri. Meski tetap harus menjalin interaksi dengan teman-temannya. Dia tetap belajar dalam satu ruangan namun dengan kedalaman materi yang berbeda.


Ciri Khas Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Ada ciri khas yang digunakan ketika memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita agar ketika mengajari anak tunagrahita lebih mudah dan mengena. Ciri khas tersebut diantaranya, yaitu:


Penggunaan Bahasa


Bahasa yang digunakan dalam memberi layanan pendidikan bagai anak tunagrahita harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Penyampaiannya harus tegas lugas dan tidak berbelit-belit. Usahakan menggunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak.


Posisi Di Kelas


Posisi duduk ataupun ketika berkegiatan pada anak tunagrahita usahakan ditempatkan pada posisi paling depan dan ditempatkan berdekatan dengan anak yang kira-kira memiliki kemampuan yang hampir sama, atau sekiranya yang bisa menerima keadaannya dan akrab dengannya.


Tersedianya Program Khusus untuk Anak Tunagrahita


Perlu disediakan program khusus yang melatih sensorik dan motorik serta akademik dan sosial anak tunagrahita, agar bisa berkembang secara optimal, sehingga kesulitan yang dirasakan ketika enghadapi anak tunagrahita bisa segera ditangani oleh ahlinya.


Demikian ulasan tentang anak tungrahita dengan segala seluk beluknya, karakteristik, klasifikasi, penyebab sampai pada layanan pendidikan yang tepat yang bisa kita terapkan untuk memmbantu anak-anak tunagrahita tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan memiliki harga diri.


Semoga Allah hayyul Qoyyum selalu memberi pertolongan kepada kita. Mampu menjadi hamba yang hanif dan bertanggung jawab, serta bisa bermanfaat untuk sesama. Semoga artikel singkat yang masih jauh dari sempurna ini setidaknya bisa membuka sedikit wawasan tentang anak tunagrahita. Salam pengasuhan.






Referensi



Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.

Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa


Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger