Anak berkebutuhan khusus bukan disandarkan pada anak yang memiliki cacat mental atau fisik saja, tetapi anak yang memiliki kelainan dari keumuman. Jangkauannya lebih luas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada artikel mengenal anak berkebutuhan khusus.
Jika teman-teman sudah memahami pengertian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli, maka akan lebih memahami artikel tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang akan saya peparkan.
Sesuai dengan penjelasan para ahli, Anak Berkebutuhan Khusus diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu anak berkebutuhan khusus permanen dan anak berkebutuhan khusus temporer.
Klasifikasi dan Karakterisktik Anak Berkebutuhan khusus Permanen
Anak berkebutuhan khusus permanen membutuhkan penanganan khusus dan membutuhkan sekolah khusus agar berkembang secara optimal. Kelompok anak berkebutuhan khusus permanen diantaranya, yaitu Anak yang mengalami hambatan penglihatan, pendengaran, intelektual, fisik motorik, emosi dan gangguan perilaku, autisme, gangguan konsentrasi dan hiperaktif, anak berkesulitan belajar, anak berbakat dan sangat cerdas.
1. Anak-anak dengan Hambatan Penglihatan (Tuna Netra)
Anak-anak yang mengalami hambatan penglihatan dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang medis dan sudut pandang pendidikan.
Dari sudut pandang medis berdasarkan pada ketajaman penglihatan serta lantang pandangan. Orang yang memiliki ketajaman penglihatan di sekitar 20/200 atau kurang dari ini maka digolongkan buta. Sedangkan ketajaman penglihatan atau visus 20/70 masuk ke dalam golongan low vision.
Dari sudut pandang pendidikan berdasarkan media yang digunakan oleh anak dalam aktivitas membaca dan menulis. Seorang anak yang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan indera perabaan dan juga indera pendengaran maka dikategorikan sebagai buta.
Bila dalam proses belajarnya seorang anak masih mampu menggunakan penglihatannya untukaktivitas menulis dan membaca meski dalam kondisi kesulitan,misalnya dengan cara memperbesar tulisan, dikategorikan sebagai low vision.
karena situasi di atas, maka seorang anak akan mengalami beberapa hambatan diantaranya, yaitu:
1. Dalam upaya menambah wawasan dan pengalaman.
2. Dalam upaya bergerak.
3. Dalam masalah kegiatan sosial pada lingkungannya.
2. Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)
Anak yang memiliki gangguan pendengaran biasa dalam spektrum ringan sampai berat. hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa karenanya anak akan kurang menguasai kosakata dan kurang mampu untuk berkomunikasi.
3. Anak dengan Gangguan Intelektual (Tuna Grahita)
Menurut DSM V atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke 5, merupakan alat taksonomik dan diagnostik yang diterbitkan oleh American Psychiatric association menerangkan bahwa, anak dengan gangguan intelektual adalah anak yang memiliki defisit dalam fungsi intelektual/
Gangguan tersebut diantaranya terdapat hambatan pada kemampuan penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, belajar akademik, dan belajar dari pengalaman serta pemahaman.
Rentang kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak pada umumnya. Tentunya pernyataan di atas harus melalui assesmen klinis dan individu dan juga test standar intelegensi. Baru kemudian seorang anak bisa dikatakan penyandang tuna grahita.
4. Anak yang memiliki Permasalahan Fisik dan Motorik (Tunadaksa)
Anak tuna daksa adalah anak yang memiliki hambatan gangguan fisik yang berkaitan dengan bentuk tulang, sendi dan otot. Tuna daksa memiliki kondisi fisik yang normal tetapi memilki gangguan fungsi fisik.
Tunadaksa adalah individu yang memiliki kelainan bentuk tubuh, kelainan amputie, organ gerak dan dislokasi sendi, seperti halnya para penyandang polio dan cerebral palsy.
5. Anak yang Memiliki Gangguan Emosi dan Perilaku (Tuna Laras)
Anak pada permasalahan ini biasanya terlihat seperti anak yang memiliki kenakalan tingkat ekstrem. Jika keadaan ini berlangsung lama maka akan berdampak buruk pada proses pendidikan anak. Beberapa dampak buruk diantaranya:
- Anak memiliki gangguan kemampuan dalam belajar, baik karena faktor kecerdasan, sensori ataupum kesehatan.
- Anak tidak mampu menjalin komunikasi sosial dengan teman sebaya, otang tua dan juga guru.
- Perasaan yang konstan dalam perasaan yang tidak bahagia atau bahasa lainnya mudah mengalami depresi.
6 Anak dengan Spektrum Autism (Autism Spectrum Disorder)
Anak austis adalah anak yang memiliki gejala seolah-olah dia hidup hanya sendiri. Asyik bermain sendiri, merujuk dari asal katanya yaitu "auto" berasal dari bahasa Yunani memiliki arti "sendiri". Biasanya memiliki masalah dari segi komunikasi dan kehidupan sosial.
7. Anak dengan gangguan konsentrasi dan hiperaktiv
8. Anak kesulitan Belajar
Anak yang memiliki kesulitan belajar terdapat beberapa jenis. Penyebab dasarnya adalah ada luka pada otaknya sehingga berakibat hilangnya kemampuan untuk menerima pembelajaran dengan baik. Biasanya mengalami kesulitan belajar pada 3 aspek, yaitu membaca, berhitung dan menulis.
Anak kesulitan belajar memiliki 5 permasalahan, yaitu diantaranya:
Learning Disorder
Learning disorder atau kekacauan dalam belajar biasanya dialami oleh anak. Pada dasarnya anak yang mengalami kekacauan dalam belajar kemampuan dasarnya sama sekali tidak berkurang, tetapi akan terganggu pada perolehan prestasi.
Misalnya anak yang terbiasa bermain basket atau olah raga tinju terbiasa melakukan gerakan keras, namun tiba-tiba harus belajar menari yang sama sekali tidak biasa dia lakukan, karena menari biasanya memerlukan gerakan yang gemulai dan teratur.
Learning Disfunction
Anak yang memiliki kelainan ini dikarenakan kondisi yang dimiliki si anak tidak berfungsi untuk menerima pembelajaran. Misalnya anak yang memiliki postur tinggi, jika tidak dilatih untuk bermain basket, maka dia akan kesulitan untuk melakukan olah raga basket.
Under Achiever
Pada kategori ini dialami oleh anak yang sesungguhnya memilki tingkat IQ tinggi namun memiliki prestasi belajar yang rendah.
Slow Learner
Slow learner atau lambat belajar adalah anak yang memiliki keterlambatan dalam mencerna pembelajaran yang diterima olehnya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Biasanya tidak terbatas hanya pada kemampuan akademis namun juga pada penguasaan keterampilan. biasanya memiliki rentang kecerdasan yang di bawah rata-rata yaitu sekitar 76 - 89.
Learning Disabilities
Pada anak yang mengalami learning disabilities biasanya anak menghindari untuk belajar dan tidak mampu belajar, untuk itu prestasinya di bawah potensi intelektualnya.
9. Anak yang Memiliki Kecerdasan Luar biasa
Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus pada klasifikasi ini adalah anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan hambatan yang sedang dialami.
Anak berkebutuhan khusus temporer biasanya ditimbulkan dari faktor eksternal, atau faktor yang ditimbulkan dari luar dirinya.
Jika hal yang menyebabkan anak-anak ini memiliki perlakuan khusus segera ditangani maka mereka akan segera terbebas dari problem yang dialami, tetapi jika tidak segera diselesaikan bisa berubah menjadi anak berkebutuhan khusus permanen.
Namun bagi anak berkebutuhan khusus temporer tidak memerlukan pelayanan sekolah khusus. Beberapa kategori anak berkebutuhan khusus temporer diantaranya:
1. Anak korban broken home
2. Anak jalanan
3. Anak-anak korban bencana alam
4. Anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil
5. Anak yang mendapatkan metode pelajaran yang tidak cocok dengan kepribadiannya
6. Anak-anak korban HIV-AIDS
Demikian sedikit penjelasan tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus atau ABK. Semoga bisa dipahami dan memberi pencerahan. Semangat terus berkarya. Barakallahu
Referensi:
Supena, Asep, DKK. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI danPendidikan masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak USia Dini, 2018.
Nuraeni, siti, DKK. Prosedur Operasai Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI danPendidikan masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak USia Dini, 2018.
Sukadari. Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2019.
Wardani. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.