5 Cara Menjaga Fitrah Anak USia Dini. Orang tua dan Pendidik Perlu Pahami!

Rabu, 26 Juli 2023

Mendidik anak di zaman serba digital saat ini perlu penyesuaian. Baik orang tua maupun anak harus mampu beradaptasi dengan perubahan era yang perkembangannya sangat cepat. Orang tua yang pernah muda di era 1990-an tentu akan sangat berbeda dengan anak-anak yang mengalami masa muda di era 2020-an.


Konon sejak manusia ada di muka bumi ini, memikirkan masalah pendidikan dan keberlangsungan hidup dirinya sudah dirumuskan dari dulu. Tentu saja dengan berkembangnya konsep berpikir manusia, maka cara mendidik pun terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


Namun, satu yang tidak berubah, yaitu setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Sebagaimana Islam menegaskan tentang konsep fitrah anak . Orang tuanya yang akan membentuk dan mewarnai anak menjadi sosok yang diharapkan, sesuai keinginan orang tuanya. Orang tua dan lingkungan merupakan aspek penting dalam mengembangkan nilai pada anak


fitrah anak usia dini

Untuk itu fitrah anak yang masih lurus perlu dijaga dan diupayakan agar berkembang ke arah kebaikan, karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang baik secara jasmani maupun rohani.  Nah, potensi yang dimiliki anak inilah yang dinamakan fitrah. Bagus sekali jika dikembangkan sejak anak masih dalam usia dini. Kisaran berapa anak usia dini? Sainers boleh cari tahu lebih lengkap di artikel  pengertian anak usia dini.


Gempuran arus global dengan warna budaya yang beranekaragam saat ini berubah sangat cepat, sebagai orang tua kita harus berupaya terus membuat racikan ilmu mendidik yang pas untuk diberikan dan diterapkan pada anak. Baik orang tua maupun anak harus mampu berdaptasi dengan lingkungan yang ditempatinya. Menurut Abdul Rahman dalam bukunya Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak USia Dini, fitrah merupakan bagian integral untuk mengenal esensi dan eksistensi kehidupan manusia.


Salah satu fenomena yang marak saat ini adalah keberadaan gadget yang banyak merampas perhatian anak, membuat anak agak melenceng dari fitrah mereka seharusnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara alami banyak terhambat karena faktor gadget.


Ini merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Para orang tua memiliki tugas berat untuk mengurai permasalahan ini. Gadget bukan permasalahan yang sederhana. Bahkan mengancam pada pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak. Kok bisa?


Bisa, dong. Coba, deh kita pikirkan. Jika setiap harinya anak kita selalu bergantung pada gadget, berapa banyak waktu yang terbuang dan memaparkan radiasi pada mata anak? Padahal mengisi waktu dengan bermain bersama temannya atau bercerita bersama ayah bunda lebih berkualitas dan memberikan stimulasi positif di banyak area. Sehingga perkembangan anak pun bisa diupayakan secara optimal.


Selain itu, dengan menghabiskan waktu di depan gadget terkadang anak lupa makan, lupa minum bahkan sulit mengalihkan perhatiannya pada hal di luar barang kesukaannya yaitu gadget. Ironisnya banyak ayah bunda yang menjadikan gadget sebagai sarana dalam mempermudah urusan pengasuhan. Sering dengar, kan, statement kaya gini "Biarin aja, deh, biar anteng. Makan atau pun minum susunya bisa cepat dihabiskan kalau sambil nonton di gadget, atau sambil main game kesukaannya. Soalnya kalau gadgetnya diambil, malah nggak mau makan dan juga marah." Hehe, orang tua pun dihadapkan pada pilihan yang dilematis. 


Bukannya, nggak boleh banget, atau antipati banget, ya, sama gadget. Asal waktunya dibatasi sah-sah saja, kok, kan banyak juga hal positifnya. Asaal...diawasi ya, papmam. Jujurly saya juga problem banget, nih, membuat jarak yang tak terlalu dekat antara anak dengan  gadget, bahkan sering adu argument, haha. Istilah singkatnya berdebat!


Yuk, kita lihat survey dari sebuah penelitian yang dijelaskan dalam jurnal pendidikan anak usia dini yang ditulis oleh Dianing Safitri dan kawan-kawan bahwasannya anak-anak yang merasa marah jika dipisahkan dengan gadgetnya mencapai di angka 50 %  dan ada sekitar 3 % anak yang akan mengalami kemarahan luar biasa atau .


Jika keadaannya sudah begini, apakah bisa dikatakan fitrah anak masih terjaga? Kembali kepada pembahasan menjaga fitrah pada anak usia dini, perlu kita kaji terlebih dahulu, apa, sih fitrah? Saya sudah sering banget dengar istilah ini, tapi arti sesungguhnya apa, sih? Ada yang punya pernyataan yang sama seperti ini? Tos kalo gitu. Makanya, yuk kita bongkar-bongkar dulu referensi tentang pengertian fitrah.


Pengertian Fitrah


Berbicara tentang masalah firah, sepertinya banyak diantara kita tidak asing dengan istilah ini. Istilah fitrah banyak sekali diangkat dalam berbagai tema perbincangan tentang ilmu pendidikan dan parenting. Namun, apakah kita sudah paham makna dari kata fitrah itu sendiri? 


Dari sisi etimologi atau pengertian bahasa kata, fitrah secara bahasa memiliki banyak arti sesuai dengan konteks yang dikaitkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fitrah memiliki arti sifat dasar, kesucian, bakat, serta bawaan. Ibnu Manzhur menjelaskan dalam pengertian Bahasa Arab,  fitrah memiliki makna belahan, kemunculan, kejadian, dan juga ciptaan. Jika makna fitrah dihubungkan dengan manusia, maka memiliki arti pembawaan yang dihadirkan dari sejak dilahirkan.

Mengurai terminologi fitrah menurut Profesor Quraish Shihab, ada 3 penggolongan makna fitrah yang bisa diuraikan, diantaranya yaitu fitrah merupakan:


1. Dien yang Haqiqi


Fitrah Memiliki makna ad-dien yang hakiki atau agama yang benar. JIka diartikan sebagai ad-dien yang hakiki, fitah manusia mencerminkan hakikat bahwasannya setiap manusia ketika dilahirkan sudah memiliki potensi tauhid secara alami, mengakui Rabb atau Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. 


2. Kesucian


Fitrah juga memiliki makna sebuah kesucian. Hakikatnya adalah ketika manusia dilahirkan membawa potensi alami pada perilaku jujur dan memiliki kecenderungan terhadap akhlak baik dan juga memilih sesuatu hal yang mengandung kebenaran. Ini membuktikan bahwa hati nurani manusia secara keseluruhan berada dalam kondisi fitrah.


3. Asal Kejadian


Fitrah juga mengandung makna asal kejadian. Jika ditilik dari makna asal kejadian, fitrah manusia mengandung makna  bahwasannya setiap manusia selalu ingin mengetahui tentang asal usul dirinya. Dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali.


Perasaan ini akan membimbing manusia mencari hakikat dirinya, cenderung untuk berbuat kebaikan dan kebenaran yang hakiki. Ketika fitrah manusia masih lurus keseimbangan antara alam dan manusia akan terus terjaga. Untuk itu kita semua memiliki tugas untuk menjaga agar fitrah kita tetap lurus.


Konsep Fitrah Anak Usia Dini


Konsep fitrah yang akan kita bahas kali ini adalah tentang potensi anak manusia ketika dilahirkan. Fitrah pada anak tersebut kita upayakan untuk dikembangkan potensinya melalui pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya dan juga lingkungan tempat tinggalnya.


Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki anak bisa berkembang atau istilah lainnya aktuil, jika dikembangkan hanya melalui proses pendidikan dan juga stimulasi dari lingkungan. Pernyataan ini linier dengan teori pendidikan konvergensi yang dikemukakan oleh Willeam Stren, bahwasannya pendidikan dan lingkungan sangat berperan penting dan bisa dikatakan hal yang utama dalam membentuk karakter anak.

Hanya saja ada perbedaan antara teori konvergensi dan teori Islam, bahwasannya fitrah di dalam konsep Islam terkait dengan kaidah ketuhanan atau illahiyah sedangkan dalam konsep teori konvergensi yang diusung oleh para pemikir barat meniadakan konteks ketuhanan. Hal ini dinyatakan oleh Samsul Nizar.

Kita akan membahas lebih detail lagi tentang potensi fitrah anak usia dini yang mampu dikembangkan melalui upaya pendidikan yag diberikan oleh orang tuanya maupun lingkungannya. Menurut Profesor jalaluddin ada 4 potensi dasar atau fitrah yang bisa dikembangkan, yaitu:

1. Potensi Naluriah


Fitrah bisa diartikan sebagai Potensi Naluriah atau disebut juga sebagai hidayat al-gharizziyat memiliki pengertian bahwasannya manusia memiliki fitrah dalam rangka melindungi dirinya, mempertahankan diri dan juga dorongan untuk berkembang biak.

2. Potensi Indrawi 


Potensi indrawi disebut juga sebagai hidayat alhassiyat. Potensi indrawi berfungsi untuk menghubungkan manusia dengan dunia luar atau lingkungannya. Dengan potensi indrawi yang dibekali oleh Allah, yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan juga peraba, mampu membimbing manusia berhubungan dengan sesama manusia atau makhluk ciptaan Allah yang lainnya. 


3. Potensi akal 


Fitrah yang ketiga adalah fitrah naluriah(hidayat al-aqliyyat), yaitu potensi akal yang hanya dimiliki dan diberikan kepada manusia. Dengan potensi ini manusia mampu menterjemahkan simbol, hal abstrak dan menganalisa suatu persoalan.


4. Potensi keagamaan 


Fitrah lain yang dimiliki oleh manusia adalah fitrah keagamaan atau hidayat al-diniyyat. Fitrah keagamaan yang dimiliki oleh manusia menjadikan manusia makhluk yang butuh beribadah kepada yang maha kuat, yang tinggi dan berkuasa atas dirinya.

Profesor Jalaluddin menjelaskan bahwasannya manusia sangat erat hubungannya dengan pendidikan, berdasarkan atas tiga prinsip penyertanya, yaitu prinsip penciptaan, prinsip peran juga prinsip tanggung jawab.

Prinsip penciptaan menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang memiliki fungsi untuk menjaga bumi, prinsip peran menegaskan bahwa manusia diciptakan memiliki peran yang besar terhadap kemakmuran bumi, dan prinsip tanggung jawab bahwasannya manusia memiliki tanggung jawab yang besar akan keselamatan bumi.

Nah, melalui tiga prinsip di atas, menguatkan bahwa manusia adalah makhluk yang mampu diberikan pendidikan, dan pendidikan akan lebih mudah diterima ketika diberikan sejak masa anak usia dini. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa stimulasi positif yang diberikan pada masa usia emas atau golden age 1 sampai dengan 8 tahun akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan hidup ketika dewasa. Pengembangan intelejensi serta pembentukan karakter paling tepat dilakukan sejak anak usia dini.  

Bayangkan jika manusia dalam proses bertumbuh dan berkembangnya tanpa disertai pendidikan dan bimbingan dari orang yang terlebih dahulu merasakan seluk beluk dunia?Owooow, apa jadinya dunia?? Saya pribadi takut membayangkannya, terlalu acak-acakan sepertinya, arghh, sereem.

Dunia berantakan, lingkungan berantakan, tidak paham bagaimana cara menyapa, cara makan, dan tata cara serta adab lainnya dalam bertindak dan hal sederhana lainnya. Untuk itu Allah ta'ala memberikan tarbiyah atau pendidikan secara langsung kepada Nabi Adam alaihi salam serta kepada beberapa utusan-Nya yang lain, termasuk Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam.

Lalu bagaimana cara menjaga agar fitrah kita sebagai manusia tetap lurus? Seperti yang telah diungkapkan pada pernyataan di atas, bahwasannya adalah tanggung jawab setiap individu untuk menjaga fitrahnya tetap lurus. Bagaimana caranya?


Buat kita para manusia dewasa yang telah memiliki kemampuan untuk memilih tentu mempunyai kemampuan untuk menahan diri tetap pada jalur yang lurus, tinggal dikembalikan pada individu masing-masing, mau atau engga, sabar atau tidak, sanggup atau enggan. Akhirnya bermuara bahwa hidup adalah sebuah pilihan.


Namun kemampuan manusia untuk memilih dan bertahan pada fitrah yang lurus, tentunya ada upaya yang dilakukan. Seperti halnya sebuah rantai kehidupan yang saling terkait dan terus berkesinambungan. Manusia bertumbuh dan berkembang. 


Manusia bermetamorfosis. Dilahirkan, dirawat, dididik sehingga yang tadinya seorang bayi mungil melalui peran seorang yang dinamakan orang tua bayi mungil yang tanpa daya itu dapat bertumbuh dan berkembang dan akhirnya wujudnya berbah menjadi dewasa. Hidup adalah sebuah konsistensi.


Jika kita mengambil pelajaran dari analogi metamorfosa kupu-kupu. Dibutuhkan sebuah upaya dan proses untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Begitupula dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Diperlukan upaya melalui sebuah proses pendidikan demi membentuk manusia yang berkarakter dan tetap pada kelurusan fitrahnya.


Fitrah yang lurus perlu diupayakan sejak manusia dalam kandungan dan terus berlanjut ketika dilahirkan sampai akhir hayat. Namun pendidikan intensif perlu diupayakan ketika manusia masih dalam usia dini, yaitu sejak kanak-kanak dari usia 0 sampai 8 tahun. 


Memberikan pendidikan di usia dini akan mudah melekat, seperti sebuah pepatah mengatakan  mendidik di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu mendidik di kala dewasa bagaikan mengukir di atas air.


Untuk itu sebagai orang tua yang memegang amanah dalam mendidik anak-anaknya, masa ini merupakan peluang emas dalam masa pembentukan. Mengupayakan sang anak menjadi manusia yang berkarakter unggul, agar menjelma menjadi manusia berakhlak yang mampu amanah sebagai khalifatu fii al-ardi. Apa saja upaya yang perlu kita lakukan dalam menjaga fitrah sang anak agar tetap lurus? Yuk lanjut.


fitrah anak usia dini


Bagaimana Mengupayakan Fitrah Anak USia Dini Tetap Lurus?


Setelah kita memahami bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dalam menjaga fitrah anak, selanjutnya para orang tua sebagai pelaku pendidikan, harus berupaya menjadi pribadi yang baik sebagai sarana uswah yang akan dipresentasikan kepada anak, demi menjaga fitrah anak tetap lurus.

Sosok guru dan orang tua adalah role model yang akan ditiru oleh anak. Jika anak disajikan pemandangan akhlak baik dari para orang tuanya maka anak akan meniru apa yang dia lihat dan saksikan. Otak anak menurut pakar pendidikan anak usia dini Doktor maria Montessori bagaikan spons, mudah menyerap hal-hal yang ada di sekitarnya.

Sifat otak anak yang absorbent mind ini menjadikan para orang tua harus berhati-hati ketika berucap dan bertindak di hadapan anak. Lingkungan terdekat anak merupakan lingkungan yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter pada anak.

Bagaimana cara membentuk karakter baik pada anak agar cepat diserap oleh anak dan berdampak pada penjagaan anak?DR. Abdullah Nahih Ulwan, seorang ulama yang memiliki perhatian dalam bidang parenting dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam merumuskan 5 metode yang bisa diterapkan dalam pola pengasuhan dan pendidikan. Lima metode tersebut diantaranya:


1. Mendidik dengan Keteladanan


Faktor keteladanan memiliki andil besar dalam pembentukan karakter baik pada anak. Jika para orang tua dan pendidik memiliki sifat jujur, amanah, bertanggung jawab dan karakter baik lainnya, maka anak pun diharapkan akan meniru apa yang telah dia saksikan dan dia dengar.

Sangat sulit bagi anak melakukan apa yang diminta oleh orang tuanya tetapi orang tuanya tidak melakukan apa yang diperintahkannya. Untuk itu Allah ta'ala mengisyaratkan tarbiyah yang sangat berpengaruh berupa keteladanan melalui sosok utusannya yang memiliki budi pekerti yang agung yaitu Rasulullah Muhammad salallahu 'alaihi wa salam.

Allah ta'ala menganugerahi akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai gambaran yang dipenuhi kesempurnaan akhlak dan keagungannya sebagai qudwah atau contoh bagi umatnya. 

2. Mendidik dengan Pembiasaan


Bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, diupayakan agar tetap dalam fitrah lurusnya melalui usaha menanamkan pembiasaan yang baik. Orang tua harus mengupayakan pembiasaan, pendiktean dan pendisiplinan.

Anak-anak yang hidup dengan pembiasaan perbuatan baik yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dalam lingkungan yang kondusif diharapkan akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak yang baik serta keagungan jiwa dan akhlak yang mulia.


3. Mendidik dengan Nasihat


Nasihat memiliki pengaruh yang kuat dalam menanamkan kesadaran pada jiwa anak. Sebagaimana Allah ta'ala mengisyaratkan metode nasihat melalui ayat-ayat Al-Qur'an dalam memberikan tarbiyah kepada para hambaNya.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak sekali kaidah yang disampaikan berupa nasihat baik itu berupa uswah atau contoh dari para hamba yang agung dan mulia, maupun cerita atau kisah yang mengandung pelajaran dari orang=orang terdahulu.

Nasihat digunakan sebagai jalan untuk menebarkan kebaikan dan membentuk akhlak yang agung. Nasihat merupakan cara yang penting dilakukan dalam pembentukan jiwa agar selalu terarah pada kebenaran dan kebaikan.


4. Mendidik dengan Pengawasan


Pendidikan yang berdampak adalah pendidikan yang dilakukan melalui pengawasan serta perhatian yang intensif. Anak diarahkan melalui pengawasan yang baik dari orang tuanya. Pendidikan tanpa pengawasan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Dengan adanya perhatian dan pengawasan yang diberikan oleh orang tua kepada anak membuat anak menjadi pribadi yang dihargai, dibutuhkan disayang dan juga berharga, karena mendapat perhatian dari orang tuanya. Keberadaannya diharapkan oleh kedua orang tuanya.

Untuk itu berilah pengawasan dan perhatian yang penuh pada anak-anak kita di semua aspek kehidupannya demi mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.


5. Mendidik dengan Hukuman


Kasih sayang, perhatian yang tulus, menebar kegembiraan pada anak adalah hal pendukung dalam membentuk karakter unggul pada anak. Namun jangan lupa juga untuk bersikap tegas, terutama ketika anak melakukan kesalahan atau tidak patuh terhadap aturan yang diterapkan.

Mendidik dengan hukuman juga merupakan rangkaian dari sarana pendidikan yang berpengaruh teradap pembentukan karakter anak demi menjaga fitrah atau potensi dasar yang dimiliki oleh anak. Hukuman yang diberikan selagi tidak menyakitkan dan menimbulkan bekas masih sangat bijak jika diterapkan pada anak.

Jenis hukuman yang bisa diberikan untuk anak usia dini misalnya dengan tidak memberikan mainan yang dia sukai sampai dia menunaikan kewajibannya. Bisa juga dengan tidak boleh melakukan hal yang disenangi sampai dia jera dan tidak berbuat hal yang tidak diinginkan.


Demikianlah lima metode mendidik yang bisa kita terapkan pada anak dalam rangka menjaga fitrah anak agar tetap lurus. Tentu saja dalam mengaplikasikannya bisa disesuaikan dengan kondisi anak, yaitu kecerdasannya, kekuatan anak, daya paham anak serta sifat bawaan anak yang tentunya memiliki perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Penerapan metode ini harus berorientasi pada kebutuhan anak dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak serta prinsip mendidik lainnya yang bisa Sainers baca dalam artikel prinsip mengajar anak usia dini.

Closing Statement


Fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh manusia dari sejak lahir. Setiap manusia membawa fitrah yang lurus berupa ketauhidan dan cenderung pada kebenaran dan kebaikan. Peran orang tua dan lingkungan akan berpengaruh besar pada pengembangan fitrah anak. 

Untuk itu perlu pendidikan yang berdampak agar fitrah yang awalnya diwarnai dengan segala kebaikan dan nilai kebenaran akan terus terpelihara keadaannya.

Cara mengupayakannya yaitu dengan memberikan pendidikan yang berdampak. Metode yang dirumuskan oleh pakar pendidikan Islam Abdullah Nashih Ulwan bisa kita jadikan pijakan dalam mendidik anak.

Lima metode yang dirumuskan oleh Abdullah nashih Ulwan yaitu mendidik dengan keteladanan, mendidik dengan pembiasaan, mendidik dengan nasihat, mendidik dengan perhatian dan juga memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan bisa kita terapkan secara konsisten. Semiga apa yang kita usahakan bisa berdampak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati kita, karena betapa pentingnya pendidikan dari sejak dini  demi menjaga fitrah anak tetap dalam kecenderungannya untuk melakukan kebaikan dan kebenaran.


Referensi


Buku: Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Doktor Abdullah Nashih Ulwan.

Buku: Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini karya Doktor Deri Wanto dan Abdul Rahman.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Anak USia Dini Melalui 7 Fitrah karya Hulailah Istiqlaliyah dalam Jurnal Lonto Leok : Vol 5, No 2 Juli 2023.

Paper Jurnal Ilmiah: Teori Fitrah dalam Persfektif Hadits Kaitannya dengan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, karya Anida Inayah dan Usep Haerudin dalam Attractive : Innovative Education Journal Vol. 5, No. 2, July 2023 ISSN : 2685-6085.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Islami Anak Usia Dini Berbasis Fitrah di Taman Kanak-kanak, karya Dianing safitri, Abdul Rahman Rosyadi dan Imas Kania Rahman dalam  Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6 No. 6,  2022.






6 Cara Ini Mampu Membuat Kamu Bahagia Setiap Hari

Jumat, 07 Juli 2023

Wahai diri kau adalah sosok yang berharga. Teruslah berbahagia agar hidupmu tak sia-sia. Bahagia itu diciptakan, bukan dicari. Pernyataan ini sangat familiar dan sering kali diungkapkan sebagai nasihat pertama dan utama bagi individu yang ingin meraih kebahagiaan. Mencari cara bahagia setiap hari dengan caranya sendiri. Bahagia didapatkan bila seseorang sudah mampu mencintai dirinya sendiri dengan kadar yang seimbang, tidak terlalu berlebihan juga tidak sangat kurang.


cara bahagia sendiri


Sejatinya bahagia itu diciptakan dari dalam diri. Kita sendiri yang harus memiliki cara pandang positif terhadap sesuatu hal. Bagaimana menciptakan kebahagiaan? Berusaha menggiringnya ke dalam pikiran dan kita upayakan untuk menjadi pola pikir yang sudah familiar untuk diri kita. Bila pikiran kita sudah mampu memiliki pandangan yang positif terhadap segala sesuatu yang terjadi atau menimpa atas diri kita, maka bahagia akan tercipta.


Berpikir positif dan selalu menciptakan bahagia sendiri merupakan salah satu cara mencintai diri sendiri, karena sejatinya menciptakan kebahagiaan itu sangat sederhana. Menjaga diri, pikiran,  kesehatan dan memandang semua persoalan bagaikan sesuatu yang sederhana secara langsung akan memberikan dampak kebahagiaan dan kemudahan dalam menjalani hidup. 


Bicara memang mudah, membuat quotes atau slogan tentang bahagia itu sederhana juga mudah, namun tentu saja tidak semudah ketika kita menjalaninya, tapi tentu tidak salah jika kita ingin mencobanya, bahkan mutlak harus dijalankan demi mencapai kualitas hidup yang paripurna.


Hal yang Mampu Merubah Sudut Pandang


Lalu, jika memang membuat bahagia itu gampang, kenapa banyak sekali orang yang dilanda stress, cemas dan takut? Bagaimana caranya agar kita bisa berpikir sederhana dan tidak membuat rumit semua persoalan?


Ini memang bukan perkara mudah untuk mengawalinya. Namun jika kita sudah terbiasa maka segalanya akan menjadi mudah. Segala sesuatu akan terasa sulit di awal ketika akan memulainya, tetapi lambat laun akan menjadi terbiasa dan kemudahan pun akan dirasa. Untuk itu cara mencintai diri sendiri merupakan hal yang perlu diprioritaskan dalam usaha self development atau pengembangan diri ke arah yang lebih positif.


Dulu ketika usia saya masih begitu belia, saya memiliki banyak kekhawatiran tentang semua peristiwa yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Sering cemas dan merasa bersalah jika melakukan kesalahan. Padahal sebuah kesalahan yang dilakukan oleh anak Adam adalah sesuatu yang lumrah. Asal mau belajar dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama, cukup sudah menjadi obat agar semangat terus melangkah.


Namun seiring dengan berjalannya waktu, melalui bertambahnya umur serta wawasan, kini saya bisa mulai berpikir sederhana dan menganggap apa yang terjadi bagai sesuatu yang ringan. Meski terkadang sesekali datang juga rasa khawatir yang berlebihan. Frekuensinya tidak sesering dulu ketika usia masih sangat belia.


Ada hal-hal yang saya lakukan, untuk mematangkan pola pikir, pola rasa dan pola karsa, dan merubah sudut pandang saya yang awalnya begitu kaku dan kadang diliputi kecemasan. Beberapa hal diantaranya:


1.  Berkumpul dengan orang-orang yang kaya ilmu.


Dalam sebuah komunitas maka akan terjalin sebuah perbincangan dan juga diskusi untuk bertukar pikiran. Pandangan-pandangan yang matang tentang konsep hidup  saya peroleh dari orang-orang yang lebih berpengalaman melalui diskusi-diskusi. Baik diskusi perkara ilmiah maupun diskusi bertema ringan.


Dengan melakukan banyak diskusi dengan orang-orang di sekitar kita, akan membuka wawasan kita, sehingga cara berpikir kita bisa fleksibel dan bisa membentuk pola pikir kita untuk terusberpikir secara positif.


Mencari lingkungan yang juga mendukung untuk selalu bahagia dan berpikir positif, tentu saja menjadi syarat mutlak. Bukankah Rasulullah salallhu 'alaihi wa salam juga sudah berpesan


2. Membaca Buku


Hal lain yang saya lakukan adalah dengan banyak membaca buku-buku yang berkaitan tentang mental healthy. Membaca buku-buku yang menginspirasi. Tema-tema tentang pendidikan dan juga psikologi menjadi bacaan favorit.


Sahabat Insnita juga bisa mencari bacaan apa yang bisa membuat bahagia dan menyebabkan hormon kebahagiaan banyak diproduksi. 


Nah Salah satu buku yang bisa memotivasi saya adalah buku karya Bernie Siegel. Dia menulis tentang bagaimana mengisi hari dengan penuh kebahagiaan. Dia menuliskan tips sebanyak 365 cara menanamkan kebahagiaan dalam diri.


Beberapa buah pikirannya secara garis besar akan saya coba bagikan dalam cerita kali ini. Saya akan coba gambarkan secara garis besar pemikiran Bernie Siegel tentang sebuah konsep bahagia dan bagaimana kita bisa mencintai diri kita secara paripurna, setiap hari, tanpa merasa tidak bahagia meski satu hari pun. 


Cara bahagia Sendiri Setiap Hari


Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan hidup, perlu kiranya kita membuat standar kebahagiaan kita setiap hari. Merancang target bahagia dalam menjalani hari juga saya rasa penting. Bahkan ada pakar psikolog yang menuliskan 365 kegiatan yang menciptakan kebahagiaan. 


Konsep bahagia yang telah dirumuskan oleh Bernie Siegel dalam bukunya yang berjudul 365 Cara Menanamkan Konsep Bahagia dalam Diri ini menurut saya unik. 365 cara memiliki arti 365  hitungan jumlah hari dalam satu tahun. 


Artinya tidak ada satu hari pun dalam kehidupan, kita lewati tanpa berpikir untuk selalu bahagia. 365 hari pola berpikir kita sudah terkonsep diupayakan untuk selalu berpikir positif tentang hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. 



No debat!! Setiap hari yang dijalani harus berisi kebahagiaan. Ketika dirasa itu menjadi sesuatu yang tidak membahagiakan, kita harus berupaya memutar mindset kita untuk selalu berpikir positif, mengubah sesuatu yang tadinya tidak ada unsur kebahagiaan menjadi sebuah berkah yang kelak pasti akan sangat membawa keberuntungan bagi kita. 


Sehingga diharapkan jika kita sudah mampu mendorong pola berpikir kita kepada hal-hal positif, maka hati kita akan selalu mengusahakan kebahagiaan. Sesulit apapun sebuah masalah, akan diupayakan dipandang menjadi sesuatu yang ringan. 


 Ada beberapa  hal yang saya kutip dari buku Mr. Bernie Siegel tentang resep agar kita bisa bahagia hari per harinya. Kita bisa menambahkannya dengan hal-hal lain yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.Enam hal yang bisa kita upayakan agar diri kita bisa selalu dalam keadaan bahagia diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Dekat dengan alam


Semakin kita mendekat dengan alam, kita semakin paham jati diri kita sesungguhnya. Linear dengan cara membahagiakan diri dalam Islam bahwasannya  Allah ta'ala berfirman sesungguhnya setiap diri kita ini diciptakan dari sari pati tanah. Artinya kita berasal dari tanah. Tanah berasal dari alam. Kita manusia berasal dari alam untuk itu dekatkan diri dengan alam.


2. Yakin Akan Sebuah pilihan


Jika kita menjatuhkan sebuah pilihan, usahakan dilandasi dengan keyakinan, agar ringan dalam menjalaninya. Usahakan ketika kita mengambil suatu keputusan sebisa mungkin dipelajari dulu situasi dan kondisi, bandingkan dengan beberapa pilihan yang ada, pertimbangakan porsi keuntungan dan kerugiannya setelah itu sesuaikan agar pilihan kita tepat. Setelah menjatuhkan pilihan, jalani dengan bahagia.

 

3. Belajar memaknai Cinta dan Kasih Sayang


Memaknai sebuah keumuman bahwa rasa cinta diberikan kepada orang dekat dan spesial bagi kita, sedangkan rasa sayang diberikan kepada sesama. Menurut kamus oxford cinta adalah perasaan kasih sayang yang kuat yang dimiliki oleh individu. 


Terlepas dari perbedaan makna antara cinta dan kasih sayang, beruntunglah orang-orang yang memiliki keduanya. Jika kita menebarkan cinta dan kasih sayang maka kita pun akan mendapatkan perlakuan yang sama. 


Cinta dan kasih sayang yang tulus dan sehat mampu membangkitkan kebahagiaan, kenyamanan dan kedamaian dan yakinlah di setiap tempat kita menebar cinta dan sayang, maka akan ada porsi yang sama untuk kita. Maybe we found love where we are. 


4. Bersyukur atas apa yang dimiliki


Rumput tetangga itu memang lebih hijau, lebih lebat dan lebih enak dipandang. Slogan ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Perasaan dan pandangan ini muncul sesungguhnya hanya karena kita kurang memahami diri kita yang sesungguhnya. 


Setiap manusia pasti tercipta dengan segala kekurangan yang akan dilengkapi oleh lingkungan sosialnya dan juga memiliki kelebihan sebagai sarana pelengkap di lingkungan sosialnya. -Insnita-


Setiap diri adalah berharga. Setiap diri pasti mampu memiliki value yang berdampak untuk lingkungannya. Untuk itu merasa cukup dengan apa yang dianugerahi oleh Allah sangat mempengaruhi suasana hati. Jika suasana hati nyaman dan damai maka kebahagiaan pun akan singgah.


Allah ta'ala dalam Al-qur'an surat Ibrahim ayat  7 secara garis besar memerintahkan kita untuk selalu bersyukur. Bersyukurlah maka nikmatmu akan kutambah, sedangkan jika kamu menjadi hamba yang kufur maka  siksaan yang pedih akan ditanggung oleh hambanya.


5. Menebar Kebaikan 


Menebar kebaikan kepada orang lain juga sama halnya dengan menebarkan cinta dan kasih sayang. Menebar kebaikan bisa berupa mengajarkan tentang berbagai acam ilmu dari mulai ilmu tentang masak, ilmu matematika, science, sosial sampai ilmu tentang agama  dikategorikan sebagai menebar kebaikan.


Mempermudah urusan orang lain juga merupakan kebaikan. Ada kepuasan tersendiri jika kita telah bisa bermanfaat untuk orang lain. Membantu kesulitan sesama. Melapangkan jalan orang-orang yang sedang kesulitan. Sesuai janji Allahu yang diterangkan oleh Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam bahwasannya setiap kebaikan yang kita sebar maka kan kembali pada diri kita sendiri.


apa yang membuat kita bahagia

(1) Hadits ini diriwayatkan dalam shohih Muslim


Bentuk pengembalian kebaikan yang kita sebar, bisa dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk kesehatan, kemudahan, anugerah anak sholih dan bentuk kebahagiaan-kebahagiaan lainnya.


6. Memiliki visi Ke depan


Kehidupan yang terencana dengan baik menyebabkan keteraturan. Kehidupan yang teratur memudahkan kita untuk menata masa depan yang lebih cerah. Untuk itu perlu terus menentukan visi dan misi dalam hidup. Terus menyemangati diri, untuk terus menatap kehidupan di depan dengan penuh optimis.

Tidak terbelenggu oleh kesalahan dan keadaan masa lalu karena kemarin adalah sejarah,  hari ini adalah hidup, dan besok adalah harapan. Menatap hidup dengan penuh keyakinan dan bersangka baik pada yang kuasa, diharapkan jiwa kita akan terus bahagia


Kesimpulan


Bernie Siegel dalam bukunya mencoba merumuskan konsep berpikir positif agar kita selalu menjalani hari dengan penuh kebahagiaan. Buku ini membantu kita untuk lebih mudah melukis konsep berpikir positif dengan menciptakan kebahagiaan setiap harinya selama 365 hari yang ada dalam satu tahun, tanpa memberikan celah sedikitpun pada kesedihan, keputusasaan, ketakutan yang timbul dalam pikiran kita. Semuanya bertujuan agar kita mampu berpikir ringan terhadap masalah yang dihadapi. Selalu bahagia setiap hari.


6 tips di atas hanya sekelumit hal yang bisa kita ciptakan agar mampu menciptakan kebahagiaan. selebihnya bisa kita bahas di tulisan berikutnya atau sebisa mungkin kita juga terus mencari celah yang sesuai dengan kondisi dan situasi kita agar tercipta kebahagiaan.


Hempaskan segala sesuatu yang berdampak buruk. Kikis segala bentuk trauma psikologis, terus bertekad untuk mengedepankan kebahagiaan. Belajar terus dalam mempelajarai bagaimana cara menghadapi diri sendiri. Dimulai dari kondisi diri yang bahagia, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan diharapkan akan berjalan sesuai dengan harapan. Dalam jiwa yang bahagia terhadap jasmani yang kuat dan sehat. Semangat untuk terus berbahagia setiap hari. Luve 💓




Apa Itu Kebahagiaan? Bagaimana Menerapkannya?

Membahagiakan diri sendiri merupakan perwujudan bukti cinta seorang hambanya kepada Tuhannya. Dengan membahagiakan diri sendiri berarti kita sudah menjaga amanah berupa tubuh dan pikiran yang telah dititipkan Allah jalla wa 'ala kepada kita dengan baik. Mengusahakan  diri kita untuk selalu bahagia memiliki arti bahwa kita sedang mengupayakan tubuh dan hati kita agar tetap sehat.


Cara membahagiakan diri sendiri


Lalu, apa sih pengertian kebahagiaan itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebahagiaan adalah suatu keadaan yang berupa kesenangan serta ketenangan yang mencakup lahir dan batin dan memiliki makna dan berguna untuk meningkatkan visi diri.

Hormon kebahagiaan pada diri seseorang akan sangat berdampak pada segala keadaan. Baik fisik maupun psikisnya. Perasaan yang bahagia akan berdampak juga pada kesehatan fisik seseorang.

Hubungan Bahagia dengan Kesehatan


Apa hubungannya perasaan bahagia dengan kesehatan? Bahagia dengan kesehatan sangat erat hubungannya. Dilansir dari halodoc.com bahwa beberapa penyakit berat seperti penyakit jantung, sakit kepala, diabetes, depresi dan kecemasan, dipicu oleh stress yang berkepanjangan. 


Penuaan yang datang lebih cepat pun dikarenakan karena perasaan tertekan karena stres. Stress pada diri seseorang menunjukkan adanya ketidakbahagiaan dalam jiwanya.


Biasanya stress diderita seseorang disebabkan oleh rasa khawatir yang berlebihan, kecemasan, ketakutan serta berbagai kondisi tekanan lainnya. Keadaan ini menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan tidak bahagia pada jiwa seseorang. 


Kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang harus diciptakan. Hanya diri kitalah yang mampu menciptakan dan mengusahakan kebahagiaan. Positive vibes adalah kunci utama untuk merasakan selalu bahagia.


Menciptakan kebahagiaan sebenarnya merupakan perkara yang mudah jika diiringi dengan tekad yang kuat untuk bisa berpikir positif. Dengan kata lain kita harus mampu mengendalikan pikiran kita untuk tetap berada pada fitrah. Untuk itu Jangan lupa juga  menyelipkan rasa syukur atas setiap pencapaian yang diperoleh di dalam hidup. 


Menciptakan kebahagiaan akan terasa sangat sulit, jika dorongan untuk berpikir positif serta bersyukur enggan disisipkan dalam konsep berpikir  kita. disinilah kita dituntut untuk tidak memanjakan diri  terlalu larut dalam pikiran negatif serta selalu merasa kurang dan tidak cukup.


Standar Kebahagiaan


Lalu apakah standar kebahagiaan setiap orang sama? Tentu saja berbeda. Namun bisa juga sama jika masing-masing orang mau mencoba menyederhanakan arti kebahagiaan bagi dirinya. 


Bagi orang yang tidak berkecukupan atau tergolong berkekurangan, bisa ketemu nasi setiap hari saja terkadang sudah cukup membuat bahagia. Beda halnya dengan konsep bahagia bagi orang orang yang berlebihan ekonominya, konsep berbahagia bagi golongan ini tidak cukup hanya bisa makan setiap harinya. Harus ada sesuatu yang lainnya yang mampu memacu adrenalin kebahagiaan sesuai standar mereka.


Kebahagiaan tak bisa diukur dengan uang, namun diciptakan oleh kita sendiri, karena sumber kebahagiaan adanya di dalam hati. Bahagia tak rumit jika kita berupaya untuk menyederhanakan maknanya. 


Walaupun tidak menampik setiap manusia pasti akan melewati masa terpuruk dan terburuk dalam hidupnya. Namun alangkah bijaknya, jika kita cepat bangkit dari keterpurukan dan membangun kepercayaan diri kembali, menjadi orang yang baru yang memiliki kekuatan baru untuk melanjutkan kehidupannya di depan.


Konsep Bahagia Versi Saya dan Cara Meraihnya


Arti bahagia menurut saya sangat sederhana. Ketika hati merasakan senang, segitu saja sudah bisa bikin bahagia.  Hal-hal kecil jika diterima dengan penuh rasa syukur saya jadikan sebagai sumber kebahagiaan. 


Merasakan badan sehat dan bisa beraktivitas dengan baik merupakan sumber kebahagiaan yang sangat berarti, bahkan bisa memberikan manfaat dan berbagi hal yang kita miliki baik berupa materi maupun immateri adalah perkara yang sangat bisa membuat bahagia.


Manusiawi jika sandungan dan ujian datang pada kehidupan kita, karena ini cara Tuhan untuk mendidik kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Untuk itu sudah selayaknya kita sebagai insan mencoba berdamai dengan diri. 


Salah satu caranya dengan tidak terus menerus terpuruk dalam persoalan yang sama, kalo kata anak zaman sekarang, sih, mending cepetan move on daripada harus berlama-lama nge-down.


Termasuk saya, alhamdulillah saya belajar sedikit demi sedikit menghempaskan perasaan-perasaan negatif. Banyak berkompromi dengan diri untuk menerapkan prinsip-prinsip hidup yang membumi. Mencoba terus untuk menanamkan positive thinking dan berusaha konsisten. 


Saya upayakan untuk terus membentuk pikiran positif, agar pikiran tetap waras dan tubuh tetap bisa sehat. Usia dalam posisi matang seperti saat ini memang tidak terlalu sulit untuk berdamai dan berkompromi terhadap berbagai hal, tidak seperti ketika belia dulu. 


Ketika dunia ini masih dipandang dengan wawasan yang mentah dan hijau, dia begitu tak bersahabat. Melalui banyak pengalaman yang sudah banyak terlewati baik pahit maupun manis, susah maupun duka, membuat diri dan jiwa jadi mudah untuk berdamai. Pengalaman memang guru yang terbaik.


Self healing saya coba terapkan diawali dengan mengenal diri lebih dalam. Siapa kita dan  bagaimana kita, secara perlahan dipelajari sehingga akhirnya saya menemukan hal apa yang sesungguhnya diinginkan oleh diri. Membentuk pikiran yang positif sangat penting dilakukan demi membangun mental yang sehat.


Membangun Mental yang Sehat


Membangun mental yang sehat saya lakukan dengan menyegarkan pikiran. Biasanya saya melakukan jalan-jalan, atau melakukan kegiatan yang disukai dengan benar-benar melupakan kerjaan yang terkadang sedikit menjadi beban.


Ketika sedang merefresh pikiran, saya berusaha benar-benar melatih diri saya untuk tidak mengingat hal-hal berat terlebih dahulu. Cukup menikmati apa yang ada di hadapan saya saat itu. Bisa dengan pergi ke suatu tempat, atau dengan melakukan hobi. Kalau bahasa kerennya sering dikenal dengan Self Healing.


Selain menyegarkan pikiran dengan melakukan hal yang saya senangi. Saya tanamkan dalam diri saya untuk berusaha melupakan semua kesalahan yang telah saya perbuat atau kejadian yang tidak mengenakkan yang pernah menimpa. 


Menghapus semua masalah yang pernah dialami juga harus dilakukan.Pengalaman buruk dan berbagai macam masalah yang pernah menimpa itu bukan untuk disimpan dan dikenang. Masalah hanya untuk dijadikan pelajaran dan pacuan kita menuju arah yang lebih maju dan masa depan yang cemerlang. 


Tidak menganggap berat sebuah masalah akan membuat kita ringan dalam melangkah. Insnita


Terkadang kepahitan menjadi obat yang mujarab. Menghapus semua kepahitan dari pikiran dan menyimpan semua kebahagiaan dalam ingatan adalah salah satu cara untuk membangun mental yang sehat dan sebuah cara jitu untuk membahagiakan diri.


Seringkali saya juga bermeditasi dan menanamkan kepercayaan pada diri saya seraya membisiki diri bahwa saya adalah orang yang hebat, yang diciptakan oleh Allah dengan dibekali segala kelebihan, tidak ada satupun jalan hidup yang saya lalui yang layak untuk diratapi, melainkan cukup dan harus  disyukuri saja.


Melakukan apa yang kita sukai, apa yang membuat kita bahagia, mencintai diri sendiri dengan memberinya banyak ungkapan cinta dan penghargaan, bukan malah menghakimi merupakan hal yang harus kita lalui untuk mendapatkan kebahagiaan. 


Isi hidup ini dengan canda dan tawa serta bercengkerama bersama orang-orang yang dicintai dan mencintai, buang orang-orang yang menciptakan toxic dalam hidup kita, kalau perlu keluarlah dari lingkungan yang memberikan negative vibes.


ayat tentang hakikat kebahagiaan



Last but not least dan malah yang paling utama adalah mendekatkan diri kita kepada yang maha kuasa. Beribadah dengan khusyu, menenggelamkan diri dalam kecintaan terhadap Rabb, ini merupakan obat mujarab yang akan memberikan dampak ketenangan dalam diri. Agar kita juga lebih bisa memaknai kehidupan.


Memiliki keyakinan, bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, dunia ini tak ubahnya panggung sandiwara, sedangkan kehidupan dan kesenangan yang abadi adalah kehidupan di akhirat. 


Hanya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang. Begitulah cara membahagiakan diri versi  saya, bagaimana dengan Sista? Yuk sharing. Kita berlomba-lomba menciptakan positive vibes dan positive mindset, yuk. Bisa juga, nih, kita jadikan sebagai salah satu bentuk resolusi diri. Tetap semangat...ya kitaa!!





Referensi

https://www.halodoc.com/artikel/terlalu-sering-stres-sebabkan-6-penyakit-ini

https://hellosehat.com/mental/stres/pengertian-stress/

Hakikat Psikologi Agama dan Ruang Lingkupnya

Selasa, 20 Juni 2023

Psikologi agama merupakan pembelajaran penting yang harus dipahami oleh setiap insan jika dia ingin benar-benar memahami hakikat jati dirinya sebagai manusia. Hakikatnya psikologi agama secara aplikatif berkaitan dengan tiga ranah petensi dalam diri manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut akan berdampak pada kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu.


Dalam konsep psikologi Islam, bagaimana penjabaran dari ketiga ranah tersebut? Yuk baca terus penjabaran berikut ini, mari kita urai dan kaji satu persatu tentang pengertian dan definisi psikologi, definisi agama, fitrah manusia dan hal yang terkait lainnya menurut penjabaran para tokoh Psikologi Islam. Semoga pemahaman yang utuh dalam hal ini akan mengantarkan kita menjadi seseorang yang memiliki kematangan dalam beragama.


definisi agama


Latar Belakang Permasalahan dalam Psikologi Agama


Manusia dilahirkan ke dunia ini dengan membawa fitrah, sebagai bekal dirinya untuk menjalani kehidupan. Fitrah memiliki banyak makna yang berbeda, tergantung sisi pandang yang menyertainya. Namun secara global fitrah diartikan sebagai potensi yang dibawa dari sejak lahir. Potensi sendiri berasal dari Bahasa latin Potentia yang artinya kemampuan. Dalam kamus ensiklopedi fitrah diartikan sebagai kemampuan yang masih dapat berkembang.

Fitrah yang dibawa oleh manusia bersifat suci. Dengan fitrah itulah manusia mampu mengemban tugasnya sebagai seorang khalifah, menjalankan titah suci dari Tuhan yang maha Esa sebagai penciptanya. Sesuai dengan yang tertera dalam Al-Quran sura ar-Ruum ayat 30:

kepercayaan dan keyakinan

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang beragama. Abdul Aziz menerangkan Manusia menjalankan kehidupannya melalui keyakinan adanya Tuhan. Hal ini diperoleh dari penjabaran yang dijelaskan dalam kitab suci. Ayat di atas menegaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang membutuhkan petunjuk berupa agama.

Manusia yang fitrahnya masih lurus akan menganggap bahwa kitab suci merupakan aturan dan kaidah yang perlu dijadikan pegangan dalam kehidupannya sebagai bekal yang menuntunnya untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

Agama dan Manusia   


Harun Nasution
menjabarkan bahwa Agama merupakan ikatan suci yang tanggungjawabnya diperuntukkan pada sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa. Dzat yang ghaib, yang keberadaannya tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun pengaruhnya sangat luar biasa.

Ramayulis menyatakan bahwa manusia yang memiliki pengetahuan agama yang matang maka akan memiliki kepribadian yang matang. Sebagaimana dijelaskan juga oleh Koswara bahwa Konsep beragama yang dijelaskan berdasar konsep psikologi Islam bahwasannya aplikasi agama pada diri seseorang meliputi seluruh aspek yang ada dalam dirinya.

Aspek tersebut diataranya yaitu aspek kognitif berupa pengetahuan tentang agama, aspek afektif yaitu berkaitan dengan motivasi yang timbul dari dalam dirinya untuk beragama serta aspek psikomotor yang berkaitan dengan kemampuan dan kemauan dia dalam melaksanakan aturan dalam agama.

Kemampuan dan kemauan untuk memperkaya pengetahuan agama yang timbul dalam diri manusia masuk ke dalam aspek kognitif. Cerminan kepribadian yang ditunjukkan oleh seorang yang memiliki ilmu termasuk dalam ranah afektif.  Setelah dia memiliki pengetahuan soal agamanya maka hal yang berkaitan tentang kesadaran menjalankan aturan dalam agama masuk dalam aspek psikomotor.

Selain aspek-aspek tersebut yang bisa mempengaruhi kematangan dalam jiwa keagamaan seseorang, ada dua faktor penyerta yang juga sangat berpengaruh dalam membentuk jiwa keagamaan seseorang,diantaranya yaitu:

1. Faktor internal 


Faktor internal bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri. Bisa berupa segala sesuatu yang dibawanya dari sejak lahir yaitu berupa fitrah yang diberikan oleh Allah atau berasal dari usaha yang dia lakukan atas dasar kemauan dan kemampuan yang timbul dari dalam dirinya.

2. Faktor eksternal

 
Faktor eksternal merupakan bentuk pemahaman dan kesadaran yang diperoleh karena ada pengaruh  dari luar dirinya. Pengaruh tersebut bisa didapatkan dari lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan rumah, lingkungan masyarakat tempatnya tinggal dan juga melalui lembaga pendidikan yang dipilihnya. 


Hakikat  Psikologi Agama


Makna Psikologi


Istilah psikologi agama mungkin tidak asing bagi sebagian kita. Namun perlu kiraya kita gali pengertian istilah psikologi agama dari sisi kajian kata atau etimologi dan juga kajian bahasa atau etimologi.

Dari beberapa referensi ditemukan beberapa penjelasan yang terkait dengan dua kata ini. Secara etimologi, psikologi biasa disebut juga dengan Ilmu Jiwa. Psiko berarti jiwa dan logos berarti ilmu.

Sedangkan dari sisi terminologi, psikologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan manusia yang berhubungan dengan lingkungannya.

Ilmu Jiwa / Psikologi adalah cabang ranting dari ilmu filsafat. Ranah keilmuan ini mempelajari tentang gejala kejiwaan secara umum yang melingkupi pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). 

Pada dekade akhir, para ahli kejiwaan menambahkan bahwa hal yang berkaitan dengan  gejala kejiwaan terdiri dari empat empat ranah, yaitu menambahkan intelegensi, kelelahan, maupun sugesti termasuk dalam lingkup ilmu jiwa atau psikologi. Distilahkan dengan gejala campuran. Iustrasinya bisa dilihat pada bagan di bawah ini.



psikologi agama



Makna  Agama


Agama jika ditinjau dari sudut kata atau etimologi
. Menurut Harun Nasution ada beberapa penjabaran yang bisa diungkap dari makna agama secara etimologi, diantaranya yaitu:

  1. Al-Din dalam bahassa Semit artinya undang-undang, dalam Bahasa Arab artinya menguasai.
  2. Religi dalam Bahasa latin artinya mengumpulkan dan membaca.
  3. Agama terdiri dari dua suku kata yaitu “A” mengandung arti tidak dan gam mengandung arti pergi, jika keduanya dilebur mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau bisa juga diartikan menetap dan diwarisi secara turun temurun.

Agama ditinjau dari makna Terminologi. Harun Nasution menjabarkan bahwa Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini bentuknya adalah hal gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera tetapi memiliki andil yang besar terhadap kehidupan manusia. Agama merupakan sistem yang mengajarkan tata cara keimanan , ibadah dan hubungan sosial.

Muhammaddin menguraikan bahwa Asy-syahrastani dalam al-Milal wa an- Nihal merumuskan pengertian tentang agama pada hal-hal yang cenderung pada ketaatan dan wujud penghambaan, implementasinya pada sebuah pembalasan dan perhitungan ( amal perbuatan di akhirat).

Namun yang perlu kita garis bawahi dan maknai dengan penuh kesadaran bahwa agama adalah hal yang perlu kita yakini dengan hati dan pikiran serta kaidahnya kita laksanakan dengan tindakan, sehingga nantinya akan membekas secara positif pada tingkah laku kita sehari-hari.


Makna Psikologi Agama


Setelah kita mengupas tentang makna dari psikologi dan agama, selanjutnya akan kita urai pengertian tentang psikologi agama menurut beberapa pendapat ilmuwan yang mendalami bidang ini. Pengertian psikologi agama menurut para ahli diantaranya adalah:

1. Robert H Thoules: Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan menerapkan psinsip psikologi secara umum.

2. Zakiah Daradjat: Psikologi agama merupakan kajian ilmu yang mempelajari kehidupan beragama seseorang dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, pemikiran dan sikap hidup. Psikologi agama merupakan kajian empiris yang mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan tahap perkembangan di setiap tingkat usia.

Menurut Profesor Zakiah Daradjat, para ahli dalam menetapkan definisi tentang ilmu jiwa agama harus  harus mencakup segala hal yang dikaitkan dengan aturan dan kaidah yang ada dalam agama. Untuk itu makna dari psikologi agama sampai saat ini masih terus dikembangkan. 

Bahasan dalam agama bukan hanya terkait pada perkara bahasan yang menyangkut hal-hal obyektif. Zaman yang terus bekembang dan persoalan hidup manusia yang juga terus berkembang dengan kondisi latar belakang yang juga terus berkembang serta berbeda-beda membuat hukum dalam agama juga bersifat dinamis menyesuaikan dengan kondisi dan zaman. Untuk itu makna agama juga disusun dari sudut pandang yang berbeda.

Ruang lingkup Psikologi Agama


Setelah kita kaji makna dari psikologi agama, perlu dipahami juga apa saja ruang lingkup dalam psikologi agama? Zakiyah Daradjat menuturkan bahwa psikologi agama atau ilmu jiwa agama memiliki ruang lingkup ilmu jiwa yang berbeda dengan ilmu kejiwaan lainnya.

Ilmu jiwa agama atau psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia  dipandang dari tingkah lakunya dan segala hal yang menyertainya dengan menyandarkannya kepada kaidah agama.  

Kaidah ilmu jiwa agama disandarkan pada dua unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu unsur ilmu jiwa dan unsur ilmu agama, yang keduanya memiliki urgensi atau makna yang berbeda. Untuk itu ruang lingkup psikologi agama mencakup hal-hal di bawah ini:
  1. Emosi yang dimiliki setiap individu berdampak pada kehidupan agama seseorang.
  2. Pengalaman atau kesan seorang hamba terhadap Tuhannya.
  3. Kepercayaan yang tertanam terhadap kehidupan setelah kematian (kehidupan akhirat).
  4. Seorang hamba menyadari sikap dan akhlaknya dalam kehidupan yang dia jalani.
  5. Dampak adanya ketenangan batin karena penghayatan terhadap ayat-ayat dalam kitab suci.

Cara manusia berpikir, bertingkah laku, berekspresi tidak bisa keluar dari apa yang menjadi keyakinannya. Sesuatu yang menjadi pegangan dan keyakinan, akan mempengaruhi bentukan bangunan perilaku seseorang. Akhlak yang tercermin dari diri seseorang merupakan pengamalan dari ilmu yang dimiliki dirinya

Menurut Zakiah Daradjat psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness), yaitu kesadaran diri yang dapat dirasakan oleh pikiran dan hati dalam melaksanakan kaidah dalam beragama. Psikologi agama juga membahas tentang pengalaman agama (religious experience), yaitu ketika pikiran dan hati kita telah sadar dalam melaksanakan kaidah beragama, hati dan perasaan kita juga membenarkan apa yang sudah kita amalkan.

Lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran agama serta segala bentuk pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan. Manusia berpikir, bersikap, bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinan yang dianutnya, karena keyakinan akan berdampak pada pembentukan kepribadian seseorang.

Psikologi agama tidak mengkaji masalah yang abstrak seperti konsep ke-Tuhanan atau hakikat kebenaran surga dan neraka, kebenaran suatu agama atau kitab suci yang menyertainya. Namun, psikologi agama diharapkan dapat membantu manusia lebih memahami jati diri mereka sesungguhnya dan membantu mereka untuk lebih cinta pada agama yang mereka anut. Membentuk manusia memiliki karakter yang baik.

Psikologi agama membantu menangani berbagai konflik dalam diri seseorang, sehingga mereka lebih taat pada agama yang dianutnya atau bisa jadi malah meninggalkannya, ketika dia merasakan agama yang dianutnya sudah tidak lagi sesuai dengan hati dan pikirannya.

Kesimpulan


Psikologi Agama adalah kajian ilmu yang mempelajari kehidupan beragama seseorang dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, pemikiran dan sikap hidup. Sedangkan ruang lingkup dari psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness), yaitu kesadaran diri yang dapat dirasakan oleh pikiran dan hati dalam melaksanakan kaidah dalam beragama. 

Psikologi agama juga memiliki ruang lingkup pembahasan tentang pengalaman agama (religious experience), yaitu ketika pikiran dan hati kita telah sadar dalam melaksanakan kaidah beragama, hati dan perasaan kita juga membenarkan apa yang sudah kita amalkan.

Dengan psikologi agama diharapkan setiap manusia mampu memahami hakikat sejati dirinya, untuk apa dia hidup, bagaimana dia menjalani hidup, kemana akhir dari hidupnya. Dengan psikologi agama juga diharapkanyang memahami hakikat bahagia hidup sebagai hamba Allah. akan membentuk setiap insan menjadi hamba Have a barakah life. Salam Literasi


Referensi


Ahyadi, Abdul aziz. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru, 1991
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Daradjat, Zakiah. Peranan Agama dalam Keseshatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1971.
Guntur Cahaya Kesuma, konsep fitrah manusia perspektif pendidikan Islam, Jurnal Pengembangan Masyarakat.
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2012.
Koswara, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, 1991.
Muhammaddin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah. Vol.15, Nomor 1, Tahun 2013.
Nasution, Harun. Islam di Tinjau dari Beberapa Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1979.
Pamungkas, Pakhi. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Munib, Ahmad. Konsep fitrah dan Implikasinya terhadap Pendidikan. Jurnal Progres Volume 5, No. 2 Desember, 2017.
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Semarang: Pustaka rizki putra, 2012.
Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Yusuf, Samsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.





 

Manfaat Psikologi Agama dalam Dunia Pendidikan

Minggu, 18 Juni 2023

Psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari kejiwaan manusia berdasarkan pada ajaran agama yang dianutnya. Sebagai seorang hamba yang fitrahnya masih lurus sepertinya memang sudah selayaknya menghiasi segala atribut permasalahan keduniawian dengan siraman cahaya ukhrawi, agar jiwa ini bisa tenang.


Psikologi agama membimbing manusia untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup, mengerti dan memahami tugas utamanya sebagai seorang hamba. Minat untuk mengetahui lebih lengkap pembahasan tentang pengertian psikologi agama? Teman-teman bisa kunjungi artikel tentang hakikat psikologi agama dan ruang lingkupnya.


Jika kita telah memahami hakikat dari psikologi agama tentu akan timbul pertanyaan untuk apa kita mempelajarinya? Kira-kira, ada manfaatnyakah? Pertanyaan ini biasanya menjadi pemikiran bagi praktisi pendidikan, yang sehari-harinya berinteraksi dengan peserta didik. Mendidik anak bangsa dan membentuk mereka menjadi generasi yang berkarakter unggul adalah tugas yang diemban dan harus diwujudkan. 


Apa manfaat psikologi agama dalam dunia pendidikan? Bagaimana aplikasinya dalam proses belajar mengajar? Yuk baca lanjut penjelasannya! Besar harapan artikel singkat ini setidaknya bisa membantu teman-teman memberikan  sedikit pencerahan. O, iya, sebenarnya kita juga bisa mengaplikasikannya juga, lho,  dalam kehidupan sehari-hari.


manfaat psikologi agama


Manfaat Psikologi Agama pada Dunia Pendidikan


Apa manfaat psikologi agama pada dunia pendidikan? Dengan psikologi agama diharapkan setiap manusia mampu memahami hakikat sejati dirinya, untuk apa dia hidup, bagaimana dia menjalani hidup, kemana akhir dari hidupnya, karena perilaku keagamaan seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. 

Ruang lingkup psikologi yang berkisar pada kajian kesadaran agama dan pengalaman beragama, diharapkan dapat berdampak secara signifikan terhadap dunia pendidikan. Lalu, apa saja manfaat psikologi agama dalam dunia Pendidikan? beberapa manfaatnya diantaranya, yaitu:

Memberikan Pengetahuan Dasar Agama


Psikologi agama diharapkan dapat membantu para siswa memahami nilai-nilai agama yang dianutnya. Menghiasi pemahamannya dengan dasar-dasar agama. Memotivasi dirinya dalam melakukan segala hal karena kecintaannya pada sang pencipta. 

Menjaga Kesusilaan dan akhlak


Psikologi agama diharapkan dapat membentuk akhlak para peserta didik menjadi pemilik akhlakul karimah. Mampu memuliakan dirinya dan para penduduk bumi. Melalui penanaman nilai-nilai kebaikan yang harus diterapkan pada sesama, anak akan paham batasan dan menjunjung tinggi serta menjaga norma-norma agama yang dipelajarinya.

Sarana Mengatasi frustrasi dan Ketakutan


Psikologi agama diharapkan dapat menguatkan kejiwaan para peserta didik melalui bekal pemahaman agama yang baik dan benar. Nilai-nilai agama yang ditanamkan dan dikaitkan dengan setiap mata pelajaran diharapkan dapat mematangkan pengetahuannya tentang asal muasal kehidupan dan hakikat hidup yang sesungguhnya. 

Ketika diberikan bekal pengetahuan agama diharapkan para peserta didik terhindar dari rasa frustrasi dan ketakutan yang tak beralasan, karena mereka paham bahwa sejatinya kehidupan di dunia ini sudah ada yang mengatur, kita sebagai hambaNya tinggal menjalankan dan meminta kepada Sang Maha kaya untuk kebaikan hidup kita.

Menstimulasi kecerdasan kreatif, Sarana Edukatif dan Membangkitkan rasa Ingin Tahu 


Psikologi agama juga diharapkan dapat menstimulasi kecerdasan para peserta didik dan juga menggali kreatifitas berpikir anak. Ketika anak diajak berdialog tentang makhluk Tuhan yang ada di bumi ini, maka rasa ingin tahu anak akan terstimulasi, sehingga mereka akan memenuhi rasa ingin tahunya dengan banyak bertanya dan juga mencari tahu.

Cara mencari tahu bisa dilakukan dengan berbagai hal, misalnya bertanya kepada gurunya atau kepada orang-orang yang paham serta melakukan diskusi untuk memperdalam pengetahuannya dan memuaskan rasa ingin tahunya. Selain itu bisa juga dengan membaca, menonton, uji coba dan lain sebagainya.

Mengatasi Krisis Spiritual


Memperluas pengetahuan anak dan mengaitkannya dengan kaidah agama diharapkan juga dapat menghindari krisis spiritual dalam diri anak. Membiasakan anak untuk mengenal Tuhan dan agamanya dari sejak dini bertujuan membangun jiwa dan pemikiran anak dengan konsep ke-Tuhanan.

Mendekatkan anak kepada agamanya hakikatnya mengenalkan anak pada hakikat dirinya sendiri. Jika anakmengenal diri dan Tuhannya dengan baik diharapkan anak akan terhindar dari permasalahan krisis spiritual atau permasalahan spiritual.

Menanggulangi Materialistik


Mengenalkan konsep ke-Tuhanan dan mengaitkannya dengan segala urusan yang ada di bumi, diharapkan juga dapat membentuk pribadi yang ikhlas dalam diri anak atau seorag hamba. Segala sesuatu perkara yag ada di dunia ini tidak melulu diorientasikan terhadap untung rugi dalam wujud materialistik.

Diharapkan anak jika melakukan sesuatu tidak melulu mengharapkan material atau balasan dalam berupa wujud benda, baik berupa uang maupun wujud benda lainnya. Ada hal yang lebih penting yang bisa dia peroleh dan harapkan dari hanya sekedar material, yaitu pahala, ketentraman hati, kebahagiaan, ketenangan, cinta, kasih sayang dan lain sebagainya.

Menanamkan Cara Berpikir Positif


Psikologi agama mengenalkan nilai dan kaidah kebaikan dalam setiap peristiwa  dari sudut pandang agama. Agama berisi nilai-nilai kebaikan yang aturannya diciptakan oleh Allah sebagai Tuhan dari manusia. Keberadaannya mutlak dan kebenarannya juga mutlak.

Membiasakan anak bertindak sesuai dengan kaidah agama memiliki arti mebiasakan anak untuk berpikir positif. perhatikan ilustrasi percakapan seorang murid dengan gurunya di bawah ini:

"Ibu, aku sudah belajar sangat keras agar aku bisa dapat rangking pertama atau paling tidak kedua, tapi kenapa aku selalu kalah? Rangkingku pasti selalu di bawah Aisyah, aku, kan, pingin dapat hadiah boneka Barbie seperti yang telah ayah ibu janjikan!"

"Masyaallahu, nak, alhamdulillah, lho, kamu dapat ketiga. Rangkingmu itu adalah buah dari hasil kerja kerasmu pastinya. Lebih semangat lagi belajar, ya. Usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Siapa tahu, Aisyah dan Aira belajarnya lebih keras, bahkan mungkin sampai malam. Itu tandanya Allahu meminta kita untuk lebih semangat lagi. Lagian untuk menjadi seorang putri sholihah dan membanggakan, tidak harus melulu dapat rangking satu, kan, nak? Yang penting akhlaknya juga harus istimewa dan juara, agar disayang Allah dan semua penduduk bumi, okay?!

Nah, percakapan di atas menunjukkan sebuah motivasi untuk selalu berpikir positif, agar anak tidak mudah frustrasi, putus asa dan menilai segala sesuatu yang berharga hanya dalam wujud material. ada hal yang lebih penting yaitu keagungan akhlak. Kriteria akhlak yang agung secara gamlang dijelaskan dalam agama. 

Aplikasi Psikologi Agama dalam Proses Belajar Mengajar


Aplikasi psikologi agama dalam proses belajar mengajar berkaitan erat dengan teori kepribadian Sigmund Freud, teori yang dapat diaplikasikan dalam bimbingan, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan dasar.

Seorang psikolog ternama dunia Mortensen melengkapinya dengan merumuskan tiga prinsip dasar yang harus dipegang oleh para pendidik agar bimbingan yang diberikan kepada para siswanya prosesnya dapat berjalan  dengan efektif. Tiga  prinsip bimbingan konseling yang digagas oleh Mortensen dalam proses belajar mengajar diantaranya yaitu:


Memahami Setiap Kebutuhan Individu Siswa


Konseling dan proses belajar mengajar bisa efektif jika pendidik dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. sejatinya setiap anak adalah unik. Mereka memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda satu sama lain. Untuk itu pendidik harus jeli dalam masalah ini.


Usaha Preventif dan Pengembangan Individual


Setiap pendidik diharapkan bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dilakukan oleh para anak didiknya melalui usaha penanaman nilai-nilai baik  Dengan adanya usaha preventif (pencegahan) yang dilakukan diharapkan dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dilakukan oleh anak .

Guru terus memantau pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak dijaga agar tidak turun atau minimalnya bisa tetap bertahan dan stabil. 


Membantu Anak untuk Menyempurnakannya


Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan bisa membimbing dan membantu anak untuk terus berkembang. Pendidik diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan anak.  Terus Membimbing dan mengarahkan anak dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan pengetahuannya.


Penerapan Psikologi Agama pada Pendidikan Anak Usia Dini 


Seorang guru PAUD perlu kiranya membekali dirinya dengan Psikologi agama. Dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini, guru perlu melakukan bimbingan dan evaluasi pada enam aspek tingkat pencapaian perkembangan anak atau dikenal dengan STPPA. Kaitannya dengan aplikasi psikologi agama guru harus mengupayakan untuk mengintegrasikan keenam aspek STPPA ini pada nilai-nilai keagamaan. 

metode psikologi agama



Aspek Moral Spiritual


Dalam aspek moral spiritual guru bisa memberikan pembinaan pada anak dengan cara menguatkan kecintaan anak pada Tuhan sang pencipta ketika guru mengenalkan praktik ibadah, misalnya ketika mengajarkan do'a, salat, berwudhu dan lainnya, sisipkan bahwa ananda harus rajin beribadah agar disayang selalu oleh Allah ta'ala sebagai wujud syukur sudah sangat banya sekali menerima macam-macam nikmat.

Aspek Kognitif 


Dalam aspek kognitif, guru bisa menyisipkan nilai-nilai kebaikan dan ke-Tuhanan ketika mengajarkan berhitung, membaca, praktik sains dan pembelajaran pengetahuan lainnya. Misal ketika sedang belajar membaca, guru bisa menyisipkan konsep syukur kepada anak. 

Bersyukur kalau Allahu sudah memberikan mata, telinga, mulut, sehingga kita bisa melihat, mendengar dan berbicara sehingga sang anak bisa belajar membaca dan jadi bisa banyak tahu.

Aspek Psikomotor


Begitupun dalam mengembangkan aspek psikomotor anak. Ketika mengajarkan meronce, mewarnai, menggunting, bermain lempar bola dan lainnya, psikologi agama bisa disisipkan dalam kegiatan ini, yaitu dengan memberitahu pada anak, bahwa alangkah bersyukurnya Allahu telah memberikan kita tangan, dan indra yang lainnya sehingga kita bisa menghasilkan karya dan bermain-main.

Aspek Bahasa


Psikologi agama bisa banyak dimasukkan dalam aspek ini. Segala komunikasi kita dengan anak bisa dikaitkan dengan nilai-nilai agama. Bersyukur telah dilahirkan ke dunia, bersyukur karena punya ayah dan mamah, sambil terus meningkatkan pengayaan kosakata pada anak dan sekaligus memberitahu arti dan maksud darisetiapkata yang kita ajarkan.

Aspek Sosial Emosional


Psikologi agama pada Aspek sosial emosional bisa diterapkan dengan konsep berbagi, sabar, saling menyayangi, saling menghormati kepada sesama, yaitu kepada teman, kepada binatang, kepada orang yang lebih tua, kepada yang lebih muda dan lain sebagainya.

Anak diberi pengertian tentang konsep berbagi mainan dengan teman sebaya atau mengajarkan agar mau bersedekah pada orang yang kurang mampu. Guru bisa mengembangkan nilai-nilai sosial emosional lainnya yang pastinya banyak sekali yang bisa digali.

Aspek Seni


Penerapan psikologi agama pada aspek perkembangan seni bisa dengan cara menyisipkan nilai-nilai kebaikan lewat lagu dan nyanyian yang diajarkan kepada anak. Ketika anak-anak sedang menggambar pemandangan bisa sambil disisipkan nilai agama, misal ketia anak menggambar pemandangan, guru bisa mengadakan diskusi tantang siapa pencipta matahari, gunung, pohon, sungai dan segala yang ada di bumi. 

Penerapan psikologi agama pada pendidikan anak usia dini di atas bisa dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak. Guru bisa menerapkannya sekreatif mungkin. Untuk itu mempelajari psikologi sangat bermanfaat sekali bagi para calon guru dan guru.


Kesimpulan


Mempelajari psikologi agama sangat banyak manfaatnya, baik di ranah khusus yaitu di dunia pendidikan maupun di ranah umum, yaitu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian  stimulasi yang intens di semua aspek perkembangan anak diharapkan akan membentuk generasi Qur'ani yang memiliki karakter unggul, Sehingga kelak kematangan jiwa beragama akan terbentuk.

Pengaplikasian psikologi agama harus diterapkan pada semua aspek perkembangan anak, yaitu pada enam aspek standar tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA). Untuk itu mempelajari psikologi agama sangat penting bagi para guru dan calon guru, karena untuk membentuk anak didik menjadi generasi Qur'ani tentunya harus dimulai dari seorang guru yang berkarakter Qur'ani. Semangat mendidik dan salam pengasuhan.

 

Cara Menangani Anak Autis di Sekolah

Jumat, 09 Juni 2023

Data yang disajikan dalam buku "Tips Menangani Siswa yang Berkebutuhan Khusus" menerangkan bahwa anak dengan gangguan autis terus bertambah dari tahun ke tahun. di negara Kanada dan Jepang prosentase pertumbuhan penderita autis berkembang sebanyak 40% sejak tahun 1980. 


Bahkan sejak tahun 2002 dinyatakan ada sekitar 9 kasus gangguan autis diderita anak perharinya. Begitupula di negara-negara maju lainnya seperti Amerika dan Inggris terjadi pertumbuhan angka yang signifikan pada penderita gangguan autis.


Indonesia sendiri menurut data yang didapat dari Departemen Kesehatan sejak tahun 2004 ada sekitar 7000 penderita autis setiap tahunnya. Data ini terus bertambah setiap tahunnya sebanyak 5%. Bisa dikatakan dari tahun 2004 sampai 2007 anak autis bertambah menjadi 8500 orang, bahkan terus meningkat hingga saat ini.


cara menangani anak autis di sekolah


Untuk itu mencari solusi tentang bagaimana cara menangani anak autis harus dipikirkan lebih terfokus lagi dan merupakan kebutuhan yang mendesak. Ketersediaan lembaga yang menangani gangguan autis pada anak juga perlu perhatian khusus. Artinya Tenaga yang mengerti cara menangani anak autis di sekolah maupun di rumah merupakan hal mendesak yang harus segera direalisasikan ketersediaannya.


Dengan adanya program pendidikan inklusi yang dicanangkan oleh pemerintah perlu kiranya sebagai praktisi pendidikan di jenjang apapun membekali diri dengan pengetahuan spesifikasi anak berkebutuhan khusus dan dalam kasus ini tentu saja perlu memahami juga bagaimana karakteristik dari anak autisme. 


Berhubung saya sebagai seorang praktisi pada Pendidikan Anak USia Dini, dalam artikel ini saya akan coba menyuguhkan artikel ringan tentang bagaimana cara mendidik dan membimbing anak autis pada usia dini di sekolah. Para praktisi PAUD tentu saja sebelumnya perlu kiranya membekali diri dengan pengetahuan tentang apa itu autism spectrum disorder seperti yang telah ditegaskan di atas.


Cara Menangani Anak Autis di Sekolah


Memahami bagaimana strategi pembelajaran yang tepat yang bisa diterapkan untuk anak penderita gangguan autis bagi para praktisi Pendidikan Anak USia Dini sangat diperlukan, mengingat biasanya ada saja setiap tahunnya anak dengan gangguan autisme ikut sekolah di sekolah reguler.


Hal ini memang dicanangkan oleh pemerintah dalam program pendidikan inklusif. Setiap sekolah diwajibkan untuk menerima 1 sampai 2 orang siswa yang memiliki kebutuhan khusus untuk bisa mengikuti kegiatan belajar bersama teman-teman lainnya.


Ada beberapa prinsip yang harus kita terapkan sebelum kita mulai memberikan pembelajaran pada anak autis agar upaya bimbingan dan layanan pendidikan dapat mencapai keberhasilan. Prinsip pembelajaran ini pun sangat baik juga tentunya jika diterapkan pada anak-anak umum lainnya. Namun ketika diterapkan pada siswa autis harus lebih intens, telaten dan berkesinambungan.  Beberapa Prinsip di bawah ini bisa para guru terapkan:


1. Prinsip Pembelajaran Konkret


Prinsip pembelajaran konkret adalah pembelajaran yang menyuguhkan obyek benda secara langsung agar anak mampu memahami hal yang sedang dipelajari karena bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan obyeknya. 


Misalnya dalam pembelajaran penjumlahan pada matematika, guru bisa menggunakan alat bantu batu-batuan, batang kayu atau benda lainnya yang tersedia di lingkungan sekitar. Hal ini dapat memudahkan anak untuk lebih memahami konsep penjumlahan bilangan. Anak mendapatkan bantuan dari benda konkret atau nyata di sekitarnya.


2. Prinsip Learning by Doing


Prinsip pembelajaran Learning by doing juga bisa diterapkan pada siswa autis. Misalnya ketika guru hendak mengajarkan dan mengenalkan aneka karakter baik, maka guru bisa langsung mengajak anak untuk mempraktikkannya pada kawan-kawannya langsung.


Menanamkan sikap pemurah, guru bisa mengajarkan untuk saling membantu temannya yang sedang kesusahan. Mengajak anak menengok orang yang sakit, membantu membereskan mainan dan lain sebagainya.


3. Prinsip Kefokusan Tatap Muka


Prinsip kefokusan tatap muka ini mutlak dilakukan ketika memberikan pembelajaran pada anak autis, karena biasanya, anak-anak dengan gangguan autis memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus pada suatu hal. Untuk itu diharapkan guru bisa mengusahakan anak menatap langsung wajahnya ketika memberikan instruksi.


Biasanya sulit dan  butuh ketelatenan dalam mengupayakan anak mampu menatap wajah sang guru, namun sebisa mungkin guru bisa mengarahkan anak untuk mampu memandang wajah ketika menerima pembelajaran. Hal ini bertujuan melatih dan membiasakan anak autis untuk fokus dan berkonsentrasi.


mengatasi autisme pada anak


4. Prinsip Kebebasan Terarah, Kedisiplinan dan Pemanfaatan Waktu Luang


Biasanya anak-anak dengan gangguan ASD atau autism spectrum disorder, sulit sekali berkonsentrasi dan fokus untuk melakukan satu kegiatan. Biasanya cenderung sesuka hati. Ketika anak mulai bosan guru bisa membebaskan anak terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan yang dia senangi ketika jenuh. Namun tetap mengarahkan pada kebaikan dan kedisiplinan.


Anak autis memiliki kebiasaan cenderung tidak bisa diam dan selalu ada saja kegiatan yang ingin dilakukan. Hal ini membuat dia memiliki jam istirahat yang kurang dan menyebabkan lupa waktu. Guru dalam hal ini harus mampu mengarahkan anak memanfaatkan waktu luang pada kegiatan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak.


5. Prinsip Cinta dan Pengarahan Perilaku Positif


Nah, prinsip yangs satu ini juga sangat penting dimiliki oleh para guru yang menangani anak dengan gangguan autis. Meski tentu saja rasa cinta dan kasih sayang harus diterapkan pada semua siswa. Namun bagi anak-anak autis, para guru harus menyisihkan porsi sabar, cinta, telaten, ramah dengan porsi yang lebih.


Anak autis membutuhkan perhatian khusus dan ekstra, karena mereka memiliki hambatan dalam berkonsentrasi yang menyebabkan gangguan pada semua aspek perkembangannya. Kesabaran dan ketelatenan serta perlakuan cinta sepenuh jiwa sangat penting untuk membantu anak autis kelak menjadi pribadi yang mandiri.


Selain itu anak autis juga memiliki ketidakstabilan pada emosinya. Diharapkan guru dapat mengontrol emosi anak dan mengarahkan pada perilaku terpuji. untuk itu guru harsu mampu melakukan identifikasi problem emosi apa yang dialami anak. Guru diharapkan mampu membangun anak menjadi pribadi yang penuh empati pada lingkungannya.


6. Prinsip Minat dan Bakat


Guru juga harus mampu menggali  potensi minat dan bakat anak. Sejatinya setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Begitupula dengan anak autis, mereka juga memiliki minat dan bakat yang berbeda. Perlu kejelian guru dalam hal ini. Untuk itu jangan kenal lelah ketika melakukan observasi pada anak demi menyelami keinginannya dan mengetahui minat bakatnya.


Strategi Pembelajaran untuk Anak Autis dan Penerapannya


Setelah kita mengetahui beberapa prinsip pembelajaran yang harus kita terapkan ketika menangani anak autis, kita juga perlu menentukan strategi pembelajaran yang tepat penerapannya dalam menangani anak dengan gangguan autis. 


Siswa autis yang cenderung tidak bisa berkonsentrasi dan fokus pada pembelajaran membuat kita para guru harus mengambil tindakan yang tepat ketika menghadapi siswa autis. Untuk itu diperlukan juga metode yang pas dalm memberikan pembelajaran pada anak autis. Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh para guru ketika siswa autis tidak bisa diam dan berkonsentrasi sebelum memulai sebuah pembelajaran. Beberapa hal tersebut diantaranya, yaitu:


Memberikan Kesibukan yang Terarah kepada Anak


Dalam hal ini guru harus jeli terhadap kesukaan anak. Anak autis juga layaknya seperti anak-anak normal lainnya. Mereka memiliki kecenderungan terhadap sesuatu. Sebagai guru kita bisa mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan yang dia sukai, misal jika anak memiliki kesenangan dalam hal melipat kita bisa memberikan dia kesempatan untuk melakukan kegiatan melipat, sehingga anak bisa duduk tenang karena melakukan kegiatan menyenangkan sekaligus mengajarkan anak keterampilan yang menyenangkan.


Atau kita juga bisa mengarahkan anak autis terhadap hal-hal yang disenangi masuk ke dalam konsep pembelajaran. Misal, seorag anak menyenangi permainan bola, kita bisa memberikan bola untuk dimainkan sambil sedikit-sedikit kita alihkan perhatian kepada pembelajaran yang sedang berlangsung.


Jika sedang belajar mengenal bumi kita bisa alihkan anak pada globe atau bola dunia. Sambil memegang dan memutar globe yang bak bola ini bentuknya, kita bisa juga mengajaknya berkomunikasi aktif mengenalkan negara-negara di seluruh dunia yang ditunjukkan dalam globe tersebut. Anak diminta menyebutkan nama negara yang sedang dia pegang atau menanyakan nama negara yang kita tunjuk, dan lain sebagainya.


Cara ini diharapkan dapat membantu anak autis yang tidak dapat duduk tenang di kelas menjadi fokus dan terpusat perhatiannya pada pembelajaran yang tengah berlangsung. Guru bisa menggunakannya sebagai cara untuk mengatasi anak autis.


bagaimana metode mengajar anak autis


Membiarkan Anak Berekspresi Melalui Menggambar dan Coretan


Baik anak autis ataupun anak normal lainnya, sebagaiannya ada yang menyenangi kegiatan menggambar atau corat-coret, bahkan kegiatan ini bisa dijadikan sarana untuk menaikkan mood belajar anak. 


Menggambar atau mencorat-coret di atas kertas atau media yang disediakan bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pelajaran. Menggambar dan corat-coret membuat sebuah sketsa diharapkan dapat mengalihkan kegiatan yang mengganggu atau tidak terarah kepada kegiatan yang lebih terarah dan terprogram. 


Bisa dijadikan sebagai salah satu teknik mensiasati gerakan atau keadaan anak autis yang seringkali sulit diatur dan terkadang ingin berbuat semaunya sendiri. Biasanya bila sering dilarang anak dengan gangguan autis seringkali marah dan berontak.


Memberikan Kesempatan untuk Mengeluarkan Energi


Anak autis biasanya memiliki energi yang berlebih bahkan terkesan tidak kenal capek. Dengan mengizinkan mereka berjalan-berjalan di sela pembelajaran sama saja memberikan ruang kepada mereka untuk rehat sejenak.


Sebagian siswa autis memerlukan kegiatan berjalan-jalan untuk memunculkan mood mereka ketika belajar. Menyalurkan energi yang berlebih yang dimiliki anak autis layaknya memberikan angin segar untuk menumbuhkan semangat berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Bisa dengan berjalan- jalan di dalam kelas, berlari atau pun di sekitar sekolah atau halaman kelas.


Bisa jadi kita juga memberikan kesempatan yang sama terhadap anak-anak normal lainnya untuk melakukan kegiatan berjaan-jalan di dalam kelas sekitar 10 menit agar anak-anak terbebas dari kejenuhan selama belajar.


Di dalam kegiatan selingan berjalan-jalan pun, guru bisa memasukkan unsur-unsur pembelajaran kepada anak. Pembelajaran yang diberikan bisa disesuaikan dengan pembelajaran yang tengah berlangsung saat itu. Mengajak anak untuk berdiskusi ringan sambil berjalan-jalan.


Membebaskan Anak Memilih Tempat Belajar yang Disukai


Posisi yang nyaman dan tempat yang disukai oleh anak akan membantu anak menyenangi proses pembelajaran yang akan dilalui. Khusus untuk anak autis, sekiranya guru bisa memberikan kebebasan untuk memilih tempat duduk kepada anak.


Kadang kala perlu juga disediakan semacam bangku goyang, atau bantalan warna warni di lantai jika sekiranya memang dibutuhkan karena anak menyenangi hal tersebut. Pemilihan tempat duduk yang disenangi anak diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi si anak ketika belajar. Hati anak senang proses pembelajaran pun akan berlangsung menyenangkan.


Nah beberapa cara dalam menangani anak autis di atas semoga bisa membantu para guru atau pun orang tua di rumah dalam menghadapi anak dengan gangguan autism spectrum disorder. Cara menangani anak autis di sekolah ini tentunya bisa disesuaikan dengan keadaan anak atau keadaan sekolah masing-masing.


Cara guru dalam menangani anak autis bisa dilakukan dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian. Perlu daya kreativitas tinggi, sabar dan gigih. Eksplorasi bisa dikembangkan melalui media-media yang ditemukan di lingkungan sekitar anak. Dari sebuah mainan yang disukai anak, guru atau orang tua bisa mengoptimalkan pengetahuan anak dengan menanyakan jenis warna, aneka bentuk, dan juga fungsi yang terdapat pada mainan atau benda kesukaan anak. So, semangat terus untuk mendidik. Selamat menerapkan. Salam pengasuhan.




Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger