5 Cara Menjaga Fitrah Anak USia Dini. Orang tua dan Pendidik Perlu Pahami!

Rabu, 26 Juli 2023

Mendidik anak di zaman serba digital saat ini perlu penyesuaian. Baik orang tua maupun anak harus mampu beradaptasi dengan perubahan era yang perkembangannya sangat cepat. Orang tua yang pernah muda di era 1990-an tentu akan sangat berbeda dengan anak-anak yang mengalami masa muda di era 2020-an.


Konon sejak manusia ada di muka bumi ini, memikirkan masalah pendidikan dan keberlangsungan hidup dirinya sudah dirumuskan dari dulu. Tentu saja dengan berkembangnya konsep berpikir manusia, maka cara mendidik pun terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


Namun, satu yang tidak berubah, yaitu setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Sebagaimana Islam menegaskan tentang konsep fitrah anak . Orang tuanya yang akan membentuk dan mewarnai anak menjadi sosok yang diharapkan, sesuai keinginan orang tuanya. Orang tua dan lingkungan merupakan aspek penting dalam mengembangkan nilai pada anak


fitrah anak usia dini

Untuk itu fitrah anak yang masih lurus perlu dijaga dan diupayakan agar berkembang ke arah kebaikan, karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang baik secara jasmani maupun rohani.  Nah, potensi yang dimiliki anak inilah yang dinamakan fitrah. Bagus sekali jika dikembangkan sejak anak masih dalam usia dini. Kisaran berapa anak usia dini? Sainers boleh cari tahu lebih lengkap di artikel  pengertian anak usia dini.


Gempuran arus global dengan warna budaya yang beranekaragam saat ini berubah sangat cepat, sebagai orang tua kita harus berupaya terus membuat racikan ilmu mendidik yang pas untuk diberikan dan diterapkan pada anak. Baik orang tua maupun anak harus mampu berdaptasi dengan lingkungan yang ditempatinya. Menurut Abdul Rahman dalam bukunya Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak USia Dini, fitrah merupakan bagian integral untuk mengenal esensi dan eksistensi kehidupan manusia.


Salah satu fenomena yang marak saat ini adalah keberadaan gadget yang banyak merampas perhatian anak, membuat anak agak melenceng dari fitrah mereka seharusnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara alami banyak terhambat karena faktor gadget.


Ini merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Para orang tua memiliki tugas berat untuk mengurai permasalahan ini. Gadget bukan permasalahan yang sederhana. Bahkan mengancam pada pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak. Kok bisa?


Bisa, dong. Coba, deh kita pikirkan. Jika setiap harinya anak kita selalu bergantung pada gadget, berapa banyak waktu yang terbuang dan memaparkan radiasi pada mata anak? Padahal mengisi waktu dengan bermain bersama temannya atau bercerita bersama ayah bunda lebih berkualitas dan memberikan stimulasi positif di banyak area. Sehingga perkembangan anak pun bisa diupayakan secara optimal.


Selain itu, dengan menghabiskan waktu di depan gadget terkadang anak lupa makan, lupa minum bahkan sulit mengalihkan perhatiannya pada hal di luar barang kesukaannya yaitu gadget. Ironisnya banyak ayah bunda yang menjadikan gadget sebagai sarana dalam mempermudah urusan pengasuhan. Sering dengar, kan, statement kaya gini "Biarin aja, deh, biar anteng. Makan atau pun minum susunya bisa cepat dihabiskan kalau sambil nonton di gadget, atau sambil main game kesukaannya. Soalnya kalau gadgetnya diambil, malah nggak mau makan dan juga marah." Hehe, orang tua pun dihadapkan pada pilihan yang dilematis. 


Bukannya, nggak boleh banget, atau antipati banget, ya, sama gadget. Asal waktunya dibatasi sah-sah saja, kok, kan banyak juga hal positifnya. Asaal...diawasi ya, papmam. Jujurly saya juga problem banget, nih, membuat jarak yang tak terlalu dekat antara anak dengan  gadget, bahkan sering adu argument, haha. Istilah singkatnya berdebat!


Yuk, kita lihat survey dari sebuah penelitian yang dijelaskan dalam jurnal pendidikan anak usia dini yang ditulis oleh Dianing Safitri dan kawan-kawan bahwasannya anak-anak yang merasa marah jika dipisahkan dengan gadgetnya mencapai di angka 50 %  dan ada sekitar 3 % anak yang akan mengalami kemarahan luar biasa atau .


Jika keadaannya sudah begini, apakah bisa dikatakan fitrah anak masih terjaga? Kembali kepada pembahasan menjaga fitrah pada anak usia dini, perlu kita kaji terlebih dahulu, apa, sih fitrah? Saya sudah sering banget dengar istilah ini, tapi arti sesungguhnya apa, sih? Ada yang punya pernyataan yang sama seperti ini? Tos kalo gitu. Makanya, yuk kita bongkar-bongkar dulu referensi tentang pengertian fitrah.


Pengertian Fitrah


Berbicara tentang masalah firah, sepertinya banyak diantara kita tidak asing dengan istilah ini. Istilah fitrah banyak sekali diangkat dalam berbagai tema perbincangan tentang ilmu pendidikan dan parenting. Namun, apakah kita sudah paham makna dari kata fitrah itu sendiri? 


Dari sisi etimologi atau pengertian bahasa kata, fitrah secara bahasa memiliki banyak arti sesuai dengan konteks yang dikaitkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fitrah memiliki arti sifat dasar, kesucian, bakat, serta bawaan. Ibnu Manzhur menjelaskan dalam pengertian Bahasa Arab,  fitrah memiliki makna belahan, kemunculan, kejadian, dan juga ciptaan. Jika makna fitrah dihubungkan dengan manusia, maka memiliki arti pembawaan yang dihadirkan dari sejak dilahirkan.

Mengurai terminologi fitrah menurut Profesor Quraish Shihab, ada 3 penggolongan makna fitrah yang bisa diuraikan, diantaranya yaitu fitrah merupakan:


1. Dien yang Haqiqi


Fitrah Memiliki makna ad-dien yang hakiki atau agama yang benar. JIka diartikan sebagai ad-dien yang hakiki, fitah manusia mencerminkan hakikat bahwasannya setiap manusia ketika dilahirkan sudah memiliki potensi tauhid secara alami, mengakui Rabb atau Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. 


2. Kesucian


Fitrah juga memiliki makna sebuah kesucian. Hakikatnya adalah ketika manusia dilahirkan membawa potensi alami pada perilaku jujur dan memiliki kecenderungan terhadap akhlak baik dan juga memilih sesuatu hal yang mengandung kebenaran. Ini membuktikan bahwa hati nurani manusia secara keseluruhan berada dalam kondisi fitrah.


3. Asal Kejadian


Fitrah juga mengandung makna asal kejadian. Jika ditilik dari makna asal kejadian, fitrah manusia mengandung makna  bahwasannya setiap manusia selalu ingin mengetahui tentang asal usul dirinya. Dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali.


Perasaan ini akan membimbing manusia mencari hakikat dirinya, cenderung untuk berbuat kebaikan dan kebenaran yang hakiki. Ketika fitrah manusia masih lurus keseimbangan antara alam dan manusia akan terus terjaga. Untuk itu kita semua memiliki tugas untuk menjaga agar fitrah kita tetap lurus.


Konsep Fitrah Anak Usia Dini


Konsep fitrah yang akan kita bahas kali ini adalah tentang potensi anak manusia ketika dilahirkan. Fitrah pada anak tersebut kita upayakan untuk dikembangkan potensinya melalui pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya dan juga lingkungan tempat tinggalnya.


Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki anak bisa berkembang atau istilah lainnya aktuil, jika dikembangkan hanya melalui proses pendidikan dan juga stimulasi dari lingkungan. Pernyataan ini linier dengan teori pendidikan konvergensi yang dikemukakan oleh Willeam Stren, bahwasannya pendidikan dan lingkungan sangat berperan penting dan bisa dikatakan hal yang utama dalam membentuk karakter anak.

Hanya saja ada perbedaan antara teori konvergensi dan teori Islam, bahwasannya fitrah di dalam konsep Islam terkait dengan kaidah ketuhanan atau illahiyah sedangkan dalam konsep teori konvergensi yang diusung oleh para pemikir barat meniadakan konteks ketuhanan. Hal ini dinyatakan oleh Samsul Nizar.

Kita akan membahas lebih detail lagi tentang potensi fitrah anak usia dini yang mampu dikembangkan melalui upaya pendidikan yag diberikan oleh orang tuanya maupun lingkungannya. Menurut Profesor jalaluddin ada 4 potensi dasar atau fitrah yang bisa dikembangkan, yaitu:

1. Potensi Naluriah


Fitrah bisa diartikan sebagai Potensi Naluriah atau disebut juga sebagai hidayat al-gharizziyat memiliki pengertian bahwasannya manusia memiliki fitrah dalam rangka melindungi dirinya, mempertahankan diri dan juga dorongan untuk berkembang biak.

2. Potensi Indrawi 


Potensi indrawi disebut juga sebagai hidayat alhassiyat. Potensi indrawi berfungsi untuk menghubungkan manusia dengan dunia luar atau lingkungannya. Dengan potensi indrawi yang dibekali oleh Allah, yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan juga peraba, mampu membimbing manusia berhubungan dengan sesama manusia atau makhluk ciptaan Allah yang lainnya. 


3. Potensi akal 


Fitrah yang ketiga adalah fitrah naluriah(hidayat al-aqliyyat), yaitu potensi akal yang hanya dimiliki dan diberikan kepada manusia. Dengan potensi ini manusia mampu menterjemahkan simbol, hal abstrak dan menganalisa suatu persoalan.


4. Potensi keagamaan 


Fitrah lain yang dimiliki oleh manusia adalah fitrah keagamaan atau hidayat al-diniyyat. Fitrah keagamaan yang dimiliki oleh manusia menjadikan manusia makhluk yang butuh beribadah kepada yang maha kuat, yang tinggi dan berkuasa atas dirinya.

Profesor Jalaluddin menjelaskan bahwasannya manusia sangat erat hubungannya dengan pendidikan, berdasarkan atas tiga prinsip penyertanya, yaitu prinsip penciptaan, prinsip peran juga prinsip tanggung jawab.

Prinsip penciptaan menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang memiliki fungsi untuk menjaga bumi, prinsip peran menegaskan bahwa manusia diciptakan memiliki peran yang besar terhadap kemakmuran bumi, dan prinsip tanggung jawab bahwasannya manusia memiliki tanggung jawab yang besar akan keselamatan bumi.

Nah, melalui tiga prinsip di atas, menguatkan bahwa manusia adalah makhluk yang mampu diberikan pendidikan, dan pendidikan akan lebih mudah diterima ketika diberikan sejak masa anak usia dini. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa stimulasi positif yang diberikan pada masa usia emas atau golden age 1 sampai dengan 8 tahun akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan hidup ketika dewasa. Pengembangan intelejensi serta pembentukan karakter paling tepat dilakukan sejak anak usia dini.  

Bayangkan jika manusia dalam proses bertumbuh dan berkembangnya tanpa disertai pendidikan dan bimbingan dari orang yang terlebih dahulu merasakan seluk beluk dunia?Owooow, apa jadinya dunia?? Saya pribadi takut membayangkannya, terlalu acak-acakan sepertinya, arghh, sereem.

Dunia berantakan, lingkungan berantakan, tidak paham bagaimana cara menyapa, cara makan, dan tata cara serta adab lainnya dalam bertindak dan hal sederhana lainnya. Untuk itu Allah ta'ala memberikan tarbiyah atau pendidikan secara langsung kepada Nabi Adam alaihi salam serta kepada beberapa utusan-Nya yang lain, termasuk Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam.

Lalu bagaimana cara menjaga agar fitrah kita sebagai manusia tetap lurus? Seperti yang telah diungkapkan pada pernyataan di atas, bahwasannya adalah tanggung jawab setiap individu untuk menjaga fitrahnya tetap lurus. Bagaimana caranya?


Buat kita para manusia dewasa yang telah memiliki kemampuan untuk memilih tentu mempunyai kemampuan untuk menahan diri tetap pada jalur yang lurus, tinggal dikembalikan pada individu masing-masing, mau atau engga, sabar atau tidak, sanggup atau enggan. Akhirnya bermuara bahwa hidup adalah sebuah pilihan.


Namun kemampuan manusia untuk memilih dan bertahan pada fitrah yang lurus, tentunya ada upaya yang dilakukan. Seperti halnya sebuah rantai kehidupan yang saling terkait dan terus berkesinambungan. Manusia bertumbuh dan berkembang. 


Manusia bermetamorfosis. Dilahirkan, dirawat, dididik sehingga yang tadinya seorang bayi mungil melalui peran seorang yang dinamakan orang tua bayi mungil yang tanpa daya itu dapat bertumbuh dan berkembang dan akhirnya wujudnya berbah menjadi dewasa. Hidup adalah sebuah konsistensi.


Jika kita mengambil pelajaran dari analogi metamorfosa kupu-kupu. Dibutuhkan sebuah upaya dan proses untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Begitupula dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Diperlukan upaya melalui sebuah proses pendidikan demi membentuk manusia yang berkarakter dan tetap pada kelurusan fitrahnya.


Fitrah yang lurus perlu diupayakan sejak manusia dalam kandungan dan terus berlanjut ketika dilahirkan sampai akhir hayat. Namun pendidikan intensif perlu diupayakan ketika manusia masih dalam usia dini, yaitu sejak kanak-kanak dari usia 0 sampai 8 tahun. 


Memberikan pendidikan di usia dini akan mudah melekat, seperti sebuah pepatah mengatakan  mendidik di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu mendidik di kala dewasa bagaikan mengukir di atas air.


Untuk itu sebagai orang tua yang memegang amanah dalam mendidik anak-anaknya, masa ini merupakan peluang emas dalam masa pembentukan. Mengupayakan sang anak menjadi manusia yang berkarakter unggul, agar menjelma menjadi manusia berakhlak yang mampu amanah sebagai khalifatu fii al-ardi. Apa saja upaya yang perlu kita lakukan dalam menjaga fitrah sang anak agar tetap lurus? Yuk lanjut.


fitrah anak usia dini


Bagaimana Mengupayakan Fitrah Anak USia Dini Tetap Lurus?


Setelah kita memahami bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dalam menjaga fitrah anak, selanjutnya para orang tua sebagai pelaku pendidikan, harus berupaya menjadi pribadi yang baik sebagai sarana uswah yang akan dipresentasikan kepada anak, demi menjaga fitrah anak tetap lurus.

Sosok guru dan orang tua adalah role model yang akan ditiru oleh anak. Jika anak disajikan pemandangan akhlak baik dari para orang tuanya maka anak akan meniru apa yang dia lihat dan saksikan. Otak anak menurut pakar pendidikan anak usia dini Doktor maria Montessori bagaikan spons, mudah menyerap hal-hal yang ada di sekitarnya.

Sifat otak anak yang absorbent mind ini menjadikan para orang tua harus berhati-hati ketika berucap dan bertindak di hadapan anak. Lingkungan terdekat anak merupakan lingkungan yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter pada anak.

Bagaimana cara membentuk karakter baik pada anak agar cepat diserap oleh anak dan berdampak pada penjagaan anak?DR. Abdullah Nahih Ulwan, seorang ulama yang memiliki perhatian dalam bidang parenting dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam merumuskan 5 metode yang bisa diterapkan dalam pola pengasuhan dan pendidikan. Lima metode tersebut diantaranya:


1. Mendidik dengan Keteladanan


Faktor keteladanan memiliki andil besar dalam pembentukan karakter baik pada anak. Jika para orang tua dan pendidik memiliki sifat jujur, amanah, bertanggung jawab dan karakter baik lainnya, maka anak pun diharapkan akan meniru apa yang telah dia saksikan dan dia dengar.

Sangat sulit bagi anak melakukan apa yang diminta oleh orang tuanya tetapi orang tuanya tidak melakukan apa yang diperintahkannya. Untuk itu Allah ta'ala mengisyaratkan tarbiyah yang sangat berpengaruh berupa keteladanan melalui sosok utusannya yang memiliki budi pekerti yang agung yaitu Rasulullah Muhammad salallahu 'alaihi wa salam.

Allah ta'ala menganugerahi akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai gambaran yang dipenuhi kesempurnaan akhlak dan keagungannya sebagai qudwah atau contoh bagi umatnya. 

2. Mendidik dengan Pembiasaan


Bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, diupayakan agar tetap dalam fitrah lurusnya melalui usaha menanamkan pembiasaan yang baik. Orang tua harus mengupayakan pembiasaan, pendiktean dan pendisiplinan.

Anak-anak yang hidup dengan pembiasaan perbuatan baik yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dalam lingkungan yang kondusif diharapkan akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak yang baik serta keagungan jiwa dan akhlak yang mulia.


3. Mendidik dengan Nasihat


Nasihat memiliki pengaruh yang kuat dalam menanamkan kesadaran pada jiwa anak. Sebagaimana Allah ta'ala mengisyaratkan metode nasihat melalui ayat-ayat Al-Qur'an dalam memberikan tarbiyah kepada para hambaNya.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak sekali kaidah yang disampaikan berupa nasihat baik itu berupa uswah atau contoh dari para hamba yang agung dan mulia, maupun cerita atau kisah yang mengandung pelajaran dari orang=orang terdahulu.

Nasihat digunakan sebagai jalan untuk menebarkan kebaikan dan membentuk akhlak yang agung. Nasihat merupakan cara yang penting dilakukan dalam pembentukan jiwa agar selalu terarah pada kebenaran dan kebaikan.


4. Mendidik dengan Pengawasan


Pendidikan yang berdampak adalah pendidikan yang dilakukan melalui pengawasan serta perhatian yang intensif. Anak diarahkan melalui pengawasan yang baik dari orang tuanya. Pendidikan tanpa pengawasan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Dengan adanya perhatian dan pengawasan yang diberikan oleh orang tua kepada anak membuat anak menjadi pribadi yang dihargai, dibutuhkan disayang dan juga berharga, karena mendapat perhatian dari orang tuanya. Keberadaannya diharapkan oleh kedua orang tuanya.

Untuk itu berilah pengawasan dan perhatian yang penuh pada anak-anak kita di semua aspek kehidupannya demi mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.


5. Mendidik dengan Hukuman


Kasih sayang, perhatian yang tulus, menebar kegembiraan pada anak adalah hal pendukung dalam membentuk karakter unggul pada anak. Namun jangan lupa juga untuk bersikap tegas, terutama ketika anak melakukan kesalahan atau tidak patuh terhadap aturan yang diterapkan.

Mendidik dengan hukuman juga merupakan rangkaian dari sarana pendidikan yang berpengaruh teradap pembentukan karakter anak demi menjaga fitrah atau potensi dasar yang dimiliki oleh anak. Hukuman yang diberikan selagi tidak menyakitkan dan menimbulkan bekas masih sangat bijak jika diterapkan pada anak.

Jenis hukuman yang bisa diberikan untuk anak usia dini misalnya dengan tidak memberikan mainan yang dia sukai sampai dia menunaikan kewajibannya. Bisa juga dengan tidak boleh melakukan hal yang disenangi sampai dia jera dan tidak berbuat hal yang tidak diinginkan.


Demikianlah lima metode mendidik yang bisa kita terapkan pada anak dalam rangka menjaga fitrah anak agar tetap lurus. Tentu saja dalam mengaplikasikannya bisa disesuaikan dengan kondisi anak, yaitu kecerdasannya, kekuatan anak, daya paham anak serta sifat bawaan anak yang tentunya memiliki perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Penerapan metode ini harus berorientasi pada kebutuhan anak dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak serta prinsip mendidik lainnya yang bisa Sainers baca dalam artikel prinsip mengajar anak usia dini.

Closing Statement


Fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh manusia dari sejak lahir. Setiap manusia membawa fitrah yang lurus berupa ketauhidan dan cenderung pada kebenaran dan kebaikan. Peran orang tua dan lingkungan akan berpengaruh besar pada pengembangan fitrah anak. 

Untuk itu perlu pendidikan yang berdampak agar fitrah yang awalnya diwarnai dengan segala kebaikan dan nilai kebenaran akan terus terpelihara keadaannya.

Cara mengupayakannya yaitu dengan memberikan pendidikan yang berdampak. Metode yang dirumuskan oleh pakar pendidikan Islam Abdullah Nashih Ulwan bisa kita jadikan pijakan dalam mendidik anak.

Lima metode yang dirumuskan oleh Abdullah nashih Ulwan yaitu mendidik dengan keteladanan, mendidik dengan pembiasaan, mendidik dengan nasihat, mendidik dengan perhatian dan juga memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan bisa kita terapkan secara konsisten. Semiga apa yang kita usahakan bisa berdampak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati kita, karena betapa pentingnya pendidikan dari sejak dini  demi menjaga fitrah anak tetap dalam kecenderungannya untuk melakukan kebaikan dan kebenaran.


Referensi


Buku: Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Doktor Abdullah Nashih Ulwan.

Buku: Memantik Konsep Fitrah dan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini karya Doktor Deri Wanto dan Abdul Rahman.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Anak USia Dini Melalui 7 Fitrah karya Hulailah Istiqlaliyah dalam Jurnal Lonto Leok : Vol 5, No 2 Juli 2023.

Paper Jurnal Ilmiah: Teori Fitrah dalam Persfektif Hadits Kaitannya dengan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, karya Anida Inayah dan Usep Haerudin dalam Attractive : Innovative Education Journal Vol. 5, No. 2, July 2023 ISSN : 2685-6085.

Paper Jurnal Ilmiah: Pendidikan Karakter Islami Anak Usia Dini Berbasis Fitrah di Taman Kanak-kanak, karya Dianing safitri, Abdul Rahman Rosyadi dan Imas Kania Rahman dalam  Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6 No. 6,  2022.






47 komentar on "5 Cara Menjaga Fitrah Anak USia Dini. Orang tua dan Pendidik Perlu Pahami! "
  1. Nice sharing banget mbak, akupun sebagai ibu masih harus banyak belajar mengarahkan anak untuk menuju fitrahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, sayapun masih belajar, mba. Dunia anak memang membutuhkan banyak tips dan trik, hehe. thx mba :1

      Hapus
  2. Usia dini ini definisinya di bawah lima tahun bukan, ya? Soal hukuman, bisa diterapkan mulai umur berapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut undang-undang pendidikan di Indoneisa anak usia dini berada di kisaran 0 sampai 6 tahun, adapun menurut skala internasional anak usia dini berada pada kisaran 0 sd 8 tahun. Lebih jelasnya bisa dicek pada artikel pengertian anak usia dini, ya mba. untuk memberikan punishment dilihat dulu keadaannya anaknya mba, dan yang perlu ditekankan adalah hukuman yang mendidik dan better setelah anak sudah bisa diajak komunikasi, sehingga aturan yang kita punya bisa dikomunikasikan terlebih dahulu dengan anak. Demikian mba. Trimakasih sudah berkenan mampir:1

      Hapus
  3. setiap generasi punya tantangannya sendiri ya mbak, maka dalam mendidiknya pun perlu disesuaikan dengan jaman generasi tersebut. suka banget sama artikelnya mbak, poin-poin pentingnya mesti aku catat nih.

    BalasHapus
  4. Dengan fitrah nya, kita mendidik anak usia dini dalam masa golden age agar bisa terbentuk anak berkarakter sesuai ajaran agama kita.

    BalasHapus
  5. ortu harus baca dan praktekin ini ya.
    semoga kita bisa menjadi ortu yg sholehh ya

    aamiin aamiin ya robbal alamiin

    BalasHapus
  6. Sebuah ulasan yang menjadi pengingat diri juga menambah wawasan seputar fitrah usia dini. Terima kasih sudah berbagi:) Setuju jika fitrah anak yang masih lurus perlu dijaga dan diupayakan agar berkembang ke arah kebaikan, karena sejatinya setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang baik secara jasmani maupun rohani, sehingga segala kebaikan dan nilai kebenaran akan terus terpelihara keadaannya.

    BalasHapus
  7. Anak-anak punya fitrah masing-masing di setiap fase usianya. Dan usia dini ini paling dasar ya mba

    BalasHapus
  8. Mendidik anak setiap zamannya pasti ada tantangannya dan mungkin itu yang dirasakan orangtua dulu, apalagi sekarang ditengah masifnya perkembangan teknologi, orangtua dituntut harus bisa mendidik sekaligus menjaga anak dari kemungkinan terpapar dampak negatif dari canggihnya teknologi yang bagaikan dua sisi mata uang, ada positif sekaligus ada negatifnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, Mba. Dan orang tuanya pun akhirnya harus pandai juga menahan diri tidak terlena oleh fasilitas teknologi ya, tantangan banget memang.

      Hapus
  9. Masya Allah..ilmu banget buat saya ini..apalagi sedang membersamai anak-anak usia dini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak usia dini yang selalu bikin gemas ya mba:1

      Hapus
  10. Biasanya nih yang sering bikin kepleset orangtua dalam mendidik anak di bagian memberikan hukuman. Saya sendiri sering menyesal kalau terlanjur emosi pada anak dan memberikan hukuman yang kadang2 menyakiti hati mereka. Memang sebagai orangtua kita harus banyak belajar tentang ilmu parenting gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali mba, kitanya juga harus pandai memanej hati ketika emosi ya:1

      Hapus
  11. Tantangan bagi orang tua di era digital ini untuk melakukan berbagai pengawasan dan pendidikan pada anak, agar anak dapat maksimal tumbuh sesuai fitrahnya. Semoga kita diberi kekuatan untuk mendidik anak-anak kita dengan pendidikan Rasulullah ini.

    BalasHapus
  12. masya Allah ya ...berganti zaman namun mendidik dengan fitrah tak akan berubah dan seperti itu . apalagi untuk anak usia dini adalah pondasi banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul sekali Mba Hamim, semoga kita sebagai orang tua tetap diberi kekuatan :1

      Hapus
  13. Memang ya pengenalan fitrah anak itu harus di mulai dari dini, biar nanti besar dah tahu konsep.y. Terutama konsep ketuhanan dan penciptaan dirinya sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, semoga kita bisa mengantarkan anak-anak kita menjadi hamba yang sholih sholihah aamiin.:1

      Hapus
  14. Aku setuju sih mba sama fitrah anak usia dini ini harus disesuaikan dan apa ya istilahnya distimulasi sejak dini kalau sepemahamanku

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba distimulasi secara optimal yaa:1

      Hapus
  15. Ah iya, penting ya menumbuhkan fitrah anak
    Makanya aku selama ini melakukan gaya parenting berdasarkan fitrah
    Fitrah based education

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mba fitrah based education:1

      Hapus
  16. Masya Allah lengkap banget ... Makasih Mbak, saya jadi lebih paham hal-hal seputar fitrah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mba, saya juga jadi sekalian belajar:1

      Hapus
  17. Terima kasih banyak atas rangkumannya, kak.
    Jadi orangtua memang kudu memahami dan belajar mengenai ilmu pengasuhan. Dan semoga dengan memahami dari akarnya, orangtua sendiri bisa berubah dari pengasuhan zaman orangtua dulu ke pengasuhan zaman sekarang yang tetap dibimbing Al-Qur'an dan hadits.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Kak Lendy, iya, ya, kita sebagai orang tua harus selalu up todate dengan pola pengasuhan agar bisa terus menyesuaikan, trimaksih juga kak sudah mampir:1

      Hapus
  18. Soal gadget ini tantangan banget buat ibu muda mbak Nita 😭 lingkungan juga ikut mempengaruhi. Anak 2 tahun sekarang udah tahu gadegt, huhu. Mengupayakan fitrah anak harus tetap dijaga ya agar anak sesuai fitrahnya, memberi hukuman ternyata emang diperbolehkan ya asal sesuai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul sekali Mba Fida, kalo mencegah 100% pastinya memang sulit ya, dan kasihan juga ke anaknya kalau terlalu tertinggal dari teman-temannya yang lain, minimal gadgetnya dibatasi saja, ada batas waktunya. Cup-cup jangan nangis yaa jangan juga sedih, ingat webinar tadi malam, kita harus selalu bahagia xixixi. ga papa kok, boleh marah tipis-tipis sama abang Aqlan asal janagn menciderai fisik dan psikisnya:1

      Hapus
  19. Mendidik anak sesuai dengan fitrah usianya memang sangat penting untuk diketahui oleh para orang tua agar dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan tahapan-tahapannya.
    PR memang untuk terus menggali ilmu, tapi demi anak-anak kita dan kebaikannya, orang tua harus terus belajar, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul sekali pak, kita harus rajin update ilmu terus.

      Hapus
  20. Mendidik anak sesuai zamannya, tp tetap berpegang pada fitrah. Semoga kita semua sebagai orang tua trs dimudahkan... Aamiin2. Makasih ya mba nita, artikelnya bergizi sekali.

    BalasHapus
  21. Sebetulnya anak itu bukan tidak boleh pegang gadget kan ya, cuma harus diawasi, diarahkan dan dimanfaatkan dengan baik supaya gadgetnya memberikan efek positif. Begitu nggak sih?

    MasyaAllah, ini rangkumannya lengkap kap kap banget mbak. Insightful sekali, langsung mak cling gitu pas baca, sambil ngangguk-ngangguk setuju. Jadi orang tua memang berat ya ternyata. Perkara fitrah anak ini mungkin banyak yang secara tidak sadar ternyata miskonsepsi. Padahal semua sudah diatur dan sudah ada tuntunannya dalam Al-Quran dan sunnah :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi, iya, ya, berat banget jadi orang tua, bahkan sampai ada yang menyuarakan free child, saking mungkin jera dengan semua kerepotan dalam mengurus anak.

      Boleh banget, dong, mba megang gadget, kan di gadget banyak juga hal-hal positif, asal ada pengawasan dan pembatasan. koyone ada yang terlewat, ya dari tulisan ini. sek kulengkapi. Thankyou adik Al:1

      Hapus
  22. Saya di fase ini
    Berusaha mendidik anak-anak sesuai fitrahnya
    Mudah? Hmmm banyak tantangannya
    Baca ini jadi semangat lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mba, perlu terus asupan amunisi, ya kita, supaya tetap disadarkan terus, yuk atuh semangat bareng:1

      Hapus
  23. Menjaga fitrah anak usia dini, kalau cuma baca teori gini emang paling mudah karena cuma dibayangin. Tapi kalau uda direalisasi ke anak2 langsung susah2 gampang, belum lagi sifat anak yang berbeda-beda.
    Butuh ekstra dan kesabaran yang luar biasa agar didikan anak yang diharapkan sesuai harapan setidaknya 70%

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali, kak, karena pendidikan perlu kesadaran dari kedua belah pihak. Terkadang sebagai orang tua kita juga belum bisa mengesampingkan ego, ya, kurang sabar dan lainnya. Nunjuk diri, hehe.

      Hapus
  24. Nah ini nih yang penting banget. Menjaga fitrah anak usia dini, yang mana tantangannya saat ini semakin besar. Zaman kita berbeda dengan zaman anak-anak kita. Ilmu semakin berkembang, kita perlu upgrade ilmu terus.

    BalasHapus
  25. maasyaAllah, buku tarbiyatul aulad nya Nashih Ulwan ini emang penting dipelajari para ortu or calon ortu, inilah buku pedoman perkembangan anak menurut Islam, saya dulu belajarnya banyak teori barat heu, kudu belajar ulang ini, terimakasih sudah berbagi ilmunya mba

    BalasHapus

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger