Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Kamis, 23 Maret 2023

Upaya memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama. Generasi yang tangguh akan turut berkiprah pada kemajuan sebuah peradaban bangsa. Perlu sekali membangun konsep yang matang dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini karena betapa pentingnya pendidikan yang dicanangkan dari sejak dini.


pentingnya pendidikan anak usia dini

Saat ini penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah mengalami kemajuan, bila kita cermati dari sisi terbukanya program study ini, sudah banyak  Perguruan Tinggi yang membuka program study PAUD.Makin lama banyak bertambah. Contohnya di tempat saya yang nota bene terhitung kabupaten kecil memiliki empat kampus yang menyelenggarakan program study Pendidikan Anak Usia Dini.


Sebuah kemajuan yang perlu disyukuri. Ini artinya Pendidikan Anak Usia Dini mulai fokus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Di awal berdirinya PAUD, tenaga pengajar untuk jenjang PAUD biasanya menggerakkan tenaga sukarela yang mau menghibahkan waktunya untuk berkiprah di lembaga PAUD.


Bisa dari kalangan ibu-ibu yang memiliki keluangan waktu atau para pemuda yang rela berbagi waktu. Namun kekurangannya, latar belakang pendidikan untuk para pengajar PAUD belum diprioritaskan untuk memiliki konsentrasi yang  linear dengan bidang garapan.


Itu dulu, namun lain dulu lain sekarang, kini pemerintah mewajibkan para pendidik PAUD untuk memiliki jenjang pendidikan yang linear dengan bidang garapannya, yaitu mengambil jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Keadaan ini menunjukkan kesadaran pentingnya Pendidikan Anak USia Dini sudah mulai terbangun.


Pentingnya Pendidikan Anak USia Dini


Dalam pelaksanaannya PAUD memerlukan dukungan dari banyak pihak, baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua. keterlibatan ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Untuk itu orang tua dan para guru harus memiliki pemahaman tentang perkembangan anak yang terus berubah di sepanjang hidupnya, baik perubahan fisik, perilaku, maupun perkembangan dalam kemampuan berpikir.


Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Benyamin Bloom, bahwa perkembangan otak manusia secara pesat terjadi pada masa anak-anak, untuk itu pendidikan anak usia dini bisa dijadikan cerminan keberhasilan seseorang di masa dewasanya. Pada masa ini harus diberikan banyak stimulasi edukatif agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diupayakan secara optimal.


Dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan kondisi yang sesungguhnya di masyarakat, bahwasannya pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan anak di dunia akademis maupun non akademis. untuk itu anak usia dini membutuhkan peranan para guru, orang tua serta pemerintah untuk menguatkan pondasi dalam pembentukan karakter dalam dirinya.


Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia


Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia gambaran secara umum sudah saya ulas di awal. Makin ke sini layanan Pendidikan Anak USia Dini semakin diperbaiki kualitasnya. Keadaan ini tak lain dari hasil kerja keras semua pihak terkait.


Sering diangkatnya ke permukaan  isu-isu kritis yang membahas tentang problematika PAUD menjadikan pendidikan di jenjang ini terus diperhatikan. Hal ini berdampak pada perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini. 


Usaha optimal untuk memberikan stimulasi edukatif kepada anak-anak dari sejak dini adalah hal yang sangat penting, hal ini bukan perkara kecil tetapi perkara besar yang juga akan memberikan dampak besar. Perkembangan otak harus diusahakan secara fokus perhatiannya dari sejak dini.


Mengingat otak berkembang pesat secara optimal di masa usia dini terutama di usia 0 sampai empat tahun pertama kehidupan manusia dimulai, sebagaimana telah saya ulas dalam artikel Konsep Dasar PAUD


Pendidikan Anak Usia Dini harus diberi perhatian intens. Harus ada pergeseran yang signifikan di bidang ini. Pemikiran awal sebatas menjadikan posyandu sebagai tempat untuk deteksi fisik anak, harus berkembang lebih dari itu, permasalahan neurosains tidak boleh dianggap remeh. Pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya pada masalah fisik, tapi juga harus memperhatikan aspek perkembangan anak secara holistik.


Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2023 pasal 28 ayat 1 sudah saatnya menjadikan PAUD menjadi pendidikan yang wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, bahkan dijadikan sebagai bagian dari pendidikan dasar.


Menurut Profesor Mulyasa Pendidikan Anak USia Dini sejatinya merupakan bentuk layanan pendidikan yang diperuntukkan untuk anak dari sejak lahir hingga usia 6 tahun meliputi seluruh aspek perkembangan baik fisik maupun non fisisk.


Masih menurut Prof esor Mulyasa bahwasannya bidang garapan Pendidikan Anak USia Dini meliputi Pendidikan dalam Keluarga ( usia 0 - 2 tahun), Pendidikan dalam Taman Pengasuhan Anak atau TPA (berkisar antara 2 bulan sampai 5 tahun) Kelompok Bermain atau KB berkisar di rentang usia 3 sampai 4 tahun, dan Taman Kanak-Kanak atau TK yang memiliki rentang usia 4 sampai 6 tahun, selain itu ada juga disebut Bina Keluarga Balita (BKB). Untuk penjelasan selengkapnya mari kita ulas satu persatu.


1. Pendidikan dalam Keluarga (0-2 tahun) 


Keluarga merupakan pembentuk podasai awal bagi tahap perkembangan anak. Keluarga merupakan madrasah awal dan utama bagi anak. Peran keluarga sangat vital dalam membangun struktur kepribadian anak yang pembentukannya berlangsung terus sampai dewasa.


Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pola pengasuhan anak. Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi keberhasilan anak. Bukan hanya ibu tapi juga ayah harus ikut andildalam membentuk karakter anak, jangan sampai anak kehilangan sosok ayah, atau istilah umum yang terkenal pada saat ini "fatherless".


2. Taman Pengasuhan Anak / TPA (2 bulan - 5 tahun)


Biasanya taman pengasuhan pengasuhan anak banyak terdapat di kota-kota besar. Sasaran Taman Pengasuhan Anak biasanya tertuju bagipara kaum ibu pekerja yang harus meninggalkan anaknya di jam aktif bekerja.

Lembaga TPA didirikan bertujuan agar sang ibu bisa fokus dan tenang dalam menjalankan profesi lain selain sebagai ibu rumah tangga, tanpa harus mengabaikan stimulasi edukatif yang harus diterima oleh anak, agar anak terus dapat berkembang secara optimal.


3. Kelompok Bermain/ KB ( 3 - 4 tahun)



Pada jenjang Kelompok Bermain dengan rentang usia anak pada 3 sampai 4 tahun, disebut juga sebagai play group. Kelompok bermain atau play group ini bertujuan untuk mengembangkan segala aspek perkembangan anak secara holistik, sama seperti pada jenjang taman kanak-kanak, namun kurikulum tetap disesuaikan tidak sepadat di taman kanak-kanak.


4. Taman Kanak-Kanak/ TK (4-6 tahun)


Tingkat Taman Kanak-Kanak pada jenjang PAUD merupakan wadah persiapan bagi anak untuk masuk ke jenjang pendidikan dasar. Meski Taman Kanak-Kanak tidak masuk dalam program pendidikan dasar, namun keberadaannya cukup krusial dalam mempersiapkan mental anak untuk masuk pada jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi, dan tentunya dengan kurikulum yang lebih berat.


Dengan memasukkan anak pada tingkat Taman Kanak-Kanak sebelum masuk ke program pendidikan dasar di Sekolah Dasar tentunya akan memberikan dampak positif bagi kesiapan mental dan fisik anak. Anak akan lebih enjoy ketika memasuki dunia belajar sesungguhnya.


5. Bina Keluarga Balita


Program Bina Keluarga Balita diberikan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya sebagai sarana peningkatan keterampilan serta pengetahuan bagaimana mendidik, mengasuh serta mengupayakan pertumbuhan serta perkembangan anak balita atau bawah lima tahun.


Program ini biasanya diperuntukkan untuk para ibu yang memiliki anak balita agar lebih paham terhadap 3 aspek mendasar dalam tahaptumbuh kembang anak, yaitu aspek kesehatan, gizi dan psikososial. Program yang dicanangkan dalam BKB bertujuan agar para orang tua dan guru memahami bahwasannya:


  1. Anak harus diberikan kebebasan dalam mengenal lingkungan sosilanya dengan memberikan rambu-rambu norma yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
  2. Mengupayakan pemahaman pada anak agar memiliki jiwa dan rasa harga diri yang sehat. Mau berbagi dengan sesama, mengerti cara berkomunikasi, sehingga anak tidak menjadi pribadi yang pemurung, tidak mampu berkomunikasi dan seolah hidup dalam kesendirian.

Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan di jenjang ini merupakan bagian yang saling terkait antara pendidikan sekolah, orang tua dan keluarga. Maka jika ada anak usia dini yang tidak mendapatkan pendidikan di POS PAUD, hendaknya menjadi tanggung jawab sepenuhnya keluarga inti mereka. 


Untuk itu perlu kiranya para orang tua membekali dirinya dengan ilmu pengasuhan atau ilmu parenting agar bisa memahami dunia anak, peka akan kebutuhan dasar anak usia dini. Dari sini bisa kita pahami, bahwa bidang garapan PAUD bukan hanya fokus pada pendidikan anak usia dini semata, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pendidikan para orang tua, agar para orang tua memiliki bekal ilmu pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian kiranya betapa pentingnya pendidikan anak usia dini bagi kelangsungan kehidupan bangsa yang bermartabat.



Referensi


Morrison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.


Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017.


Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan . Bandung: CV Ilmu, 1998.


Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2013.







Belajar Bernyanyi Anak

Selasa, 21 Maret 2023

Kegiatan bernyanyi pada anak dapat membantu mengembangkan rasa keindahan dan jiwa pada anak, selain tentu saja anak akan merasa enjoy dengan aktivitas bernyanyi dan mendengarkan musik. Apa iya semua anak merasa nyaman, senang dan riang gembira ketika diminta bernyanyi dan mendengarkan musik?


belajar bernyanyi anak

Hmm,...sayangnya tidak semua, lho anak merasa senang ketika diajak bernyanyi atau mendengarkan musik. Ada yang sampai nangis, malah. Lalu bagaimana cara mengajak anak agar mau bernyanyi tanpa pemaksaan? Saya pernah menulis tentang ini di artikel Tips mengajak anak mau bernyanyi tanpa menciderai hatinya. 


Belajar Bernyanyi pada Anak


Bernyanyi merupakan suatu bagian yang penting dalam mempengaruhi aspek perkembangan pada anak. Karena apa? Karena ketika anak-anak bernyanyi, dia bisa mengekspresikan nyanyian sesuai dengan kepandaiannya dalam berekspresi. Mereka memiliki perasaan, pemikiran dan juga impian yang dirasakan secara individual.


Untuk itu setiap anak pasti memiliki ekspresi yang berbeda-beda ketika bernyanyi. Tugas guru adalah membimbing agar anak mau bernyanyi bukan untuk menjadikan anak didiknya sebagai seorang biduan. Namun lebih ditekankan pada keinginan anak untuk ikut serta bernyanyi untuk mengembangkan pola rasa, pola pikir dan pola karsa. 


Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Mengajak Anak Bernyanyi


Melalui bernyanyi mereka akan bersentuhan dengan hal yang indah, dari sisi syair maupun irama musik yang mengiringi. Untuk itu ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika mengajak anak bernyanyi, yaitu bagaimana memperkenalkan nyanyian kepada anak-anak dan kapan waktu yang tepat mengajak anak untuk bernyanyi.


Guru harus paham mood anak, apakah sedang bisa diajak bernyanyi. Biasanya jika anak-anak sedang dalam keadaan tenang dan gembira akan mudah bagi kita untuk mengajaknya bernyayi, namun jika anak sedang dalam keadaan rewel akan sulit untuk mengajaknya bernyanyi. 


Selain itu guru perlu memiliki gudang referensi aneka nyanyian yang bisa membuat anak tertarik dan membangkitkan minatnya untuk ikut bernyanyi. Disamping itu tentu saja faktor bakat atau  kemampuan seni serta minat pada anak mempengaruhi mudah atau susahnya anak ketika diajak bernyanyi.


Bernyanyi bisa dijadikan alat stimulasi bagi kelancaran berbicara dan berbahasa pada anak. Makin lancar anak berbicara maka makin mudah mengajak anak untuk bernyanyi. Mudah atau tidaknya anak ketika diajak bernyanyi juga disebabkan oleh beberapa faktor pemicu, diantaranya, yaitu sifat anak, kebutuhan anak untuk berekspresi, kepercayaan diri anak, dan juga jenis suara pada anak.


Pada anak yang periang tentu akan lebih mudah untuk diajak bernyanyi dibanding anak yang pendiam, karena anak yang periang biasanya butuh tempat dan waktu ekstra untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan bernyanyi anak periang bisa mengekspresikan perasaan dengan leluasa. 


Pada anak yang memiliki jenis suara yang tinggi, tentunya kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan, beda dengan anak yang memiliki tone suara yang rendanh atau cenderung serak-serak basah, pasti akan sedikit kesulitan untuk bernyanyi. Hal ini juga menjadikan anak malas untuk bernyanyi.


Untuk itu ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh para guru Taman Kanak-kanak ketika mengajak anak untuk berkegiatan bernyanyi. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:


1. Ketinggian Nada


Ketinggian nada sangat menentukan proses bernyanyi pada anak. Semakin tinggi nada yang dituntut kepada anak, maka anak akan merasa kesulitan. Perlu kecerdikan guru dalam memilih nyanyian atau menyesuaikan dengan kemampuan suara pada anak.


Anak-anak yang memiliki bakat seni biasanya bisa mengikuti irama dan melodi lagu sesuai dengan lagu aslinya, bahkan bisa terdengar sangat merdu. Beda halnya dengan anak yang bakat seninya kurang, dia akan merasa kesulitan dengan perubahan melodi pada sebuah lagu yang harus diikutinya. Jika tidak mampu menyanyikan maka anak akan bernyanyi dengan nada sumbang.


Tugas guru adalah membantu anak agar bisa dengan mudah mengetahui pitch tinggi atau rendah pada sebuah lagu. Caranya adalah sebagai berikut:


  • Membedakan pitch (nada tinggi dan rendah) yang beragam. Caranya minta anak untuk memukul dua benda berbeda, yang satu terbuat dari kulit binatang semisal rebana, dan yang satunya terbuat dari besi semisal drumb. Selanjutnya tanyakan pada anak, mana suara yang lebih tinggi dan mana yang rendah, gar anak bisa jeli membedakan bunyi keduanya.
  • Menirukan Model. Misalnya guru meminta anak untuk mengikuti suaranya yang memanggil seseorang dengan nada tinggi, misal "Budiii ke sini!!" Selanjutnya minta juga anak untuk mengikuti suara guru yang memanggil seseorang dengan nada rendah dan tegas, "Budi, ke sana!". Selanjutnya terus latih anak dengan menggunakan kalimat-kalimat yang lebih panjang.

2. Alat Musik Pendukung


Alat musik pendukung sangat penting untuk melatih anak bernyanyi dengan menggunakan ketepatan nada. Pada alat musik piano, misalnya, nada do rendah tentu saja berbeda dengan nada re, mi, fa, sol, la, si, do. Pendengaran anak jadi terlatih untuk mendengarkan nada-nada yang berbeda dari setiap bunyi not nada yang dikeluarkan.


Usahakan menggunakan alat musik yang sekiranya sudah dikuasai oleh guru.Ada baiknya berlatih menghapal not-not angka dengan mempraktikan lagu-lagu sederhana untuk kemudian diterapkan untuk melatih anak bernyanyi dengan ketepatan nada. lakukan dengan rutin setiap kali menemukan kesempatan yang pas dan sesuai dengan mood anak.


3. Jenis Wilayah Suara


Guru Taman Kanak-Kanak perlu mengetahui wilayah suara dari anak usia dini. Wilayah suara anak usia TK biasanya berada di rentang nada rendah misalnya dari nada "e" sampai nada "d".


Warna suara anak biasanya ringan dan tipis, jika diibaratkan seperti suara suling. Hal ini menunjukkan bahwa pilihlah lagu yang mudah diikuti bagi semua anak. Jangan memberikan lagu yang terlalu rendah atau tinggi pada anak, karena akan menyebabkan anak merasa putus asa karena kesulitan dan malah tidak mau bernyanyi.

Adapun kualitas suara anak dilatar belakangi oleh beberapa faktor. Jika seorang anak biasa dilatih untuk bernyanyi di dalam keluarganya maka suaranya mudah terbentuk, karena seringnya mendengar nada serta nyanyian yang diperdengarkan.

Anak tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kemauan kita orang dewasa, begitu juga dalam hal bernyanyi. Anak terkadang marah jika dipaksa, nah, untuk menghindarai hal ini, teman-teman bisa mencobanya dengan cara memperdengarkan lagu-lagu yang sedang digandrungi saat ini untuk menarik minat dan perhatian anak serta membangun mood bahagia serta nyaman pada anak.

Meski lagu yang diperdengarkan tidak sesuai dengan perkembangan anak, asal masih di bawah bimbingan orang tua dan guru, hal tersebut sah-sah saja dilakukan. Boleh dicoba, yaa, tipsnya. Apakah berhasil? bisa ditulis dikolom koment, ya!!

4. Pemilihan Lagu


Pemilihan lagu yang tepat untuk anak menjadi pertimbangan yang utama demi membantu anak mengembangkan dirinya. Lagu anak-anak tentu saja berbeda dengan lagu orang dewasa. Beberapa karakteristik lagu anak, diantaranya, yaitu:


  • Memiliki keutuhan dan kelengkapan sehingga menjadi sebuah lagu yang enak didengar.
  • Memiliki pola melodi yang sederhana, sehingga anak-anak bisa dengan mudah mengingat irama dan syairnya dengan mudah.
  • Wilayah nada yang digunakan disesuaikan dengan suara anak.
  • Memiliki pola ritme yang menarik tapi tidak sulit untuk diikuti.
  • Isi dari lagu tidak melulu hal yang mengandung nilai kebaikan, tapi juga bisa berisi tentang dongeng zaman dahulu yang bersifat lucu serta jenaka. Tema-tema yang variatif menambah pengalaman anak dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal dari aspek perkembangan yang dimilikinya. Biasanya anak-anak menyukai lagu yang temanya berkaitan dengan dirinya, seperti mobilku, mainanku, kucing kesayanganku dan ainnya.

Nah, pengetahuan kita tentang bagaimana memberikan pembelajaran bernyanyi pada anak tentunya sudah semakin kaya dan bertambah, dong. Mengajarkan anak bernyanyi bisa dilakukan sambil bermain dan harus menyenangkan.


Perlu diingat  beberapa hal yang harus teman-teman lakukan ketika mengajarkan anak bernyanyi diantarnya, yaitu bisa dengan cara menunjukkan titi nada kepada anak dengan cara sering bernyanyi di hadapannya, selain itu juga mulailah dengan lagu-lagu sederhana.


Bernyanyi sambil bermain dengan cara mencocokkan nada, memberikan hadiah di sela belajar bernyanyi juga bisa menjadi pemacu anak untuk giat bernyanyi dengan ketepatan nada. Gunakan lagu yang bersahutan antara anda dengan anak, atau antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.


O, iya, meminta anak menciptakan lagu juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk membangkitkan semangat anak dalam berlajar bernyanyi. Gimana? Sudah siap menghadapi aneka respon dari anak ketika diajak bernyanyi? Jika ada kendala, yuk, kita berbagi, bisa dituliskan di kolomkomen yaa. Salam pengasuhaan...!!







Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Pernah mendengar istilah ini? Istilah yang sudah sangat lazim di kalangan masyarakat ini biasanya disandarkan pada keadaan yang dianggap agak menyimpang pada kalangan manusia dewasa dan usia lanjut. 


sikap keagamaan pada orang dewasa


Istilah yang dimaksud pada ungkapan tua-tua keladi makin tua makin menjadi, biasanya menggambarkan personalyang makin bertambah umur bukannya berpikir pada hal yang yang akan membawa kebaikan bagi akhiratnya, tapi malah selalu dan masih disibukkan pada hal-hal kesenangan dunia.

Faktor Penyebab Sikap Keagamaan Belum Matang pada Orang Dewasa


Idealnya, manusia yang sudah memasuki masa dewasa bahkan jika sudah lanjut usia, makin larut dalam kehidupan beragama. Dengan berakhirnya masa remaja, maka seyogyanya juga berakhir masa kegoncangan jiwa yang biasanya menyertai masa remaja. Masa dewasa adalah masa kematangan dalam sisi psikologis, ekonomi dan kondisi sosialnya.

Hal ini mengandung arti, orang yang sudah beranjak dewasa semestinya sudah melewati masa kegoncangan dan beralih pada masa tentram dan tenang. Meski pada kenyataannya banyak juga orang yang sudah dewasa bahkan lanjut usia masih dalam keadaan jiwa yang goncang. 

Hal ini menunjukkan bahwa jiwa anak-anaknya masih melekat dalam kedewasaan fisik seseorang. Ada beberapa hal yang memacu, kenapa orang dewasa masih belum matang jiwa keagamaannya, faktor yang menjadi pemicunya antara lain:

  1. Pembiasaan menanamkan perilaku keagamaan pada masa anak-anak di dalam keluarga ada atau tidak.
  2. Apakah sejak masa kanak-kanak dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan keagamaan, seperti terbiasa diperintah untuk melaksanakan salat, puasa, berbuat baik kepada sesasama, kepada orang tua, dan juga lingkungannya. 
  3. Apakah keluarga memberikan tanggung jawab pada anak untuk melakukan kesadaran untuk melakukan kewajibannya yang berkaitan dengan agama, seperti salat, puasa, berbuat baik, berkata santun dan lain sebagainya. 
  4. Latar belakang keharmonisan dalam rumah tangga juga mempengaruhi kematangan beragama dalam jiwa seseorang.  Kuat lemahnya persoalan yang dihadapi juga menjadi faktor penyebab kematangan jiwa keagamaan.

Apabila faktor di atas tidak pernah dibiasakan pada anak-anak, kemungkinan ketika dewasa seorang individu akan jauh juga dari pemahaman agama, meski peacock merumuskan bahwa kehidupan agama seseorang akanmulai matang di usia lanjut, meski tidak mendapatkan pemahaman dan pembiasaan agama dari sejak kecil.

Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Orang Dewasa


Masyarakat dan lingkungan mengharapkan bahwa orang yang telah dewasa baik secara fisik maupun  tingkat pemikirannya, lebih memiliki sikap keberagamaan yang lebih matang, mampu menjadi contoh bagi orang-orang yang lebih muda di sekitarnya.

pada orang dewasa sikap keberagamaan sudah ajeg, agak sulit untuk membuat goyah sikap keberagamaan pada orang dewasa. Jikapun berubah, pasti telah melewati pemikiran yang matang, terlepas dari salah atau tidak keputusan yang diambil.

Bagaimana ciri-ciri Sikap Keberagamaan pada orang dewasa? Bisa kita lihat pada poin-poin berikut:
  1. Orang yang telah dewasa memiliki sikap keagamaan berdasarkan pada pemikiran yang matang, tidak hanya sekedar mengekor atau mengikuti tanpa paham alasan yang menyertainya.
  2. Apa yang didapatkan dari yang dia pelajari dalam masalah agama berusaha sebisa mungkin untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga akhlaq perilakunya diwarnai oleh kaidah agama.
  3. Terus berusaha meningkatkan pengetahuan agama yang dianutnya, menambah wawasan agar dia tidak salah tafsir terhadap hukum dan aturan dalam agama. Mengutamakan pemikiran positif terhadap kaidah agama yang baru diketahuinya, ketimbang berpikir negatif dan ujung-ujungnya cenderung menyalahkan hukum dan aturan agama.
  4. Jika menjalankan suatu hukum yang didasari oleh hukum agama, maka dilakukan dengan menggali pemahaman terlebih dahulu secara luas, karena yakin apa yang dia lakukan merupakan hal yang harus dia pertanggungjawabkan. Sikap keberagamaan harus diterapkan dalam gaya hidup.
  5. Mengedepankan berpikir kritis positif terhadap ajaran agama yang diterima. Tidak menerima mentah-mentah tanpa meneliti kebenarannya.
  6. Berusaha untuk terus meluaskan wawasan cara berpikir.
  7. Tipe kepribadian dari seseorang biasanya akan nampak pada bagaimana cara seseorang menjalankan agamanya. Seorang penyabar biasanya akan lebih  banyak menerima ajaran-ajaran agama dengan penuh kesabaran, sedangkan kepribadian yang temperamen akan berpengaruh juga pada cara dia memahami agama.
  8. Keterkaitan dengan urusan sosial kemasyarakatan makin terlihat. Sehingga biasanya orang yang telah dewasa banyak terlibat dalam organisasi-organisasi keagamaan.
  9. Terbuka dengan segala perbedaan yang ada, tidak mudah menghukumi dan menganggap salah orang yang selain dari golongannya.

6 Indikator Kondisi Keagamaan yang Matang pada Seseorang 


Gordon William Allport terdiferensiasi dengan baik, dinamis, konsisten, komprehensive, integral, heuristik.

Terdiferensiasi dengan Baik


Terdiferensiasi artinya setiap personal mampu menerima dan menghayati agamanya dengan cara kritis, baik dari sisi psikologi, emosional, sosial dan spiritual. Rasionya lebih dominan dibanding sisi lain dari kejiwaannya. Nalarnya lebih dikedepankan dibanding urusan hati dan perasaan.

Dinamis


Nilai-nilai agama dapat mengontrol kegiatan aktivitas seseorang. Hidupnya dan kehidupannya untuk dirinya sendiri. Segala sesuatu yang dia lakukan dalam permasalahan agama bukan lagi memandang keuntungan untuk dirinya semata, tapi lebih menitikberatkan pada keuntungan agama.

Beda dengan pribadi egosentris, yang memandang semua sudut pandang kehidupan berdasar pada kepentingan dan keuntungan pribadi semata.

Konsisten


Konsisten memiliki arti bahwa perilaku keagamaan pada diri seseorang sudah berjalan secara konsisten atau tetap dan terus menerus. Hal ini menujukkan bahwa adanya keselarasan dalam cara berpikir, hati dan juga keinginan untuk mengamalkan ajaran agama. Tingkah laku seseorang sudah selaras dengan nilai agama yang dianut.


Komprehensif


Agama menjadi filosofi hidupya. Segala sesuatu yang terjadi di atas dunia ini dan yang menimpa seluruh hambanya merupakan ketentuan dari Tuhan Rabbul izzati.

Segala sesuatu di dunia ini adalah berdasarkan pada agama.Semua dikembalikan pada Tuhannya. Muncul penerimaan bahwa keyakinan tidak selamanya kembali pada apa yang dia yakini. Menerima perbedaan-perbedaan yang ada.

Integral


Orang yang sudah matang keagamaannya biasanya berpikir secara integral. Tidak ada perbedaan antara ilmu dan agama. Ilmu dan agama itu adalah sesuatu yang terhubung, sejatinya satu dan tidak terpisah, makanya tidak memerlukan disatukan.

Heuristik


Setiap orang yang agamanya telah matang selalu membutuhkan pengetahuan agama yang lebih tinggi lagi. Orang yang telah dewasa dan matang agamanya maka akan terus membutuhkan siraman rohani dan tidak pernah merasa cukup.

Orang yang matang jiwa keagamaannya percaya bahwa ilmunya Allah sangat luas. Perlu baginya untuk terus meluaskan wawasan dan pandangan serta materi-materi yang terkait dengan agama. Proses perkembangan keagamaan tidak pernah sempurna dan kumplit, tapi akan terus merasa kehausan dan butuh ditambah serta ditingkatkan.

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Ada beberapa tingkatan pembagian usia dewasa yang mempengaruhi sikap keberagamaan pada setiap individu. Perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Genetik tidak terlalu memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan keagamaan seseorang. Intensitas keagamaan seseorang dipengaruhi oleh meningkatnya kematangan umur. 

Pembagian usia dewasa menurut Elizabeth. B. Hurlock membagi usia dewasa pada tiga kelompok, yaitu masa dewasa awal atau masa dewasa dini yang berada pada rentang usia 18 sampai dengan 40 tahun. Masa usia dewasa madya, yaitu ada pada rentang usia 40 tahun sampai dengan 60 tahun, dan terakhir adalah masa usia lanjuta yaitu ada pada rentang usia di atas 60 tahun. 

Mari kita ulas penjelasan Hurlock tentang pembagian masa dewasa melalui penjelasan di bawah ini: 

Masa Dewasa Awal


Masa dewasa awal dimulai dari usia 18 tahun sampai 40 tahun. Di usia ini manusia sedang gencar membentuk keluarga, membangun keluarganya menuju kehidupan yang lebih mapan. Semakin matang jiwa seseorang semakin tinggi intensitas keinginan untuk mendekat pada agama.

Masa dewasa awal dikenal juga sebagai masa pengaturan, masa ketegangan emosi, masa komitmen, masa keteraturan sosial, masa keterasingan. Pada masa ini sikap keberagamaan seseorang sangat dipengaruhi oleh bentukan lingkungan tempat tinggalnya, dibanding faktor gen.

Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Colorado pada sepasang anak kembar, dari kecil hingga dewasa. Perkembangan mereka lebih dominan dari hasil bentukan lingkungan tempat tinggal, dibanding faktor genetik yang diturunkan dari orang tuanya. 

Masa Dewasa Madya


Masa dewasa madya  dimulai dari usia 40-60 tahun. Pada masa ini biasanya sebagian besar orang sudah mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Kedudukan, pangkat, kekayaan, kesejahteraan hidup biasanya diperoleh pada usia dewasa madya.

Ada 9 karakteristik yang menyertai masa dewasa madya, diantaranya:

Masa menakutkan.


Mulai dialnda rasa takut, karena dengan bertambahnya usia diiringi dengan berkurangnya atau kemunduran pada keadaan mental dan fisik. Terjadi ketakutan yang sangat mendalam pada jiwa seseorang karena kurangnya kekuatan fisik dan juga pikiran di usia ini. 

Perasaan takut dibuang dari lingkungan, dibuang oleh anak, karena kebiasaan pada masyarakat modern orang-orang yang sudah tua terbiasa dikirimkan ke panti jompo. Anak tidak  dibiasakan dan ditanamkan pemahaman tentang konsep birrul walidain, atau berbuat baik pada kedua orang tua.

Masa Transisi


Di masa ini biasanya seseorang akan dipandang menjadi manusia dewasa yang patut dituakan, atau dipandang sebagai kasepuhan di lingkungannya. Di usia ini sudah tidak lagi dipandang sebagai orang dewasa muda tapi dewasa tua.

Masa Stress


Stress di masa ini diadakan karena somatik atau kejiwaan karena kondisi fisik dan pikiran yang sudah menurun, jasmani yang sudah menua. Bisa juga disebabkan oleh kebosanan perkawinan, stress dalam masalah ekonomi karena beban ekonomi keluarga yang semakin berat.


Masa Usia Berbahaya 


Usia berbahaya. Umumnya para pria mencari kompensasi terhadap kebosanan hidupnya dengan pasangan. Pria ingin terus merasa muda. Seringkali mencari pelarian terhadap hal-hal yang bisa membuatnya merasa bergairah dan muncul kepercayaan diri. Begitupun dengan kaum wanita, mulai mengalami monospause.

Masa Canggung


Merasa berada pada generasi pemuda yang berontak dan berada pada masa usia yang harus memimpin dan dituakan, karena usia yang sudah mulai lanjut.


Masa Berprestasi


Orang dewasa madya yang berusaha keras di usia mudanya akan mencapai puncak karir kesuksesan di masa ini. Kematangan usia di masa ini, membuat pengalaman berkarir seseorang semakin matang.

Masa Evaluasi


Di masa ini seseorang biasanya mulai berpikir secara mendalam tentang apa yang sudah dia perbuat dalam masa mudanya, dan ada apa dengan hasilnya, apakah ke arah positif atau malah sebaliknya ke arah kemunduran.

Dan pada akhirnya setalah melakukan evaluasi pada masa uisa dewasa madya, orang banyak beralih pada kehidupan yang lebih tenang dan cenderung beralih lebih memikirkan pada permasalahan akhirat.

Masa Sepi


Orang dewasa madya biasanya sudah berpisah dari orang tuanya, maka kejenuhan biasanya menghinggapi orang-orang pada jenjang usia madya. Jenjang usia matang yang sudah mulai merasa ditinggalkan, baik oleh anak-anaknya yang sudah memiliki rumah tangga sendiri atau juga oleh orang tuanya yang sudah meninggalkan dirinya.

Masa Jenuh


Semua orang sedang mengalami kejenuhan di masa ini. Baik dengan pekerjaannya maupun hal yang biasa dia lakukan sehari-hari.

Pada umumnya pada masa dewasa madya kesadaran beragama makin terus meningkat, karena banyak faktor, diantaraya karena banyaknya waktu luang, jadi waktu yang tersedia dijadikan sebagai ajang berkumpul untuk mencari ilmu dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki pemahaman agama yang dalam, demi menambah pengetahuan tentang agama. Pada usia ini gejolak kehidupan seksual pun sudah mulai menurun.

Alasan lainnya adalah, umur yang mendekati kematian menjadikan orang di usia dewasa lebih memikirkan pada kepentingan ukhrowi dibanding kepentingan duniawi. Biasanya kepercayaan yang ditanamkan pada kaidah agama bahwa kehidupan hakiki adalah kehidupan akhirat.

Untuk itu individu di usia ini semakin bertekad untuk mengumpulkan bekal yang akan dibawa untuk persiapan kehidupan setelah kematian alias kehidupan yang kekal abadi.

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Usia Lanjut


Menurut para ahli psikolog, usia lanjut terbagi menjadi dua, yaitu usia lanjut dini dengan rentang usia di kisaran antara usia 60 sampai 70 tahun dan usia lanjut usia 70 tahun ke atas, dan memiliki karakteristik tersendiri.

Pada usia lanjut terjadi perubahan psikis dan fisik. Penambahan usia pun berpengaruh pada penyesuaian diri. Bisa berjalan lebih buruk tetapi bisa juga lebih baik. Biasanya penyesuaian diri di usia ini bisa berjalan buruk jika pada perjalanan kehidupannya di masa muda tidak diisi dengan hal-hal positif yang bisa menguatkan pemahaman serta pengamalan agamanya.

Kesadaran agama biasanya dirawat dari sejak muda. Semakin bertambah usia semakin mantap, meski kadang bertentangan. Banyak faktor yang menjadi pemicunya, salah satu diantaranya, keragaman agama waktu kecil dan bagaimana penerapannya dilakukan di masyarakat.

Pergaulan juga sangat mempengaruhi, untuk itu pilihlah lingkungan dan teman yang baik, agar bisa memberikan dampai positif bagi perkembangan keagamaan kita dari sejak dini, karena hal ini memberikan dampak yang signifikann pada perkembangan keagamaan di usia lanjut, karena manusia merupakan makhluk yang butuh terhadap agama.

Diharapkan dengan makin bertambah usia melalui seleksi pergaulan yang kita lakukan sejak muda akan memberikan dampak menguntungkan pada khidupan tua kita, sehingga kita akan tumbuh menjadi manusia yang semakin tua semakin berguna bagaikan kelapa, makin tua makin banyak memberikan dampak dan manfaat.

Jangan sampai kita tumbuh sebagai orang tua yang memiliki sifat makin tua makin manjadi, atau tua-tua keladi.  Untuk itu Jaga agama kita dari sejak muda, agar perkembangan jiwa keagamaan kita ketika dewasa sampai usia lanjut bisa berjalan sesuai dengan norma agama dan kita menjadi orang yang beruntung serta bahagia. Aamiin.




Referensi


Jalaluddin. PsikologiAgama (Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Psikologi Belajar PAUD. Suyadi. Yogjakarta: Pedagogia, 2010.
Suharjo. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.


Klasifikasi, Karakteristik dan Layanan Pendidikan yang Tepat untuk Anak Tunarungu

Kamis, 16 Maret 2023

Tuna rungu merupakan gangguan yang berkaitan dengan pendengaran. Dari segi fisik anak penderita tunarungu nampak seperti anak normal lainnya, namun mengalami kendala dalam masalah pendengaran dan juga komunikasi.


Derajat gangguan tingkatannya bervariasi, ada yang masih dalam tahapan ringan maupun tahapan yang berat. Terlepas dari ringan atau berat ketunarunguan yang diderita oleh anak tetap memerlukan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhannya.


karakteristik anak tunarungu

Anak tunarngu juga memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran dan terapi pendidikan agar dia bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan diharapkan juga bisa berdampak pada kehidupan sosialnya.


Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan jenis gangguan yang diderita oleh sang anak. Layanan pendidikan bagi anak tunanetra tentu saja berbeda dengan layanan pendidikan bagi anak tunarungu, karena kemampuan akademis anak tunarungu tentu saja berbeda dengan anak dengan gangguan yang lainnya atau dengan anak dalam kondisi normal.


Untuk itu perlu kita ketahui terlebih dahulu seluk beluk yang berkaitan dengan ketunarunguan, dari mulai klasifikasi tunarungu dan bagaimana karakteristik dari anak tunarungu bahkan juga faktor yang menyebabkan anak menjadi tunarungu.


Untuk itu mari kita ulas permasalahan tersebut satu persatu agar kita memiliki gambaran tentang seluk beluk ketunarunguan dan bagaimana cara yang tepat dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang tunarungu.


Tunarungu dan Klasifikasinya


Telah  dijelaskan di atas bahwa tunarungu adalah sebuah gangguan pada pendengaran, tuna artinya kurang sedangkan rungu memiliki arti pendengaran, secara etimologi tunarungu memiliki pengertian orang yang memiliki gangguan kurang pendengaran.


 Anak tunarungu adalah anak yang kurang mampu mendengar suara, sehingga orang yang memiliki gangguan tunarungu mengalami kesulitan dalam mengartikan bahasa juga komuikasi. Ada beberapa tingkat pengelompokan ketunarunguan menurut Boothroyd yang perlu kita ketahui agar bisa memberikan layanan pendidikan kepada anak tunarungu secara tepat, sesuai dengan keadaan anak.


Klasifikasi Tunarungu Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran


Klasifikasi Tunarungu Golongan 1 


Tingkat tunarungu yang mengalami kehilangan 15-30 desibel, golongan ini termasuk ke dalam tunarungu ringan. daya tangkap masih dalam kisaran normal. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 1.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 2


Merupakan tingkat tunarungu yang mengalami kehilangan 31-55 desibel, golongan ini masuk kepada tingkat sedang. Daya tangkap terhadapa bunyi suara manusia hanya sebagian. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 2.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 3


Tingkat tunarungu dengan mengalami kehilangan 56-70 desibel, golongan ini termasuk dalam tingkat ketunarunguan berat. Daya tangkap terhadap aneka suara,  jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 3.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 4


Tingkat tunarungu dengan kehilangan 71-90 db, golongan ini merupakan golongan ketunarunguan total. daya tangkap terhadap suara perbincangan manusia jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 4.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 5


Golongan 5 tingkat ketunarunguan telah kehilangan 91 desibel, disebut juga sebagai ketunarunguan total. Pada golongan ini daya tangkap terhadap percakapan manusia sudah tidak ada. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 5.


Klasifikasi berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran di atas bisa dikarenakan tunarungu bawaan maupun tunarungu yang terjadi setelah kelahiran.  Bisa terjadi karena penyakit atau karena kecelakaan.


Anak-anak yang mengalami ketunarunguan sejak lahir akan semakin sulit menguasai bahasa, karena dari sejak dilahirkan tidak paham simbol bahasa berupa ucapan. Pengayaan tentang bahasa tidak didapatkan. 


Komunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat dengan cara menunjuk, meraih, menarik dan sebagainya, karena tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkannya melalui kata-kata. Anak-anak dengan kondsi ini dinamakan anak dengan tuli pra bahasa.


Sedangkan anak-anak yang mengalami tuli purna bahasa adalah anak-anak yang mengalami ketulian setelah mengenal bahasa, sehingga masih memungkinkan untuk mengerti lambang dan bahasa yang digunakan.


Bagian telinga yang mengalami kerusakan bisa terjadi pada beberapa bagian. Tuli konduktif disebabkan telinga pada bagian tengah dan bagian luar, mengalami kerusakan. Keadaan ini menyebabkan terhambatnya bunyi-suara bisa masuk ke dalam telinga.


Kerusakan juga bisa dialami pada bagian dalam telinga, sehingga mengakibatkan tidak bisa mendengar bunyi-bunyian. Keadaan ini dinamakan tuli sensoris. 


Faktor Penyebab Ketunarunguan


Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi penyandang tunarungu. ditinjau dari dua sisi, penyebabnya bisa karena dari internal (dalam diri) dan juga eksternal (luar diri). Mari kita urai kedua faktor tersebut:


Faktor dari Dalam Diri


Ada beberapa faktor dari dalam diri yang dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan pendengaran atau tunarungu. Faktor penyebab diantaranya:


1. Faktor Keturunan atau Gen


Biasanya disebabkan dari garis keturunan ayah atau ibunya. Halini disebabkan ada gangguan gen yang represif. Jika diperumpamakan misal si ibu mempunya resus darah Rh- dan sang bayi mengandung resus darah Rh+, maka sistem pembuangan akan turut mengganggu pada sistem antibodi bayi. Virus yang ada dapat menghambat pertumbuhan sel-sel dan menyerang jarinagn-jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya.


2. Penyakit Campak Jerman (Rubelia)


Jika ketika si ibu yang sedang hamil menderita penyakit Campak Jerman atau Rubella di tiga bulan pertama masa kandungan, maka kemungkinan hal ini akan berdampak pada janin yang sedang dikandung.


3. Mengalami Toxaminia atau Keracunan Darah


Jika sang ibu yang sedang mengandung mengalami keracunan darah maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada plasenta yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin jadi terhambat. plasenta adalah sumber makanan dan oksigen bagi janin yang memiliki fungsi sangat vital. Keadaan ini kemungkinan bisa menyerang saraf pendengaran pada janin atau saraf yang lainnya.


Faktor dari Luar Diri


Ada beberapa hal dari luar diri anak yang menyebabkan terjadinya gangguan tunarungu, diantaranya yaitu:


  1.  Adanya infeksi pada anak saat dilahirkan, karena terkena virus harpes implex yang tertular darikelamin sang ibu. Penyakit yang ditularkan sang ibu jenis ini bisa merusak saraf bayi termasuk juga saraf pendengaran.
  2. Terkena radang pada selaput otak yang disebabkan oleh penyakit maningitis berupa bakteri yang merusak labrinth atau telinga bagian dalam.
  3. Radang telinga bagian tengah. biasanya radang yang mengenai otitis bagian tengah telinga bisa mengeluarkan nanah yang berkumpul di bagian tengah telinga dan mengganggu jalur masuknya bunyi. Radang ini biasanya terjadi dikarenakan penyakit yang menyerang pernapasan yang berat seperti influenza dan penyakit seperti campak. Bila tak segera ditangani bisa juga mengganggu sistem pendengaran.
  4. Kecelakaan. Penyebab kecelakaan bentuknya bisa banyak jenis, misalnya anak terjatuh sampai melukai tulang ekor dan berdampak pada pendengarannya.


Karakteristik Anak Tunarungu


Anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas, sebagaimana dengan karakteristik pada anak ABK lainnya, meski dari kemampuan akademis antara anak tunarungu dan anak normal lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Menurut Sardjono, karakteristik anak tunarungu diantarnya yaitu:


  1. Tidak terlalu banyak perbedaan jika dari tampilan luar. Secara fisik anak tunarungu sama seperti anak lainnya.
  2. Daya ingatnya lebih rendah dibanding anak yang memiliki pendengaran normal, terutama pada informasi yang bersifat berurutan.
  3. Kemampuan kepintaran otak anak tunarungu sama seperti anak normal lainnya.
  4. Pada informasi yang berbarengan tidak terdapat perbedaan antara anak tunarungu maupun anak normal lainnya.
  5. Daya ingat jangka panjang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibanding anak normal lainnya, meski prestasi akhir biasanya lebih rendah.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunarungu


Negara menjamin hak setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan, tanpa terkecuali. Baik untuk anak-anak normal ataupun yang memerlukan penanganan khusus. Bagi anak tunarungu dan anak berkebutuhan khusus lainnya mendapatkan layanan pendidikan merupakan hal yang harus menjadi perhatian semua kalangan.


Anak tunarungu perlu mendapatkan layanan pendidikan agar dia bisa tumbuh menjadi pribadi mandiri. Diawali dengan memberikan keterampilan untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain. Pembelajaran ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya, keluarganya dan lingkunganya. Berkomunikasi dengan anak-anak normal maupun dengan anak yang keadaannya sama dengan dirinya sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.


Mengajarkan anak-anak tunarungu agar bisa membaca dan menulis  merupakan jalan awal yang bisa ditempuh sebagai sarana untuknya agar bisa mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya, meski belum mampu mengungkapkannya dalam kata-kata.


Layanan Pendidikan Sekolah Inklusi


Memberikan dukungan kepada anak tunarungu untuk bisa ikut di sekolah reguler tentu saja merupakan langkah yang sangat bagus, asal si anak telah dibekali terlebih dahulu dengan pemahaman bahasa anak yang cukup di rumah. Bisa dilakukan dengan cara memanggil guru privat atau dimasukkan terlebih dahulu ke sekolah anak berkebutuhan khusus.


Setelah anak memiliki bekal yang cukup untuk meluaskan wawasannya dan memberikan pengalaman baru padanya, maka memasukkan anak tunarungu ke sekolah reguler akan lebih mudah dilakukan. Pemerintah pun telah memfasilitasi hal ini dalam layanan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus. 


Memberikan peluang pada anak tunarungu agar bisa sekolah di sekolah reguler memang tidak mudah, akan tetapi hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan jika memasukkan anak tunarungu ke kelas inklusi, beberapa hal tersebut diantaranya:


  1. Anak tunarungu harus sudah dibekali dengan cara berkomunikasi yang cukup agar memudahkan dia untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan juga bisa menerima mencerna dan memahami pembelajaran di kelas.
  2. Sekolah yang membuka jalur anak tunarungu harus memiliki guru pendamping yang berlatar belakan PLB atau Pendidikan Luar Biasa. Lebih baik lagi jika guru PLB mempunyai latar belakang pendidikan khusus untuk anak tunarungu. 
  3. Untuk para guru reguler setidaknya mampu memahami karakteristik anak tunarungu, dan sebisa mungkin harus mampu berempati terhadap si anak, agar mampu memberikan pembelajaran.
  4. Guru reguler juga harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang dikhususkan untuk anak penderita tunarungu, diantaranya; Prinsip Keterarahwajahan (interface), Keterarahsuaraan (intervoice) prinsip intersubjektivitas, dan prinsip kekonkretan.
  5. Lingkungan sekolah cukup kondusif dan bisa menerima anak berkebutuhan khusus.
  6. Tersedianya sarana dan prasarana yang bisa mendukung anak berkebutuhan khusus.


Setelah persyaratan di atas bisa dipenuhi, baru anak tunarungu bisa mengikuti pembelajaran di sekolah inklusi tersebut. Pembelajaran yang paling utama diberikan terlebih dahulu adalah memperlancar komunikasi.


Metode  Pembelajaran bagi Anak Tunarungu 


Agar anak tunarungu mendapatkan pembelajaran yang bermakna maka diperlukan metode yang tepat. Pembelajaran untuk anak tunarungu tentu saja berbeda dengan anak pada umumnya, karena keterbatasan pendengarannya, maka dibutuhkan sarana visualisasi agar anak dapet lebih mudah menerima informasi dari gurunya.


Metode yang selama ini biasa digunakan adalah metode MMR atau Maternal Reflektif. Melalui metode MMR anak diajarkan cara mengolah bahasa, bagaimana cara mengeluarkan suara, mengucapkan kata yang sesuai denganartikulasi dengan sangat jelas.


Secara garis besar metode MMR ini terdiri dari kegiatann percakapan yang terdiri dari menyimak, membaca, menulis, yang disajikan secara integral dan sistematis.


Ada dua jenis percakapan yang disajikan yaitu percakapan dari hati ke hati atau conversation from heart to heart, dan percakapan linguistik linguistic conversation.


Pembelajaran percakapan yang dilakukan oleh anak tunarungu dengan gurunya dilakukan dengan fleksibel. Ketika anak menyampaikan keinginan yang kurang jelas, guru melakukan pengulangan atau menerjemahkan maksud anak melalui bahasa tubuh, atau gerakan lainnya (Seizing method), kemudian meminta anak untuk memperjelas lagi apa yang dimaksud (Play a double part).


Pembelajaran membaca dan menulis pada anak tunarungu dilakukan melalui pengembangan hasil percakapan. Ungkapan yang belum bisa diartikan dengan benr melalui bahasa isyarat, bisa diungkapkan kembali melalui tulisan yang kemudian bisa dibaca juga oleh anak.


Kegiatan membaca yang dilakukan oleh anak-anak tunarungu bisa didapat juga melalui video visual. Pengenalan bunyi vonem yaitu cara pengucapan dan penulisan diberikan secara menyatu agar pada akhirnya anak dapat mengetahui huruf, kata serta cara penyebutan dan penulisan.


Media Pembelajaran Anak Tunarungu


Ada beberapa media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mempermudah anak tunarungu dalam memahamibahasa komunikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi media pembelajaran yang disediakan juga semakin canggih dan beragam.


anak tunarungu adalah


Ada media konvensional yang memang sudah sejak lama digunakan dan terus menerus diperbaharui, tetapi saat ini ada juga alat teknologi baru yang terus dikembangkan. Media yang bisa digunakan oleh anak tunarungu, diantaranya yaitu:


1. Abjad dengan jari


Abjad yang diciptakan dari bentukan jari-jari ini selain bisa digunakan untuk anak tunarungu,bisa juga digunakan untuk anak tunanetra. Dibentuk dengan menggunakan jari-jari dari tangan kanan dan juga kiri. Bentuk huruf dan angkany disesuaikan dengan gaya manual huruf yang ada di dunia.


2. Bahasa Isyarat


Kondisi anak tunanetra dengan keterbatasan pendengaran, menyebabkan mereka kesulitan untuk mengembangkan kemampuan berbicara, untuk itu bahasa isyarat yang telah diciptakan oleh para pakar, pada akhirnya harus digunakan juga oleh para penyandang tunanetra.


Ketidak sempurnaan penerimaan simbol percakapan pada kaum tunanetra menyebabkan terjadinya hambatan pada perkembangan kepribadian, kecerdasan dan juga performance sebagai makhluk sosial, karena tentunya para penyandang tunarungu juga diharapkan bisa berkecimpung dan berbaur dengan lingkungan sosialnya.


Namun memang perlu diakui, metode oral masih banyak hambatan dalam penggunaannya, sehingga seringnya menggunakan bahasa isyarat, sebagai sarana komunikasi.


Solusi dalam Penanganan Anak berkebutuhan Khusus


Semoga ulasan tentang pembelajaran untuk anak tunarungu di atas setidaknya memberikan gambaran singkat, bagaimana kita harus memberikan pelayanan pendidikan kepada anak tunarungu. Sebagai pendidik PAUD setidaknya kita memiliki gambaran dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus klasifikasi tunarungu.


Mungkin timbul pertanyaan di benak teman-teman jika di sekolah teman-teman ada orang tua yang hendak mendaftarkan anaknya di sekolah reguler tempat teman-teman mengajar, apa yang seharusnya dilakukan. Saya akan memberikan sedikit gambaran, bagaimana cara menyikapinya jika ini terjadi pada teman-teman. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:


  1.  Melakukan pendaftaran sebagaimana biasa sesuai dengan zonasi atau lembaga PAUD terdekat.
  2. Wali murid menceritakan kondisi anak apa adanya.
  3. Sekolah wajib menerima siapapun yang mendaftar sesuai dengan persyaratan.
  4. Sekolah memberikan gambaran tentang ketersediaan sumber daya manusia maupun sumber daya alam serta sarana dan prasarana di lembaganya, kaitannya dengan permasalahan penanganan ABK.
  5. Setelah kedua belah pihak saling bertukar informasi, keputusan akhir diambil dan ditentukan berdasarkan kemufakatan secara tertulis menggunakan materai.


Demikian ulasan tentang karakteristik anak tunarungu serta pelayanan pendidikan yang bisa diusahakan dalam memenuhi kebutuhan belajar anak penyandang tunarungu. Semoga segala usaha yang dirumuskan bisa kita terapkan secara maksimal, demi membantu para penyandang tunarungu lebih bisa beradaptasi dengan keadaan alam dan lingkungannya.


Membantu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, tetap bisa berkiprah di masyarakat sosial dan juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan diri dan hidupnya. Salam semangat selalu.




Referensi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan khusus. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.




Sejarah PAUD dan Perkembangannya

Senin, 13 Maret 2023

Pernah terbetik tidak dalam pikiran teman-teman, bagaimana sejarah tentang PAUD alias Pendidikan Anak USia Dini? Baik sejarah PAUD di Indonesia maupun di dunia.


sejarah paud

Ketika pertama kali saya memilih konsentrasi PAUD pada program Magister Pendidikan Islam, salah satu hal yang menjadi pertanyaan dalam benak saya tentang Pendidikan Anak Usia Dini adalah tentang sejarah bagaimana PAUD ini dicanangkan.


Bagaimana para tokoh ataupun ilmuan berpikir tentang hal ini. Siapa pelopor PAUD, Siapa pendiri PAUD di Indonesia maupun dunia. Untuk itu ketika ada ulasan tentang sejarah PAUD, rasa penasaran saya tentang hal ini jadi terobati. 


Kini fenomena PAUD di Indonesia mulai marak dan berkembang. Alhamdulilah senang dengan kondisi ini. Itu artinya Pendidikan Anak Usia Dini mulai diperhitungkan dan dianggap penting. Selama ini Pendidikan Anak Usia Dini dianggap pendidikan yang mudah dan tidak perlu ada sekolahnya. Semoga ke depannya semakin berkembang dan mampu mensejahterakan para praktisi di dunia Pendidikan Anak Usia Dini.


Mengingat program layanan Pendidikan Anak USia Dini adalah pendidikan yang berdampak jangka panjang atau kata lainnya long life education, serta masa pendidikan yang paling penting dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan manusia seperti yang sudah dijelaskan dalam artikel Konsep dasar PAUD, maka penyelenggaraan pendidikan Anak Usia Dini perlu diwujudkan dalam  upaya yang berkesinambungan.


Sejarah PAUD dan Perkembangannya


Siapa pelopor PAUD? Mari kita ulas sejarah tentang tercetusnya pencanangan pendidikan bagi anak usia dini ini. Pada awalnya Pendidikan yang diselenggarakan bagi anak usia dini diprakarsai oleh seorang Filsuf dan juga tokoh pendidikan berbangsa Jerman yang bernama Friedrich Wilhelm August Froebel di tahun 1837 dengan mendirikan lembaga yang bernama Kinder Garten yang artinya Taman Kanak-Kanak di tahun 1840.


Seperti yang diterangkan dalam Soejono, Froebel adalah tokoh yang pertama kali mencanangkan pendidikan anak usia dini diselenggarakan di luar dari rumah inti, dia memiliki pandangan bahwa anak-anak lebih efektif jika melakukan pembelajaran di luar rumah melalui bermain dengan mengoptimalkan stimulasi pada pembelajaran motorik kasar dan halus.


Froebel Pencetus Didirikannya PAUD 


Pemikiran Froebel merupakan realisasi dari pemikiran para tokoh lainnya yang telah terlebih dahulu mencetuskan pentingnya pendidikan yang dilakukan dari sejak anak masih dalam usia dini, seperti Martin Luther King, JJ. Rousseau, Comenicus, John Heindrich Pestalozzi serta tokoh lainnya.


Dalam Yuliani Soejono, ada tiga prinsip pemikiran Froebel yang sangat mendasar dalam upayanya mengembangkan pendidikan anak usia dini, diantaranya yaitu:


Prinsip Otoaktivitas


Prinsip otoaktivitas adalah pemikiran yang mendasari bahwa anak harus melakukan kegiatan sendiri dengan mengembangkan pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung yang dilakukan oleh anak secara individual.


Prinsip Kebebasan


Dalam upaya memberikan stimulasi kepada anak, jangan terlalu banyak diberikan batasan pada ruang tertutup, atau batasan yang mengekang daya cipta serta kreativitas anak. Perlu adanya lingkungan yang terbuka agar anak bisa menangkap banyak pengalaman yang bisa didapatkan pada kegiatan yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas.


Prinsip Pengamatan


Melalui pengamatan yang dilakukan oleh anak di luar lingkungan rumahnya, maka daya imajinasi dan kreativitas serta pengalaman anak makin berkembang. Ini akan sangat bagus sebagai stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Froebel sangat mengedepankan prinsisp kinestetik dalam membina pertumbuhan dan perkembangan anak di segala aspek.


Ketiga prinsip di atas diseimbangkan dengan pola belajar bermain yang berlandaskan pada perdamaian (Fridge) Kegembiraan (Frevde), serta kemerdekaan (Frabeit). Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sagat penting dalam mendorong proses belajar anak dalam iklim yang aman dan menyenangkan. Melalui dasar pemikiran tersebut akhirnya Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan,


Froebel lebih memfokuskan lagi konsep pendidikan bagi anak usia dini menjadi sebuah lembaga atau sekolah yang diperuntukkan bagi anak usia dini. Untuk itulah Froebel dinobatkan sebagai bapak Pendidikan Anak USia Dini dunia, karena dialah yang memiliki ide untuk mendirikan sekolah khusus untuk anak-anak usia dini.


Sejarah dan Perkembangan PAUD di Indonesia


Berdasarkan Sejarah,  Indonesia pernah mengalami dua kali zaman penjajahan, yaitu ketika zaman penjajahan Belanda dan Zaman penjajahan Jepang. Dunia pendidikan pun berkembang dengan latar belakang dua keadaan, yaitu pendidikan di masa penjajahan Belanda dan pendidikan di masa penjajahan Jepang.


siap pelopor paud di indonesia


Berbicara tentang perkembangan sejarah PAUD di Indonesia sama artinya kita berbicara tentang pasang surut perkembangan pendidikan di Indonesia dengan latar belakang sebagai bangsa yang pernah dijajah oleh dua negara. Untuk itu perkembangan pendidikan di Indonesia pembahasannya merujuk pada dua periode masa ini, setelah itu perkembangan pada masa pasca Kemerdeekaan.


Perkembangan Pendidikan Di Masa Penjajahan Belanda (1908- 1941)


Menilik dari sejarah pada masa penjajahan Belanda, warna pendidikan di Indonesia kala itu merupakan bentukan dari pemikiran orang-orang Belanda, termasuk juga Pendidikan Anak USia Dini yang kala itu dibawa masuk oleh Belanda ke Indonesia sebagai konsep pendidikan yang mereka terapkan untuk anak-anaknya adalah konsep pendidikan anak suia dini yang dikembangakan oleh Frederich Wilhelm Froebel.


Kala itu hanya orang-orang dari kalangan tertentu dan orang-orang Belanda saja yang bisa mengenyam pendidikan. Orang miskin dan kalangan rakyat jelata tidak bisa merasakan nikmatnya manfaat pendidikan.


Baru ketika ada pergerakan pemuda Budi Utomo pada tanggal 28 Mei 1908, para pemuda tersadar akan pentingnya pendidikan yang dimulai dari sejak dini.


Maka dari itu para tokoh pemuda  yang tergerak hatinya langsung berinisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan bernama Bustanul Athfal. Lembaga ini dikelola  oleh organisasi persatuan wanita Aisyiah di Yogyakarta dan terealisasi pada tahun 1919. 


Selanjutnya bapak pendidikan nasional yang telah selesai masa pengasingannya di Belanda, kembali mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang diberi nama "Taman Lare atau Taman Kindertuin" yang selanjutnya berkembang dan terkenal dengan nama "Taman Indria". Ki Hajar Dewantoro merupakan salah satu pendiri PAUD di Indonesia.


Pemikiran Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro tentang Pendidikan Anak USia Dini


Taman Indria sejatinya merupakan pemggambaran, bahwa Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro ingin menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk kelima indra berkembang melalui pemberian stimulasi edukatif.

Pada pendidikan Anak Usia Dini bukan masanya anak-anak ditekan untuk mengasah pikiran dan dibebani dengan pelajaran-pelajaran yang berat. Taman Indria kala itu mengusung methode pendidikan global. Menyerap dasar-dasar pendidikan dari Froebel dan menyempurnakannya dengan metode Montessori.

Ki Hajar Dewantoro bercita-cita untuk menyempurnakan konsep Pendidikan Anak Usia Dini yang modern namun juga diwarnai oleh prinsip nasional dan kebudayaan Indonesia. Memiliki harkat dan martabat di dunia internasional. Bapak Ki Hajar Dewantoro membawa sejarah PAUD di Indonesia semakin menemui titik terang.


Perkembangan Pendidikan Di Masa Penjajahan Jepang (1942- 1945)


Pada masa penjajahan Jepang, Pendidikan Anak Usia Dini tetap berlangsung, namun jumlahnya tidak meningkat. Di masa penjajahan Jepang tidak ada pengawasan secara formal pada bidang ini, karenanya tidak ada perkembangan yang signifikan pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, hanya saja penjajah Jepang menambahkan program pembelajaran di tingkat PAUD dengan menyelipkan nyanyian-nyanyian Jepang.

Corak pendidikan yang awalnya bernuansa Belanda, berubah menjadi bernuansa Jepang. Froebelschool pada masa ini berubah menjadi "Taman Kanak-Kanak". Pada masa penjajahan Jepang banyak diwarnai dengan dongeng dan kisah dari Jepang dan juga bentuk permainan ala Jepang. Jepang memang unggul konsep pendidikannya.


Perkembangan Pendidikan Di Masa Pasca Kemerdekaan (1945 - sekarang)


Perkembangan pendidikan di masa kemerdekaan sangat berwarna dan berkembang secara signifikan dari masa ke masa. Sejarah PAUD terus berkembang. Lembaga PAUD terus bertambah dan menjamur di setiap pelosok daerah di wilayah Indonesia, bahkan eksis sampai di daerah pedalaman, dengan memberdayakan para masyarakat setempat.


Di era pasca Kemerdekaan yayasan lembaga pendidikan untuk mendidik para guru Taman Kanak-Kanak mulai didirikan di Jakarta. Sebagai bentuk kepuasan dan ingin merasakan kebebasan dari kebodohan. Di masa ini banyak berdiri Taman Kanak-Kanak baru.


Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang No.4 tahun 1950, tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, tepatnya pada tanggal 22 Mei 1950 didirikan IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak).


Dimulai tahun 1950 dan seterusnya, perkembangan Pendidikan Anak USia Dini terus meningkat. Mulai dari banyaknya didirikan Taman Kanak-Kanak dan lembaga yang mendidik para guru Taman Kanak-Kanak. Pemberian subsidi dan pengembangannya terus meluas bukan hanya di Jakarta, tapi juga sampai ke seluruh pulau Jawa.


Sekitar tahun 1960-an mulai didirikan Taman Kanak-Kanak yang berstatus negeri. Program pertukaran pelajar dan sekolah ke luar negeri pun diadakan. Perkembangan modernisasi konsep Pendidikan Anak Usia Dini setelah adanya program ini berkembang pesat.


Tahun 1968 pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNICEF menyediakan tutor untuk para guru Pendidikan Anak USia Dini. Hal ini demi menciptakan guru PAUD yang memiliki kompetensi.


Dimulai sejak tahun ini kurikulum banyak mengalami perubahan. Pendidikan Anak Usia Dini terus berkembang, sampai akhirnya saat ini banyak sekali dibuka jenjang strata satu untuk program study Pendidikan Anak USia Dini, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.


Kini Pendidikan Anak USia Dini dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya TK (Taman Kanak-Kanak, RA (Rawdathul Athfal) , KB (Kelompok Bermain), TPA (Tempat Penitipan Anak),satuan Paud yang sejenisnya serta PAUD yang berbasis keluarga maupun lingkungan.


Bahagia sekali dengan perkembangan Pendidikan Anak USia Dini sampai seperti sekarang. Semoga ke depannya terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya serta kesejahteraannya. So, teman..., Bagaimana dengan PAUD di tempatmu? Makin cinta tentunya dengan Pendidikan Anak USia Dini,Yuk cerita di kolom komentar!!






Referensi


Dewantara, Ki Hadjar. Bagian Pertama Pendidikan.Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977.

Morrison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.



Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017.


Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan . Bandung: CV Ilmu, 1998.


Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2013.



Layanan Pendidikan bagi Anak Tunanetra

Kamis, 09 Maret 2023

Memiliki anak yang sempurna tentunya menjadi dambaan semua orang tua. Namun, sekiranya Allah berkata lain, tentunya orang tua tetap harus bersyukur dan mengupayakan menjaga dan melindungi anak dengan sepenuh hati.


layanan pendidikan bagi anak usia dini


Mengusahakan anak agar mendapatkan pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan yang dia perlukan. Banyak sekali kriteria anak yang membutuhkan penanganan khusus, teman-teman bisa membacanya pada artikel saya yang berjudul Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


Ada jenis anak berkebutuhan khusus permanen maupun temporer. Masing-masing punya cara penanganan dan pelayanan yang berbeda. Pada artikel kali ini, saya akan mencoba menyajikan tulisan yang lebih spesifik tentang  layanan pendidikan bagi anak tunanetra.


Apa Itu Tunanetra?


Apa itu tunanetra?  Mari kita cari tahu bersama-sama pengertian tentang tunanetra. Sebutan tunanetra berasal dari kata tuna yang artinya kurang, dan netra artinya penglihatan. Tunanetra merupakan istilah yang digunakan pada gangguan masalah penglihatan. Bisa mengalami kebutaan menyeluruh, maupun kebutaan yang dialami ringan.


Menurut Somantri anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan  mulai dari setengah melihat, low vision, atau rabun juga termasuk dalam golongan tunanetra.


Klasifikasi Tunanetra


Ada beberapa penggolongan ketunanetraan, yaitu diantaranya:


Buta


kondisi ini sudah pada tahap tidak bisa melihat sama sekali walau kemungkinan bisa menangkap cahaya.


Kurang lihat


Kurang lihat atau disebut juga low vision adalah disandarkan pada seseorang yang memiliki keterbatasan untuk dapat melihat jarak jauh, tetapi bisa melihat objek pada jarak tertentu.


Penglihatan Terbatas


Penglihatan terbatas atau disebut juga visually limited diartikan pada seseorang yang memiliki keterbatasan penglihatan ketika melihat benda pada umumnya.


Kesehatan mata pada anak bisa dicek melalui tes Snellen Card.  Jika si anak memiliki visus kurang dari 6/21 bisa dikatakan tunanetra. Apa maksud dari 6/21? Maksudnya adalah jika anak bisa membaca huruf dari jarak 6 meter saja, padahal orang yang normal bisa membaca dari jarak 21 meter. 


Keadaan penglihatan yang kurang normal pada anak dijabarkan oleh Somantri menjadi beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


  1. Ketajaman penglihatan tidak sebaik orang yang memiliki penglihatan di garis normal.
  2. Ada kekeruhan pada lensa mata, atau terdapat cairan tertentu.
  3. Keadaan mata yang tidak bisa dikendalikan oleh saraf otak.
  4. Ada kerusakan saraf pada otak yang akhirnya mengganggu masalah penglihatan.

Adapun proses identifikasi keadaan anak apakah masuk dalam keadaan tunanetra atau tidak, bisa konsultasi langsung dengan dokter, atau bisa juga memperhatikan ciri-ciri yang diperlihatkan oleh anak. Tingkah laku anak dalam memberikan respon terhadap benda yang dilihatnya juga bisa dijadikan acuan identifikasi keadaan penglihatan anak.

Karakteristik Anak Penyandang Tunanetra


Ada beberapa karakteristik khusus yang bisa kita kenali bagi anak-anak penyandang tunanetra, diantaranya yaitu:

  1. Karena terbatas penglihatan maka sering menabrak.
  2. Kesulitan mengenal huruf pada buku bacaan, sehingga seringkali harus meletakkan buku berjarak sangat dekat dengan matanya.
  3. Sering mengeluh kepala pusing atau mata gatal.
  4. kesulitan membaca tulisan di papan tulis dan sulit mengenal gambar jika warna kurang mencolok.
  5. Sering jatuh dan salah meletakkan barang.


Apa yang Menyebabkan Anak Menjadi Penyandang Tunanetra?


Ada 2 faktor tinjauan yang menjadi penyebab anak bisa menjadi penyandang tunanetra, yaitu ditinjau dari faktor eksternal dan internal.


Faktor Internal


Faktor internal biasanya disebabkan oleh gen atau keturunan. Bisa juga karena terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan, kondisi kejiwaan si ibu ketika hamil, kekurangan gizi, atau bisa juga karena keracunan obat.


Faktor Eksternal


Faktor eksternal terjadi ketika anak sudah berada di luar kandungan sang ibu. Beberapa kejadian yang berbahaya bisa memberikan dampak cedra pada penglihatan, misalnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan benturan keras dan berdampak pada penglihatan.


Beberapa penyakit juga bisa berdampak pada kebutaan, misal sipilis, diabetes, atau terkena paparan sinar dan perikan radiasi yang terus menerus.


Kesalahan ketika proses melahirkan, tekanan yang kuat ketika mengejan, atau proses melahirkan dengan bantuan alat medis yang menggunakan alat seperti tang, bila tidak hati-hati juga bisa mencederai.


Kekurangan nutrisi, peradangan pada mata akibat virus, racun atau baktiri juga bisa menjadi faktor penyebab kebutaan.


Aspek Perkembangan Anak Tunanetra


Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada anak tunanetra agar pemberian layanan pendidikan bisa terarah. Aspek kognitif, aspek motorik, sosial emosional juga pembentukan karakter.


Aspek Kognitif


Aspek kognitif anak penyandang tunanetra cenderung lebih lamban dari anak normal lainnya, untuk itu perlu penanganan khusus agar anak tunanetra bisa berkembang secara optimal. 


Aspek Motorik


Begitupula dengan aspek motorik, baik motorik kasar maupun halus tentunya mengalami perkembangan yang lebih lambat dibanding anak-anak normal lainnya.


Dibutuhkan koordinasi fungsional sistem saraf dan juga otot. Ketidakmampuan melihat secara normal inilah yang menjadi penghambat bagi perkembangan beberapa aspek perkembangan. Kegiatan berjalan, melangkah, menggoyangkan anggota tubuh tentu akan mengalami hambatan. 


Aspek Emosi


Karena keterbatasan penglihatannya, anak tunanetra tak mampu melihat segala bentuk respon yang diberikan ketika marah, benci, senang, maupun sedih. Untuk itu anak tunanetra kurang mampu mengekspresikan apa yang dirasa olehnya.


Sedih, marah, bahagia diekspresikan sesuai dengan kemampuan persepsinya yang agak berbeda dengan perasaan yang ditunjukkan secara umum oleh orang normal. Bentuk ekspresinya terkadang terasa kurang tepat.


Deprivasi emosi jika tidak ditangani akan menghambat perkembangan lainnya. Fisik, motorik, bicara, intelektual maupun sosialnya. Jika mengalami deprivasi emosi biasanya akan cenderung menarik diri, bersifat egois bahkan selalu tergantung pada orang terdekatnya.


Aspek Sosial


Pengalaman sosial anak tunanetra tergantung pada orang disekelilingnya. Tingkat penerimaan orang di lingkungannya sangat berarti bagi perkembangannya. Perlakuan yang negartif akan berdampak buruk bagi perkembangannya.


Rumah dan lingkungan keluarga adalah penentu anak tunanetra berkembang kepada lingkunagn sosial yang lebih besar. Lingkungan sosial sesungguhnya adalah dimulai dari lingkungan sekolah, untuk itu harus disiapkan mentalyang kuat pada anak untuk memasuki dunia sekolah.


 Agar secara psikologis dia merasa aman dan nyaman memasuki lingkungan sosial yang lebih besar dari lingkungan rumah dan keluarganya.


Aspek Karakter


Seringkali anak tunanetra menagalami keputusasaan dalam dirinya. Namun dengan bantuan dan dukungan keluarga, hambatan ini bisa teratasi. 


Keluarga harus memberikan bekal pengetahuan ketika si anak akan memasuki lingkungan baru dengan sangat jelas, agar si anak bisa merasakan nyaman terhadap dunia baru yang akan dimasukinya. Mengenalkan lingkungan barunya dengan sangat baik seperti anak mengenal tubuhnya sendiri. 


Jangan sampai anak merasa ketakutan ketika masuk ke dunia baru sehingga akan mengalami berbagai permasalahan kepribadian seperti introversi, neurotic, frustasi, dan kekakuan atau regiditas mental.


Layanan Pendidikan bagi Tunanetra


Metode dalam mengajar sangatlah penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sebelum mampu mengajar anak tunanetra, tentunya guru dituntut untuk menguasai teknik dan metode dalam memberikan pembelajaran kepada anak yang awas penglihatannya.


Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra sebenarnya memiliki kesamaan juga dengan anak pada umumnya. Hanya saja perlu disesuaikan dengan keadaan anak tunanetra yang tidak awas dalam penglihatan.


Anak tunanetra sangat membutuhkan layanan pendidikan agar dirinya bisa berkembang menjadi manusia yang memiliki potensi serta mandiri. Layanan pendidikan yang bisa diterima oleh mereka diantaranya mampu menggunakan huruf baraille, menggunakan tongkat dan mengenal rambu-rambu di jalan. Selain itu juga belajar tentangorientsi dan mobilitas.


Strategi dan metode yang digunakan tentunya lebih mengoptimalkan penggunaan indra lain yang masih baik fungsinya untuk menerima informasi, agar anak tunanetra bisa mudah menangkap pelajaran.


Model Pendidikan bagi Anak Tunanetra


Ada beberapa model layanan pendidikan yang bisa diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak penyandang tunanetra. Beberapa pilihan layanan pendidikan ini bisa disesuaikan dengan karakter anak dan kebutuhan anak. Beberapa layanan pendidikan bagi anak tunanetra diantaranya, yaitu:


Pendidikan Khusus (SLB)


Layanan pendidikan bagi tunanetra bisa dilaksanakan dengan sistem segregasi atau sistem pembelajaran yang dilakukan secara terpisah dengan anak-anak pada umumnya yang masih memiliki penglihatan bagus.


Pendidikan Inklusif


Layanan pendidikan bagi anak tunanetra juga bisa dilaksanakan dengan sistem yang terintegrasi, yaitu belajar dengan anak normal lainnya, melalui sistem pendidikan inklusif.


Guru Kunjung


Jenis layanan pendidikan ini bisa diambil bagi anak tunanetra yang memiliki domisisli jauh dan sulit menjangkau sekolah. Biasanya tinggal di daerah terpencil, jauh dari sekolah umum, apalagi Sekolah Luar Biasa (SLB). 


Layanan pendidikan bagi tunanetra ini juga bisa diperuntukkan bagi anak yang kondisi tubuhnya selain penyandang tunanetra juga sulit berjalan.


Prinsip Pembelajaran pada Layanan Pendidikan Anak Tunanetra


Proses pembelajaran pada anak penyandang tnanetra harus disesuaikan dengan kondisi sang anak. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, agar proses pembelajaran berjalan aman dan nyaman serta kondusif. Prinsip tersebut, diantaranya:


Prinsip Individual

 

Baik dalam proses pembelajaran pada umumnya dan juga pada pendidikan layanan anak berkebutuhan khusus, harus memperhatikan prinsip individual dikarenakan keadaan peserta didik berbeda latar belakang.


Dalam memberikan layanan pembelajaran untuk anak penyandang tunanetra hendaknya memperhatikan penyebab kebutaan yang dialami masing-masing anak, latar belakang sosial, keluarga, kemampuan, umur dan lainnya.


Sehingga pendidik bisa membedakan layanan pembelajaran untuk anak yang low vision dan buta total. Hal inilah yang menjadi alasan mendasar dalam menerapkan IEP atau individual education program, agar anak mendapatkan layanan pendidikan yang tepat, karena sesungguhnya setiap anak itu unik.


Prinsip Totalitas 


Prinsip totalitas yang dimaksud di sini adalah, guru mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiiki anak pada organ dan indra yang masih dapat berfungsi dengan baik agar memiliki gambaran yang utuh terhadap suatu objek. Bower mengistilahkannya dengan gagasan multi sesnsory approach.


Pengaplikasiannya misal pada pengenalan jenis-jenis binatang, misal kucing. Prinsip totalitas bisa diterapkan dengan cara si anak meraba kucing, jenis, bentuk, ukuran, sifat permuakaanya dengan cara meraba menggunakan tangan jika tangannya masih berfungsi dengan baik.


Mengenal suara kucing dengan menggunakan indra pendengarannya. Dalam mengenal objek harus totalitas menggunakan indra lainnya, jangan hanya menggunakan satu indra saja. Hal ini akan berdampak tidak optimal dalam proses pembelajaran.  


Prinsip Pengalaman Pengindraan


Anak penyandang tunanetra harus mengalami interaksi langsung dengan objek sasaran. Untuk itu diperlukan alat dan media dalam hal ini. Anaktunanetra harus dibimbing bagaimana meraba, mencium, mendengar dan mengecap. Usahakan mereka dapat pengalaman secara langsung.


Bower menyebutnya dengan sitilah "Pengalaman Penginderaan Langsung". Hal ini dilakukan agar anak tunanetra memiliki gambaran yang utuh terhadap pengenalan objek benda di sekitarnya, seperti mengenal embun, batu, bunga, garam, gula dan lainnya. 


Prinsip Aktivitas Mandiri


Dalam proses pembelajaran usahakan agar melibatkan anak dan meminta anak untuk melakukan sendiri.Bila anak tidak mau beri motivasi dan masukan kepada anak agar mau mencobanya. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator.


Proses pembelajaran yang kondusif, ada semangat yang menyertai diharapkan akan membuat anak penyandang tunanetra memiliki semangat untuk tetap menjalani hidup. Prinsip aktivitas mandiri dapat membantu anak bisa mengalami dan mengetahui berbagai keadaan dan mengenali hal yang anak normal alami.


Media Pembelajaran untuk Anak Tunanetra


Dengan kecanggihan teknologi pada saat ini, media pembelajaran untuk anak tunanetra sudah banyak berkembang dan bervariatif. Diusahakan agar media ini dapat digunakan secara fleksibel, bisauntuk di sekolah dan juga di rumah.

Ada beberapa model media pembelajaran yang akan saya kenalkan di sini, untuk menunjang pembelajaran baik di rumah mauun disekolah. Beberapa diantaranya, yaitu:


1. Telesensori

Telesensori adalah media sejenis loof, alat untuk memperbesar ukuran huruf normal, agar mudah terbaca oleh anak tunanetra yang berada dalam kategori low vision.


2. Huruf Braille


Penemu huruf Braille adalah seorang guru yang menyandang tunanetra. Dia adalah Louis Braille, berasal dari Prancis, sudah mengalami kebutaan sejak usianya 3 tahun. Saat tulisan Braille diciptakan pada tahun 1824 Louis masih menjadi pelajar di institution Nationale des Juenes Aveugles (National Institute for Blind Children).


Braille menciptakan huruf yang bentuknya sederhana dan menonjol agar bisa diraba oleh penyandang tunanetra. Dibuat di atas kertas dengan bentuk titik-tik berlubang, umumnya terdiri dari 6 titik yang disusun dalam dua baris.


3. Komputer Berbicara


Komputer berbicara memiliki desain seperti komputer pada umumnya, namun memiliki fiture perintah dalam bentuk suara. Dirancang untuk memudahkan anak penyandang tunanetra agar mampu memahami tools dalam komputer dalam bentuk arahan suara.


4. Digital Accessible System (Daisy) Player


Daisy player adalah sejenis alat yang sudah merekam beberapa buku dan dibacakan lewat suara. Hal ini untuk memudahkan para penyandang tunanetra mendapatkan informasi dari buku yang mereka perlukan. 


Bahkan saat ini sudah berkembang beberapa aplikasi yang terdapat pada handphone, berupa buku dengan layanan dibacakan seperti Noveltoon, Storytell, wattpad. Beberapa aplikasi yang bisa diunduh melalui playstore ini bisa digunakan sebagai media menambah wawasan oleh para penyandang tunanetra.


Media lainnya yang bisa digunakan diantaranya yaitu buku bicara, printer braille, alat printer untuk huruf braille dan termoform semacam alat untuk menggandakan bacaan bagi penyandang tunanetra. Mesin ini dijalankan dengan menggunakan kertas khusus.


Program Layanan Pendidikan bagi Anak Tunanetra


Ada beberapa langkah yang bisa dijadikan pegangan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak Tunanetra, diantaranya adalah:


Program Kebutuhan Khusus


  1. Ketika memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra usahakan menggunakan objek nyata agar anak dapa mendapatkan gambaran yang jelas.
  2. Ketika hendak mengajak anak memulai sesuatu panggil namanya dan usahakan gunakan bahasa verbal dengan pengucapan yang jelas.
  3. Ketika menyapa anak, usahakan sambil menyentuh punggung atau lengan anak, agar dia cepat tanggap dengan permintaan kita.
  4. Sediakan media yang sesuai dengan tingkatan penglihatan anak, apakah menderita kebutaan atau hanya pada tingkat penglihatan low vision.
  5. Gunakan arah yang sesuai dengan arah jarum jam untuk menunjukkan letak tempat barang atau sesuatu.
  6. Hindari kata tunjuk ini dan itu atau kata ganti tempat di sini atau di sana dan juga kata ganti orang dia atau kamu. Langsung pada nama barang, nama tempat dan nama orangnya.
  7. Jangan lupa untuk selalu memberitahu jika kita memindahkan sesuatu ke tempat lain atau ketika kita meninggalkan anak.
  8. Gunakan metode bercerita ketika sedang mengeksplore alam dan lingkunagn sekitar.


Urutan Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan Di Kelas


  1. Usahakan untuk menempatkan anak yang berkebutuhan khusus pada posisi paling depan
  2. Buatkan media yang bentuknya timbul agar memudahkan anak untuk mengidentifikasi bentuk alat dan bahannya.
  3. Dekatkan objek yang akan digunakan dalam pembelajaran kepada anak.
  4. Ketika dalam proses pembelajaran ada kegiatan menulis, buatkan tulisan yang besar dengan warna yang kontras denagn warna latar. Perlakuan ini diperuntukkan bagi anak yang memiliki penglihatan low vision.
  5. Gunakan penerangan dengan kualitas yang baik dan terang benderang.
  6. Posisikan mata dengan objek dalam posisi yang sesuai aman dan nyaman bagi anak, sebisanya sangat dekat dengan anak.


Pelajaran dari Film Miracle Worker


Semoga teman-teman bisa memahami sedikitnya tentang layanan pendidikan bagi anak tunanetra. Tidak ada hal yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha, fokus dan serius dalam menekuni suatu hal., begitupula dengan upaya mendidik anak yang menyandang tuhanetra agar mereka mampu hidup mandiri dan juga bisa bermanfaat bagi lingkungan sosialnya.


Mengambil ibrah sebuah film yang cukup fenomenal, sebuah film yang diadopsi dari kisah nyata, yaitu film tentang perjuangan orang tua dari Hellen keller dalam film yang berjudul Miracle Worker. Ada yang pernah nonton?


Sang tokoh Hellen Keller bahkan bukan hanya buta tapi juga tidak bisa mendengar atau tunarungu.Subhanallah, teman-teman bisa melihat bagaimana perjuangan orang tua Hellen Keller dalam film ini, terutama sang ibu, untuk menjadikan anaknya menjadi pribadi yang akhirnya bisa mandiri bahkan menjadi tokoh dunia terkenal, statusnya sebagai pengacara.


Melalui guru yang sabar dan memiliki kemampuan luar biasa dalam menghadapi Hellen Keller, Anna Sullivan berhasil membentuk Hellen Keller menjadi pribadi yang luar biasa. Dari film ini kita belajar, bahwa segala sesuatu yang diusahakan akan menghasilkan. Jika teman-teman berminat untuk menyaksikannya, bisa dilihat di chanel youtube berikut.




Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang mampu memberikan kontribusi bagi umat dan mengupayakan apa yang kita miliki menjadi lebih bermakna, khususnya dalam hal ini sebagai pendidik anak usia dini yang dihadapkan pada program pendidikan inklusif. 


Program pendidikan terbuka bagi siapa saja yang mau bersekolah tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus tunanetra. Melalui artikel ini setidaknya kita memiliki pengetahuan dasar tentang memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra. Salam positif. Barakallahu.





Referensi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan khusus. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.




Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger