Membentuk Kemandirian Anak Tunadaksa Melalui Layanan Pendidikan yang Tepat

Sabtu, 01 April 2023

Memiliki buah hati yang terlahir semprna adalah dambaan setiap orang tua. Namun jika Allah azza wa jalla berkehendak menitipkan amanahnya berupa anak yang memiliki kebutuhan khusus, sebagai orang tua tetap harus mengupayakan bagaimana caranya sebisa mungkin menyediakan anak fasilitas yang bisa menunjang dia menjadi anak yang mandiri.


Pembahasan kita kali ini tentang bimbingan dan pendidikan anak tunadaksa. Sebelumnya kita telah membahas bimbingan dan layanan pendidikan bagin anak tunarungu, layanan pendidikan anak tunanetra, serta layanan pendidikan untuk anak tunagrahita. 


Pengertian Anak Tunadaksa


unadaksa adalah anak-anak yang memiliki gangguan pada fisik dan motoriknya. Bisa terjadi pada otot, sendi juga tulang. Baik karena ketidaklengkapan organ gerak, maupun karena ada gangguan fungsi fisik.


pendidikan anak tunadaksa


Gangguan fungsi fisik pada seseorang biasanya dikarenakan ada ketidaknormalan pada sistem gerak atau kelainan bentuk anggota gerak. Terjadi pada orang yang mengalami kelainan amputie, kesalahan posisi sendi dan juga kelainan bentuk tubuh. Seperti halnya yang dialami oleh penderita polio dan cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan jenis ganguan kerusakan pada otak.


Perlu penanganan khusus dan perhatian khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi para penyandang tunadaksa. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penderita tunadaksa, mari kita ulas hal-hal yang menyertai permasalahan yang terkait dengan anak tunadaksa.


Apa saja klasifikasi yang ada pada tunadaksa, apa karakteristik anak tunadaksa, apa faktor penyebab ketunadaksaan, bagaimana layanan pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak tunadaksa, agar kelak mereka bisa mandiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya.


Klasifikasi Anak Tunadaksa


Seperti halnya anak berkebutuhan khusus yang lain, ada beberapa pengklasifikasian pada anak penyandang tunadaksa yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Djaya Rahaja, ada dua golongan tunadaksa, yaitu tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi. Namun ada juga yang mengklasifikasikan tuna daksa menjadi tiga golongan yaitu tunadaksa ringan, sedang dan berat.


Tunadaksa murni adalah penyandang tunadaksa yang hanya memiliki kelainan pada anggota gerak, namun mental dan intelektualnya normal. Tunadaksa kombinasi adalah individu yang mengalami kelainan fungsi fisik dan juga terdapat gangguan pada mental dan psikisnya. Adapun tiga golongan pada tunadaksa adalah sebagai berikut:


Tunadaksa Ringan


Pada klasifikasi jenis tunadaksa ringan merupakan tudaksa murni dan juga tunadaksa kombinasi yang masih dalam taraf ringan. Tunadaksa jenis ini biasanya mentalnya agak sedikit terganggu namun kecerdasannya cenderung normal. Biasanya pada klasifikasi ini hanya terjadi pada gangguan fungsi fisik atau kekurangan anggota fisik, dan gangguan fisik lainnya.


Tunadaksa Sedang


Tunadaksa sedang merupakan tunadaksa pemiliki cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan juga polio ringan. Pada tunadaksa sedang biasanya banyak dialami oleh para penyandang cerebral palsy atau tunamental, biasanya mengalami daya ingat yang menurun tidak jauh dari batas normal.


Tunadaksa Berat


Pemilik ganguan tunadaksa berat biasanya dialami oleh tuna akibat cerebral palsy berat dan juga akibat infeksi. pada umumnya anak-anak penderita tunadaksa berat adalah anak-anak grahita kelas debil, embesil dan idiot.


Untuk klasifikasi anak-anak penyandang cerebral palsy dibagi lagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya, yaitu:


1. Kelompok Spastic


Anak penyandang cerebral palsy jenis spastic memiliki otot-otot yang kaku. terkadang terjadi kejang jika otot digerallan. Kejang-kejang akan hilang jika si penderita tidak melakukan gerakan ,atau ketika diam dan tidur. Kekejangan akan bertambah jika sang anak dalam kondisi marah.


2. Kelompok Athetoid


Anak yang menyandang cerebral parsy jenis ini adalah anak yang mengalami athetoid. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah dan lentur, bahkan terkadang gerakannya tidak terkendali di luar dari kesadaran dirinya. Terkadang karena gerakan yang tidak terkendali sangat merepotkan anak penyandang cerebral palsy. Biasanya gerakan  tak terkendali terjadi pada tangan, kaki, lidah, bibir dan juga mata.

3. Tremor


Cerebral palsy jenis tremor seringkali melakukan pengulangan gerakpada salah satu anggota tubuhnya.


4. Kelompok Rigid


Anak cerebral palsy jenis rigid, biasanya mengalami kekakuan pada otot. Hal ini mengakibatkan gerakan yang diperlihatkan sangat kaku dan lambat dan menyulitkan aktivitas anak-anak penyandang cerebral palsy jenis ini.

Jika dilihat dari jenis aktifitas motoriknya, maka keadaan anak penyandanng tunadaksa, dari beberapa gangguan yang nampak bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Hiperaktif, dengan ciri tidak mau diam dan selalu gelisah. 

Gejala hipoaktif ditunjukkan dengan motorik yang banyak diam dan gerakannya lamban. Jenis ketiga yaitu tidak adanya koordinasi antara anggota tubuh. hal ini berdampak pada kakunya organ gerak ketika berjalan, terutama pada kegiatan yang menyertakan motorik halus, seperti menulis, menggambar, menari dan lainnya.


Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki karakteristik selain mengalami cacat pada anggota tubuh, biasanya diiringi juga dengan gangguan lain, seperti gangguan pendengaran, gangguan penglihatan serta gangguan berbicara.

Dari beberapa klasifikasi anak tunadaksa di atas, karakteristik para penyandang tunadaksa sudah bisa digambarkan. Untuk lebih spesifiknya saya akan jelaskan karakteristiknya, yaitu diantaranya:

  1. Anggota tubuh sulit untuk bergerak karena terjadinya kekakuan bahkan kelumpuhan.
  2. Mengalami kesulitan dalam bergerak.
  3. Anggota gerak biasanya tidaklengkap.
  4. Anggota gerak yang keadannnya tidak sama dengan orang pada umumnya. Bisa lebih kecil, lebih besar, lebih pendek, jumlah yang lebih atau jumlah yang kurang dan lainnya.
  5. Memiliki gangguan pada motorik alat-alat berbicara yaitu pada lidah, bibir, dan juga rahang, sehingga kondisi ini dapat menyulitkan pembentukan artikulasi yang benar.
  6. Mengalami gangguan afasia sensoris atau familiar dengan kondisi gangguan kemampuan berbicara karena gangguan fungsi organ reseptor.
  7. Mengalami gangguan afasia motoris. Kondidi ini ditandai dengan kemampuan menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain dan lingkungan, tetapi tidak dapat mengemukakan kembali secara lisan.
  8. Pada anak penderita cerebral palsy mengalami kerusakan pada trak piramid dan piramid ekstra  yang berfungsi untuk menjalankan sistem motorik.

klasifikasi anak tuna daksa

Dampak yang Dirasakan Penyandang Tunadaksa 

 

Gangguan tunadaksa disebabkan karena adanya kelainan pada fungsi motorik seseorang. Untuk itu adanya gangguan fungsi motorik yang disebabkan beberapa hal ini akan berdampak juga pada hubungan dengan indra lainnya.


Pada akhirnya gangguan yang terjadi dalam sistem indra yang lainnya menjadikan anak tunadaksa secara psikologis minder dan malu dengan keadaannya dan cenderung memisahkan diri dengan lingkungannya. Sama halnya seperti yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus dari jenis yang lainnya. Selain problem psikologis ada juga beberapa permasalahan yang meyertai, diantaranya, yaitu:


Gangguan Penglihatan


Beberapa penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki gangguan cerebral palsy, dan sebagian besar dari anak-anak ini mengalami gangguan dalam penglihatan.


Gangguan Pendengaran 


Selain gangguan pendengaran, anak-anak cerebral palsy juga mengalami gangguan pada ketajaman pendengarannya. Meski awalnya para peneliti ragu jika kerusakan otak dapat berpengaruh pada sistem fungsi pendengaran, namun dengan ditemukan kenyataan yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy bisa mematahkan anggapan tersebut.


Gangguan Bicara


Gangguan bicara anak cerebral palsy biasanya dialami pada bagian artikulasi karena disebabkan kelemahan pada alat kontrol gerak. gangguan bicara karena keterbelakangan mental dan disfungsi otak, ada gangguan dalam pita suara, gagap atau stuttering,serta gangguan afasia atau gangguan dalam bahasa verbal.


Gangguan Persepsi


Gangguan persepsi yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy adalah terkait dengan pendengaran, penglihatan, sentuhan serta kepekaan pada modalitas yang lain dan bersifat psikologis. Jadi hal ini terkait dengan sikap yang ditunjukkan lingkungan terhadap anak-anak tunadaksa dan juga anggapan dari para penderita tunadaksa sendiri terhadap lingkungannya, seberapa besar lingkungan menganggap keberadaan mereka dan mampu menerima mereka.


Faktor Penyebab Ketunadaksaan


Anak tunadaksa terlahir disebabkan beberapa faktor, yaitu sebelum lahir (pranatal), saat kelahiran, dan setelah dilahirkan.


Keadaan sebelum dilahirkan


Di masa kehamilan sang ibu mengalami trauma atau juga terkena infeksi atau penyakit yang bisa menyerang otak bayi, sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada otak. Jenis penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan diantaranya infeksi sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.


Pada kehamilan sang ibu mengalami gangguan pada peredaran darah sehingga mengganggu metabolisme, tali pusat bayi tertekan sehingga pasokan makanan terganggu dan saraf-saraf otak pun ikut terganggu.


Janin yang berada di dalam kandungan terkena radiasi secara langsung,sehingga mengganggu pada sistem saraf pusat sehingga mengganggu struktur dan fungsinya.


Sang ibu mengalami trauma ketika hamil, misal terjadi kecelakaan yang menyebabkan terkena benturan keras, sehingga mengganggu bayi yang berada dalam kandungan. Keguguran yang dialami oleh sang ibu, sehingga terjadi beberapa gangguan pada pertumbuhan bayi, meski sang bayi masih bisa dipertahankan. Pendarahan waktu hamil.


Usia kehamilan yang tidak mencukupi bulan seharusnya, bisa menyebabkan bayi kekurangan berat badan membuat perkembangan otak pun terhambat. Adanya anoxia prenatal, yaitu pemisahan bayi dari plasenta. mengidap penyakit anemia ketika hamil.


Keadaan ketika Dilahirkan


Proses kelahiran yang terlalu lama, sehingga menyebabkan sang bayi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen pada bayi akan mengganggu sistem metabolisme dalam otak bayi dan bisa menyebabkan kerusakan.


Proses melahirkan dengan menggunakan alat tarik pada kepala bayi. Terjadi himpitan yang keras pada kepala bayi ketika berada dalam panggul ibu.


Pemakaian obat bius yang berlebihan ketika melahirkan caesar, sehingga mempengaruhi sistem saraf ataupun fungsinya.


Setelah dilahirkan


Kecelakaan yang menyebabkan trauma pada kepala. Amputasi akibat kecelakaan atau penyakit. Terjadinya anoxia atau hipoxia dan jugga menderita trauma keras.


Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa


jenis tunadaksa

Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam memberikan layanan pendidikan berkelanjutan bagi anak tunadaksa, agar apa yang diupayakan dapat berdampak bagi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup anak-anak tunadaksa. Mengupayakan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bertanggung jawab minimal bagi dirinya dan diharapkan juga bagi lingkungannya. Beberapa aspek tersebut diantaranya:


Apa Tujuan Pendidikan yang Diberikan untuk Anak Tunadaksa?


Mengacu pada peraturan pemerintah tentang pendidikan luar biasa yang termaktub pada No. 72 terbit tahun 1991, Bahwasannya layanan pendidikan yang diberikan bagi anak tunadaksa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap dan pengetahuan serta keterampilan untuk memaksimalkan perannya dalam lingkungan sosial maupun untuk dirinya sendiri, serta diharapkan ke depannya mampu masuk dalam dunia kerja. 


Tujuan yang paling utama adalah membentuk anak-anak tunadaksa menjadi pribadi yang mandiri dan kepribadian yang kuat, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu juga pendidikan anak tunadaksa memiliki jangkauan dua tujuan, yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan juga pengembangan pendidikan. yang terdiri dari 7 aspek penting, yaitu:


1.  Perlunya Pengembangan Intelektual dan Akademik Anak


Anak tunadaksa masuk ke sekolah luar biasa tipe D, dan dalam SLB tipe D ini disediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar anak tunadaksa. Kurikulum dan perangkatnya serta pedoman pelaksanaannya pun sudah dipersiapkan. Demi memberikan perhatian khusus pada anak penyandang tunadaksa agar mengoptimalkan perkembangan dan intelektual  akademik.


2. Memberikan bantuan dalam mengembangkan Fisik Anak


Dalam membantu perkembangan fisik anak, guru diharapkan bisa memiliki akses untuk bekerjasama dengan pihak medis, sehingga ada pantauan terhadap kesehatan anak.


Guru juga diharapkan terus memantau perkembangan alat motorik anak, sehingga berangsur-angsur anak dapat memaksimalkan kemampuan organ geraknya. Guru harus membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengusahakan memperbaiki gerakan yang keliru dan mengarahkannya pada gerak normal.


Beberapa gerakan yang bisa dilatih misalnya melalui beberapa kegiatan seperti eksplorasi alat-alat tulis, bagaimana menggunakan handphone atau telepon, memijit bel, menyalakan dan mematikan lampu, membuka dan menutup pintu.


Latihan mobilisasi atau ambulasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga, serta diajari juga berlatih menggunakan alat-alat pendukung seperti braces, crutch, night splint, walker, kursi roda dan latihan bina diri lainnya.


3. Mematangkan Perkembangan Emosi Anak serta Rasa Percaya Diri Anak


Pada skala mengembangkan emosi serta percaya diri anak, diharapkan guru memiliki akses untuk dapat bekerjasama dengan para psikolog dalam menangani jiwa anak. Kondisi sekolah yang harmonis hubungannya diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk membangun keppercayaan pada diri setiap anak penderita tunadaksa.


4. Membiasakan Anak untuk Berbaur dengan Lingkungan Sosialnya


Dengan membiasakan anak berbaur dengan lingkungan sosialnya diharapkan dapat membangun kepeercayaan diri. Diawali dengan memberikan tanggung jawab yang ringan kepada anak, maka diharapkan anak akan memilki tanggung jawab untuk menyelesaikannya.


5. Membina Moral serta Spiritual Anak


Nilai-nilai moral agama anak juga perlu distimulasi. Ditanamkan dan diajarkan tentang kaidah dan ajaran agama, agar anak menjadi pribadi yang matang dalam karakter dan spiritualnya.


6. Meningkatkan Ekspresi Diri


Ekspresi anak tunadaksa perlu diberikan stimulasi dan dilatih melalui berbagai macam kegiatan seni seperti seni musik tradisional ataupun modern, aneka keterampilan seperti menjahit, melukis, meronce, mewarnai, menempel, bermain puzzle dan sebagainya disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa.


7. Membimbing Anak Memiliki Masa Depan yang Cerah


Pelayanan pendidikan yang diberikan pada anak tunadaksa diharapkan dapat memberikan masa depan yang cerah. Diharapkan anak mampu bertanggung jawab dan mandiri dari sisi finansial melalui bekal keterampilan yang dimilikinya. Banyak anak tunadaksa yang diarahkan secara maksimal dan optimal mampu memiliki karya yang akhirnya bisa membantunya menjadi pribadi yang mandiri.


Beberapa anak tunadaksa memiliki prestasi di bidang seni, di bidang olahraga, seperti yang pernah saya saksikan secara langsung pada acara ASEAN Paragames yang berlangsung di stadion senayan, Jakarta. Peserta dari ASEAN Paragames ini adalah para penyandang diasbilitas. Untuk itu jadikan Disabilitas menjadi abilitas.

 

Sistem Pendidikan Seperti Apa yang Pas untuk Anak Tunadaksa?


Sistem pendidikan di Indonesia yang mencanangkan adanya pendidikan inklusif atau pendidikan terbuka, memberikan kesempatan pada anak tunadaksa jenis ringan untuk bisa bersekolah di sekolah reguler. Namun tentunya berbeda dengan anak tunadaksa klasifkasi berat, ini memerlukan perlakuan khusus di sekolah khusus yaitu SLB tipe D. 

Namun meski dibuka pendidikan inklusif  ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kelas reguler bagi anak tunadaksa, yaitu:

  1. Menyiapkan lingkungan belajar tambahan, sehingga memungkinkan anak tunadaksa bisa bergerak dengan leluasa disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya dengan menyediakan jalan khusus yang bagus dan landai untuk mempermudah digunakan oleh anak penyandang tunadaksa, memperluas ukuran pintu agar memudahkan anak yang mengenakan kursi roda untuk akses keluar dan masuk ruangan.
  2. Adanya kontak yang intens untuk mengecek fisik dan psikis anak.
  3. Ada akses sarana yang bisa dijadikan rujukan pertama apabila ada permasalahan yang terkait dengan fisik dan kesehatannya.
  4. Anak yang fisik dan kesehatanmya seting mengalami gangguan, hendaknya diberi kesempatan lebih dari pada teman yang lainnya. Diberikan ruangan khusus untuk mengejar ketertinggalan.
  5. Ruang khusus juga bisa disedikan sebagai fasilitas anak tunadaksa sedang dipersiapkan terlebih dahulu kemampuannya untuk bisa mengikuti di program kelas reguler.

Apa Strategi Pembelajaran yang Tepat untuk Anak Tunadaksa?


Strategi yang diterapkan dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunadaksa adalah pola pengajaran yang bersifat membangun kemandirian, belajar bekerjasama dalam kelompok, membentuk tim pembelajaran.


Mengajarkan Hal-Hal Kemandirian


Penekanan pembelajaran untuk anak tunadaksa adalah pada pembiasaan hidup mandiri yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sehingga diharapkan pembelajaran kemandirian bisa membentuk anak menjaadi pribadi yang mandiri, mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya baik dengan gurunya, temannya atau dewasa lainnya.

Belajar Secara Berkelompok


Dengan menerapkan belajar secara berkelompok,diharapkan dapat memberi dampak positif untuk bisa saling menghargai, mendudkung dan bekerjasama satu sama lain. Antara anak normal dan anak penyandang tunadaksa bisa saling berbaur dan bergaul.

Membentuk Tim Pengajar


Adanya tim pendidik yang bisa saling bekerjasama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan pada anak tunadaksa. beberpa keuntungan dalam membentuk tim dalam pembelajaran adalah:

  1. Terciptanya pembelajaran yang efektif
  2. Permasalahan bisa terukur dengan baik
  3. Meningkatkan kemampuan komunikasi
  4. Meningkatkan kemampuan sosial.
  5. Menambah wawasan akademik menjadi lebih mumpuni.


Apa Saja Prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran bagi Anak Tunadaksa


Prinsip dalam Proses Pembelajaran


Ada dua prinsipdalam pembelajaran yang diberikan untuk anak tunadaksa, yaitu prinsip multisensori atau banyak indra dan pendidikan yang berprinsip individual.

Pendidikan multisesnsori yang dimaksud adalah, dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak tunadaksa harus memaksimalkan penggunaan atau menstimulasi semua indra yang dimiliki anak.

Banyak anak tunadaksa yang mengalami gangguan sensori, untuk itu harus diberikan stimulasi. Melalui pendekatan multisensori diharapkan dapat memfungsikan kembali sensori yang selama ini mungkin tidak diberdayakan.

Pendidikan individualisasi yang dimaksud adalah pelayanan pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan anak, disesuaikan dengan keadaan anak.

Prinsip Penataan Lingkungan Belajar yang Tepat


Penataan lingkungan belajar yang tepat bagi anak tunadaksa perlu dipertimbangkan dari sisi kenyamanan dan keamanan, mengingat anak pengandang tunadaksa memiliki keterbatasan dalam permasalahan fisik motorik.


Lingkungan serta gedung sekolah harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak tunadaksa. Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dijalankan dalam membuat gedung khusus untuk anak tunadaksa:

  1. Disediakan ruangan khusus untuk pemeriksaan dan perawatan anak, seperti untuk ruangan bina gerak atau fisioterapi, bina bicara atau speech terapy, bina diri,terapi okupasi, tempat bermain dan lapangan.
  2. Jalan masuk ke sekolah sebaiknya luas dan landai serta keras agar memudahkan anak tunadaksa yang menggunakan alat bantu jalan seperti tripor, kruk, kursi roda dan lainnya.
  3. Jika terpaksa harus bertangga, gunakan jalur lantai yang didesain miring.
  4. Lantai bangunan usahakan dibuat dari model lantai yang tidak licin.
  5. Pintu ruangan sebaiknya dibuat lebar dengan daun pintu mengatup ke dalam.
  6. Menghubungkan antar bangunan sebaiknya dibuat penghubung koridor yang terdapat pegangan di sisinya, agar anak bisa berambulasi sendiri.
  7. Ada cermin yang terpasang di sisi bangunan, agar anak bisa mengoreksi posisi geraknya apakan sudah betul.
  8. Disediakan kamar kecil tidak jauh dari kelas tempat belajar.
  9. Peralatan meja dan kursi yang disesuaikan dengan keadaan anak, misal kursi yang dapat distel, bentuk sandaran yang bisa dimodifikasi dan juga bisa dipasang sabuk.


Demikian artikel tentang karakteristik, klasifikasi dan faktor penyebab anak bisa menyandang tunadaksa. Layanan pendidikan anak tunadaksa yang tepat harus seperti apa, sudah dijabarkan di atas. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan juga bisa berkontribusi memberikan pengetahuan tentang anak tunadaksa beserta seluk beluknya. Salam pengasuhan.


Referensi


Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.


Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa




Mengenal dan Tips Membentuk Anak Tunagrahita Menjadi Pribadi Mandiri

Sabtu, 25 Maret 2023

Pernah nonton talk shownya Dedy Corbuziers di program acara Hitam Putih yang bertajuk tentang seorang anak tunagrahita inspiratif Wahyu Setiawan, tayang 27 april 2018. Wahyu  bercita-cita ingin menjadi pilot, masyaallahu dengan semangatnya, ya,  Sains. 


karakteristik anak tunagrahita


Alhamdulillah Wahyu merupakan anak yang terlahir istimewa sebagai penyandang tunagrahita. Beruntungnya Wahyu memiliki supporting system yang bagus, sehingga dia masih bisa mendapatkan haknya untuk tetap bersekolah dan belajar. Wahyu Setiawan tidak putus asa dan tetap semangat untuk terus menuntut ilmu.


Diceritakan oleh Bude yang mengasuhnya, bahwa Wahyu memiliki empati yang besar dengan sesama, terbukti dia selalu kepikiran dan intens bertanya soal sosok kakek yang telah meninggal dunia kala itu. Khawatir, cemas terpancar dari mimik wajah dan intonasi nada suara yang dikeluarkan.


Ini artinya, karakteristik anak tunagrahita juga memiliki  rasa dan hati yang sama seperti kita. Sebenarnya bagaimana karakteristik anak tunagrahita menurut para ahli? Yuk kita ulas secara singkat gambaran tentang anak tunagrahita, siapa yang dimaksud anak tunagrahita, bagaimana karakteristik anak tunagrahita serta klasifikasi anak tuna grahita ada berapa .


Pengertian Anak Tunagrahita


Tunagrahita merupakan sebutan terhadap individu yang memiliki keterbatasan intelektual dalam bahasa inggris disebut mentally disabled, intellectually handicapped, mental deficiency dan beberapa lainnya.  Dalam kamus besar KBBI tunagrahita memiliki arti cacat pikiran, lemah daya tangkap atau idiot. Tunagrahita merupakan istilah yang disandarkan pada individu yang mengalami mental retardation atau keterbelakangan mental.


Anak yang mengalami mental retardation menurut Kirk dalam Efendi tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan apapun, karena mental retardation merupakan sebuah kondisi atau keadaan seseorang bukan sebuah penyakit. 


Menurut DSM atau Diagnostic Statistic Manual of Mental Disorders V yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association disingkat APA, penyandang tunagrahita adalah individu berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan mental dan memiliki fungsi kecerdasan di bawah normal gejalanya disertai dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dalam lingkup konseptual, sosial dan juga dalam praktik dan terus terjadi selama masa perkembangan individu tersebut.


Kekurangan dalam permasalahan intelektual meliputi bagaimana menalar, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, berpikir secara abstrak, dan juga dalam pelajaran  akademik. Namun tentu saja keadaan ini sudah dikonfirmasi dan dites melalui asesmen klinis sesuai dengan tes standar intelegensi.


Sedangkan untuk lingkup defisit fungsi adaptif, terdapat kegagalan dalam pemenuhan standar perkembangan sosiokultural dalam hal pembentukan kemandirian serta keikutsertaan dalam permasalahan sosial.


Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan IQ


Mungkin teman-teman pernah melihat anak tunagrahita dengan kondisi fisik yang berbeda-beda, sempat dibingungkan? Kondisi fisik yang berbeda-beda pada anak tunagrahita dipengaruhi juga dari kadar IQ yang dimiliki. Makin rendah IQ yang dimiliki maka semakin berat status ketunagrahitaannya.


Bagaimana klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan IQ? Sama halnya dengan anak normal pada umumnya juga memiliki kadar IQ yang berbeda-beda, sehingga hal ini menyebabkan setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda pula.


Ada 4 klasifikasi tunagrahita yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus jenis ini memiliki kemampuan dan penampilan fisik berbeda, diantaranya yaitu:


1. Anak Tunagrahita Ringan 


Anak tunagrahita jenis ringan atau biasa disebut Debil, memiliki tampilan fisik seperti anak normal pada umumnya. Berdasarkan DSM V, anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan memiliki IQ sekitar 55 - 70. Anak tunagrahita pada klasifikasi ini masuk dalam anak-anak yang bisa diajari membaca, menulis, juga berhitung, keterampilan  praktik kehidupan sehari-hari juga keterampilan seperti menjahit, memasak bahkan berjualan.


Anak tunagrahita pada klasifikasi ringan masuk dalam kelompok mampu didik, mudah diajak komunikasi, dan tidak memerlukan pengawasan yang ekstra, mereka bisa melindungi dirinya dari mara bahaya. Jika disekolahkan, mampu mengikuti pembelajaran sampai tingkatan kelas IV SD. Biasanya pola pikir maksimal seperti anak umur 12 tahun.


2. Anak Tunagrahita Sedang


Anak tunagrahita jenis sedang atau disebut juga Imbesi menurut DSM V memiliki IQ sekitar 40 - 55. Anak tunagrahita klasifikasi sedang masuk kedalam kelompok latih. Dari penampakan fisik agak berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tunagrahita jenis sedang umumnya tetap bisa diajak ngobrol dan melakukan interaksi, tetapi di urusan menghitung, membaca, dan juga tulis menulis tidak terlalu pandai.  


Kemampuan bersekolah bisa sampai dengan kelas 2 SD. Anak tunagrahita jenis sedang masih mampu menjaga diri, namun harus diberi perhatian lebih dari anak tunagrahita ringan, demi perkembangan mental dan sosialnya secara optimal.


3. Anak Tunagrahita Berat


Tunagrahita berat atau severe memiliki IQ di kisaran 40 - 55. Menurut hasil tes binet  IQ nya berada di kisaran 20 - 32, sedangkan jika menggunakan test WISC IQ berada di kisaran 25 - 39. Anak tunagrahita pada jenis ini memiliki keadaan fisik yang abnormal dan kontrol sensori motor yang sangat terbatas.


Mereka sangat membutuhkan pengawasan yang ekstra dan maksimal. Biasanya anak tunagrahita jenis ini sudah tidak mampu menerima layanan pendidikan secara formal. Anak tunagrahita jenis berat masuk ke dalam golongan anak mampu rawat. 


4. Anak Tunagrahita Sangat Berat


Anak tunagrahita jenis sangat berat atau profound disebut juga sebagai idiot. Memiliki keadaan sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. IQ berada di bawah 25. Menurut tes Binet, IQ berada di bawah 19, dan menurut skala WISC IQ anak tunagrahita sangat berat berada di bawah 24. 


Anak tunagrahita jenis sangat berat memiliki cacat fisik dan kerusakan syaraf, bahkan  banyak yang meninggal. Harus diawasi ekstra ketat karena tidak mampu menjaga dirinya dari mara bahaya.


Klasifikasi Anak Tunagrahita dari Aspek Klinis


Selain  klasifikasi dari sisi IQ, anak tunagrahita juga diklasifikasikan berdasar jenis fisik atau keadaan klinis. O, iya, untuk klasifikasi secara klinis ini juga memiliki fariasi kemampuan IQ yang berbeda-beda juga di setiap kondisi.  Klasifikasi klinis dikelompokkan dalam beberapa bagian, diantaranya, yaitu:


1. Down Syndrom


Anak tunagrahita jenis ini memiliki wajah yang tipenya sama seperti raut muka orang mongol. Terdapat lipatan dibawah mata, bentuk mata sipit dan miring serta lidah yang tebal, telinga kecil serta gigi geligi yang tidak beraturan.


2. Kretin (Cebol)


Pada anak tunagrahita jenis ini memiliki tangan dan kaki yang pendek serta perawakan badan yang pendek dan agak bengkok. Tangan, kaki dengan kulit kering, bibir tebal serta gigi yang tumbuhnya lambat.


3. Hydrocepal


Anak tunagrahita dengan jenis ini memiliki bentuk kepala yang besar tetapi raut wajah yang kecil dan mungil. Pandangan  kurang sempurna dan terkadang kondisi bola mata juling.


4. Microcepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala kecil.


5. Macrocepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran anak normal lainnya.


Karakteristik Anak Tunagrahita


Dari klasifikasi anak tunagrahita yang sudah kita ulas di atas, sedikitnya kita memiliki gambaran tentang karakteristik atau ciri dari anak tunagrahita. Saya akan mengulas tentang karakteristik anak tunagrahita pada perkembangan masa bayi dan setelah dewasa.


Karakteristik Perkembangan pada Masa Bayi


Kelainan Gangguan Fisik


Pada bayi yang terkena gangguan intelektual, biasanya memiliki tonus otok yang kurang baik sehingga mengalami ketidakmampuan mengkordinasikan proses menelan dan menghisap, jarang menangis tapi ketika menangis bisa terus menerus. Perkembangan fisik seperti proses duduk, berdiri dan merangkak terjadi keterlambatan.


Keterlamabatan dalam Bicara


Bayi biasanya mengucapkan kata pertama mereka selama 14 bulan serta mampu mengkombinasikan kata sebelum usianya mencapai dua tahun. Namun pada anak tunagrahita akan erjadi kelambanan pada proses perkembangan berbicara, bahkankurang mengoceh hingga umur sembilan bulan.


Respon pada Lingkunagn


Pada umumnya bayi normal jika ada suara akan peka dan menoleh kepada arah datang suara, biasa tersenyum, dan merespon menangis. Tanda-tanda ini ada kemungkinan tidak ada pada anak yang memiliki gangguan intelektual.


Karakteristik secara Umum


Fisik


Secara fisik terlihat hampir sama dengan anak normal, kemampuan motorik terhambat dan cenderung lambat, kordinasi gerak kurang dan khusus pada anak tunagrahita berat penampilan fisik jauh berbeda dengan anak normal.


Intelektual


Sulit memperlajari hal yang terkait akademik. Pada anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan belajar paling maksimal layaknya anak normal yang bersia 12 tahun. Pada anak tunagrahita sedang , kemampuan belajar setara dengan anak berumur di kisaran 7 hingga 8 tahun. Pada anak tunagrahita berat, mereka hanya mampu belajar secara akademik setara dengan anak usia 3 tahun.


Sosial dan Emosional


Dalam lingkup kehidupan sosial biasanya anak tunagrahita senang bersosialisasi dan bergaul dengan anak-anakyang lebih muda. Lebih senang menyendiri, gampang dipengaruhi dan juga kurang dinamis. Tidak memiliki kontrol pengendalian diri secara baik serta sulit konsentrasi.



karakteristik-tunagrahita


Faktor Penyebab  Tunagrahita


Setelah kenalan lebih jauh dengan penyandang tunagrahita, mengerti karakteristik serta klasifikasiny, tentu akan timbul pertanyaan di benak teman-teman, bagaimana ini bisa terjadi. Apa faktor penyebab pemicu sampi seseorang bisa menyandang sebagai tunagrahita.


Sebenarnya belum diketahui secara pasti kenapa bisa terjadi, namun ada beberapa faktor pemacunya diduga sebagai penyebab terjadi cacat tunagrahita, dipandang dari beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


1. kondisi ketika belum dilahirkan


Pada kondisi ini biasanya terjadi ketika masih dalam kandungan, disebabkan karena berbagai faktor, bisa dari konsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya,  atau terkena virus yang dibawa oleh ibunya misalnya karena banyak bergaul dengan kucing atau bunga-bunga liar yang mengandung virus tokso.


Konsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol dan merokok juga bisa menjadi pemacu anak menjadi penyandang tunagrahita sejak dalam kandungan. Kekurangan asupan nutrisi yang cukup ketika hamil juga sangat diperlukan.


2. Kondisi ketika Dilahirkan


Bagaimana bisa ketika melahirkan dapat menyebabkan anak menyandang tunagrahita? Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang susah sehingga menyebabkan bayi tertahan di rongga panggul dan kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf.


Bisa terjadi pendarahan otak pada bayi jika ada tekanan saat mengejan yang terlalu lama, selain itu penggunaan alat tang jika tidak hati-hati digunakan bisa mencederai otak bayi. 


3. Kondisi setelah Dilahirkan


Saat kehamilan berjalan lancar, ketika persalinan juga berjalan bagus, tapi setelah persalinan juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicu faktor seorang anak bisa menyandang tunagrahita. Kenapa? Salah satu penyebabnya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak.


Sakit panas yang menyerang anak dan tidak ditangani secara cepat juga bisa menjadi pemacu terjadinya tunagrahita. Untuk itu, waspada disegala suasana sangat diperlukan,sambil tentu saja terus meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah ta'ala.


Metode dalam Menangani Anak Tunagrahita


Ada beberapa metode yang bisa diterpkan dalam menangani anak-anak penyandang tunagrahita. Denagn metode ini diharapkan anak-anak tunagrahita dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kemamuannya secara optimal.Beberapa metode yang bisa diterapkan diantaranya yaitu:


1. Occupational Therapy


Occupational therapy atau terapi okupasi, diberikan pada anak lewat latihan anggota motorik halus maupun kasarnya. Melatih sendi-sendi agar lentur dan terbiasa untuk bergerak.


2. Play Therapy


Play therapy atau terapi bermain diberikan melalui permainan-permainan yang aplikatif. Misal dalam pembelajaran matematika diterapkan metode bermain peran sebagai penjual dan pembeli, lalu menghitung berapa barang yang dibeli dalam bentuk drama permainan.


3. Activity Daily Living (ADL)


Activity daily living dikenalkan agar para anak tunagrahita terbiasa dengan mengerjakan rutinitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merapihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Pengenalan dan pelatihan mengerjakan aktivitas sehari-hari bertujuan agar anak tunagrahita ringan sampai sedang mampu berdiri sendiri dan mandiri tanpa terlalu bergantung kepada orang lain.

4. Life Skill dan Vocational Therapy


Life skill dan terapi bekerja dilatih agar anak tunagrahita setidaknya mampu berkarya dan bisa menghasilkan. Meski pekerjaannya tidak bisa disamakan dengan anak normallainnya, namun diharapkan dengan pembekalan keterampilan untuk terjun di dunia bekerja secara sederhana bisa dijalankan oleh anak tunagrahita. Misalnya diberi pelatihan menjahit, menghitung menggunakan kalkulator sebagai bekal dagang, dsb, agar anak tunagrahita bisa memiliki penghasilan sendiri.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita 


Sebagai manusia yang sama-sama memiliki hak untuk mengenyam pendidikan, maka perlu dipikirkan upaya untuk memberikan pembelajaran atau layanan pendidikan pada anak tuna grahita. Tujuannya agar para penyandang tunagrahita bisa hidup secara mandiri, keberadaannya bisa berbaur dengan masyarakat pada umumnya.


Berbagai landasan menyertai alasan perlunya memberikan layanan pendidikan dan penanganan anak tunagrahita. Landasan falsafah pancasila, landasan hukum seperti UUSPN No. 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah. Nomor. 72 yang dikeluarkan Tahun 1991, dan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak.  Oleh karena itu ada beberapa jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Beberapa lembaga ini didirikan sebagai cara dalam menangani anak tunagrahita:

1. Kelas Transisi


Kelas transisi dibentuk sebagai salah satu cara dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Kelas menjadi  transisi dilaksanakan di sekolah reguler, sehingga anak tunagrahita juga memiliki kesempatan bergaul dengan anak-anak normal lainnya.

Kelas transisi dirancang untuk mempersiapkan anak tunagrahita memasuki jenjang sekolah selanjutnya, yaitu sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan mengacu dari kurikulum SD yang telah dimodifikasi. Penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita.

2. Sekolah Khusus


Sekolah ini dirancang khusus utuk anak yang memiliki kebutuhan khusus, disedikan untuk anak tunagrahita atau anak yang memiliki kebutuhan khusus spesifikasi lainnya. Anak tunagrahita masuk kedalam kelompok SLB atau sekolah luar biasa. Anak tunagrahita kelompok ringan masuk ke dalam SLB C dan anak tunagrahita berat masuk ke dalam SLB C1


3. Pendidikan terpadu


Pendidikan terpadu diadakan di sekolah reguler. Belajar bersama anak-anak normal lainnya bersama guru yang biasa mengajar dan menangani anak-anak di sekolah reguler. Layanan pendidikan ini diberikan berdasarkan prinsip pendidikan untuk semua.

Namun pada jam tertentu disediakan juga layanan pendidikan dari guru khusus yaitu guru pembimbing khusus (GPK), biasanya didatangkan dari SLB terdekat, disediakan waktu dan tempat yang khusus.

4. Pendidikan Inklusif


Sama seperti halnya pendidikan terpadu,pendidikan inklusif diberikan di sekolah reguler. Anak-anak tunagrahita bergaul dan belajar bersama anak-anak normal lainnya. Mendapatkan pembelajaran yang sama dan juga dari guru yang sama.

Biasanya dalam satu kelas disediakan dua guru,satu guru reguer dan satu guru lagi memiliki kemampuan dalam pendidikan luar biasa. Semua siswa diperlakukan sama dengan pelajaran yang sama dan tugas yang sama. Saat ini pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan, masih perlu dilengkapi persyaratan penyelenggaraannya.


5. Program Sekolah dari Rumah


Program sekolah yang diadakan di rumah ini bisa dengan cara mendatangkan guru PLB atau Pendidikan Luar Biasa untuk memberikan terapis dan pembelajaran. Hal inibiasanya terlaksanan setelah ada kesepakatan antara orang tua, sekolah dan juga masyarakat sekitar.

6. Pendidikan di Panti Rehabilitasi


Pendidikan yang diselenggarakan di panti rahabilitasi biasanya diselenggarakan untuk anak tunagrahita jenis berat,dikarenakan kemampuannya yang sangat rendah dan hampir tidak bisa bersosialisasi dengan anak normal lainnya.

Anak tunagrahita jenis berat bisasanya memiliki kelainan ganda pada penglihatan, pendengaran serta gangguan motorik lainnya. Program layanan yang disediakan di panti berupa program perawatan. Ada 5 pelayanan yang diberikan di panti untuk anak-anak tunagrahita, diantaranya pengenalan diri, sensor motor serta persepsi, motorik kasar dan ambulasi atau kemampuan untuk mampu berpindah dan bergerak, kemampuan bahasa dan komunikasi dan juga melatih kemampuan untuk bersosialisasi dan komunikasi.

Di bawah ini merupakan skema layanan pendidikan dan penganan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita.


cara menangani anak tunagrahita
Sumber: Modul Pendidikan Luar Biasa untuk program PGSD


Prinsip  Khas layanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Anak tunagrahita ringan dan sedang masih bisa diupayakan berkembang menjadi pribadi  mandiri agar memiliki kepercayaan diri dan punya harga diri.  Mengupayakan agar anak tunagrahita diakui keberadaan di khalayak ramai. 


Ada beberapa Prinsip  yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita, agar terapi dan layanan yang diberikan bisa tepat saasaran dan diupayakan secara optimal dan maksimal. Beberapa prinsip dan ciri tersebut diantaranya:


Prinsip Skala perkembangan mental


prinsip skala perkembangan mental yang dimaksud adalah, guru bisa memahami kebutuhan anak berdasarkan kemapuan dan skala kecerdasannya, mengingat setiap anak memiliki kecerdasan berbeda, termasuk halnya dengan anak tunagrahita. Dengan mernerapkan prinsip ini maka bisa diketahui pengetahuan tentang perbedaan inter dan intra personal setiap peserta didik.


Prinsip Ketangkasan Motorik


Prinsip ketangkasan motorik lebih mengedepankan pengoptimalan fungsi motorik kasar maupun halus pada setiap peserta didik, agar anak tunagrahita bisa maksimal memanfaatkan kemampuan motorik kasar dan halus yang dimikinya.


Prinsip Contoh Keperagaan


Prinsip contoh keperagaan diterapkan agar anak tunagrahita lebih bisa memiliki gambaran konkret tentang sesuatu, karena keterbatasan intelektualnya membuat anak tunagrahita tidak terlalu mampu untuk memikirkan hal yang abstrak.


Untuk itu sangat penting ketika mengajar anak tunagrahita menggunakan alat peraga. Misaknya ketika mengajarkan kata bebek sisipkan gambar bebek, kata bebek ditulis tebal sedangkan gambar ditulis tipis, agar anak bisa memiliki gambaran sehingga mudah memahami dan mengingat.


Prinsip Kegiatan Pengulangan


Ketika memberikan pembelajaran pada anak tugrahita, usahakan sering melakukan pengulangan sampai anak tunagrahita memahami pelajaran yang diberikan. Usahakan jangan pindah pada materi selanjutnya jika materi yang dipelajari belum dipahami dengan benar, karena daya ingat dan daya tangkap anak tunagrahita lebih kurang dari anakyang lainnya.


Prinsip adanya Korelasi


Dalam prinsip korelasi usahakan jika memberikan pembelajaran dengan anak tunagrahita dikorelasikan dengan pembelajaran lain dan ada kaitannya dengan kegiatan yang biasa dia lakukan sehari-hari, agar lebih mengena dan mudah dipahami.


Prinsip Hubungan Berkelanjutan


Prinsip berkelanjutan maksudnya ketika kita memberikan pembelajaran denagn anak tunagrahita, meskipun agak terlambat dalam memahami dan harus terus melakukan pengulangan tapi tetap harus maju melanjutkan pelajaran ke tahapan yang lebih tinggi. Misal ketika belajar matematika 1x1=1, 1x2=2 terus lakukan pengulangan sampai bisa, dan ketika sudah bisa lanjutkan dengan perkkalian 3x1 lalu 4x1 dan seterusnya.


Prinsip Individualitas


Prinsip individualitas yaitu menekankan pada kemampuan setiap individu anak. Membiarkan anak tunagrahita belajar dengan irama dan kemampuannya sendiri. Meski tetap harus menjalin interaksi dengan teman-temannya. Dia tetap belajar dalam satu ruangan namun dengan kedalaman materi yang berbeda.


Ciri Khas Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Ada ciri khas yang digunakan ketika memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita agar ketika mengajari anak tunagrahita lebih mudah dan mengena. Ciri khas tersebut diantaranya, yaitu:


Penggunaan Bahasa


Bahasa yang digunakan dalam memberi layanan pendidikan bagai anak tunagrahita harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Penyampaiannya harus tegas lugas dan tidak berbelit-belit. Usahakan menggunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak.


Posisi Di Kelas


Posisi duduk ataupun ketika berkegiatan pada anak tunagrahita usahakan ditempatkan pada posisi paling depan dan ditempatkan berdekatan dengan anak yang kira-kira memiliki kemampuan yang hampir sama, atau sekiranya yang bisa menerima keadaannya dan akrab dengannya.


Tersedianya Program Khusus untuk Anak Tunagrahita


Perlu disediakan program khusus yang melatih sensorik dan motorik serta akademik dan sosial anak tunagrahita, agar bisa berkembang secara optimal, sehingga kesulitan yang dirasakan ketika enghadapi anak tunagrahita bisa segera ditangani oleh ahlinya.


Demikian ulasan tentang anak tungrahita dengan segala seluk beluknya, karakteristik, klasifikasi, penyebab sampai pada layanan pendidikan yang tepat yang bisa kita terapkan untuk memmbantu anak-anak tunagrahita tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan memiliki harga diri.


Semoga Allah hayyul Qoyyum selalu memberi pertolongan kepada kita. Mampu menjadi hamba yang hanif dan bertanggung jawab, serta bisa bermanfaat untuk sesama. Semoga artikel singkat yang masih jauh dari sempurna ini setidaknya bisa membuka sedikit wawasan tentang anak tunagrahita. Salam pengasuhan.






Referensi



Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.

Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa


Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Kamis, 23 Maret 2023

Upaya memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama. Generasi yang tangguh akan turut berkiprah pada kemajuan sebuah peradaban bangsa. Perlu sekali membangun konsep yang matang dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini karena betapa pentingnya pendidikan yang dicanangkan dari sejak dini.


pentingnya pendidikan anak usia dini

Saat ini penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah mengalami kemajuan, bila kita cermati dari sisi terbukanya program study ini, sudah banyak  Perguruan Tinggi yang membuka program study PAUD.Makin lama banyak bertambah. Contohnya di tempat saya yang nota bene terhitung kabupaten kecil memiliki empat kampus yang menyelenggarakan program study Pendidikan Anak Usia Dini.


Sebuah kemajuan yang perlu disyukuri. Ini artinya Pendidikan Anak Usia Dini mulai fokus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Di awal berdirinya PAUD, tenaga pengajar untuk jenjang PAUD biasanya menggerakkan tenaga sukarela yang mau menghibahkan waktunya untuk berkiprah di lembaga PAUD.


Bisa dari kalangan ibu-ibu yang memiliki keluangan waktu atau para pemuda yang rela berbagi waktu. Namun kekurangannya, latar belakang pendidikan untuk para pengajar PAUD belum diprioritaskan untuk memiliki konsentrasi yang  linear dengan bidang garapan.


Itu dulu, namun lain dulu lain sekarang, kini pemerintah mewajibkan para pendidik PAUD untuk memiliki jenjang pendidikan yang linear dengan bidang garapannya, yaitu mengambil jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Keadaan ini menunjukkan kesadaran pentingnya Pendidikan Anak USia Dini sudah mulai terbangun.


Pentingnya Pendidikan Anak USia Dini


Dalam pelaksanaannya PAUD memerlukan dukungan dari banyak pihak, baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua. keterlibatan ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Untuk itu orang tua dan para guru harus memiliki pemahaman tentang perkembangan anak yang terus berubah di sepanjang hidupnya, baik perubahan fisik, perilaku, maupun perkembangan dalam kemampuan berpikir.


Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Benyamin Bloom, bahwa perkembangan otak manusia secara pesat terjadi pada masa anak-anak, untuk itu pendidikan anak usia dini bisa dijadikan cerminan keberhasilan seseorang di masa dewasanya. Pada masa ini harus diberikan banyak stimulasi edukatif agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diupayakan secara optimal.


Dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan kondisi yang sesungguhnya di masyarakat, bahwasannya pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan anak di dunia akademis maupun non akademis. untuk itu anak usia dini membutuhkan peranan para guru, orang tua serta pemerintah untuk menguatkan pondasi dalam pembentukan karakter dalam dirinya.


Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia


Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia gambaran secara umum sudah saya ulas di awal. Makin ke sini layanan Pendidikan Anak USia Dini semakin diperbaiki kualitasnya. Keadaan ini tak lain dari hasil kerja keras semua pihak terkait.


Sering diangkatnya ke permukaan  isu-isu kritis yang membahas tentang problematika PAUD menjadikan pendidikan di jenjang ini terus diperhatikan. Hal ini berdampak pada perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini. 


Usaha optimal untuk memberikan stimulasi edukatif kepada anak-anak dari sejak dini adalah hal yang sangat penting, hal ini bukan perkara kecil tetapi perkara besar yang juga akan memberikan dampak besar. Perkembangan otak harus diusahakan secara fokus perhatiannya dari sejak dini.


Mengingat otak berkembang pesat secara optimal di masa usia dini terutama di usia 0 sampai empat tahun pertama kehidupan manusia dimulai, sebagaimana telah saya ulas dalam artikel Konsep Dasar PAUD


Pendidikan Anak Usia Dini harus diberi perhatian intens. Harus ada pergeseran yang signifikan di bidang ini. Pemikiran awal sebatas menjadikan posyandu sebagai tempat untuk deteksi fisik anak, harus berkembang lebih dari itu, permasalahan neurosains tidak boleh dianggap remeh. Pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya pada masalah fisik, tapi juga harus memperhatikan aspek perkembangan anak secara holistik.


Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2023 pasal 28 ayat 1 sudah saatnya menjadikan PAUD menjadi pendidikan yang wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, bahkan dijadikan sebagai bagian dari pendidikan dasar.


Menurut Profesor Mulyasa Pendidikan Anak USia Dini sejatinya merupakan bentuk layanan pendidikan yang diperuntukkan untuk anak dari sejak lahir hingga usia 6 tahun meliputi seluruh aspek perkembangan baik fisik maupun non fisisk.


Masih menurut Prof esor Mulyasa bahwasannya bidang garapan Pendidikan Anak USia Dini meliputi Pendidikan dalam Keluarga ( usia 0 - 2 tahun), Pendidikan dalam Taman Pengasuhan Anak atau TPA (berkisar antara 2 bulan sampai 5 tahun) Kelompok Bermain atau KB berkisar di rentang usia 3 sampai 4 tahun, dan Taman Kanak-Kanak atau TK yang memiliki rentang usia 4 sampai 6 tahun, selain itu ada juga disebut Bina Keluarga Balita (BKB). Untuk penjelasan selengkapnya mari kita ulas satu persatu.


1. Pendidikan dalam Keluarga (0-2 tahun) 


Keluarga merupakan pembentuk podasai awal bagi tahap perkembangan anak. Keluarga merupakan madrasah awal dan utama bagi anak. Peran keluarga sangat vital dalam membangun struktur kepribadian anak yang pembentukannya berlangsung terus sampai dewasa.


Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pola pengasuhan anak. Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi keberhasilan anak. Bukan hanya ibu tapi juga ayah harus ikut andildalam membentuk karakter anak, jangan sampai anak kehilangan sosok ayah, atau istilah umum yang terkenal pada saat ini "fatherless".


2. Taman Pengasuhan Anak / TPA (2 bulan - 5 tahun)


Biasanya taman pengasuhan pengasuhan anak banyak terdapat di kota-kota besar. Sasaran Taman Pengasuhan Anak biasanya tertuju bagipara kaum ibu pekerja yang harus meninggalkan anaknya di jam aktif bekerja.

Lembaga TPA didirikan bertujuan agar sang ibu bisa fokus dan tenang dalam menjalankan profesi lain selain sebagai ibu rumah tangga, tanpa harus mengabaikan stimulasi edukatif yang harus diterima oleh anak, agar anak terus dapat berkembang secara optimal.


3. Kelompok Bermain/ KB ( 3 - 4 tahun)



Pada jenjang Kelompok Bermain dengan rentang usia anak pada 3 sampai 4 tahun, disebut juga sebagai play group. Kelompok bermain atau play group ini bertujuan untuk mengembangkan segala aspek perkembangan anak secara holistik, sama seperti pada jenjang taman kanak-kanak, namun kurikulum tetap disesuaikan tidak sepadat di taman kanak-kanak.


4. Taman Kanak-Kanak/ TK (4-6 tahun)


Tingkat Taman Kanak-Kanak pada jenjang PAUD merupakan wadah persiapan bagi anak untuk masuk ke jenjang pendidikan dasar. Meski Taman Kanak-Kanak tidak masuk dalam program pendidikan dasar, namun keberadaannya cukup krusial dalam mempersiapkan mental anak untuk masuk pada jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi, dan tentunya dengan kurikulum yang lebih berat.


Dengan memasukkan anak pada tingkat Taman Kanak-Kanak sebelum masuk ke program pendidikan dasar di Sekolah Dasar tentunya akan memberikan dampak positif bagi kesiapan mental dan fisik anak. Anak akan lebih enjoy ketika memasuki dunia belajar sesungguhnya.


5. Bina Keluarga Balita


Program Bina Keluarga Balita diberikan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya sebagai sarana peningkatan keterampilan serta pengetahuan bagaimana mendidik, mengasuh serta mengupayakan pertumbuhan serta perkembangan anak balita atau bawah lima tahun.


Program ini biasanya diperuntukkan untuk para ibu yang memiliki anak balita agar lebih paham terhadap 3 aspek mendasar dalam tahaptumbuh kembang anak, yaitu aspek kesehatan, gizi dan psikososial. Program yang dicanangkan dalam BKB bertujuan agar para orang tua dan guru memahami bahwasannya:


  1. Anak harus diberikan kebebasan dalam mengenal lingkungan sosilanya dengan memberikan rambu-rambu norma yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
  2. Mengupayakan pemahaman pada anak agar memiliki jiwa dan rasa harga diri yang sehat. Mau berbagi dengan sesama, mengerti cara berkomunikasi, sehingga anak tidak menjadi pribadi yang pemurung, tidak mampu berkomunikasi dan seolah hidup dalam kesendirian.

Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan di jenjang ini merupakan bagian yang saling terkait antara pendidikan sekolah, orang tua dan keluarga. Maka jika ada anak usia dini yang tidak mendapatkan pendidikan di POS PAUD, hendaknya menjadi tanggung jawab sepenuhnya keluarga inti mereka. 


Untuk itu perlu kiranya para orang tua membekali dirinya dengan ilmu pengasuhan atau ilmu parenting agar bisa memahami dunia anak, peka akan kebutuhan dasar anak usia dini. Dari sini bisa kita pahami, bahwa bidang garapan PAUD bukan hanya fokus pada pendidikan anak usia dini semata, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pendidikan para orang tua, agar para orang tua memiliki bekal ilmu pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian kiranya betapa pentingnya pendidikan anak usia dini bagi kelangsungan kehidupan bangsa yang bermartabat.



Referensi


Morrison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.


Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017.


Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan . Bandung: CV Ilmu, 1998.


Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2013.







Belajar Bernyanyi Anak

Selasa, 21 Maret 2023

Kegiatan bernyanyi pada anak dapat membantu mengembangkan rasa keindahan dan jiwa pada anak, selain tentu saja anak akan merasa enjoy dengan aktivitas bernyanyi dan mendengarkan musik. Apa iya semua anak merasa nyaman, senang dan riang gembira ketika diminta bernyanyi dan mendengarkan musik?


belajar bernyanyi anak

Hmm,...sayangnya tidak semua, lho anak merasa senang ketika diajak bernyanyi atau mendengarkan musik. Ada yang sampai nangis, malah. Lalu bagaimana cara mengajak anak agar mau bernyanyi tanpa pemaksaan? Saya pernah menulis tentang ini di artikel Tips mengajak anak mau bernyanyi tanpa menciderai hatinya. 


Belajar Bernyanyi pada Anak


Bernyanyi merupakan suatu bagian yang penting dalam mempengaruhi aspek perkembangan pada anak. Karena apa? Karena ketika anak-anak bernyanyi, dia bisa mengekspresikan nyanyian sesuai dengan kepandaiannya dalam berekspresi. Mereka memiliki perasaan, pemikiran dan juga impian yang dirasakan secara individual.


Untuk itu setiap anak pasti memiliki ekspresi yang berbeda-beda ketika bernyanyi. Tugas guru adalah membimbing agar anak mau bernyanyi bukan untuk menjadikan anak didiknya sebagai seorang biduan. Namun lebih ditekankan pada keinginan anak untuk ikut serta bernyanyi untuk mengembangkan pola rasa, pola pikir dan pola karsa. 


Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Mengajak Anak Bernyanyi


Melalui bernyanyi mereka akan bersentuhan dengan hal yang indah, dari sisi syair maupun irama musik yang mengiringi. Untuk itu ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika mengajak anak bernyanyi, yaitu bagaimana memperkenalkan nyanyian kepada anak-anak dan kapan waktu yang tepat mengajak anak untuk bernyanyi.


Guru harus paham mood anak, apakah sedang bisa diajak bernyanyi. Biasanya jika anak-anak sedang dalam keadaan tenang dan gembira akan mudah bagi kita untuk mengajaknya bernyayi, namun jika anak sedang dalam keadaan rewel akan sulit untuk mengajaknya bernyanyi. 


Selain itu guru perlu memiliki gudang referensi aneka nyanyian yang bisa membuat anak tertarik dan membangkitkan minatnya untuk ikut bernyanyi. Disamping itu tentu saja faktor bakat atau  kemampuan seni serta minat pada anak mempengaruhi mudah atau susahnya anak ketika diajak bernyanyi.


Bernyanyi bisa dijadikan alat stimulasi bagi kelancaran berbicara dan berbahasa pada anak. Makin lancar anak berbicara maka makin mudah mengajak anak untuk bernyanyi. Mudah atau tidaknya anak ketika diajak bernyanyi juga disebabkan oleh beberapa faktor pemicu, diantaranya, yaitu sifat anak, kebutuhan anak untuk berekspresi, kepercayaan diri anak, dan juga jenis suara pada anak.


Pada anak yang periang tentu akan lebih mudah untuk diajak bernyanyi dibanding anak yang pendiam, karena anak yang periang biasanya butuh tempat dan waktu ekstra untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan bernyanyi anak periang bisa mengekspresikan perasaan dengan leluasa. 


Pada anak yang memiliki jenis suara yang tinggi, tentunya kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan, beda dengan anak yang memiliki tone suara yang rendanh atau cenderung serak-serak basah, pasti akan sedikit kesulitan untuk bernyanyi. Hal ini juga menjadikan anak malas untuk bernyanyi.


Untuk itu ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh para guru Taman Kanak-kanak ketika mengajak anak untuk berkegiatan bernyanyi. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:


1. Ketinggian Nada


Ketinggian nada sangat menentukan proses bernyanyi pada anak. Semakin tinggi nada yang dituntut kepada anak, maka anak akan merasa kesulitan. Perlu kecerdikan guru dalam memilih nyanyian atau menyesuaikan dengan kemampuan suara pada anak.


Anak-anak yang memiliki bakat seni biasanya bisa mengikuti irama dan melodi lagu sesuai dengan lagu aslinya, bahkan bisa terdengar sangat merdu. Beda halnya dengan anak yang bakat seninya kurang, dia akan merasa kesulitan dengan perubahan melodi pada sebuah lagu yang harus diikutinya. Jika tidak mampu menyanyikan maka anak akan bernyanyi dengan nada sumbang.


Tugas guru adalah membantu anak agar bisa dengan mudah mengetahui pitch tinggi atau rendah pada sebuah lagu. Caranya adalah sebagai berikut:


  • Membedakan pitch (nada tinggi dan rendah) yang beragam. Caranya minta anak untuk memukul dua benda berbeda, yang satu terbuat dari kulit binatang semisal rebana, dan yang satunya terbuat dari besi semisal drumb. Selanjutnya tanyakan pada anak, mana suara yang lebih tinggi dan mana yang rendah, gar anak bisa jeli membedakan bunyi keduanya.
  • Menirukan Model. Misalnya guru meminta anak untuk mengikuti suaranya yang memanggil seseorang dengan nada tinggi, misal "Budiii ke sini!!" Selanjutnya minta juga anak untuk mengikuti suara guru yang memanggil seseorang dengan nada rendah dan tegas, "Budi, ke sana!". Selanjutnya terus latih anak dengan menggunakan kalimat-kalimat yang lebih panjang.

2. Alat Musik Pendukung


Alat musik pendukung sangat penting untuk melatih anak bernyanyi dengan menggunakan ketepatan nada. Pada alat musik piano, misalnya, nada do rendah tentu saja berbeda dengan nada re, mi, fa, sol, la, si, do. Pendengaran anak jadi terlatih untuk mendengarkan nada-nada yang berbeda dari setiap bunyi not nada yang dikeluarkan.


Usahakan menggunakan alat musik yang sekiranya sudah dikuasai oleh guru.Ada baiknya berlatih menghapal not-not angka dengan mempraktikan lagu-lagu sederhana untuk kemudian diterapkan untuk melatih anak bernyanyi dengan ketepatan nada. lakukan dengan rutin setiap kali menemukan kesempatan yang pas dan sesuai dengan mood anak.


3. Jenis Wilayah Suara


Guru Taman Kanak-Kanak perlu mengetahui wilayah suara dari anak usia dini. Wilayah suara anak usia TK biasanya berada di rentang nada rendah misalnya dari nada "e" sampai nada "d".


Warna suara anak biasanya ringan dan tipis, jika diibaratkan seperti suara suling. Hal ini menunjukkan bahwa pilihlah lagu yang mudah diikuti bagi semua anak. Jangan memberikan lagu yang terlalu rendah atau tinggi pada anak, karena akan menyebabkan anak merasa putus asa karena kesulitan dan malah tidak mau bernyanyi.

Adapun kualitas suara anak dilatar belakangi oleh beberapa faktor. Jika seorang anak biasa dilatih untuk bernyanyi di dalam keluarganya maka suaranya mudah terbentuk, karena seringnya mendengar nada serta nyanyian yang diperdengarkan.

Anak tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kemauan kita orang dewasa, begitu juga dalam hal bernyanyi. Anak terkadang marah jika dipaksa, nah, untuk menghindarai hal ini, teman-teman bisa mencobanya dengan cara memperdengarkan lagu-lagu yang sedang digandrungi saat ini untuk menarik minat dan perhatian anak serta membangun mood bahagia serta nyaman pada anak.

Meski lagu yang diperdengarkan tidak sesuai dengan perkembangan anak, asal masih di bawah bimbingan orang tua dan guru, hal tersebut sah-sah saja dilakukan. Boleh dicoba, yaa, tipsnya. Apakah berhasil? bisa ditulis dikolom koment, ya!!

4. Pemilihan Lagu


Pemilihan lagu yang tepat untuk anak menjadi pertimbangan yang utama demi membantu anak mengembangkan dirinya. Lagu anak-anak tentu saja berbeda dengan lagu orang dewasa. Beberapa karakteristik lagu anak, diantaranya, yaitu:


  • Memiliki keutuhan dan kelengkapan sehingga menjadi sebuah lagu yang enak didengar.
  • Memiliki pola melodi yang sederhana, sehingga anak-anak bisa dengan mudah mengingat irama dan syairnya dengan mudah.
  • Wilayah nada yang digunakan disesuaikan dengan suara anak.
  • Memiliki pola ritme yang menarik tapi tidak sulit untuk diikuti.
  • Isi dari lagu tidak melulu hal yang mengandung nilai kebaikan, tapi juga bisa berisi tentang dongeng zaman dahulu yang bersifat lucu serta jenaka. Tema-tema yang variatif menambah pengalaman anak dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal dari aspek perkembangan yang dimilikinya. Biasanya anak-anak menyukai lagu yang temanya berkaitan dengan dirinya, seperti mobilku, mainanku, kucing kesayanganku dan ainnya.

Nah, pengetahuan kita tentang bagaimana memberikan pembelajaran bernyanyi pada anak tentunya sudah semakin kaya dan bertambah, dong. Mengajarkan anak bernyanyi bisa dilakukan sambil bermain dan harus menyenangkan.


Perlu diingat  beberapa hal yang harus teman-teman lakukan ketika mengajarkan anak bernyanyi diantarnya, yaitu bisa dengan cara menunjukkan titi nada kepada anak dengan cara sering bernyanyi di hadapannya, selain itu juga mulailah dengan lagu-lagu sederhana.


Bernyanyi sambil bermain dengan cara mencocokkan nada, memberikan hadiah di sela belajar bernyanyi juga bisa menjadi pemacu anak untuk giat bernyanyi dengan ketepatan nada. Gunakan lagu yang bersahutan antara anda dengan anak, atau antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.


O, iya, meminta anak menciptakan lagu juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk membangkitkan semangat anak dalam berlajar bernyanyi. Gimana? Sudah siap menghadapi aneka respon dari anak ketika diajak bernyanyi? Jika ada kendala, yuk, kita berbagi, bisa dituliskan di kolomkomen yaa. Salam pengasuhaan...!!







Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Pernah mendengar istilah ini? Istilah yang sudah sangat lazim di kalangan masyarakat ini biasanya disandarkan pada keadaan yang dianggap agak menyimpang pada kalangan manusia dewasa dan usia lanjut. 


sikap keagamaan pada orang dewasa


Istilah yang dimaksud pada ungkapan tua-tua keladi makin tua makin menjadi, biasanya menggambarkan personalyang makin bertambah umur bukannya berpikir pada hal yang yang akan membawa kebaikan bagi akhiratnya, tapi malah selalu dan masih disibukkan pada hal-hal kesenangan dunia.

Faktor Penyebab Sikap Keagamaan Belum Matang pada Orang Dewasa


Idealnya, manusia yang sudah memasuki masa dewasa bahkan jika sudah lanjut usia, makin larut dalam kehidupan beragama. Dengan berakhirnya masa remaja, maka seyogyanya juga berakhir masa kegoncangan jiwa yang biasanya menyertai masa remaja. Masa dewasa adalah masa kematangan dalam sisi psikologis, ekonomi dan kondisi sosialnya.

Hal ini mengandung arti, orang yang sudah beranjak dewasa semestinya sudah melewati masa kegoncangan dan beralih pada masa tentram dan tenang. Meski pada kenyataannya banyak juga orang yang sudah dewasa bahkan lanjut usia masih dalam keadaan jiwa yang goncang. 

Hal ini menunjukkan bahwa jiwa anak-anaknya masih melekat dalam kedewasaan fisik seseorang. Ada beberapa hal yang memacu, kenapa orang dewasa masih belum matang jiwa keagamaannya, faktor yang menjadi pemicunya antara lain:

  1. Pembiasaan menanamkan perilaku keagamaan pada masa anak-anak di dalam keluarga ada atau tidak.
  2. Apakah sejak masa kanak-kanak dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan keagamaan, seperti terbiasa diperintah untuk melaksanakan salat, puasa, berbuat baik kepada sesasama, kepada orang tua, dan juga lingkungannya. 
  3. Apakah keluarga memberikan tanggung jawab pada anak untuk melakukan kesadaran untuk melakukan kewajibannya yang berkaitan dengan agama, seperti salat, puasa, berbuat baik, berkata santun dan lain sebagainya. 
  4. Latar belakang keharmonisan dalam rumah tangga juga mempengaruhi kematangan beragama dalam jiwa seseorang.  Kuat lemahnya persoalan yang dihadapi juga menjadi faktor penyebab kematangan jiwa keagamaan.

Apabila faktor di atas tidak pernah dibiasakan pada anak-anak, kemungkinan ketika dewasa seorang individu akan jauh juga dari pemahaman agama, meski peacock merumuskan bahwa kehidupan agama seseorang akanmulai matang di usia lanjut, meski tidak mendapatkan pemahaman dan pembiasaan agama dari sejak kecil.

Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Orang Dewasa


Masyarakat dan lingkungan mengharapkan bahwa orang yang telah dewasa baik secara fisik maupun  tingkat pemikirannya, lebih memiliki sikap keberagamaan yang lebih matang, mampu menjadi contoh bagi orang-orang yang lebih muda di sekitarnya.

pada orang dewasa sikap keberagamaan sudah ajeg, agak sulit untuk membuat goyah sikap keberagamaan pada orang dewasa. Jikapun berubah, pasti telah melewati pemikiran yang matang, terlepas dari salah atau tidak keputusan yang diambil.

Bagaimana ciri-ciri Sikap Keberagamaan pada orang dewasa? Bisa kita lihat pada poin-poin berikut:
  1. Orang yang telah dewasa memiliki sikap keagamaan berdasarkan pada pemikiran yang matang, tidak hanya sekedar mengekor atau mengikuti tanpa paham alasan yang menyertainya.
  2. Apa yang didapatkan dari yang dia pelajari dalam masalah agama berusaha sebisa mungkin untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga akhlaq perilakunya diwarnai oleh kaidah agama.
  3. Terus berusaha meningkatkan pengetahuan agama yang dianutnya, menambah wawasan agar dia tidak salah tafsir terhadap hukum dan aturan dalam agama. Mengutamakan pemikiran positif terhadap kaidah agama yang baru diketahuinya, ketimbang berpikir negatif dan ujung-ujungnya cenderung menyalahkan hukum dan aturan agama.
  4. Jika menjalankan suatu hukum yang didasari oleh hukum agama, maka dilakukan dengan menggali pemahaman terlebih dahulu secara luas, karena yakin apa yang dia lakukan merupakan hal yang harus dia pertanggungjawabkan. Sikap keberagamaan harus diterapkan dalam gaya hidup.
  5. Mengedepankan berpikir kritis positif terhadap ajaran agama yang diterima. Tidak menerima mentah-mentah tanpa meneliti kebenarannya.
  6. Berusaha untuk terus meluaskan wawasan cara berpikir.
  7. Tipe kepribadian dari seseorang biasanya akan nampak pada bagaimana cara seseorang menjalankan agamanya. Seorang penyabar biasanya akan lebih  banyak menerima ajaran-ajaran agama dengan penuh kesabaran, sedangkan kepribadian yang temperamen akan berpengaruh juga pada cara dia memahami agama.
  8. Keterkaitan dengan urusan sosial kemasyarakatan makin terlihat. Sehingga biasanya orang yang telah dewasa banyak terlibat dalam organisasi-organisasi keagamaan.
  9. Terbuka dengan segala perbedaan yang ada, tidak mudah menghukumi dan menganggap salah orang yang selain dari golongannya.

6 Indikator Kondisi Keagamaan yang Matang pada Seseorang 


Gordon William Allport terdiferensiasi dengan baik, dinamis, konsisten, komprehensive, integral, heuristik.

Terdiferensiasi dengan Baik


Terdiferensiasi artinya setiap personal mampu menerima dan menghayati agamanya dengan cara kritis, baik dari sisi psikologi, emosional, sosial dan spiritual. Rasionya lebih dominan dibanding sisi lain dari kejiwaannya. Nalarnya lebih dikedepankan dibanding urusan hati dan perasaan.

Dinamis


Nilai-nilai agama dapat mengontrol kegiatan aktivitas seseorang. Hidupnya dan kehidupannya untuk dirinya sendiri. Segala sesuatu yang dia lakukan dalam permasalahan agama bukan lagi memandang keuntungan untuk dirinya semata, tapi lebih menitikberatkan pada keuntungan agama.

Beda dengan pribadi egosentris, yang memandang semua sudut pandang kehidupan berdasar pada kepentingan dan keuntungan pribadi semata.

Konsisten


Konsisten memiliki arti bahwa perilaku keagamaan pada diri seseorang sudah berjalan secara konsisten atau tetap dan terus menerus. Hal ini menujukkan bahwa adanya keselarasan dalam cara berpikir, hati dan juga keinginan untuk mengamalkan ajaran agama. Tingkah laku seseorang sudah selaras dengan nilai agama yang dianut.


Komprehensif


Agama menjadi filosofi hidupya. Segala sesuatu yang terjadi di atas dunia ini dan yang menimpa seluruh hambanya merupakan ketentuan dari Tuhan Rabbul izzati.

Segala sesuatu di dunia ini adalah berdasarkan pada agama.Semua dikembalikan pada Tuhannya. Muncul penerimaan bahwa keyakinan tidak selamanya kembali pada apa yang dia yakini. Menerima perbedaan-perbedaan yang ada.

Integral


Orang yang sudah matang keagamaannya biasanya berpikir secara integral. Tidak ada perbedaan antara ilmu dan agama. Ilmu dan agama itu adalah sesuatu yang terhubung, sejatinya satu dan tidak terpisah, makanya tidak memerlukan disatukan.

Heuristik


Setiap orang yang agamanya telah matang selalu membutuhkan pengetahuan agama yang lebih tinggi lagi. Orang yang telah dewasa dan matang agamanya maka akan terus membutuhkan siraman rohani dan tidak pernah merasa cukup.

Orang yang matang jiwa keagamaannya percaya bahwa ilmunya Allah sangat luas. Perlu baginya untuk terus meluaskan wawasan dan pandangan serta materi-materi yang terkait dengan agama. Proses perkembangan keagamaan tidak pernah sempurna dan kumplit, tapi akan terus merasa kehausan dan butuh ditambah serta ditingkatkan.

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Ada beberapa tingkatan pembagian usia dewasa yang mempengaruhi sikap keberagamaan pada setiap individu. Perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Genetik tidak terlalu memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan keagamaan seseorang. Intensitas keagamaan seseorang dipengaruhi oleh meningkatnya kematangan umur. 

Pembagian usia dewasa menurut Elizabeth. B. Hurlock membagi usia dewasa pada tiga kelompok, yaitu masa dewasa awal atau masa dewasa dini yang berada pada rentang usia 18 sampai dengan 40 tahun. Masa usia dewasa madya, yaitu ada pada rentang usia 40 tahun sampai dengan 60 tahun, dan terakhir adalah masa usia lanjuta yaitu ada pada rentang usia di atas 60 tahun. 

Mari kita ulas penjelasan Hurlock tentang pembagian masa dewasa melalui penjelasan di bawah ini: 

Masa Dewasa Awal


Masa dewasa awal dimulai dari usia 18 tahun sampai 40 tahun. Di usia ini manusia sedang gencar membentuk keluarga, membangun keluarganya menuju kehidupan yang lebih mapan. Semakin matang jiwa seseorang semakin tinggi intensitas keinginan untuk mendekat pada agama.

Masa dewasa awal dikenal juga sebagai masa pengaturan, masa ketegangan emosi, masa komitmen, masa keteraturan sosial, masa keterasingan. Pada masa ini sikap keberagamaan seseorang sangat dipengaruhi oleh bentukan lingkungan tempat tinggalnya, dibanding faktor gen.

Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Colorado pada sepasang anak kembar, dari kecil hingga dewasa. Perkembangan mereka lebih dominan dari hasil bentukan lingkungan tempat tinggal, dibanding faktor genetik yang diturunkan dari orang tuanya. 

Masa Dewasa Madya


Masa dewasa madya  dimulai dari usia 40-60 tahun. Pada masa ini biasanya sebagian besar orang sudah mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Kedudukan, pangkat, kekayaan, kesejahteraan hidup biasanya diperoleh pada usia dewasa madya.

Ada 9 karakteristik yang menyertai masa dewasa madya, diantaranya:

Masa menakutkan.


Mulai dialnda rasa takut, karena dengan bertambahnya usia diiringi dengan berkurangnya atau kemunduran pada keadaan mental dan fisik. Terjadi ketakutan yang sangat mendalam pada jiwa seseorang karena kurangnya kekuatan fisik dan juga pikiran di usia ini. 

Perasaan takut dibuang dari lingkungan, dibuang oleh anak, karena kebiasaan pada masyarakat modern orang-orang yang sudah tua terbiasa dikirimkan ke panti jompo. Anak tidak  dibiasakan dan ditanamkan pemahaman tentang konsep birrul walidain, atau berbuat baik pada kedua orang tua.

Masa Transisi


Di masa ini biasanya seseorang akan dipandang menjadi manusia dewasa yang patut dituakan, atau dipandang sebagai kasepuhan di lingkungannya. Di usia ini sudah tidak lagi dipandang sebagai orang dewasa muda tapi dewasa tua.

Masa Stress


Stress di masa ini diadakan karena somatik atau kejiwaan karena kondisi fisik dan pikiran yang sudah menurun, jasmani yang sudah menua. Bisa juga disebabkan oleh kebosanan perkawinan, stress dalam masalah ekonomi karena beban ekonomi keluarga yang semakin berat.


Masa Usia Berbahaya 


Usia berbahaya. Umumnya para pria mencari kompensasi terhadap kebosanan hidupnya dengan pasangan. Pria ingin terus merasa muda. Seringkali mencari pelarian terhadap hal-hal yang bisa membuatnya merasa bergairah dan muncul kepercayaan diri. Begitupun dengan kaum wanita, mulai mengalami monospause.

Masa Canggung


Merasa berada pada generasi pemuda yang berontak dan berada pada masa usia yang harus memimpin dan dituakan, karena usia yang sudah mulai lanjut.


Masa Berprestasi


Orang dewasa madya yang berusaha keras di usia mudanya akan mencapai puncak karir kesuksesan di masa ini. Kematangan usia di masa ini, membuat pengalaman berkarir seseorang semakin matang.

Masa Evaluasi


Di masa ini seseorang biasanya mulai berpikir secara mendalam tentang apa yang sudah dia perbuat dalam masa mudanya, dan ada apa dengan hasilnya, apakah ke arah positif atau malah sebaliknya ke arah kemunduran.

Dan pada akhirnya setalah melakukan evaluasi pada masa uisa dewasa madya, orang banyak beralih pada kehidupan yang lebih tenang dan cenderung beralih lebih memikirkan pada permasalahan akhirat.

Masa Sepi


Orang dewasa madya biasanya sudah berpisah dari orang tuanya, maka kejenuhan biasanya menghinggapi orang-orang pada jenjang usia madya. Jenjang usia matang yang sudah mulai merasa ditinggalkan, baik oleh anak-anaknya yang sudah memiliki rumah tangga sendiri atau juga oleh orang tuanya yang sudah meninggalkan dirinya.

Masa Jenuh


Semua orang sedang mengalami kejenuhan di masa ini. Baik dengan pekerjaannya maupun hal yang biasa dia lakukan sehari-hari.

Pada umumnya pada masa dewasa madya kesadaran beragama makin terus meningkat, karena banyak faktor, diantaraya karena banyaknya waktu luang, jadi waktu yang tersedia dijadikan sebagai ajang berkumpul untuk mencari ilmu dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki pemahaman agama yang dalam, demi menambah pengetahuan tentang agama. Pada usia ini gejolak kehidupan seksual pun sudah mulai menurun.

Alasan lainnya adalah, umur yang mendekati kematian menjadikan orang di usia dewasa lebih memikirkan pada kepentingan ukhrowi dibanding kepentingan duniawi. Biasanya kepercayaan yang ditanamkan pada kaidah agama bahwa kehidupan hakiki adalah kehidupan akhirat.

Untuk itu individu di usia ini semakin bertekad untuk mengumpulkan bekal yang akan dibawa untuk persiapan kehidupan setelah kematian alias kehidupan yang kekal abadi.

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Usia Lanjut


Menurut para ahli psikolog, usia lanjut terbagi menjadi dua, yaitu usia lanjut dini dengan rentang usia di kisaran antara usia 60 sampai 70 tahun dan usia lanjut usia 70 tahun ke atas, dan memiliki karakteristik tersendiri.

Pada usia lanjut terjadi perubahan psikis dan fisik. Penambahan usia pun berpengaruh pada penyesuaian diri. Bisa berjalan lebih buruk tetapi bisa juga lebih baik. Biasanya penyesuaian diri di usia ini bisa berjalan buruk jika pada perjalanan kehidupannya di masa muda tidak diisi dengan hal-hal positif yang bisa menguatkan pemahaman serta pengamalan agamanya.

Kesadaran agama biasanya dirawat dari sejak muda. Semakin bertambah usia semakin mantap, meski kadang bertentangan. Banyak faktor yang menjadi pemicunya, salah satu diantaranya, keragaman agama waktu kecil dan bagaimana penerapannya dilakukan di masyarakat.

Pergaulan juga sangat mempengaruhi, untuk itu pilihlah lingkungan dan teman yang baik, agar bisa memberikan dampai positif bagi perkembangan keagamaan kita dari sejak dini, karena hal ini memberikan dampak yang signifikann pada perkembangan keagamaan di usia lanjut, karena manusia merupakan makhluk yang butuh terhadap agama.

Diharapkan dengan makin bertambah usia melalui seleksi pergaulan yang kita lakukan sejak muda akan memberikan dampak menguntungkan pada khidupan tua kita, sehingga kita akan tumbuh menjadi manusia yang semakin tua semakin berguna bagaikan kelapa, makin tua makin banyak memberikan dampak dan manfaat.

Jangan sampai kita tumbuh sebagai orang tua yang memiliki sifat makin tua makin manjadi, atau tua-tua keladi.  Untuk itu Jaga agama kita dari sejak muda, agar perkembangan jiwa keagamaan kita ketika dewasa sampai usia lanjut bisa berjalan sesuai dengan norma agama dan kita menjadi orang yang beruntung serta bahagia. Aamiin.




Referensi


Jalaluddin. PsikologiAgama (Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Psikologi Belajar PAUD. Suyadi. Yogjakarta: Pedagogia, 2010.
Suharjo. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.


Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger