Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Selasa, 21 Maret 2023
Tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Pernah mendengar istilah ini? Istilah yang sudah sangat lazim di kalangan masyarakat ini biasanya disandarkan pada keadaan yang dianggap agak menyimpang pada kalangan manusia dewasa dan usia lanjut. 


sikap keagamaan pada orang dewasa


Istilah yang dimaksud pada ungkapan tua-tua keladi makin tua makin menjadi, biasanya menggambarkan personalyang makin bertambah umur bukannya berpikir pada hal yang yang akan membawa kebaikan bagi akhiratnya, tapi malah selalu dan masih disibukkan pada hal-hal kesenangan dunia.

Faktor Penyebab Sikap Keagamaan Belum Matang pada Orang Dewasa


Idealnya, manusia yang sudah memasuki masa dewasa bahkan jika sudah lanjut usia, makin larut dalam kehidupan beragama. Dengan berakhirnya masa remaja, maka seyogyanya juga berakhir masa kegoncangan jiwa yang biasanya menyertai masa remaja. Masa dewasa adalah masa kematangan dalam sisi psikologis, ekonomi dan kondisi sosialnya.

Hal ini mengandung arti, orang yang sudah beranjak dewasa semestinya sudah melewati masa kegoncangan dan beralih pada masa tentram dan tenang. Meski pada kenyataannya banyak juga orang yang sudah dewasa bahkan lanjut usia masih dalam keadaan jiwa yang goncang. 

Hal ini menunjukkan bahwa jiwa anak-anaknya masih melekat dalam kedewasaan fisik seseorang. Ada beberapa hal yang memacu, kenapa orang dewasa masih belum matang jiwa keagamaannya, faktor yang menjadi pemicunya antara lain:

  1. Pembiasaan menanamkan perilaku keagamaan pada masa anak-anak di dalam keluarga ada atau tidak.
  2. Apakah sejak masa kanak-kanak dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan keagamaan, seperti terbiasa diperintah untuk melaksanakan salat, puasa, berbuat baik kepada sesasama, kepada orang tua, dan juga lingkungannya. 
  3. Apakah keluarga memberikan tanggung jawab pada anak untuk melakukan kesadaran untuk melakukan kewajibannya yang berkaitan dengan agama, seperti salat, puasa, berbuat baik, berkata santun dan lain sebagainya. 
  4. Latar belakang keharmonisan dalam rumah tangga juga mempengaruhi kematangan beragama dalam jiwa seseorang.  Kuat lemahnya persoalan yang dihadapi juga menjadi faktor penyebab kematangan jiwa keagamaan.

Apabila faktor di atas tidak pernah dibiasakan pada anak-anak, kemungkinan ketika dewasa seorang individu akan jauh juga dari pemahaman agama, meski peacock merumuskan bahwa kehidupan agama seseorang akanmulai matang di usia lanjut, meski tidak mendapatkan pemahaman dan pembiasaan agama dari sejak kecil.

Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Orang Dewasa


Masyarakat dan lingkungan mengharapkan bahwa orang yang telah dewasa baik secara fisik maupun  tingkat pemikirannya, lebih memiliki sikap keberagamaan yang lebih matang, mampu menjadi contoh bagi orang-orang yang lebih muda di sekitarnya.

pada orang dewasa sikap keberagamaan sudah ajeg, agak sulit untuk membuat goyah sikap keberagamaan pada orang dewasa. Jikapun berubah, pasti telah melewati pemikiran yang matang, terlepas dari salah atau tidak keputusan yang diambil.

Bagaimana ciri-ciri Sikap Keberagamaan pada orang dewasa? Bisa kita lihat pada poin-poin berikut:
  1. Orang yang telah dewasa memiliki sikap keagamaan berdasarkan pada pemikiran yang matang, tidak hanya sekedar mengekor atau mengikuti tanpa paham alasan yang menyertainya.
  2. Apa yang didapatkan dari yang dia pelajari dalam masalah agama berusaha sebisa mungkin untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga akhlaq perilakunya diwarnai oleh kaidah agama.
  3. Terus berusaha meningkatkan pengetahuan agama yang dianutnya, menambah wawasan agar dia tidak salah tafsir terhadap hukum dan aturan dalam agama. Mengutamakan pemikiran positif terhadap kaidah agama yang baru diketahuinya, ketimbang berpikir negatif dan ujung-ujungnya cenderung menyalahkan hukum dan aturan agama.
  4. Jika menjalankan suatu hukum yang didasari oleh hukum agama, maka dilakukan dengan menggali pemahaman terlebih dahulu secara luas, karena yakin apa yang dia lakukan merupakan hal yang harus dia pertanggungjawabkan. Sikap keberagamaan harus diterapkan dalam gaya hidup.
  5. Mengedepankan berpikir kritis positif terhadap ajaran agama yang diterima. Tidak menerima mentah-mentah tanpa meneliti kebenarannya.
  6. Berusaha untuk terus meluaskan wawasan cara berpikir.
  7. Tipe kepribadian dari seseorang biasanya akan nampak pada bagaimana cara seseorang menjalankan agamanya. Seorang penyabar biasanya akan lebih  banyak menerima ajaran-ajaran agama dengan penuh kesabaran, sedangkan kepribadian yang temperamen akan berpengaruh juga pada cara dia memahami agama.
  8. Keterkaitan dengan urusan sosial kemasyarakatan makin terlihat. Sehingga biasanya orang yang telah dewasa banyak terlibat dalam organisasi-organisasi keagamaan.
  9. Terbuka dengan segala perbedaan yang ada, tidak mudah menghukumi dan menganggap salah orang yang selain dari golongannya.

6 Indikator Kondisi Keagamaan yang Matang pada Seseorang 


Gordon William Allport terdiferensiasi dengan baik, dinamis, konsisten, komprehensive, integral, heuristik.

Terdiferensiasi dengan Baik


Terdiferensiasi artinya setiap personal mampu menerima dan menghayati agamanya dengan cara kritis, baik dari sisi psikologi, emosional, sosial dan spiritual. Rasionya lebih dominan dibanding sisi lain dari kejiwaannya. Nalarnya lebih dikedepankan dibanding urusan hati dan perasaan.

Dinamis


Nilai-nilai agama dapat mengontrol kegiatan aktivitas seseorang. Hidupnya dan kehidupannya untuk dirinya sendiri. Segala sesuatu yang dia lakukan dalam permasalahan agama bukan lagi memandang keuntungan untuk dirinya semata, tapi lebih menitikberatkan pada keuntungan agama.

Beda dengan pribadi egosentris, yang memandang semua sudut pandang kehidupan berdasar pada kepentingan dan keuntungan pribadi semata.

Konsisten


Konsisten memiliki arti bahwa perilaku keagamaan pada diri seseorang sudah berjalan secara konsisten atau tetap dan terus menerus. Hal ini menujukkan bahwa adanya keselarasan dalam cara berpikir, hati dan juga keinginan untuk mengamalkan ajaran agama. Tingkah laku seseorang sudah selaras dengan nilai agama yang dianut.


Komprehensif


Agama menjadi filosofi hidupya. Segala sesuatu yang terjadi di atas dunia ini dan yang menimpa seluruh hambanya merupakan ketentuan dari Tuhan Rabbul izzati.

Segala sesuatu di dunia ini adalah berdasarkan pada agama.Semua dikembalikan pada Tuhannya. Muncul penerimaan bahwa keyakinan tidak selamanya kembali pada apa yang dia yakini. Menerima perbedaan-perbedaan yang ada.

Integral


Orang yang sudah matang keagamaannya biasanya berpikir secara integral. Tidak ada perbedaan antara ilmu dan agama. Ilmu dan agama itu adalah sesuatu yang terhubung, sejatinya satu dan tidak terpisah, makanya tidak memerlukan disatukan.

Heuristik


Setiap orang yang agamanya telah matang selalu membutuhkan pengetahuan agama yang lebih tinggi lagi. Orang yang telah dewasa dan matang agamanya maka akan terus membutuhkan siraman rohani dan tidak pernah merasa cukup.

Orang yang matang jiwa keagamaannya percaya bahwa ilmunya Allah sangat luas. Perlu baginya untuk terus meluaskan wawasan dan pandangan serta materi-materi yang terkait dengan agama. Proses perkembangan keagamaan tidak pernah sempurna dan kumplit, tapi akan terus merasa kehausan dan butuh ditambah serta ditingkatkan.

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

Ada beberapa tingkatan pembagian usia dewasa yang mempengaruhi sikap keberagamaan pada setiap individu. Perkembangan jiwa keagamaan pada orang dewasa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Genetik tidak terlalu memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan keagamaan seseorang. Intensitas keagamaan seseorang dipengaruhi oleh meningkatnya kematangan umur. 

Pembagian usia dewasa menurut Elizabeth. B. Hurlock membagi usia dewasa pada tiga kelompok, yaitu masa dewasa awal atau masa dewasa dini yang berada pada rentang usia 18 sampai dengan 40 tahun. Masa usia dewasa madya, yaitu ada pada rentang usia 40 tahun sampai dengan 60 tahun, dan terakhir adalah masa usia lanjuta yaitu ada pada rentang usia di atas 60 tahun. 

Mari kita ulas penjelasan Hurlock tentang pembagian masa dewasa melalui penjelasan di bawah ini: 

Masa Dewasa Awal


Masa dewasa awal dimulai dari usia 18 tahun sampai 40 tahun. Di usia ini manusia sedang gencar membentuk keluarga, membangun keluarganya menuju kehidupan yang lebih mapan. Semakin matang jiwa seseorang semakin tinggi intensitas keinginan untuk mendekat pada agama.

Masa dewasa awal dikenal juga sebagai masa pengaturan, masa ketegangan emosi, masa komitmen, masa keteraturan sosial, masa keterasingan. Pada masa ini sikap keberagamaan seseorang sangat dipengaruhi oleh bentukan lingkungan tempat tinggalnya, dibanding faktor gen.

Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Colorado pada sepasang anak kembar, dari kecil hingga dewasa. Perkembangan mereka lebih dominan dari hasil bentukan lingkungan tempat tinggal, dibanding faktor genetik yang diturunkan dari orang tuanya. 

Masa Dewasa Madya


Masa dewasa madya  dimulai dari usia 40-60 tahun. Pada masa ini biasanya sebagian besar orang sudah mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Kedudukan, pangkat, kekayaan, kesejahteraan hidup biasanya diperoleh pada usia dewasa madya.

Ada 9 karakteristik yang menyertai masa dewasa madya, diantaranya:

Masa menakutkan.


Mulai dialnda rasa takut, karena dengan bertambahnya usia diiringi dengan berkurangnya atau kemunduran pada keadaan mental dan fisik. Terjadi ketakutan yang sangat mendalam pada jiwa seseorang karena kurangnya kekuatan fisik dan juga pikiran di usia ini. 

Perasaan takut dibuang dari lingkungan, dibuang oleh anak, karena kebiasaan pada masyarakat modern orang-orang yang sudah tua terbiasa dikirimkan ke panti jompo. Anak tidak  dibiasakan dan ditanamkan pemahaman tentang konsep birrul walidain, atau berbuat baik pada kedua orang tua.

Masa Transisi


Di masa ini biasanya seseorang akan dipandang menjadi manusia dewasa yang patut dituakan, atau dipandang sebagai kasepuhan di lingkungannya. Di usia ini sudah tidak lagi dipandang sebagai orang dewasa muda tapi dewasa tua.

Masa Stress


Stress di masa ini diadakan karena somatik atau kejiwaan karena kondisi fisik dan pikiran yang sudah menurun, jasmani yang sudah menua. Bisa juga disebabkan oleh kebosanan perkawinan, stress dalam masalah ekonomi karena beban ekonomi keluarga yang semakin berat.


Masa Usia Berbahaya 


Usia berbahaya. Umumnya para pria mencari kompensasi terhadap kebosanan hidupnya dengan pasangan. Pria ingin terus merasa muda. Seringkali mencari pelarian terhadap hal-hal yang bisa membuatnya merasa bergairah dan muncul kepercayaan diri. Begitupun dengan kaum wanita, mulai mengalami monospause.

Masa Canggung


Merasa berada pada generasi pemuda yang berontak dan berada pada masa usia yang harus memimpin dan dituakan, karena usia yang sudah mulai lanjut.


Masa Berprestasi


Orang dewasa madya yang berusaha keras di usia mudanya akan mencapai puncak karir kesuksesan di masa ini. Kematangan usia di masa ini, membuat pengalaman berkarir seseorang semakin matang.

Masa Evaluasi


Di masa ini seseorang biasanya mulai berpikir secara mendalam tentang apa yang sudah dia perbuat dalam masa mudanya, dan ada apa dengan hasilnya, apakah ke arah positif atau malah sebaliknya ke arah kemunduran.

Dan pada akhirnya setalah melakukan evaluasi pada masa uisa dewasa madya, orang banyak beralih pada kehidupan yang lebih tenang dan cenderung beralih lebih memikirkan pada permasalahan akhirat.

Masa Sepi


Orang dewasa madya biasanya sudah berpisah dari orang tuanya, maka kejenuhan biasanya menghinggapi orang-orang pada jenjang usia madya. Jenjang usia matang yang sudah mulai merasa ditinggalkan, baik oleh anak-anaknya yang sudah memiliki rumah tangga sendiri atau juga oleh orang tuanya yang sudah meninggalkan dirinya.

Masa Jenuh


Semua orang sedang mengalami kejenuhan di masa ini. Baik dengan pekerjaannya maupun hal yang biasa dia lakukan sehari-hari.

Pada umumnya pada masa dewasa madya kesadaran beragama makin terus meningkat, karena banyak faktor, diantaraya karena banyaknya waktu luang, jadi waktu yang tersedia dijadikan sebagai ajang berkumpul untuk mencari ilmu dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki pemahaman agama yang dalam, demi menambah pengetahuan tentang agama. Pada usia ini gejolak kehidupan seksual pun sudah mulai menurun.

Alasan lainnya adalah, umur yang mendekati kematian menjadikan orang di usia dewasa lebih memikirkan pada kepentingan ukhrowi dibanding kepentingan duniawi. Biasanya kepercayaan yang ditanamkan pada kaidah agama bahwa kehidupan hakiki adalah kehidupan akhirat.

Untuk itu individu di usia ini semakin bertekad untuk mengumpulkan bekal yang akan dibawa untuk persiapan kehidupan setelah kematian alias kehidupan yang kekal abadi.

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Usia Lanjut


Menurut para ahli psikolog, usia lanjut terbagi menjadi dua, yaitu usia lanjut dini dengan rentang usia di kisaran antara usia 60 sampai 70 tahun dan usia lanjut usia 70 tahun ke atas, dan memiliki karakteristik tersendiri.

Pada usia lanjut terjadi perubahan psikis dan fisik. Penambahan usia pun berpengaruh pada penyesuaian diri. Bisa berjalan lebih buruk tetapi bisa juga lebih baik. Biasanya penyesuaian diri di usia ini bisa berjalan buruk jika pada perjalanan kehidupannya di masa muda tidak diisi dengan hal-hal positif yang bisa menguatkan pemahaman serta pengamalan agamanya.

Kesadaran agama biasanya dirawat dari sejak muda. Semakin bertambah usia semakin mantap, meski kadang bertentangan. Banyak faktor yang menjadi pemicunya, salah satu diantaranya, keragaman agama waktu kecil dan bagaimana penerapannya dilakukan di masyarakat.

Pergaulan juga sangat mempengaruhi, untuk itu pilihlah lingkungan dan teman yang baik, agar bisa memberikan dampai positif bagi perkembangan keagamaan kita dari sejak dini, karena hal ini memberikan dampak yang signifikann pada perkembangan keagamaan di usia lanjut, karena manusia merupakan makhluk yang butuh terhadap agama.

Diharapkan dengan makin bertambah usia melalui seleksi pergaulan yang kita lakukan sejak muda akan memberikan dampak menguntungkan pada khidupan tua kita, sehingga kita akan tumbuh menjadi manusia yang semakin tua semakin berguna bagaikan kelapa, makin tua makin banyak memberikan dampak dan manfaat.

Jangan sampai kita tumbuh sebagai orang tua yang memiliki sifat makin tua makin manjadi, atau tua-tua keladi.  Untuk itu Jaga agama kita dari sejak muda, agar perkembangan jiwa keagamaan kita ketika dewasa sampai usia lanjut bisa berjalan sesuai dengan norma agama dan kita menjadi orang yang beruntung serta bahagia. Aamiin.




Referensi


Jalaluddin. PsikologiAgama (Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
Psikologi Belajar PAUD. Suyadi. Yogjakarta: Pedagogia, 2010.
Suharjo. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.


13 komentar on "Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut"
  1. umurku juga beranjak senja.
    semoga Allah mudahkan dan mampukan aku utk jadi lansia yg baik hati dan beragama dgn ok

    BalasHapus
  2. Masya Allah nasehat terbaik buat saya yang makin berumur ini. Sungguh perkembangan agama kita di masa lansia harus meningkat

    BalasHapus
  3. Pada masa usia berbahaya banyak yang belum saling memahami nih sepertinya. Jadi sering timbul permasalahan karena kesalahpahaman. Tapi kalau udah tahu masa apa saja yg akan dilewati, kita bisa siapkan antisipasi ya

    BalasHapus
  4. Semoga kita semua dimampukan untuk menjadi lansia yang beragama baik

    BalasHapus
  5. Baru tahu saya ada ilmu seperti ini
    Bikin saya ingin coba menguliknya lebih dalam mengenai psikologi agama

    BalasHapus
  6. Sungguh bekalku masih sangat sedikit untuk menempuh perjalanan panjang menuju akhirat, ngerasa banget bahwa ilmu agama itu sngat penting buat menjaga kita hidup dengan baik

    BalasHapus
  7. Baca tulisan ini tuh aku ngebayangin semua masanya mba, jadi senyum trus sedih dan senyum lagi. Panjang juga masa yang kita lewati dan akan kita lewati. Insya Allah, bisa dijalani dengan baik ya

    BalasHapus
  8. MasyaAllah Mbak, makasi paparannya ya. Saya baru paham dengan kategori-kategori usia dewasa ini. Jujur, hingga sekarang, saya yang menjelang usia dewasa madya ini merasa bahwa konsistensi itu memang perlu dilatih sejak dini. Memang gak salah kalau banyak orang bilang jika di usia 40 tahun belum berubah ke arah yang lebih baik, maka selanjutnya akan lebih berat. Sungguh sebuah pengingat yang bermanfaat.

    BalasHapus
  9. Ternyata sedetail itu ya perkembangan jiwa keberagamaan pada orang dewasa, dan setidaknya dipengaruhi juga dari saat ia remaja. Makasih penjelasannya mbak, detail sekali..

    BalasHapus
  10. Masya Allah aku membaca nya sambol refleksi diri.. ntar pas usia segitu kira2 aku ada di masa yang manakh? Kapan hari ikut workshop bahas usia 40 iru re-eksistensi .. mungkin karena udah di posisi puncak itu kali ya

    BalasHapus
  11. Ternyata ada penjelasan secara psikologi ya kenapa sampai ada istilah tua-tua keladi. Saya kira ya itu karena faktor watak aja

    BalasHapus
  12. Banyak juga ya fase saat usia kita menua. Semoga saja kita semua dimampukan untuk menjadi lansia yang semakin bijak dan taat kepada Allah

    BalasHapus
  13. Baca ini jadi refleksi diri, apakah aku termasuk orang dewasa yang masih lalai atau udah mulai belajar ke arah yang lebih baik? Meski usiaku belum lansia, masih under 30, tetep aja kalau inget agama kadang ngeri karena masa muda yang banyaknya main2 kadang mengabaikan agama. Semoga kita semua berasa dilindungan Allah, amin

    BalasHapus

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger