Banana Cake untuk Me Time Si Buah Hati Upaya Mengembangkan Sikap Sosial dan Emosional pada Anak

Minggu, 09 Januari 2022

Pada siang hari, di sebuah komplek perumahan, terlihat bocah cilik berlari menuju rumahnya. Candra Amin nama bocah cilik itu, berusia lima tahun lebih 5 bulan, dalam keadaan berseragam, bergegas langkahnya,  nampaknya dia baru saja pulang dari sekolah, yang memang masih terletak di komplek perumahan tempatnya tinggal. Setiba di depan pintu rumahnya, dia mengetuk dan mengucapkan salam dengan penuh semangat seperti ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting, pada bundanya. 

"Assalamualaikum, anybody home?" 

"Bund,... Bunda...bukain pintu, Bund!" 

Dari arah dapur muncul sosok wanita yang tak lain adalah bundanya, dengan suka cita menyambut kedatangan baby boy, yang kini dirasakannya sudah tumbuh menjadi seorang bocah lelaki yang mandiri dan sangat cerdas. Bertumbuh dan berkembang dengan sangat sesuai harapannya, dari hari ke hari, masyaallah tabarakallah, membuat hatinya sebagai seorang ibu merasa bangga dan bahagia. 

Baby boy nya ini seringkali membuat dirinya takjub akan celotehannya yang terkadang di luar dugaannya. Pemikiran dan celotehan Candra Amin putra bungsunya ini bisa membuat dirinya geleng-geleng kepala, karena tidak menyangka bisa terlontar dari bibir mungil seorang bocah cilik, putra kesayangan dan kebanggannya itu.

Kini  jagoan ciliknya itu tengah berdiri di depan rumahnya, melongok-longokkan kepalannya ke dalam rumah, melalui jendela dengan wajah tersenyum lebar.

"Eh... anak bunda sudah pulang sekolah. Kelihatannya, kok kaya yang bahagia banget! ada apa, nih?"

Candra Amin menghambur ke pelukan bundanya dan berkata seraya berbisik.

"Bund, kalo Adek minta sesuatu hari ini, kira-kira, Bunda mau, ga nurutin permintaan Adek?" Seraya mencium tangan bundanya.

"Permintaan apa, tuuuh?"

"Ya... mau aja, dunk, asal permintaannya masih bisa bunda kabulkan, why not?"

"Tadi Faiz bilang di sekolah, Bund, ajakin adek main bareng di taman komplek, boleh, Bund?"

"Boleh, dunk, biasanya Adek memang suka main sama Faiz di taman, kan?"

"Iya, sih, Bund, tapi yang ini beda, Faiz sama teman-teman yang lain juga, pinginnya sambil camping-campingan, gitu Bund. Gelar tikar, terus bawa makanan!"




Sembari merajuk pada bunda, Candra membayangkan keseruan kegiatan dengan temannya sore nanti, sambil berharap bundanya akan membuatkan banana cake, kue kesukaannya.

"Bunda mau, gak, bikinin Adek kue buat sore nanti?!" sedikit memelas, wajahnya menengadah, memandang bundanya."

"hm... bikin kue apa, ya? coba Bunda liat persediaan di dapur dulu, ya!"

Dalam benak seorang bunda, bisa mengabulkan permintaan anak adalah merupakan hal yang sangat membahagiakan dan melegakan hati. Apalagi hal yang diminta si kecil adalah hal yang wajar dan juga bermanfaat. Hal yang diminta Candra kali ini, dia pikir akan sangat bermanfaat bagi perkembangan sosial emosionalnya. Candra akan belajar bagaimana caranya mengendalikan emosi dan perannya dalam lingkungan pergaulannya. Anak yang sering bergaul akan terlatih untuk peka terhadap keadaan sekitarnya dan mampu merespon dengan baik keadaan di lingkungannya. Pendapat ini diperkuat oleh Ali Nugraha dalam bukunya metode pengembangan sosial emosional. 

Bunda dan candra menuju dapur, dan ternyata mereka melihat ada pisang yang sudah sangat matang. Si Adek terlihat sumringah, dan langsung berteriak.

"Ada pisang, Bund, kita bikin banana cake yuk!" spontan teriak loncat kegirangan ketika melihat pisang.

"Coba Bunda lihat bahan yang lainnya dulu, ya." Bunda menimpali

Bunda memeriksa locker tempat persediaan bahan makanan mentah, dan alhamdulillah menemukan semua apa yang dibutuhkan. Tepung gandum, butter, telur, gula, vanila, baking soda dan baking powderpun tersedia. akhirnya tanpa ragu bundapun menyetujui permintaan Si Adek.

"Okay, lets go, langsung kita ekseskusi, Dek, mumpung masih siang. nanti pas waktunya  Adek kumpul sama teman-teman, kuenya sudah matang, deh!"

"Lets go kita come on, Bund!" Candra menimpali perkataan bundanya sambil bersorak gembira.


Oke, kuy, sist, kita mulai coba campur-campur bahan dan kita sulap biar jadi cake yang lezat dan syarat nutrisi untuk bocil. berikut bahan-bahan yang harus disiapkan.


Banana Bread

By: Insnita


Bahan 1:

  • 100 gr butter
  • 100 gr margarin
  • 100 gr gula pasir halus
  • 50 gr gula palm/aren

Bahan 2:

  • 3 butir telur uk besar
  • 1 sdt vanila (bisa bubuk atau essens)
  • 1/2 sdt garam

Bahan 3:

  • 300 gr tepung terigu protein sedang
  • 1 1/2 sdt baking soda
  • 1/2 sdt kayu manis bubuk

Bahan 4:

  • 200 ml Butter milk 

Bahan 5:

  • 450 gr pisang ambon matang, haluskan.
  • Secukupnya pisang ambon, iris sebagai garnish.


Cara:

Kocok bahan 1 sampai pucat dan mengembang, dengan speed tinggi lalu masukkan bahan 2 secara bertahap.


Campur bahan 3, ayak. Masukkan kedalam kocokan adonan, kocok dengan speed rendah selang seling dengan bahan 4 dalam 3 tahap. Pastikan adonan tercampur rata dengan mengaduk kembali menggunakan spatula. Gunakan teknik aduk balik.

Masukan bahan 5. Aduk rata.


Masukkan ke dalam loyang segi empat ukuran 20×20×7 cm, yg telang diolesi mentega. aku disini pake loyang loaf ukuran 18x7x5 dan sisa adonan dimasukkan ke dalam loyang muffin. 

sesuaikan saja ya bunda. karena biasanya si kecil suka dengan benda yang bentuknya kecil sesuai dengan ukuran tangannya yang masih mungil, agar mereka mudah memegangnya.


Panggang dalam oven yg telah dipanaskan sebelumnya selama 50 menit dengan suhu 180 'C, atau sesuaikan waktunya dengan oven masing-masing yang bunda miliki di rumah.


Untuk lebih jelasnya ada vidio proses pembuatannya, ya sist. untuk step by step lengkapnya bisa dilihat di link berikut 👇

https://www.youtube.com/watch?v=zJ3mttWbZzc&t=294s


Setelah kurang lebih 2 jam  dari mulai proses persiapan sampai cake siap dihidangkan. Candra menemani bundanya, menyaksikan step by step cara pembuatan kue, sambil sesekali diminta membantu bunda untuk mencampurkan sesuatu atau mengambilkan hal yang dibutuhkan.


Alangkah bahagianya Candra ketika melihat hasil banana cake yang menggugah selera lapar kekanakannya. Bundanya membuatkan dua bentuk, yang satu dibentuk dalam cup kecil dan adonan yang lainnya dibentuk dalam loyang loaf. Candra memutuskan kue berbentuk cup mungil untuk dibawa ke taman. rencananya mau tuker-tukeran penganan bareng temannya.  


Hm... kreatif juga nih ide si bocah,  udah macam ibu-ibu ariasan ajah. hehe. Have a joy, yaa, Adek Candra!


Sista! Banana cake ini selain rasanya moist, enak dan harum karena ada tambahan gula aren, namun juga kaya akan nutrisi. Dilansir dari hello sehat dan sebuah Journal kesehatan, beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan banana cake ini memiliki kandungan nutrisi yang memang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. kandungan dari bahan-bahan utama banana cake ini diantaranya, yaitu:



 

Terbukti, ya sist, banana cake mengandung banyak nutrisi yang baik bagi anak. karena mengandung tinggi karbohidrat, banana cake bisa dijadikan pengganti penganan di kala si kecil sedang sulit makan nasi.


Adapun manfaat yang dapat diambil dari bahan-bahan tersebut, bisa kita bahas di lain waktu, yaa. sementara sista bisa googling-googling dulu aja, yaa...😘


Ketika putra-putri kita ingin me time bersama teman-temannya, demi perkembangan sosial emosionalnya, sista harus mengijinkan putra-putri sista bermain bersama teman-temannya. Karena kegiatan sosial harus dibina sejak anak masih dalam usia dini, agar emosionalnya berkembang secara matang. Kelak ketika dewasa, mereka siap menghadapi tantangan kehidupan dunia yang makin hari makin keras penuh persaingan. 

Ketika krucils sedang me time dengan teman-temannya, bunda juga bisa melakukan hal yang sama. Sekedar kongkow di depan rumah sambil menikmati banana cake yang super moist ala coffe shop yang bergengsi ituuh, rasa penat akan segera lepas. apalagi jika ditemani secangkir coffee favorit, (kalo aku americano with less sugar😘) atau teh kesukaan.  Selamat mencobaaa! have a joy juga buat bunda. Healthy life, happy family. Salam Pengasuhan,... 💓



Referensi

Nugraha, Ali dan Yeni Rachmawati, Metode Pengembangan Sosial Emosional, Tangerang : Universitas Terbuka, 2013.

http://e-journal.uajy.ac.id/228/3/2BL01051.pdf

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/manfaat-dan-risiko-makan-telur/

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3630867/butter-lebih-banyak-manfaat-atau-bahayanya


Berkreasi Membuat Kue Putu Ayu Bareng Si Kecil Tingkatkan Daya Imajinasi Anak

Kamis, 06 Januari 2022
Teman-teman semua pasti punya hobi dan kesukaan yang unik serta berbeda satu sama lain tentunya, ya. Nah, kalo aku sukanya sama camilan kue yang satu ini nih. Siapa sih yang tidak suka dengan camilan yang satu ini...? sepertinya sangat jarang ya? Kue ini masuk kategori bolu tradisional. Banyak orang mengenalnya dengan sebutan kue putu ayu. kue ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang light karena tidak menggunakan tambahan margarin, butter ataupun minyak di dalamnya.


Pun dengan aromanya yang memiliki keharuman pandan dan legitnya kelapa menggugah kita untuk pingin ngemil lagi dan lagi, pas banget jadi camilan yang asyik sebagai temen ngeteh ataupun kopi. hm... kebayang, kan, di setiap sruputan kopi pasti memberi nuansa yang berbeda karena diselingi dengan gigitan kue putu ayu. So perpaduan antara aroma khas dari pandan dan santan kelapa serta gurihnya kelapa muda parut....bikin lidah kita bergoyang dengan manjanya...hihi. Kebayang, kaan legitnya!?



Yang terpenting,  kue ini juga bisa dijadikan camilan sehat untuk si kecil.  O.. iya bagi sista yang sudah punya momongan, jangan lupa ajak si kecil juga yaa...baik dalam proses pembuatannya atau saat menikmatinya. Selain lebih seru berfungsi juga sebagai penguat bonding antara sista dan si kecil.


Moment ini bisa dijadikan media stimulasi bagi kemampuan kognitif serta perkembangan motorik kasar dan halus anak, lho. Ko, bisa...? Bisa, dunk! Gini ya Sist, proses stimulasi itu kita lakukan dengan mengajak si kecil turut serta dalam membuat kue putu ayu. Kita bisa membuat variasi bentuk pada kue putu ayu, misal dengan menggunakan cetakan berbentuk segi tiga akan menghasilkan putu ayu yang berbentuk segi tiga, atau dengan menggunakan cetakan berbentuk lingkaran, segi empat, dan persegi panjang, atu bentuk lainnya, guna mengenalkan aneka bentuk pada anak. Kegiatan ini bisa dijadikan sarana belajar sambil bermain, bermain sambil belajar, guna mengembangkan kemampuan kognitif pada anak.


Masih pada Domain Kognitif anak, selain mengenalkan aneka bentuk, kita juga bisa mengenalkan aneka warna kepada anak, yaitu dengan menciptakan variasi warna pada kue putu ayu. Tambahkan essen pewarna makanan pada kue putu ayu. Biarkan anak yang memilih warnanya dan bundapun mengajak anak untuk menyebutkannya. Merah,... kuning..., hijau..., oranye..., ungu, dan lainnya. Lakukan dengan suara lantang dan riang gembira agar anak menikmati prosesnya.


Untuk perkembangan motorik halusnya, sista bisa meminta si kecil untuk menuangkan adonan ke dalam cetakan, atau membantu menuangkan essen pewarna, sekaligus mengaduknya. Sstt...tenang aja sist, cake ini anti gagal-gagal klub yaa, walau diaduk tidak terlalu beraturan 😉, tidak menyebabkan bantat, berbeda dengan cake jenis sponge atau pound, jadi masih aman kalo mengikut sertakan si kecil, dalam proses pengadukan, asal di bagian akhir proses, sista yang mengambil alih secara paripurna proses pengadukannya,...hihi.


Untuk motorik kasarnya, sista bisa meminta bantuan si kecil untuk mengambilkan loyang di sudut dapur, mengambilkan spatula di atas meja, mengambilkan panci dan lain sebagainya. Melalui proses ini si kecil bergerak ke sana ke mari, dengan lincahnya. kegiatan ini bermanfaat untuk menguatkan otot kakinya dan si kecil jadi lebih terampil menggunakan organ alat gerak tubuhnya. So pasti dengan arahan yang jelas dari bundanya, ya...!!! supaya si kecil dapat memahami instruksi yang sista berikan..


Dengan cara ini, proses pembuatan kue putu ayu selain menyenangkan namun juga bermanfaat. Kuncinya, bundanya juga harus melakukannya dengan rileks dan penuh suka cita, alias jangan sedikit-sedikit dicampur pake adonan emosi, hehe.


Okay, sist,....kita mulai nih pada proses pembuatan kue putu ayu-nya. Resep dan step by step pembuatannya, saya share di bawah ini. ada juga yang versi vidionya lho. 😍



Putu Ayu

By: Insnitaa

Bahan 1:

  • 2 butir Telur 
  • 150 gr gula pasir
  • 1/2 sdt emulsifier
  • 1/2 sdt Vanila
  • 1/2 sdt garam

Bahan 2:

  • 175 gr tepung terigu
  • 25 gr tepung tapioka
  • 150 ml santan ( dari 1 sachet 65 ml santan instan ditambahkan air menjadi 150 ml)

Bahan 3:

  • 1/2 Kelapa muda parut 
  • 1/2 sdt Garam 
  • 1 sdt maizena
  • Pasta pandan dan Pewarna sesuai selera

Cara:

  • Campur dan  Aduk bahan 3, lalu kukus selama 10 menit.
  • kocok bahan 1 menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi selama 5 menit, sampai putih kental berjejak, jngn terlalu lama, krn akan menyebabkan bantat.
  • Masukkan bahan 2 selang seling antara tepung dan santan. Aduk dngn mixer kecepatan rendah. Aduk lg dengan spatula untuk memastikan adonan benar2 tercampur tdk ada endapan cairan.
  • Beri pewarna sesuai selera.
  • Beri campuran kelapa kukus d dasar loyang yg telah diolesi minyak dan tekan2, lalu tuangkan adonan 3/4 loyang.
  • Masukkan ke dalam kukusan yg telah dipanaskan sebelumnya. Kukus adonan dengan api besar selama 10-15 menit. Tes tusuk.


Untuk step by step lebih jelasnya, sista juga bisa melihat cara pembuatannya di link video berikut:

https://youtu.be/WJsMNSDx7I4


Selamat, mencobaa sista. Kue ini cocok untuk acara me time di sore hari, selonjoran di teras rumah, sambil nyeruput teh atau kopi bareng si dia. Jangan lupa juga dibarengi diskusi ringan, mendengarkan celoteh si kecil. Pastikan sikecil ikut melahapnya juga.  eiitts,...tapiii....moment ini lebih tepatnya, disebut me time atau family time, yaa...wkwkwk.


Kegiatan bikin kue bareng ini bisa dilakukan bersama si kecil yang sudah memasuki usia 3 tahun ke atas, atau sista bisa menyesuaikan dengan kemampuannya. Melalui proses pengamatan daily actvity  si kecil, pasti sista mengerti apakah si kecil sudah bisa diajak bekerja bersama atau belum cukup.


Selamat melalui hari dengan penuh suka cita bersama si kecil. Jadikan setiap moment yang kita lalui setiap harinya, menjadi hal yang indah. Mengukir hari, mengabdikan diri pada keluarga, sekaligus juga jangan lupa untuk tetap memelihara kesehatan jiwa dan raga.

Salam pengasuhan...💓











Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Menurut Islam, Pakar Pendidikan, dan Negara

Rabu, 05 Januari 2022

Di Indonesia pencanangan pendidikan karakter sudah diusung dari sejak lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tokoh pendidikan nasional yang konsentrasi terhadap hal ini adalah Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mencanangkan asas pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan yang dikelolanya yaitu lembaga taman siswa dengan Panca  Dharma yang diantaranya berisi tentang kemerdekaan, kodrat alam, kebangsaan serta kebudayaan. 





Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara memiliki hakikat untuk memerdekakan diri setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu berdaulat untuk mengatur kehidupannya masing-masing demi mencapai kebahagiaan yang diinginkan. Untuk itu pendidikan memiliki dua tujuan yang meliputi tujuan bermanfaat untuk memanajemen diri, dan tujuan bagi kehidupan sosial yang berdampak pada kemajuan bangsa dan negara, sehingga kehidupan bermasyarakat dilingkupi dengan kenyamanan, keamanan, keteraturan,  dan kesejahteraan.


Pendidikan karakter sangat penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan manusia secara utuh. Hasil pendidikan karakter merupakan usaha para peserta didik atas prestasi yang diperoleh secara keseluruhan, melalui perubahan perilaku peserta didik yang bersangkutan.


Pendidikan karakter sangat membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Adapun pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan program ini. Karena penting sekali ada kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah dalam membangun pendidikan karakter yang akan menjadi ciri dari bangsa beradab. Untuk itu peran serta pemerintah sangat dibutuhkan agar pendidikan karakter berdampak secara maksimal.


Dalam Islam karakter memiliki tempat yang paling dominan dalam kesuksesan penyebaran Islam di atas bumi ini. Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam memiliki akhlak atau karakter yang sangat mulia sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi para ummatnya bahkan dikagumi oleh para musuhnya. Kekaguman ini timbul karena menyaksikan kemuliaan akhlak yang dimiliki Rasul. Innama bu'istu li utammima makarimal akhlaq. Hadits dari jalan Abu Hurairah ini menjelaskan bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam diutus untuk menyempurnakan akhlak. 


Untuk itu mendidik anak dengan landasan pendidikan berbasis Islam sangatlah penting, agar karakter anak terbentuk secara paripurna. Tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dunianya juga kehidupan akhiratnya.


Dalam karya tulis saya yang terbit dalam sebuah jurnal pendidikan anak usia dini ini, saya membahas tentang pendidikan karakter yang ditilik dari sudut pandang para pakar, pendidikan karakter menurut Islam dan juga menurut negara. Tiga aspek ini merupakan penentu keberhasilan pendidikan karakter. Tanpa adanya kerjasama yang solid diantara ketiganya, tidak mudah membangun karakter unggul setiap individu. Untuk mengetahui pembahasannya secara lengkap, teman-teman bisa mengunjungi link di bawah ini👇


 DOI: https://doi.org/10.24042/ajipaud.v4i2.10171


Selamat membaca, semoga bermanfaat 💓

Kekerasan Dalam Rumah Tangga! Kenali Landasan Hukumnya!

Senin, 27 Desember 2021

Kekerasan dalam rumah tangga kini kian marak terdengar. Miris! walaupun objek penderitanya bukan saja dirasakan oleh kaum perempuan, namun perempuan merupakan korban terbesar dari kasus ini.

Manusia dibekali oleh Allah memiliki fitrah yang lurus, dan condong pada kebaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fitrah yang lurus ini menjadi bengkok atau ke luar dari jalurnya. Faktor pemicunya diantaranya yaitu ketika manusia diberi dan melihat ada kesempatan baginya melakukan keburukan. Bisa juga dikarenakan adanya kebutuhan mendasar yang tidak mampu tercukupi dan terpenuhi, serta adanya keinginan yang tidak bisa dibendung. Faktor ini yang akhirnya memicu manusia untuk berlaku anarkis dan tidak adil.


Untuk itu faktor pemicu di atas harus dikendalikan agar tidak menyebabkan kerusakan yang dapat menghancurkan dan mengacaukan kenyamanan dan keamanan hidup manusia, makhluk lainnya dan juga alam. Campur tangan berbagai pihak yang berwenang dalam mengatur tatanan sosial sangat diperlukan andilnya dalam mengatasi hal ini.

Ada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, guna melindungi hak si korban penderita dalam kasus Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT), peraturan-peraturan tersebut diantaranya terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016. Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak. 

Ini merupakan  upaya yang dilakukan oleh negara untuk menutup kesempatan manusia berbuat jahat kepada sesama manusia. khususnya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.



Sumber Gambar: Pixabay


Kebahagiaan anggota keluarga terpelihara jika kedua pasangan mampu membina  rumah tangganya dengan penuh kesadaran dari dua belah pihak.. Kesadaran yang tumbuh untuk  Menguatkan cinta sangat diperlukan. Untuk itu pembekalan pemahaman terhadap ajaran agama mutlak dimiliki oleh setiap pasangan. Seyogyanya pula paham tentang undang-undang yang mengatur hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang diemban oleh suami istri.

Tidak ada satupun manusia yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Namun ketika semua itu terjadi, wajib bagi kita  mendudukkan setiap persoalan, seadil mungkin, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Wanita dan anak-anak biasanya merupakan objek penderita utama dari kegagalan sebuah hubungan suami istri.

Lalu, bagaimana undang-undang melindungi hak kaum wanita...? Bagaimana pula  Islam memandang persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang seringkali wanita menjadi objek penderita pertama. Islam memberikan batasan hukum yang jelas tentang aturan dalam rumahtangga, dan aturan yang jelas pula tentang kemuliaan seorang wanita. Teman-teman bisa mengetahui lebih jauh lagi melalui tulisan saya berupa paper yang telah publish di Jurnal Wawasan Kementerian Agama. 
Teman-teman bisa menelusurinya melalui link berikut

https://doi.org/10.53800/wawasan.v1i1.43. 

Selamat membaca, salam literasi, salam kedamaian. 💓

 



Belajar sambil Bermain: Mengenalkan Kegiatan Ibadah Pada Anak Usia DIni

Senin, 20 Desember 2021

Hai Smart bunda. Assalamualaikum…! Anak-anak sedang apa? Bermain, tidur, makan, atau sedang dalam pangkuan bunda? Apapun bentuk kegiatannya, pastikan anak dalam keadaan nyaman dan riang gembira, ya, bunda.


Bagi anak proses bermain merupakan kebutuhan anak yang wajib dipenuhi, karena melalui proses bermain, kemampuan anak diharapkan semakin meningkat. Bermain merupakan bekerja bagi anak, bekerja dalam dunia anak adalah bermain. Dalam Suyadi (2010) proses bermain untuk anak mengandung unsur pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dalam dunia anak selayaknya dilakukan sambil bermain. Belajar seraya bermain bermain seraya belajar.


Bermain merupakan unsur yang penting dalam kehidupan sang anak. Dalam dekade terakhir ini,  banyak ahli perkembangan anak meneliti hal ini dan menjadikan bermain merupakan kegiatan utama bagi anak sebagaimana juga dikatakan Rahmah oleh (2016)


Begitupula dalam mengenalkan kegiatan ibadah pada anak, lakukan dengan cara menyenangkan, sehingga anak rela melakukannya dengan suka cita.




Apa Makna Bermain?


Para ahli menyatakan bahwa konsep bermain tidak mudah untuk dijabarkan. Terdapat banyak pemahaman tentang konsep bermain yang dirumuskan para ahli. Dalam mursyid (2016),  Elizabeth Hurlock mendefinisikan bermain sebagai aktivitas untuk mewujudkan kebahagiaan. James Suly mengatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang sangat menyenangkan yang dilakukan oleh anak dengan penuh canda dan tawa ketika melakukannya.


Di sini terlihat bahwa perasaan anak menjadi penentu, apakah anak sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Ketika anak melakukannya dalam keadaan tertekan, ketakutan, tidak dapat dikatakan sedang melakukan kegiatan bermain. Karena perasaan anak tidak nyaman.


Proses bermain bagi anak adalah kegiatan yang berisi tentang mempelajari dan belajar banyak hal, mengenal tentang aturan, bagaimana bergaul dengan temannya, bagaimana mengelola emosi, bagaimana menempatkan diri, menghargai dan saling membantu sesama teman, Mulyasa (2014).


Anak melakukan kegiatan bermain bisa secara individu maupun berkelompok. Baik dalam kegiatan bermain secara individu dan berkelompok, mengandung unsur pebelajaran di dalmnya. Bermain secara berkelompok penekanannya lebih kepada belajar tentang kebersamaan.


Apa Ciri-Ciri Anak dikatakan sedang Bermain?


Bunda dan para pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini untuk meyakinkan, bahwa apakah si kecil sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Berikut ciri-cirinya menurut ahli Pendidikan Anak Usia Dini, Rubin, Fein, dan Vandenberg. Para ahli ini merumuskan ciri2 bermain, diantaranya yaitu:

  1. Dilakukan atas pilihan sendiri, kemauan sendiri dan kepentingan sendiri.
  2. Menghadirkan emosi positif.
  3. Bersifat fleksibel, dalam artian anak dengan mudah berganti tema permainan.
  4. Tidak ada tekanan untuk mencapai target.
  5. Bebas memilih.
  6. Menghadirkan unsur kepura-puraan, misalnya menggunakan kertas sebagai pesawat-pesawatan.

Nah bunda di dalam proses bermain pada anak, sudahkah bunda melihat ciri-ciri di atas dalam kegiatan bermain pada si kecil?


Yuk kita mengenal Macam-Macam Permainan Edukatif!


Bunda dan pendidik, berikut adalah Alat Permainan edukatif (APE) yang dapat menunjang kegiatan belajar sambil bermain pada anak, yang diperkenalkan oleh Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial pada tahun 1972. Alat permainan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Boneka dari kain.
  2. Balok bangunan polos.
  3. Menara gelang segitiga, bujur sangkar, lingkaran, dan segi enam.
  4. Tangga kubus dan silinder.
  5. Balok ukur polos
  6. Krincingan bayi.
  7. Puzzle.
  8. Kotak gambar pola.
  9. Papan pasak 25.
  10. Papan pasak 100.

Seiring dengan perkembangan waktu, APE yang ada swkarang ini bentuknya semakin banyak ragamnya dan semakin berkembang. Menurut Anggani Sudono, perkembangan APE di Indonesia mengikuti jejak pengembangan APE Montessori dan Peabody. Mengapa demikian? Berikut ulasannya:

Alat Permainan Edukatif (APE) Montessori.

Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italy yang memiliki perhatian khusus pada pendidikan Anak Usia Dini, risetnya diawali karena kepeduliannya terhadap anak2 yang memiliki keterbelakangan mental dan cacat tubuh. Pada penelitiannya Montessori merumuskan 9 masa peka anak yang membutuhkan metode dan APE tersendiri. 9 masa peka tersebut dijelaskan oleh Montessori (2017), melalui tabel berikut:





3 Prinsip utama dalam memberikan APE pada Anak menurut Montessori:


 Menurut Maria montessori (2017), tiga prinsip utama dalam penggunaan alat permainan edukatif bagi Anak Usia Dini, adalah sebagai berikut:
  1. Menerapkan konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, menurut Montessori anak-anak mampu bermain secara refleks, spontan dan tanpa tekanan.
  2. Lingkungan pembelajaran, Montessori menggunakan area lingkungan rumah dengan melibatkan anak dalam membantu pekerjaan orangtua yang ringan sifatnya.
  3. Peran guru yang berfungsi sebagai fasilitator, sehingga timbul komunikasi yang intensif antara anak dan guru atau orangtua.


Alat Permainan Edukatif (APE) Peabody


Elizabeth Peabody terkenal sebagai tokoh Pendidikan Anak Usia pada aspek perkembangan Bahasa. Peabody merupakan pendiri Taman Kanak-kanak pertama di Amerika Serikat. Berbagai permainan edukatif yang dirancang Peabody diantaranya boneka tangan, boneka jari, tongkat ajaib, kantong pintar.

Kesemua jenis alat permainan tersebut diprogram sebagai alat bantu pengembangan Bahasa pada anak secara sederhana. Pengenalan kosakata melalui cerita yang dihantarkan melalui boneka dan juga pengenalan warna serta benda melalui kantong pintar. Imajinasi anak diasah melalui Alat Permainan Edukatif Peabody.

Peabody mampu menciptakan test alat perkembangan Bahasa PIET Peabody Individual Achievement Test dan PPVT Peabody Picture Vocabulary Test.




Permainan edukatif yang menggunakan media dapat membangkitkan motivasi, menarik minat, melakukan interaksi dan feed back. Anak dapat mengoptimalkan alat indranya dalam proses bermain.


Selain APE yang disebutkan sebelumnya saat ini juga berkembang APE yang berbasis Multimedia dan multimedia interaktif. Di tahun 1990 sampai sekarang multimedia diartikan sebagai gabungan dari beberapa media diantaranya adalah suara, teks, gambar, animasi, video yang diolah menjadi informasi tunggal dalam format teknologi digital. Pada prakteknya saat ini anak-anak usia dini dapat bermain sambil belajar melalui Youtube kids atau CD edukatif untuk anak. Misalnya mengenalkan huruf hijaiyah, menghafal surat-surat pendek, menggunakan aplikasi Al-Quran digital. Mengenalkan kegiatan beribadah seperti shalat, puasa, zakat, thaharah atau ibadah haji, melalui tayangan bergambar animasi di youtube, ataupun televisi.

Mengenalkan Kegiatan Ibadah pada Anak Usia Dini


Berikut adalah salah satu kegiatan bermain menggunakan APE Pabody yang dapat digunakan Para pendidik dan bunda untuk mengenalkan kegiatan ibadah pada Anak Usia Dini. Bunda dan pendidik bisa menggunakan boneka tangan untuk mengajak anak shalat, dengan konsep bermain peran menggunakan boneka tangan. Boneka tangan pertama berperan sebagai bunda, boneka tangan kedua berperan sebagai anak Bernama Faisal.

Aturan main dalam percakapan ini, bunda memainkan dua peran sekaligus, sebagai bunda dan Faisal. Berikut percakapannya:

Bunda: “Assalamualaikum, Faisal anak sholih, sedang apa, nak?

Faisal: “Iya, bunda. Apa, sih, Bund, ganggu aja, emangnya ga liat, ade kan lagi main mobilan!”

Yang memang kebetulan si ade yang sudah berusia 5 tahun juga lagi asyik bermain mobilan. Bunda meminta ade untuk shalat, tapi adek merajuk tidak mengindahkan permintaan bunda.

Bunda: “Shalat dulu, yuk, sudah jam 1, lho!”
Faisal:  “Nanti dulu, ah, bund, masih Asyik”
Bunda: “ Eeh…ga boleh gitu dunk, adek ingin selalu disayang Allah, Kan?”
Faisal:  “Emang kenapa harus disayang Allah”
Bunda: ”Nanti dikasih surga sama Allah, memangnya ade ga mau?”
Faisal:  “Mau, dung Bund!”
Bunda: “Nah, kalo gitu, yuk, kita Shalat. Ambil wudhu dulu ya!”

Seketika Faisal langsung bangkit dari duduknya dan meletakkan mobilannya. mengikuti bunda menuju kran untuk berwudhu.

Catatan: Ajakan yang disertai ucapan yang lembut dan mengandung makna, lebih didengar oleh anak, daripada bentuk teriakan, yang malah cenderung akan berdampak pada penolakan dan perlawanan dari anak.

Apa Perbedaan antara Belajar dan Bermain pada Anak Usia Dini?

Dalam KBBI bermain diartikan sebagai berbuat sesuatu yang menyenangkan hati, sementara yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Konteks belajar dan bermain pada Anak usia Dini tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling terkait, karena anak belajar dari permainan yang mereka lakukan.

Pada Pendidikan Anak Usia Dini dalam pelajaran tertentu misal berhitung, bisa dilakukan sambil bermain, agar anak tak merasa diintimidasi dan terbebani.

Sebagi orangtua kita wajib memilihkan permainan yang mendidik untuk anak, mencerdaskan anak, dan memberikan stimulasi positif untuk anak, dan tidak memberikan permainan yang justru akan merusak karakter anak.

Menerapkan Konsep Bermain sambil Belajar Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)


  • Semester/bulan/Minggu: I/Juli/Minggu ke 4
  • Hari/Tanggal : Senin,24 Juli 2020
  • Tema : Diriku
  • Subtema : Tubuhku
  • Kelompok : B (usia 5-6 Tahun)
Materi dalam RPPH subtema tubuhku dalam kegiatan:
  1. Doa sebelum dan sesudah belajar.
  2. Nama anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, dan cara merawatnya,
  3. Mengelompokkan berdasarkan warna (merah, biru, kuning),
  4. bentuk dua dimensi (persegi, segi tiga), dan jumlah bilangan (5 -10),
  5. Lagu “ Aku Ciptaan Tuhan”.
Alat dan bahan untuk subtema tubuhku
  1. Kegiatan membuat bingkai foto diri membutuhkan: lidi/irisan bambu/stik es krim, kertas, lem, kertas warna warni (merah, biru, kuning), bisa juga anak diminta untuk membawa koleksi foto dirinya dari rumah.
  2. Kegiatan membuat boneka foto diri dari tanah liat membutuhkan: kertas koran untuk alas, tanah liat, dan celemek untuk menutup baju anak.
  3. Kegiatan menggunting dan menempel (kolase) gambar anggota tubuh membutuhkan pola anggota tubuh, lem, potongan anggota tubuh untuk menempel, dan gunting.
Kegiatan Pembukaan di RPPH untuk subtema tubuhku
  1. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  2. Doa sebelum belajar.
  3. Membacakan buku cerita.
  4. Mengenalkan aturan bermain.
  5. Berdiskusi bagian-bagian tubuh, fungsi, dan cara merawat tubuh.
  6. Diskusi yang harus dilakukan sebagai rasa terima kasih terhadap Tuhan atas tubuhnya.
Kegiatan Inti untuk RPPH subtema tubuhku Model Sentra Seni
  1. Anak diajak untuk mengamati alat dan bahan yang disediakan.
  2. Anak diberi kesempatan untuk bertanya tentang konsep warna dan bentuk yang ada di alat dan bahan.
  3. Guru menanyakan konsep warna dan bentuk yang pernah ditemukan anak di dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan gagasannya:
a. Kegiatan 1: Membuat bingkai foto diri dari lidi.
b. Kegiatan 2: Membuat boneka foto diri dari tanah liat.
d. Kegiatan 3: Membuat kolase (menggunting dan menempel) anggota diri.
    5. Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukannya

Kegiatan Penutup untuk RPPH subtema tubuhku
  1. Menanyakan perasaan anak selama hari ini.
  2. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  3. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini, mainan apa yang paling disukai.
  4. Memberikan tugas kepada anak untuk dilakukan di rumah, yakni menanyakan kepada orang tuanya tentang tempat lahir, tanggal lahir, siapa yang menolong kelahiran, dst.
  5. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan.
  6. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari.
  7. Berdoa setelah belajar.
Bunda dan para pendidik, selamat mempraktekannya di rumah atau di tempat mengajar, semoga dapat membantu bunda dan pendidik dalam mengajarkan ibadah pada anak usia dini. Semangat salam pengasuhan.





REFERENSI

  • Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Bandung: Pustaka Pelajar, 2005.
  • Montessori, Maria, The Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap, diterjemahkan oleh Dariyatno dari judul The Absorbent Mind, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2017.
  • Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, Bandung, Remaja Rosda Karya. 2016.
  • Naili Rohmah, Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Tarbawi Vol. 13. No. 2. Juli – Desember 2016.
  • Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, Pedagogia. 2010.

 


Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini

Rabu, 15 Desember 2021




Bagaimana menurut teman-teman, jika dalam proses pembelajaran tidak perlu diberlakukan sebuah penilaian? Tentu hal tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam proses evaluasi.

Bagi seorang pendidik akan sulit menentukan sampai sejauh mana kegiatan Pendidikan yang dia lakukan berhasil atau tidak. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada peserta didiknya, baik dari aspek domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Apakah materi yang dia berikan akan dilanjutkan, dirubah metodenya, gayanya, dan teknisnya. Semua ini bisa terlaksana jika ada proses penilaian.

Bagi peserta didik, tentunya tidak ada hal yang memacu dirinya untuk lebih semangat dalam meningkatkan kualitas diri. Dan tidak mengetahui sejauh mana kemampuan yang dia miliki. Di sinilah bukti bahwa proses penilaian perlu dilakukan. Efektivitas dalam sebuah proses pembelajaran dan ketuntasannya bisa dilihat hasilnya melalui proses penilaian.

Penilaian pada Pendidikan anak usia dini seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2012) sangat perlu dilakukan, guna mengetahui perubahan perilaku dan sikap peserta didik yang didapat dari proses Pendidikan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Penilaian pada anak usia dini, titik berat ada pada perilaku bermain pada anak. Untuk itu pengamatan secara seksama yang dilakukan oleh guru PAUD pada kegiatan bermain anak memberikan banyak masukan dalam melakukan penilaian. Penilaian pada anak usia dini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak terjadi perubahan pada anak setelah dilakukan stimulasi melalui proses pembelajaran.

#Pengertian Penilaian

Apa yang dimaksud dengan penilaian? Sebelum mengurai lebih jauh, kita pahami dulu pengertian dari penilaian itu sendiri.

Penilaian terhadap anak didik adalah semua rangkaian proses secara menyeluruh dalam mengumpulkan informasi yang terkait tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik, yang dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan dalam periode masa tertentu, sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Angraini dkk (2014).

Dalam PP No 57 tahun 2021 pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa “Penilaian proses pembelajaran merupakan assessment terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran”.

Penilaian dijelaskan oleh Tim GDK Dikdas (Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar)merupakan kegiatan yang mengarah pada penjabaran tentang pencapaian perkembangan yang diperoleh oleh anak.

Penilaian yang termaktub dalam modul Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini memiliki penjabaran bahwa penilaian merupakan proses pengukuran yang diperoleh dari kegiatan proses pengamatan pembelajaran pada Pendidikan Anak USia Dini, dengan menggunakan penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan untuk mendapatkan tolak ukur pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan serta keterampilan. Dilakukan secara sistematis, terukur, menyeluruh dan berkelanjutan, mencakup pertumbuhan dan perkembangan atas pencapaian yang dilakukan anak dalam kurun waktu tertentu.

#Mengapa Penilaian Harus Dilakukan?

Potensi anak bisa diukur karena ada penilaian. Penilaian dilakukan bukan hanya sekedar mengukur apa yang diketahui oleh anak, namun lebih kepada apa yang mampu dilakukan oleh anak. untuk itu penilaian harus dilakukan secara kontinu dan terarah. Anak yang belum terlihat atau belum muncul potensinya, perlu dilakukan peninjauan ulang dan mengarahkannya pada kegiatan yang dapat memunculkan potensi anak secara maksimal. Sedangkan jika diketahui seorang anak memiliki kemampuan yang unggul melebihi kompetensi yang sudah ditentukan, pendidik dituntut untuk membimbing peserta didik ke arah pengembangan potensi secara lebih maksimal lagi agar kemampuan anak semakin berkembang.

Menurut Harun dkk penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaian.

Dalam Maria dan Sisilia (2021) fungsi penilaian dilakukan untuk:

1. Memberi informasi penting yang diharapkan oleh orang tua: anak belajar sesuatu.

2. Memberi informasi yang bermanfaat bagi guru: Pijakan untuk merencanakan pembelajaran berikutnya.

#Apakah Tujuan dari Proses Penilaian?

Penilaian dilakukan bertujuan untuk memberikan data yang terstruktur tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, kepada pihak-pihak yang memerlukan baik pendidik maupun orangtua, demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Stimulasi diberikan secara bertahap dan meningkat. Stimulasi akan mudah diterapkan jika orang tua atau pendidik memiliki informasi tentang perkembangan yang sudah diperoleh oleh anak pada aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Maria dan Sisilia (2021) mengatakan bahwa hal penting yang patut guru pahami adalah bahwa orang tua tidak semua dan tidak melulu paham bahwa dalam proses bermain pada anak, ada pembelajaran yang dia dapat. Bermain merupakan pekerjaan bagi anak, dan melalui proses bermain anak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Jadi, penilaian membantu membuat pembelajaran yang tak nampak bagi orang tua menjadi terang benderang. “assessment makes learning visible” (Hawe & Dixon, 2017; Southcott, 2015; Verstege, 2011)”. Penilaian membuat belajar seorang anak terpampang terang benderang.

Laporan penilaian perlu diberikan pada bagi orangtua, agar orang tua dapat melanjutkan program yang sudah dibina di sekolah, juga diterapkan lagi di rumah. Dengan demikian Pendidikan dan pengasuhan yang diberikan kepada anak akan sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di sekolah. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak akan dicapai secara optimal. Adapun proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahapan di bawah ini:



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD



#Bagaimana Teknik dalam Memberikan Penilaian

Mengulas ketentuan Teknik penilaian dalam Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Usia 5-6 Tahun/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) Beberapa Teknik penilaian yang dilaksanakan di PAUD diantaranya yaitu

1. Teknik Pengamatan atau observasi. Guru melakukan pengamatan atau observasi di saat anak melakukan kegiatan belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dicatat dalam lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik.

2. Teknik Percakapan. Guru dapat menggunakan Teknik ini pada saat kegiatan terpimpin ataupun bebas.

3. Teknik Penugasan. Dalam Teknik ini guru dapat memberikan tugas kepada anak dalam kurun waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok, dalam penugasan secara mandiri ataupun didampingi.

Dalam Anggraeni dkk (2014) Maria dan Sisilia (2021) dijelaskan bahwa hasil observasi yang dilakukan guru, harus dikumpulkan dalam sebuah catatan. Bentuk pencatatan tersebut diantaranya bisa berupa:

1. Catatan anekdot Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan mencatat sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-tiba/insidental baik positif maupun negatif.

2. Unjuk kerja merupakan teknik penilaian yang melibatkan anak dalam bentuk pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati.

3. Portofolio merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan anak secara berkesinambungan atau catatan pendidik tentang berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai salah satu bahan untuk menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4. Ceklist. Dalam Teknik penilaian ini, guru harus menyiapkan dulu format instrument tentang materi yang akan diajarkan pada anak. Isi dengan indikator pencapaian yang diinginkan. Capaian yang dapat diisi berupa pemberian tanda ceklist (bisa tanda ✔, tanda ✘, atau tanda lain). Contoh:


5. Foto berseri, disajikan dalam bentuk foto-foto yang diberikan keterangan tentang proses pembelajaran anak dan hasilnya.



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD


Analisis guru: Bima memiliki sikap kepemimpinan dan memiliki rasa percaya diri serta kebanggan diri. Ia menginisiasi ide dan memimpin permainan. Bima memiliki fisik yang kuat sehingga ia mampu berjongkok saat mengerjakan suatu aktivitas. Kemampuan motorik halusnya terstimulasi ketika ia menata batu-batu berurutan dan membuat batu seimbang. Ia mengenali dinosaurus sebagai binatang dan dapat menyebutkan makanan dinosaurus. Bima memiliki kemampuan berpikir logis, ia mampu menye[1]butkan sebab akibat.

Umpan balik: Kegiatan selanjutnya Bima dapat diajak untuk menambahkan karyanya, misalnya keluarga dinosaurus, kandang atau lingkungan tempat tinggal dinosaurus

Teknik Perangkuman Hasil Penilaian

Hasil Teknik pencatatan kegiatan pembelajaran pada anak sebagaimana yang telah dijelaskan di atas dirangkum dalam catatan dengan format yang telah disiapkan baik harian, mingguan ataupun semester. Setelah itu hasil rangkuman diproses menjadi laporan yang menjelaskan secara singkat tentang kompetensi yang diajarkan kepada anak meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Setelah Langkah-langkah proses penilaian sudah dijalani, guru harus mampu mendeskripsikannya secara objektif kepada orangtua atau wali dalam bentuk LPPA (Laporan Pencapaian Perkembangan Anak).

Pola penulisan Penjelasan atau deskripsi penilaian meliputi keistimewaan anak pada semua aspek, keberhasilan belajar anak, pengembangan diri anak, hal apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan orangtua dalam rangka pengembangan diri anak.

Hasil penilaian disampaikan oleh kepala Lembaga PAUD dan guru. Bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Dilakukan secara langsung melalui pertemuan tatap muka yang dilakukan pihak Lembaga dan orang tua atau wali. Pihak Lembaga wajib menjaga kerahasiaan data pelaporan anak yang akan digunakan untuk melakukan bimbingan ke tahap selanjutnya kepada pihak yang tidak relevan.



CONTOH FORMAT LAPORAN PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK




PETUNJUK PRAKTIS PENGISIAN LPPA

Kolom Pertumbuhan

Pada kolom ini diuraikan catatan seluruh kemajuan pertumbuhan fisik anak meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, panca indera, kesehatan secara umum, dll.

Kolom Perkembangan

Pada kolom ini diuraikan catatan mengenai seluruh kemajuan perkembangan anak berdasarkan kompetensi yang dicapai anak meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Diawali dengan menguraikan kekuatan peserta didik dengan cara yang unik dan bermakna yang dapat menjadi bagian dari citra diri peserta didik serta menghindari pernyataan yang bersifat negatif.

Pemilihan Kalimat yang Tepat dalam Penilaian. Menilai dengan Pernyataan Positif. Pernyataan positif diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ananda unggul dalam ...
2. Ananda menunjukkan inisiatif dalam hal ...
3. Ananda mampu bekerjasama ...
4. Ananda bangga dengan karyanya ...
5. Ananda mau mendengarkan ...
6. Ananda mampu menyampaikan ide/gagasan ...
7. Ananda bekerja dengan rapi ...
8. Ananda menunjukkan pekerjaan sampai tuntas ...
9. Ananda memahami dengan cepat ...
10. Ananda sangat disenangi oleh teman-temannya ...

Jangan Gunakan Pernyataan atau ungkapan yang negatif. Pernyataan negatif yang harus dihindari diantaranya:

1. Ananda tidak pernah ...
2. Ananda tidak akan ...
3. Ananda tidak bisa ...
4. Ananda akan selalu ...

Untuk menghindari kesan negatif dalam mengomentari kelemahan anak, guru dapat menggunakan bahasa yang positif, diantaranya yaitu:

1. Ananda lebih menyukai...
2. Ananda ramah dan lebih disukai…
3. Anak akan dapat manfaat dari berlatih...
4. Anak menunjukkan peningkatan dalam ...

Beberapa contoh kalimat yang dapat mendorong, sebagai berikut:

1. Ananda telah mengembangkan sikap positif terhadap ...
2. Ananda telah maju dalam ...
3. Ananda telah menunjukkan keinginan untuk ...
4. Ananda telah menunjukkan kemajuan dalam ...
5. Ananda telah menunjukkan peningkatan yang nyata ...
6. Ananda telah menunjukkan keterampilan sosial ...
7. Ananda telah menunjukkan antusias untuk ...
8. Ananda senang belajar untuk ...
9. Ananda menjadi mandiri ...
10. Anak sedang mengembangkan keterampilan konsentras…
11. Ananda mulai mendapatkan kepercayaan diri ...
12. Ananda menjadi pendengar yang baik ...
13. Ananda sedang mengembangkan cara yang lebih positif untuk berinteraksi dengan orang lain…
14. Ananda bersifat kooperatif ketika bekerja dalam kelompok ...

Yang perlu diperhatikan :

1. Kalimat di atas merupakan contoh yang dapat digunakan dalam membuat deskripsi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di LPPA.

2. Format dan muatan khusus (keagamaan, kesenian, budaya, bahasa daerah) LPPA dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah, satuan PAUD/lembaga PAUD, peserta didik.

Demikian uraian tentang teknis merancang penilaian untuk anak usia dini.
Selamat menerapkannya, semoga bermanfaat bagi pendidik PAUD dan bagi para bunda yang ingin membuat catatan Pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Bagi para bunda yang ingin menerapkannya di rumah, bisa dibuat lebih simple ya bund, uraian di atas bisa dijadikan inspirasi untuk membuat catatan kecil di rumah. Usaha yang kita lakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan mudah dicapai, jika ada penilaian yang terstruktur. Yuk semangat melakukannya demin buah hati tercinta. Salam pengasuhan.


REFERENSI

  • Anggraeni, DKK. Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
  • Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
  • Umi Safitri, Aunurrahman, Dian Miranda, Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Anak Usia Dini Di TK LKIA II Pontianak, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, vol. 8, No.9, 2019.
  • Tim GTK Pendidikan Dasar. Modul BELAJAR Mandiri Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Bidang Studi TK/PAUD. Direktorat GTK Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2021.


















Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger