Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan

Pendidikan Agama Islam

Senin, 14 Februari 2022


 

Pendidikan Agama Islam


Pendahuluan


Terkadang kita dibingungkan dengan istilah Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam. Apa perbedaannya? Sedikit saya uraikan dalam pendahuluan materi ini, agar kita langsung memiliki pijakan yang jelas ketika berusaha memahami konsep Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan pembelajaran yang dilakukan di lingkup pendidikan formal semisal di madrasah, sekolah dan pesantren. Sedangkan Pendidikan Islam adalah pembelajaran yang dilakukan secara informal misalnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Singkat, padat dan jelas, bukan?

 

Kini kita beranjak pada esensi dari pendidikan itu sendiri. Manusia dalam upaya menjaga fitrah sangat memerlukan pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi manusia, karena  manusia dilahirkan benar-benar dalam keadaan tak memiliki pengetahuan sedikitpun, keadaan ini digambarkan dalam Al-Qur'an surat an-Nahl: 78,  Allah azza wajalla berfirman:




Ramayulis (menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan sesederhana apapun bentuknya, sekecil apapun komunitas tempatnya berada, karena pendidikan merupakan kebutuhan bagi kehidupan manusia.

Seperti halnya Rasulullah salallahu alaihi wa salam, diperintahkan membaca melalui perantara Jibril alaihi salam, ini merupakan bagian dari proses pendidikan.  Gambaran Rasulullah kala itu diceritakan dalam Al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5, yang isinya, Allah ta’ala berfirman

 



Firman Allah yang tersurat dalam Al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5 mengisyaratkan bahwa manusia harus banyak membaca. Membaca merupakan  proses dari belajar.

 

 Pembahasan


1.   Hakikat Pendidikan


a.   Makna Etimologi (Bahasa)


Kata Pendidikan dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “didik”, diberikan imbuhan “pe” dan “an” menjadi “pendidikan”. Dalam Kamus Besar Bhasa Indonesia (KBBI) mengandung arti etimologi yaitu perbuatan atau cara melatih dan mengajar mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Menurut pemaparan Ramayulis (2002), kata pendidikan berasal dari Bahasa Yunani Paedagogos yang memiliki arti membersamai anak-anak. “Paedos” bermakna “anak” dan  agoge memiliki arti saya memimpin atau membimbing. Dahulu di Yunani kuno paedagogos merupakan pelayan yang memiliki peranan sebagai pengantar dan penjemput anak-anak. Namun seiring berjalannya waktu makna kata ini bermetafora, posisi sebagai pelayan berubah menjadi pembimbing, pendidik atau ahli dalam mendidik. Kemudian Bahasa inggris memaknainya dengan kata “Education”, yang artinya pengembangan atau bimbingan.

 

b.      Makna Terminologi


Menurut Ramayulis (2002) ada tiga pandangan yang menyertai makna Pendidikan secara terminology. Pertama ditelaah dari sudut pandang tokoh Pendidikan Indonesia, kedua dari tokoh Pendidikan barat dan yang ketiga dari sistem Pendidikan Nasional.


Secara terminologi, salah satu tokoh Pendidikan Indonesia Hasan Langgulung memaknai pendidikan  dari dua sisi pandang. Pertama dari sudut pandang masyarakat, kedua dari sudut pandang perseorangan. Dari sudut pandang masyarakat, pendidikan bermakna pewarisan kebudayaan yang dilimpahkan generasi tua ke generasi muda, dengan tujuan agar identitas tetap terjaga. Dari sudut pandang perseorangan, Pendidikan memiliki arti potensi atau kemampuan yang belum muncul dari dalam diri manusia berusaha untuk dikembangkan dan membentuk manusia menjadi sosok yang mempuni.


Tokoh Pendidikan barat Coser dkk mengartikan Pendidikan sebagai kegiatan menyampaikan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta nilai dari guru kepada muridnya, dengan  tujuan agar muridnya tersebut mampu menjalankan hidupnya dan memiliki etika sosial yang baik.


Aristoteles berpendapat bahwa Pendidikan adalah usaha untuk membentuk  manusia agar memiliki akhlak yang pantas.


Dalam Undang-undang SISDIKNAS dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan agar peserta didik mampu secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, agar memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta segala macam keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


Dari beberapa penjelasan tentang pendidikan di atas terdapat benang merah yang bisa kita ambil sebagai inti dari makna Pendidikan yaitu:


1. Proses Pendidikan dilakukan secara sadar dan terencana.

2. Pendidik merupakan subjek dalam Pendidikan.

3. Peserta didik sebagai objek dalam Pendidikan.

4. Kompetensi merupakan tujuan dari sebuah Pendidikan

 

 Hakikat Agama Islam

 

Agama


Pengertian agama telah dijelaskan pada pembahasan di pertemuan pertama, dibagian ini saya akan menguraikan aspek yang menyertai keberadaan agama untuk memperjelas hakikat dari agama.  Muhammadin (2013) menjabarkan tentang lima aspek yang menyertai keberadaan agama, diantarnya yaitu:

 

 1. Aspek asal usul. Keberadaan agama berasal dari dua sumber yaitu agama samawi yang berasal dari Tuhan dan agama ardhy yang berasal dari buah pikir manusia.

2. Aspek manfaat. Manfaat agama untuk memberikan kebaikan dan kebahagiaan  di dunia dan akhirat.

3. Aspek ruang lingkup. Agama menjadikan kita yakin akan adanya kekuatan ghaib

4. Aspek kemasyarakatan. Agama diwariskan secara turun temurun, dilanjutkan tongkat estafetnya dari generasi ke generasi.

5. Aspek Sumber. Berasal dari kitab suci yang dijadikan pegangan untuk menuntunnya dalam menjalani perannya sebagai makhluk yang menempati dunia.

 

Islam


Islam sendiri berasal dari kata aslama yang mengandung makna berserah diri, ketundukan dan kepatuhan kepada Rabb sang pencipta. Diambil juga dari kata salima yang memiliki arti keselamatan. Pemeluknya dinamakan Muslim. Pernyataan ini diisyaratkan dalam Al-Quran surat al-Baqaah (2): 112, melalui firman Allah jalla wa ‘ala yang berbunyi:

 



Hakikat Pendidikan Islam


Makna Etimologi (Bahasa).

 

Dalam konteks Islam, Pendidikan memiliki arti yang sangat majemuk dan mendalam. Kata yang satu berkaitan dengan yang lain dan diperdalam lagi dengan kata yang lainnya dengan penjabaran yang lengkap dari sudut pandang Al-Qur'an, as-Sunnah juga Ijma serta Qiyas. Namun saya di sini hanya menjabarkan secara garis  besarnya saja makna dari kata Pendidikan dalam Islam.

 

Ramayulis memaparkan bahwa pendidikan berasal dari tiga kata Bahasa Arab  yang satu sama lainnya saling berkaitan. Tiga kata tersebut diantaranya


  1. At-Tarbiyah, berasal dari kata Rabba yarubbu, yang memiliki arti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, memelihara, dan menjaga.
  2. At-Ta’lim, secara lugahwi berasal dari kata ’allama yu’allimu memiliki arti mengajar.
  3. Al-Ta’dib, memiliki asal kata 'addaba yu'addibu, yang memiliki arti beradab.



Dari tiga term di atas, yang paling sering dijadikan rujukan sebagai makna Pendidikan adalah term kata tarbiyah. Tarbiyah mengandung makna kegiatan Pendidikan secara keseluruhan yang mengupayakan kesiapan seorang individu untuk menghadapi dunia lebih matang dan terarah, menjunjung tinggi nilai, etika dan moral kemanusiaan.

Makna Terminologi


Langgulung (1980) menyatakan bahwa Pendidikan Islam merupakan persiapan membentuk para generasi muda agar paham dan sadar posisinya sebagai umat Islam yang harus memaknai nilai-nilai keislaman yang dianutnya. Berusaha menjalankan apa yang ada dalam kaidah Islam agar selamat di dunia dan akkhirat.

 

Dalam Ramayulis (2009), pada tahun 1960, para ahli merumuskan tentang pengertian Pendidikan Islam dalam seminar Pendidikan Islam se-Indonesia. Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan yang didasarkan pada nilai-nilai ke-Islaman untuk mengarahkan, melatih, mengasuh, mengajarkan dan membina secara jasmani dan rahani.


Pendikan Islam mengalami banyak perubahan pada dekade ini, yang menjadi latar belakangnya adalah perkembangan zaman dan tatanan sosial yang mengalami perubahan dari masa ke masa. Menurut  Daradjat (2008), Agama Islam dijadikan sumber sebuah kebudayaan yang diciptakan oleh para penganutnya, oleh karenanya kebudayaan di suatu daerah tercermin dari ajaran yang dianut para masyarakatnya.


Para umat Islam untuk melangsungkan keberadaannya wajib  untuk mentarbiyah dirinya dengan Tarbiyah Islamiyah, agar mampu membentuk dirinya menjadi Khalifatul fil-ardi yang Amanah, menjaga titipan yang diberikan kepadanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Karena dia paham kaidah yang dianutnya, bahwa segala sesuatu yang dia emban dan dia kerjakan di dunia, segalanya harus dipertanggung jawabkan di kehidupan akhirat kelak.

 

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Armai Arief dalam Rosmiyati Aziz (2019) menerangkan ruang lingkup dari Pendidikan Islam membahas permasalahan yang berhubungan dengan Pendidikan keislaman. Kaidah Pendidikan Islam bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan teknologi. Pendidikan Islam merupakan bagian yang saling mengikat antara satu dan lainnya, karena nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, merupakan koherensi antara esensi ajaran dan praktik kehidupan sehari-hari.


Ruang lingkup Pendidikan Islam menurut Rahman dalam Rosmiyati Aziz (2019) terdiri dari tuntunan ibadah, aqidah dan muamalah yang berdampak pada proses berpikir dan pembentukan akhlaqul karimah.


Unsur-unsur yang terkait dengan penddikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan mendidik.

2. Peserta didik.

3. Dasar Pendidikan Islam (Al-Qur'an dan Hadits)

4. Tujuan Pendidikan Islam (Akhlaq Mulia)

5. Materi

6. Metode

7. Evaluasi

8. Alat bantu

9. Lingkungan


 

 Manfaat Pendidikan Islam


Manfaat dari Pendidikan Islam yang langsung dapat diaplikasikan, diantaranya adalah:


1. Mendapat kesesuaian antara teori dan praktik.

2. Mendapat informasi yang seimbang antara input dan output.


Tujuan Pendidikan Islam


Abu Ahmadi dalam Ramayulis (2018) membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi beberapa tahapan, diantaranya yaitu tujuan tertinggi, tujuan yang bersifat umum, tujuan yang bersifat khusus, dan tujuan yang bersifat sementara. Keempat tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:


1.  Tujuan tertinggi atau terakhir adalah menjadi insan kamil dengan cara menjadi hamba Allah yang semata-mata mengabdikan dirinya hanya pada Allah dan menjadi khalifah Allah fi al-Ardh yang mampu memakmurkan bumi serta mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

2. Tujuan Umum meliputi tercapainya perubahan perilaku dan karakter peserta didik kea rah yang lebih baik.

3. Tujuan khusus tergantung pada kebudayaan serta apa yang diinginkan, minat dan bakat peserta didik dalam situasi, kondisi pada jenjang waktu tertentu.

4. Tujuan sementara bersifat kondisional, tergantung latar tempat tinggal peserta didik. Untuk itu Pendidikan Islam mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan.


Penutup


Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang membentuk keimanan, melakukan kegiatan beribadah serta membina akhlak manusia menjadi akhlaqul karimah. semua ini bertujuan untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


Melalui panca indera yang dibekali oleh Allah manusia dibekali potensi fasik dan taat, Manusia diberi kesempatan untuk memilih, karenanya manusia disarankan untuk terus belajar agar tak salah dalam membuat pilihan. Setelah melakukan proses belajar manusia bisa mengajarkan apa yang mampu dia ajarkan. Hal yang paling pamungkas adalah bahwa manusia memiliki tanggun jawab besar yang harus dipikul, yaitu sebagai pengabdi Tuhan dan khalifah fi al-ardh. Bertanggung jawab untuk memakmurkan dan menjaga bumi.

 




Referensi


Andriyani, Isnanita Novia. Menjaga kesucian fitrah manusia. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015.


Azis, Rosmiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sibuku, 2019.


Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara, 2008.


Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah. Pendidikan Islam Menggali "tradisi" mengukuhkan eksistensi,  2007.


Firmansyah, Iman. Pendidikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan, Dasar, dan Fungsi, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim. Vol. 17 No. 2 – 2019


Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam Bandung: al-Ma’arif, 1980.


Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan . Padang: The Zaki Press, 2009.


Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.


Subhan, Fauti. Konsep Pendidikan Islam Masa Kini. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.02 No.02 Hal 355-373, 2013.


https://kbbi.web.id/didik


Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Menurut Islam, Pakar Pendidikan, dan Negara

Rabu, 05 Januari 2022

Di Indonesia pencanangan pendidikan karakter sudah diusung dari sejak lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tokoh pendidikan nasional yang konsentrasi terhadap hal ini adalah Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mencanangkan asas pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan yang dikelolanya yaitu lembaga taman siswa dengan Panca  Dharma yang diantaranya berisi tentang kemerdekaan, kodrat alam, kebangsaan serta kebudayaan. 





Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara memiliki hakikat untuk memerdekakan diri setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu berdaulat untuk mengatur kehidupannya masing-masing demi mencapai kebahagiaan yang diinginkan. Untuk itu pendidikan memiliki dua tujuan yang meliputi tujuan bermanfaat untuk memanajemen diri, dan tujuan bagi kehidupan sosial yang berdampak pada kemajuan bangsa dan negara, sehingga kehidupan bermasyarakat dilingkupi dengan kenyamanan, keamanan, keteraturan,  dan kesejahteraan.


Pendidikan karakter sangat penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan manusia secara utuh. Hasil pendidikan karakter merupakan usaha para peserta didik atas prestasi yang diperoleh secara keseluruhan, melalui perubahan perilaku peserta didik yang bersangkutan.


Pendidikan karakter sangat membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Adapun pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan program ini. Karena penting sekali ada kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah dalam membangun pendidikan karakter yang akan menjadi ciri dari bangsa beradab. Untuk itu peran serta pemerintah sangat dibutuhkan agar pendidikan karakter berdampak secara maksimal.


Dalam Islam karakter memiliki tempat yang paling dominan dalam kesuksesan penyebaran Islam di atas bumi ini. Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam memiliki akhlak atau karakter yang sangat mulia sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi para ummatnya bahkan dikagumi oleh para musuhnya. Kekaguman ini timbul karena menyaksikan kemuliaan akhlak yang dimiliki Rasul. Innama bu'istu li utammima makarimal akhlaq. Hadits dari jalan Abu Hurairah ini menjelaskan bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam diutus untuk menyempurnakan akhlak. 


Untuk itu mendidik anak dengan landasan pendidikan berbasis Islam sangatlah penting, agar karakter anak terbentuk secara paripurna. Tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dunianya juga kehidupan akhiratnya.


Dalam karya tulis saya yang terbit dalam sebuah jurnal pendidikan anak usia dini ini, saya membahas tentang pendidikan karakter yang ditilik dari sudut pandang para pakar, pendidikan karakter menurut Islam dan juga menurut negara. Tiga aspek ini merupakan penentu keberhasilan pendidikan karakter. Tanpa adanya kerjasama yang solid diantara ketiganya, tidak mudah membangun karakter unggul setiap individu. Untuk mengetahui pembahasannya secara lengkap, teman-teman bisa mengunjungi link di bawah ini👇


 DOI: https://doi.org/10.24042/ajipaud.v4i2.10171


Selamat membaca, semoga bermanfaat 💓

Kekerasan Dalam Rumah Tangga! Kenali Landasan Hukumnya!

Senin, 27 Desember 2021

Kekerasan dalam rumah tangga kini kian marak terdengar. Miris! walaupun objek penderitanya bukan saja dirasakan oleh kaum perempuan, namun perempuan merupakan korban terbesar dari kasus ini.

Manusia dibekali oleh Allah memiliki fitrah yang lurus, dan condong pada kebaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fitrah yang lurus ini menjadi bengkok atau ke luar dari jalurnya. Faktor pemicunya diantaranya yaitu ketika manusia diberi dan melihat ada kesempatan baginya melakukan keburukan. Bisa juga dikarenakan adanya kebutuhan mendasar yang tidak mampu tercukupi dan terpenuhi, serta adanya keinginan yang tidak bisa dibendung. Faktor ini yang akhirnya memicu manusia untuk berlaku anarkis dan tidak adil.


Untuk itu faktor pemicu di atas harus dikendalikan agar tidak menyebabkan kerusakan yang dapat menghancurkan dan mengacaukan kenyamanan dan keamanan hidup manusia, makhluk lainnya dan juga alam. Campur tangan berbagai pihak yang berwenang dalam mengatur tatanan sosial sangat diperlukan andilnya dalam mengatasi hal ini.

Ada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, guna melindungi hak si korban penderita dalam kasus Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT), peraturan-peraturan tersebut diantaranya terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016. Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak. 

Ini merupakan  upaya yang dilakukan oleh negara untuk menutup kesempatan manusia berbuat jahat kepada sesama manusia. khususnya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.



Sumber Gambar: Pixabay


Kebahagiaan anggota keluarga terpelihara jika kedua pasangan mampu membina  rumah tangganya dengan penuh kesadaran dari dua belah pihak.. Kesadaran yang tumbuh untuk  Menguatkan cinta sangat diperlukan. Untuk itu pembekalan pemahaman terhadap ajaran agama mutlak dimiliki oleh setiap pasangan. Seyogyanya pula paham tentang undang-undang yang mengatur hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang diemban oleh suami istri.

Tidak ada satupun manusia yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Namun ketika semua itu terjadi, wajib bagi kita  mendudukkan setiap persoalan, seadil mungkin, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Wanita dan anak-anak biasanya merupakan objek penderita utama dari kegagalan sebuah hubungan suami istri.

Lalu, bagaimana undang-undang melindungi hak kaum wanita...? Bagaimana pula  Islam memandang persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang seringkali wanita menjadi objek penderita pertama. Islam memberikan batasan hukum yang jelas tentang aturan dalam rumahtangga, dan aturan yang jelas pula tentang kemuliaan seorang wanita. Teman-teman bisa mengetahui lebih jauh lagi melalui tulisan saya berupa paper yang telah publish di Jurnal Wawasan Kementerian Agama. 
Teman-teman bisa menelusurinya melalui link berikut

https://doi.org/10.53800/wawasan.v1i1.43. 

Selamat membaca, salam literasi, salam kedamaian. 💓

 



Belajar sambil Bermain: Mengenalkan Kegiatan Ibadah Pada Anak Usia DIni

Senin, 20 Desember 2021

Hai Smart bunda. Assalamualaikum…! Anak-anak sedang apa? Bermain, tidur, makan, atau sedang dalam pangkuan bunda? Apapun bentuk kegiatannya, pastikan anak dalam keadaan nyaman dan riang gembira, ya, bunda.


Bagi anak proses bermain merupakan kebutuhan anak yang wajib dipenuhi, karena melalui proses bermain, kemampuan anak diharapkan semakin meningkat. Bermain merupakan bekerja bagi anak, bekerja dalam dunia anak adalah bermain. Dalam Suyadi (2010) proses bermain untuk anak mengandung unsur pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dalam dunia anak selayaknya dilakukan sambil bermain. Belajar seraya bermain bermain seraya belajar.


Bermain merupakan unsur yang penting dalam kehidupan sang anak. Dalam dekade terakhir ini,  banyak ahli perkembangan anak meneliti hal ini dan menjadikan bermain merupakan kegiatan utama bagi anak sebagaimana juga dikatakan Rahmah oleh (2016)


Begitupula dalam mengenalkan kegiatan ibadah pada anak, lakukan dengan cara menyenangkan, sehingga anak rela melakukannya dengan suka cita.




Apa Makna Bermain?


Para ahli menyatakan bahwa konsep bermain tidak mudah untuk dijabarkan. Terdapat banyak pemahaman tentang konsep bermain yang dirumuskan para ahli. Dalam mursyid (2016),  Elizabeth Hurlock mendefinisikan bermain sebagai aktivitas untuk mewujudkan kebahagiaan. James Suly mengatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang sangat menyenangkan yang dilakukan oleh anak dengan penuh canda dan tawa ketika melakukannya.


Di sini terlihat bahwa perasaan anak menjadi penentu, apakah anak sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Ketika anak melakukannya dalam keadaan tertekan, ketakutan, tidak dapat dikatakan sedang melakukan kegiatan bermain. Karena perasaan anak tidak nyaman.


Proses bermain bagi anak adalah kegiatan yang berisi tentang mempelajari dan belajar banyak hal, mengenal tentang aturan, bagaimana bergaul dengan temannya, bagaimana mengelola emosi, bagaimana menempatkan diri, menghargai dan saling membantu sesama teman, Mulyasa (2014).


Anak melakukan kegiatan bermain bisa secara individu maupun berkelompok. Baik dalam kegiatan bermain secara individu dan berkelompok, mengandung unsur pebelajaran di dalmnya. Bermain secara berkelompok penekanannya lebih kepada belajar tentang kebersamaan.


Apa Ciri-Ciri Anak dikatakan sedang Bermain?


Bunda dan para pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini untuk meyakinkan, bahwa apakah si kecil sedang melakukan kegiatan bermain atau bukan. Berikut ciri-cirinya menurut ahli Pendidikan Anak Usia Dini, Rubin, Fein, dan Vandenberg. Para ahli ini merumuskan ciri2 bermain, diantaranya yaitu:

  1. Dilakukan atas pilihan sendiri, kemauan sendiri dan kepentingan sendiri.
  2. Menghadirkan emosi positif.
  3. Bersifat fleksibel, dalam artian anak dengan mudah berganti tema permainan.
  4. Tidak ada tekanan untuk mencapai target.
  5. Bebas memilih.
  6. Menghadirkan unsur kepura-puraan, misalnya menggunakan kertas sebagai pesawat-pesawatan.

Nah bunda di dalam proses bermain pada anak, sudahkah bunda melihat ciri-ciri di atas dalam kegiatan bermain pada si kecil?


Yuk kita mengenal Macam-Macam Permainan Edukatif!


Bunda dan pendidik, berikut adalah Alat Permainan edukatif (APE) yang dapat menunjang kegiatan belajar sambil bermain pada anak, yang diperkenalkan oleh Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial pada tahun 1972. Alat permainan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Boneka dari kain.
  2. Balok bangunan polos.
  3. Menara gelang segitiga, bujur sangkar, lingkaran, dan segi enam.
  4. Tangga kubus dan silinder.
  5. Balok ukur polos
  6. Krincingan bayi.
  7. Puzzle.
  8. Kotak gambar pola.
  9. Papan pasak 25.
  10. Papan pasak 100.

Seiring dengan perkembangan waktu, APE yang ada swkarang ini bentuknya semakin banyak ragamnya dan semakin berkembang. Menurut Anggani Sudono, perkembangan APE di Indonesia mengikuti jejak pengembangan APE Montessori dan Peabody. Mengapa demikian? Berikut ulasannya:

Alat Permainan Edukatif (APE) Montessori.

Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italy yang memiliki perhatian khusus pada pendidikan Anak Usia Dini, risetnya diawali karena kepeduliannya terhadap anak2 yang memiliki keterbelakangan mental dan cacat tubuh. Pada penelitiannya Montessori merumuskan 9 masa peka anak yang membutuhkan metode dan APE tersendiri. 9 masa peka tersebut dijelaskan oleh Montessori (2017), melalui tabel berikut:





3 Prinsip utama dalam memberikan APE pada Anak menurut Montessori:


 Menurut Maria montessori (2017), tiga prinsip utama dalam penggunaan alat permainan edukatif bagi Anak Usia Dini, adalah sebagai berikut:
  1. Menerapkan konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, menurut Montessori anak-anak mampu bermain secara refleks, spontan dan tanpa tekanan.
  2. Lingkungan pembelajaran, Montessori menggunakan area lingkungan rumah dengan melibatkan anak dalam membantu pekerjaan orangtua yang ringan sifatnya.
  3. Peran guru yang berfungsi sebagai fasilitator, sehingga timbul komunikasi yang intensif antara anak dan guru atau orangtua.


Alat Permainan Edukatif (APE) Peabody


Elizabeth Peabody terkenal sebagai tokoh Pendidikan Anak Usia pada aspek perkembangan Bahasa. Peabody merupakan pendiri Taman Kanak-kanak pertama di Amerika Serikat. Berbagai permainan edukatif yang dirancang Peabody diantaranya boneka tangan, boneka jari, tongkat ajaib, kantong pintar.

Kesemua jenis alat permainan tersebut diprogram sebagai alat bantu pengembangan Bahasa pada anak secara sederhana. Pengenalan kosakata melalui cerita yang dihantarkan melalui boneka dan juga pengenalan warna serta benda melalui kantong pintar. Imajinasi anak diasah melalui Alat Permainan Edukatif Peabody.

Peabody mampu menciptakan test alat perkembangan Bahasa PIET Peabody Individual Achievement Test dan PPVT Peabody Picture Vocabulary Test.




Permainan edukatif yang menggunakan media dapat membangkitkan motivasi, menarik minat, melakukan interaksi dan feed back. Anak dapat mengoptimalkan alat indranya dalam proses bermain.


Selain APE yang disebutkan sebelumnya saat ini juga berkembang APE yang berbasis Multimedia dan multimedia interaktif. Di tahun 1990 sampai sekarang multimedia diartikan sebagai gabungan dari beberapa media diantaranya adalah suara, teks, gambar, animasi, video yang diolah menjadi informasi tunggal dalam format teknologi digital. Pada prakteknya saat ini anak-anak usia dini dapat bermain sambil belajar melalui Youtube kids atau CD edukatif untuk anak. Misalnya mengenalkan huruf hijaiyah, menghafal surat-surat pendek, menggunakan aplikasi Al-Quran digital. Mengenalkan kegiatan beribadah seperti shalat, puasa, zakat, thaharah atau ibadah haji, melalui tayangan bergambar animasi di youtube, ataupun televisi.

Mengenalkan Kegiatan Ibadah pada Anak Usia Dini


Berikut adalah salah satu kegiatan bermain menggunakan APE Pabody yang dapat digunakan Para pendidik dan bunda untuk mengenalkan kegiatan ibadah pada Anak Usia Dini. Bunda dan pendidik bisa menggunakan boneka tangan untuk mengajak anak shalat, dengan konsep bermain peran menggunakan boneka tangan. Boneka tangan pertama berperan sebagai bunda, boneka tangan kedua berperan sebagai anak Bernama Faisal.

Aturan main dalam percakapan ini, bunda memainkan dua peran sekaligus, sebagai bunda dan Faisal. Berikut percakapannya:

Bunda: “Assalamualaikum, Faisal anak sholih, sedang apa, nak?

Faisal: “Iya, bunda. Apa, sih, Bund, ganggu aja, emangnya ga liat, ade kan lagi main mobilan!”

Yang memang kebetulan si ade yang sudah berusia 5 tahun juga lagi asyik bermain mobilan. Bunda meminta ade untuk shalat, tapi adek merajuk tidak mengindahkan permintaan bunda.

Bunda: “Shalat dulu, yuk, sudah jam 1, lho!”
Faisal:  “Nanti dulu, ah, bund, masih Asyik”
Bunda: “ Eeh…ga boleh gitu dunk, adek ingin selalu disayang Allah, Kan?”
Faisal:  “Emang kenapa harus disayang Allah”
Bunda: ”Nanti dikasih surga sama Allah, memangnya ade ga mau?”
Faisal:  “Mau, dung Bund!”
Bunda: “Nah, kalo gitu, yuk, kita Shalat. Ambil wudhu dulu ya!”

Seketika Faisal langsung bangkit dari duduknya dan meletakkan mobilannya. mengikuti bunda menuju kran untuk berwudhu.

Catatan: Ajakan yang disertai ucapan yang lembut dan mengandung makna, lebih didengar oleh anak, daripada bentuk teriakan, yang malah cenderung akan berdampak pada penolakan dan perlawanan dari anak.

Apa Perbedaan antara Belajar dan Bermain pada Anak Usia Dini?

Dalam KBBI bermain diartikan sebagai berbuat sesuatu yang menyenangkan hati, sementara yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Konteks belajar dan bermain pada Anak usia Dini tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling terkait, karena anak belajar dari permainan yang mereka lakukan.

Pada Pendidikan Anak Usia Dini dalam pelajaran tertentu misal berhitung, bisa dilakukan sambil bermain, agar anak tak merasa diintimidasi dan terbebani.

Sebagi orangtua kita wajib memilihkan permainan yang mendidik untuk anak, mencerdaskan anak, dan memberikan stimulasi positif untuk anak, dan tidak memberikan permainan yang justru akan merusak karakter anak.

Menerapkan Konsep Bermain sambil Belajar Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)


  • Semester/bulan/Minggu: I/Juli/Minggu ke 4
  • Hari/Tanggal : Senin,24 Juli 2020
  • Tema : Diriku
  • Subtema : Tubuhku
  • Kelompok : B (usia 5-6 Tahun)
Materi dalam RPPH subtema tubuhku dalam kegiatan:
  1. Doa sebelum dan sesudah belajar.
  2. Nama anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, dan cara merawatnya,
  3. Mengelompokkan berdasarkan warna (merah, biru, kuning),
  4. bentuk dua dimensi (persegi, segi tiga), dan jumlah bilangan (5 -10),
  5. Lagu “ Aku Ciptaan Tuhan”.
Alat dan bahan untuk subtema tubuhku
  1. Kegiatan membuat bingkai foto diri membutuhkan: lidi/irisan bambu/stik es krim, kertas, lem, kertas warna warni (merah, biru, kuning), bisa juga anak diminta untuk membawa koleksi foto dirinya dari rumah.
  2. Kegiatan membuat boneka foto diri dari tanah liat membutuhkan: kertas koran untuk alas, tanah liat, dan celemek untuk menutup baju anak.
  3. Kegiatan menggunting dan menempel (kolase) gambar anggota tubuh membutuhkan pola anggota tubuh, lem, potongan anggota tubuh untuk menempel, dan gunting.
Kegiatan Pembukaan di RPPH untuk subtema tubuhku
  1. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  2. Doa sebelum belajar.
  3. Membacakan buku cerita.
  4. Mengenalkan aturan bermain.
  5. Berdiskusi bagian-bagian tubuh, fungsi, dan cara merawat tubuh.
  6. Diskusi yang harus dilakukan sebagai rasa terima kasih terhadap Tuhan atas tubuhnya.
Kegiatan Inti untuk RPPH subtema tubuhku Model Sentra Seni
  1. Anak diajak untuk mengamati alat dan bahan yang disediakan.
  2. Anak diberi kesempatan untuk bertanya tentang konsep warna dan bentuk yang ada di alat dan bahan.
  3. Guru menanyakan konsep warna dan bentuk yang pernah ditemukan anak di dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan gagasannya:
a. Kegiatan 1: Membuat bingkai foto diri dari lidi.
b. Kegiatan 2: Membuat boneka foto diri dari tanah liat.
d. Kegiatan 3: Membuat kolase (menggunting dan menempel) anggota diri.
    5. Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukannya

Kegiatan Penutup untuk RPPH subtema tubuhku
  1. Menanyakan perasaan anak selama hari ini.
  2. Bernyanyi “ Aku Ciptaan Tuhan”.
  3. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini, mainan apa yang paling disukai.
  4. Memberikan tugas kepada anak untuk dilakukan di rumah, yakni menanyakan kepada orang tuanya tentang tempat lahir, tanggal lahir, siapa yang menolong kelahiran, dst.
  5. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan.
  6. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari.
  7. Berdoa setelah belajar.
Bunda dan para pendidik, selamat mempraktekannya di rumah atau di tempat mengajar, semoga dapat membantu bunda dan pendidik dalam mengajarkan ibadah pada anak usia dini. Semangat salam pengasuhan.





REFERENSI

  • Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Bandung: Pustaka Pelajar, 2005.
  • Montessori, Maria, The Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap, diterjemahkan oleh Dariyatno dari judul The Absorbent Mind, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2017.
  • Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, Bandung, Remaja Rosda Karya. 2016.
  • Naili Rohmah, Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Tarbawi Vol. 13. No. 2. Juli – Desember 2016.
  • Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, Pedagogia. 2010.

 


Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini

Rabu, 15 Desember 2021




Bagaimana menurut teman-teman, jika dalam proses pembelajaran tidak perlu diberlakukan sebuah penilaian? Tentu hal tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam proses evaluasi.

Bagi seorang pendidik akan sulit menentukan sampai sejauh mana kegiatan Pendidikan yang dia lakukan berhasil atau tidak. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada peserta didiknya, baik dari aspek domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Apakah materi yang dia berikan akan dilanjutkan, dirubah metodenya, gayanya, dan teknisnya. Semua ini bisa terlaksana jika ada proses penilaian.

Bagi peserta didik, tentunya tidak ada hal yang memacu dirinya untuk lebih semangat dalam meningkatkan kualitas diri. Dan tidak mengetahui sejauh mana kemampuan yang dia miliki. Di sinilah bukti bahwa proses penilaian perlu dilakukan. Efektivitas dalam sebuah proses pembelajaran dan ketuntasannya bisa dilihat hasilnya melalui proses penilaian.

Penilaian pada Pendidikan anak usia dini seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2012) sangat perlu dilakukan, guna mengetahui perubahan perilaku dan sikap peserta didik yang didapat dari proses Pendidikan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Penilaian pada anak usia dini, titik berat ada pada perilaku bermain pada anak. Untuk itu pengamatan secara seksama yang dilakukan oleh guru PAUD pada kegiatan bermain anak memberikan banyak masukan dalam melakukan penilaian. Penilaian pada anak usia dini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak terjadi perubahan pada anak setelah dilakukan stimulasi melalui proses pembelajaran.

#Pengertian Penilaian

Apa yang dimaksud dengan penilaian? Sebelum mengurai lebih jauh, kita pahami dulu pengertian dari penilaian itu sendiri.

Penilaian terhadap anak didik adalah semua rangkaian proses secara menyeluruh dalam mengumpulkan informasi yang terkait tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik, yang dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan dalam periode masa tertentu, sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Angraini dkk (2014).

Dalam PP No 57 tahun 2021 pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa “Penilaian proses pembelajaran merupakan assessment terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran”.

Penilaian dijelaskan oleh Tim GDK Dikdas (Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar)merupakan kegiatan yang mengarah pada penjabaran tentang pencapaian perkembangan yang diperoleh oleh anak.

Penilaian yang termaktub dalam modul Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini memiliki penjabaran bahwa penilaian merupakan proses pengukuran yang diperoleh dari kegiatan proses pengamatan pembelajaran pada Pendidikan Anak USia Dini, dengan menggunakan penilaian autentik.

Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan untuk mendapatkan tolak ukur pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan serta keterampilan. Dilakukan secara sistematis, terukur, menyeluruh dan berkelanjutan, mencakup pertumbuhan dan perkembangan atas pencapaian yang dilakukan anak dalam kurun waktu tertentu.

#Mengapa Penilaian Harus Dilakukan?

Potensi anak bisa diukur karena ada penilaian. Penilaian dilakukan bukan hanya sekedar mengukur apa yang diketahui oleh anak, namun lebih kepada apa yang mampu dilakukan oleh anak. untuk itu penilaian harus dilakukan secara kontinu dan terarah. Anak yang belum terlihat atau belum muncul potensinya, perlu dilakukan peninjauan ulang dan mengarahkannya pada kegiatan yang dapat memunculkan potensi anak secara maksimal. Sedangkan jika diketahui seorang anak memiliki kemampuan yang unggul melebihi kompetensi yang sudah ditentukan, pendidik dituntut untuk membimbing peserta didik ke arah pengembangan potensi secara lebih maksimal lagi agar kemampuan anak semakin berkembang.

Menurut Harun dkk penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaian.

Dalam Maria dan Sisilia (2021) fungsi penilaian dilakukan untuk:

1. Memberi informasi penting yang diharapkan oleh orang tua: anak belajar sesuatu.

2. Memberi informasi yang bermanfaat bagi guru: Pijakan untuk merencanakan pembelajaran berikutnya.

#Apakah Tujuan dari Proses Penilaian?

Penilaian dilakukan bertujuan untuk memberikan data yang terstruktur tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, kepada pihak-pihak yang memerlukan baik pendidik maupun orangtua, demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Stimulasi diberikan secara bertahap dan meningkat. Stimulasi akan mudah diterapkan jika orang tua atau pendidik memiliki informasi tentang perkembangan yang sudah diperoleh oleh anak pada aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Maria dan Sisilia (2021) mengatakan bahwa hal penting yang patut guru pahami adalah bahwa orang tua tidak semua dan tidak melulu paham bahwa dalam proses bermain pada anak, ada pembelajaran yang dia dapat. Bermain merupakan pekerjaan bagi anak, dan melalui proses bermain anak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Jadi, penilaian membantu membuat pembelajaran yang tak nampak bagi orang tua menjadi terang benderang. “assessment makes learning visible” (Hawe & Dixon, 2017; Southcott, 2015; Verstege, 2011)”. Penilaian membuat belajar seorang anak terpampang terang benderang.

Laporan penilaian perlu diberikan pada bagi orangtua, agar orang tua dapat melanjutkan program yang sudah dibina di sekolah, juga diterapkan lagi di rumah. Dengan demikian Pendidikan dan pengasuhan yang diberikan kepada anak akan sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di sekolah. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak akan dicapai secara optimal. Adapun proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahapan di bawah ini:



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD



#Bagaimana Teknik dalam Memberikan Penilaian

Mengulas ketentuan Teknik penilaian dalam Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Usia 5-6 Tahun/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) Beberapa Teknik penilaian yang dilaksanakan di PAUD diantaranya yaitu

1. Teknik Pengamatan atau observasi. Guru melakukan pengamatan atau observasi di saat anak melakukan kegiatan belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dicatat dalam lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik.

2. Teknik Percakapan. Guru dapat menggunakan Teknik ini pada saat kegiatan terpimpin ataupun bebas.

3. Teknik Penugasan. Dalam Teknik ini guru dapat memberikan tugas kepada anak dalam kurun waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok, dalam penugasan secara mandiri ataupun didampingi.

Dalam Anggraeni dkk (2014) Maria dan Sisilia (2021) dijelaskan bahwa hasil observasi yang dilakukan guru, harus dikumpulkan dalam sebuah catatan. Bentuk pencatatan tersebut diantaranya bisa berupa:

1. Catatan anekdot Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan mencatat sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-tiba/insidental baik positif maupun negatif.

2. Unjuk kerja merupakan teknik penilaian yang melibatkan anak dalam bentuk pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati.

3. Portofolio merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan anak secara berkesinambungan atau catatan pendidik tentang berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai salah satu bahan untuk menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4. Ceklist. Dalam Teknik penilaian ini, guru harus menyiapkan dulu format instrument tentang materi yang akan diajarkan pada anak. Isi dengan indikator pencapaian yang diinginkan. Capaian yang dapat diisi berupa pemberian tanda ceklist (bisa tanda ✔, tanda ✘, atau tanda lain). Contoh:


5. Foto berseri, disajikan dalam bentuk foto-foto yang diberikan keterangan tentang proses pembelajaran anak dan hasilnya.



Sumber: Buku Panduan Guru Pengembangan Pembelajaran untuk Satuan PAUD


Analisis guru: Bima memiliki sikap kepemimpinan dan memiliki rasa percaya diri serta kebanggan diri. Ia menginisiasi ide dan memimpin permainan. Bima memiliki fisik yang kuat sehingga ia mampu berjongkok saat mengerjakan suatu aktivitas. Kemampuan motorik halusnya terstimulasi ketika ia menata batu-batu berurutan dan membuat batu seimbang. Ia mengenali dinosaurus sebagai binatang dan dapat menyebutkan makanan dinosaurus. Bima memiliki kemampuan berpikir logis, ia mampu menye[1]butkan sebab akibat.

Umpan balik: Kegiatan selanjutnya Bima dapat diajak untuk menambahkan karyanya, misalnya keluarga dinosaurus, kandang atau lingkungan tempat tinggal dinosaurus

Teknik Perangkuman Hasil Penilaian

Hasil Teknik pencatatan kegiatan pembelajaran pada anak sebagaimana yang telah dijelaskan di atas dirangkum dalam catatan dengan format yang telah disiapkan baik harian, mingguan ataupun semester. Setelah itu hasil rangkuman diproses menjadi laporan yang menjelaskan secara singkat tentang kompetensi yang diajarkan kepada anak meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Setelah Langkah-langkah proses penilaian sudah dijalani, guru harus mampu mendeskripsikannya secara objektif kepada orangtua atau wali dalam bentuk LPPA (Laporan Pencapaian Perkembangan Anak).

Pola penulisan Penjelasan atau deskripsi penilaian meliputi keistimewaan anak pada semua aspek, keberhasilan belajar anak, pengembangan diri anak, hal apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan orangtua dalam rangka pengembangan diri anak.

Hasil penilaian disampaikan oleh kepala Lembaga PAUD dan guru. Bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Dilakukan secara langsung melalui pertemuan tatap muka yang dilakukan pihak Lembaga dan orang tua atau wali. Pihak Lembaga wajib menjaga kerahasiaan data pelaporan anak yang akan digunakan untuk melakukan bimbingan ke tahap selanjutnya kepada pihak yang tidak relevan.



CONTOH FORMAT LAPORAN PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK




PETUNJUK PRAKTIS PENGISIAN LPPA

Kolom Pertumbuhan

Pada kolom ini diuraikan catatan seluruh kemajuan pertumbuhan fisik anak meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, panca indera, kesehatan secara umum, dll.

Kolom Perkembangan

Pada kolom ini diuraikan catatan mengenai seluruh kemajuan perkembangan anak berdasarkan kompetensi yang dicapai anak meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Diawali dengan menguraikan kekuatan peserta didik dengan cara yang unik dan bermakna yang dapat menjadi bagian dari citra diri peserta didik serta menghindari pernyataan yang bersifat negatif.

Pemilihan Kalimat yang Tepat dalam Penilaian. Menilai dengan Pernyataan Positif. Pernyataan positif diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ananda unggul dalam ...
2. Ananda menunjukkan inisiatif dalam hal ...
3. Ananda mampu bekerjasama ...
4. Ananda bangga dengan karyanya ...
5. Ananda mau mendengarkan ...
6. Ananda mampu menyampaikan ide/gagasan ...
7. Ananda bekerja dengan rapi ...
8. Ananda menunjukkan pekerjaan sampai tuntas ...
9. Ananda memahami dengan cepat ...
10. Ananda sangat disenangi oleh teman-temannya ...

Jangan Gunakan Pernyataan atau ungkapan yang negatif. Pernyataan negatif yang harus dihindari diantaranya:

1. Ananda tidak pernah ...
2. Ananda tidak akan ...
3. Ananda tidak bisa ...
4. Ananda akan selalu ...

Untuk menghindari kesan negatif dalam mengomentari kelemahan anak, guru dapat menggunakan bahasa yang positif, diantaranya yaitu:

1. Ananda lebih menyukai...
2. Ananda ramah dan lebih disukai…
3. Anak akan dapat manfaat dari berlatih...
4. Anak menunjukkan peningkatan dalam ...

Beberapa contoh kalimat yang dapat mendorong, sebagai berikut:

1. Ananda telah mengembangkan sikap positif terhadap ...
2. Ananda telah maju dalam ...
3. Ananda telah menunjukkan keinginan untuk ...
4. Ananda telah menunjukkan kemajuan dalam ...
5. Ananda telah menunjukkan peningkatan yang nyata ...
6. Ananda telah menunjukkan keterampilan sosial ...
7. Ananda telah menunjukkan antusias untuk ...
8. Ananda senang belajar untuk ...
9. Ananda menjadi mandiri ...
10. Anak sedang mengembangkan keterampilan konsentras…
11. Ananda mulai mendapatkan kepercayaan diri ...
12. Ananda menjadi pendengar yang baik ...
13. Ananda sedang mengembangkan cara yang lebih positif untuk berinteraksi dengan orang lain…
14. Ananda bersifat kooperatif ketika bekerja dalam kelompok ...

Yang perlu diperhatikan :

1. Kalimat di atas merupakan contoh yang dapat digunakan dalam membuat deskripsi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di LPPA.

2. Format dan muatan khusus (keagamaan, kesenian, budaya, bahasa daerah) LPPA dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah, satuan PAUD/lembaga PAUD, peserta didik.

Demikian uraian tentang teknis merancang penilaian untuk anak usia dini.
Selamat menerapkannya, semoga bermanfaat bagi pendidik PAUD dan bagi para bunda yang ingin membuat catatan Pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Bagi para bunda yang ingin menerapkannya di rumah, bisa dibuat lebih simple ya bund, uraian di atas bisa dijadikan inspirasi untuk membuat catatan kecil di rumah. Usaha yang kita lakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan mudah dicapai, jika ada penilaian yang terstruktur. Yuk semangat melakukannya demin buah hati tercinta. Salam pengasuhan.


REFERENSI

  • Anggraeni, DKK. Buku Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
  • Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
  • Umi Safitri, Aunurrahman, Dian Miranda, Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Anak Usia Dini Di TK LKIA II Pontianak, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, vol. 8, No.9, 2019.
  • Tim GTK Pendidikan Dasar. Modul BELAJAR Mandiri Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Bidang Studi TK/PAUD. Direktorat GTK Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2021.


















Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger