Rekomendasi Wahana Atlantis Ancol Terbaik untuk Anak-Anak

Selasa, 15 Oktober 2024

 Hai Super Parents!

Mau isi weekend ini dengan jalan-jalan seru bareng si kecil? Ada wahana yang bisa bikin si kecil happy, nih. Nilai plusnya juga banyak, lho! Selain mengisi quality time bareng keluarga, Wahana Atlantis Ancol bisa menjadi aktivitas seru yang bikin happy dan juga memberikan nilai plus untuk berbagai aspek perkembangan si kecil. 


Bagi Super Parents yang tinggal di seputaran Jakarta, Wahana Atlantis Ancol ini merupakan pilihan tepat sebagai tempat liburan yang educatif juga ramah di kantong. 


wahana-atlantis ancol

Di Wahana Atlantis Ancol yang didesain dengan gaya arsitektur Mediteranian kita bisa berenang bareng si kecil sambil menikmati suasana kota Mediteranian yang unik dan eksotis bareng si kecil. Auto berimajinasi menjadi penduduk istana Yunani, deh. Mata ini dimanjakan dengan panorama yang tidak biasa. Sungguh indah!


Si kecil bisa berenang, main air, sekaligus belajar tentang mitologi Yunani dan sejarah Atlantis. Keren kan? Kognitif si kecil makin berkembang nih. o, iya, jangan lupa juga selingi kegiatan berenang dengan bercerita apa saja bersama Ananda Tema cerita bisa diambil dari hasil tangkapan mata di lingkungan tempat bermain. Sudah pasti kemampuan bahasa ananda juga akan semakin berkembang.  Siapa tau nih, pulang-pulang si kecil jadi tertarik baca buku sejarah mediterania!


wahana atlantis ancol



Jadi, daripada bingung weekend mau ngapain, mending kita siap-siap saja nih buat petualangan seru di Atlantis Ancol. Wisata Ancol bukan hanya Dufan, lho, ada wahana atlantis Ancol. Kolam renang dengan tema Atlantis ini punya sederet wahana yang menarik bagi anak-anak.

Harga tiket Atlantis Ancol ramah di kantong dan banyak pilihan paketnya, seperti tiket reguler, annual pass hingga six month pass. Jika Anda dan keluarga hobi berenang, maka Atlantis pasti akan menjadi tempat wisata terfavorit.

Apa saja pilihan wahana yang menarik untuk anak-anak? Simak rekomendasinya, nih Super Parents.

8 Wahana Atlantis Ancol yang Asyik untuk Anak-anak


Bukan sekedar kolam renang biasa, Atlantis Water Adventures merupakan taman rekreasi air tematik dengan konsep peradaban wilayah Mediterania. Anak-anak serasa diajak untuk berpetualang ke dunia bawah laut yang hilang, karena ada sembilan jenis kolam yang tersedia.

Ada apa saja di Atlantis Ancol? Berikut ini beberapa wahana yang paling menarik bagi anak-anak:

1. Antila River


Sesuai dengan namanya, wahana yang satu ini berbentuk sungai yang mengalirkan air. Super Parents dan ananda bisa menaiki ban pelampung dan berjalan otomatis sesuai dengan aliran air. Ini, nih yang bisa membuat ananda lebih mahir lagi dalam melatih kontrol gerakan dan koordinasi.

Arusnya yang cukup kuat akan membawa Super Parents dan ananda berkeliling Atlantis Water Adventures dengan sangat puas. Lanskapnya yang teduh akan membuat kita semakin nyaman duduk bersantai di atas ban pelampung.


2. Poseidon Wave


Tidak harus pergi ke pantai untuk bisa merasakan ombak. Poseidon Wave menjadi salah satu wahana Atlantis yang bisa membuat anak-anak merasakan hembusan ombak yang kencang.

Supaya aman, nikmati hempasan ombak di di atas ban pelampung. Tubuh akan terasa dihempaskan kesana kemari dan menjadikannya sangat seru. Sangat menarik untuk menunggu ombak datang menghempaskan tubuh bersama dengan keluarga.


wahana dragon race atlantis ancol



3. Dragon Race


Belum puas rasanya bermain air tanpa menaiki seluncur. Dragon Race menjadi salah satu wahana Atlantis Ancol yang merupakan seluncur dengan panjang 116,6 meter.

Seluncur ini tersedia 4 jalur yang berdampingan dengan warna yang berbeda-beda, sehingga sangat seru jika dimainkan bersama-sama. Super Parents  dan ananda bisa berlomba-lomba siapa yang lebih dulu mendarat. Du, ini sih sudah pasti seru banget.


4. Astha Tirta


Wahana Atlantis Ancol  merupakan kolam renang paling luas yang dilengkapi dengan 8 jenis papan seluncur. Setiap seluncuran memiliki arus yang deras sehingga mampu menguji adrenalin karena kecepatan yang semakin tinggi.

Seluncuran juga memiliki putaran dan kelok-kelok menantang, tetapi tetap aman untuk anak-anak. Ada banyak sensasi yang tidak terlupakan, karena di beberapa titik seluncur berupa terowongan yang menegangkan.

5. Crazy Slide


Jika ingin menaiki seluncuran yang lebih menantang lagi, Anda dan anak-anak bisa mencoba wahana Atlantis Ancol, Crazy Slide. Wahana ini memiliki lintasan yang lebih panjang yaitu 148 meter.

Seluncur terpanjang ini menjadikan Atlantis Ancol sebagai wisata Jakarta yang sangat diminati. Setiap titik juga memiliki terowongan sehingga bisa memicu adrenalin semakin mendebarkan.
 

6. Dragon Slide


Ingin menaiki wahana seluncuran bersama-sama? Anda perlu mencoba Dragon Slide. Seluncuran ini memiliki arus yang cukup deras dan bisa dinaiki bersama-sama menggunakan ban pelampung.

Setidaknya ada tiga orang yang bisa menaiki seluncur bersamaan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Keseruannya membuat Anda dan keluarga tidak akan pernah lupa dan justru bikin ketagihan.
 

7. Skybox


Sebuah wahana yang didatangkan langsung dari Eropa! Anda bisa bermain seluncur yang panjangnya 78,6 meter. Seluncuran ini berbeda karena hanya ada satu orang remaja hingga dewasa yang bisa menaikinya.

Perbedaan dari seluncuran lain adalah kemiringannya 80 derajat dengan ketinggian 1,8 meter. Kecepatan seluncurnya adalah 56 km/ jam, dan hanya butuh waktu 5 detik untuk terjun bebas.
 

8. Apollo Pool


Nah, bagi Super Parents yang masih memiliki putra-putri balita dan menyukai permainan yang lebih santai, ada baiknya memilih Apollo Pool sebagai wahana seru-seruan bareng si kecil. Kolam terbesar di Atlantis ini sangat cocok untuk berlatih keterampilan berenang. Whoa, motorik kasar dan halus ananda bisa semakin berkembang.

Lebar kolamnya 8 meter dengan panjang sampai 350 meter, jadi ananda dan Super parents bisa puas berenang di kolam ini. Ananda dan Super Parents bisa mengeksplor banyak kegiatan di sini.

Sudah tidak sabar untuk mencoba satu per satu wahana Atlantis Ancol? Anda bisa langsung membuat agenda liburan ke Atlantis Water Adventures pada akhir pekan nanti.

Jangan lupa persiapkan tiketnya dengan membeli dari sekarang supaya tidak perlu mengantri lagi membeli tiket. Siapkan juga baju ganti yang lengkap supaya aktivitas bermain jadi lebih tenang. Have a great week ends Super Parents and kids.



Referensi:

https://www.ancol.com/blog/kolam-renang-atlantis/

https://www.ancol.com/unit-rekreasi/atlantis-ancol--4

https://www.ancol.com/blog/wahana-atlantis-ancol/

5 Tahapan Perkembangan Ajaib Spiritual Anak

Minggu, 13 Oktober 2024

Hai Super Parents,…Assalamualaikum.


Ketika sedang jalan-jalan bersama si kecil, mungkin super parents pernah dikagetkan oleh celotehan si kecil yang dengan polosnya bertanya tentang wujud Tuhan. Bunda Tuhan itu seperti apa, sih? Punya tongkat sakti ya? Hmm…Atau pernah suatu kali sang putri kecil kemana-mana inginnya pakai mukena dan membawa Al-Quran di tangannya, bahkan selalu ada dalam tas mainnya. Tenang, kalian tidak sendiri, banyak juga orang tua lain mengalami hal yang sama.

Dunia spiritual anak-anak penuh kejutan bagaikan roller coaster, membuat kita sering merasa kaget. Namun tidak jarang juga tersenyum dan tertawa melihat tingkah polahnya dan juga karena imajinasinya yang terkadang di luar nalar. 

Apalagi di era digital sekarang, nih. Informasi yang diterima ananda banyak yang masuk dan tidak mudah untuk membendungnya. Mereka banyak mendapatkan info dari gadget. Dampaknya, menjadi orang tua di era digital ini menjadi petualangan seru yang sekaligus juga bikin deg-degan.

tahapan perkembangan keagamaan anak
 

Nah, supaya petualangan seru kita dalam mendampingi anak bisa berjalan dalam kenyamanan hakiki, yuk kita coba pahami tahapan perkembangan spiritual Ananda. Semoga dengan berbekal diri dengan pengetahuan ini, kita bisa mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi tingkah laku si kecil yang kadang menguji adrenalin kita. Semoga setelah paham, Super Parents akan dengan santai menanggapi keanehan tingkah si kecil dengan hanya bergumam “oh, itu memang hal wajar …!”

Siap-siap ya! Kita akan memecahkan kode 'bahasa rahasia' spiritual anak-anak, dari yang cuma bisa bilang "Tuhan baik" sampai yang sok-sokan ceramah ala ustadz cilik. Semoga setelah membaca pemaparan ini, Super Parents bakal memiliki kekuatan penuh untuk memahami dan membimbing perjalanan spiritual Si Kecil.

Tahapan Perkembangan Pembelajaran Nilai Keagamaan Anak Usia Dini  


Mari kita lanjutkan diskusi kita tentang bagaimana ananda yang sudah memasuki usia taman-kanak-kanak mulai mengenal dan memahami nilai-nilai agama. Berikut ini 5 kemungkinan tentang tahapan perkembangan dan pemahaman ketika anak diperkenalkan tentang nilai keagamaan, ada 5 tahapan nih Super Parents, diantaranya yaitu unreflective, egocentris, misunderstand-verbalis, ritualis, dan imitative.

Tahap Unreflective (Tanpa Refleksi)


John Echol (1995) Memaknai istilah reflektif sebagai tidak mendalam. Pada tahapan ini, anak belum memiliki kemampuan untuk menyaring informasi keagamaan yang mereka dapatkan secara mendalam. Mereka belum bisa merenungkan. Mereka akan menerima informasi sesuai dengan pikiran polos mereka. Kalau orang tua bilang "Tuhan selalu melihat kita", bisa saja Ananda berimajinasi Tuhan adalah sesosok makhluk yang memiliki mata besar dan mengawasi terus.

Ketika Super Parents bercerita tentang keindahan surga, bisa jadi dalam benak Ananda akan terbayang bahwa surga adalah suatu tempat yang dipenuhi dengan aneka coklat, permen dan juga puding. Atau hal lainnya sesuai dengan apa yang Ananda sukai dan gandrungi.

Untuk itu pada tahapan ini pemberian pengetahuan keagamaan masih dalam konteks yang sederhana. Jangan sekali-kali kita menakut-nakuti Ananda dengan ungkapan,"Nanti masuk neraka lho!". Fokus saja dulu ke hal-hal dasar seperti, "Tuhan sayang kita" atau "Berbuat baik itu penting".

Berbasis pernyataan Maria Montessori yang menerangkan bahwa pikiran anak usia dini layaknya sebuah spons, mereka akan menyerap segala informasi yang masuk ke dalam pikiran mereka dengan sangat mudah, semudah spons dalam menyerap cairan. Untuk itu pada tahapan ini ceritakan hal-hal yang baik terlebih dahulu.

Para pendidik dan orang tua juga tidak perlu terlalu kecewa atau memarahi anak ketika anak tidak serius menjalankan pembelajaran tentang salat atau doa, karena anak belum bisa serius dan merenungkan apa yang dipelajarinya. Apalagi jika kita menuntut mereka untuk mengikuti sama persis dengan apa yang kita ajarkan.

Hal ini bukan menunjukkan ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran, kita harus memahami bahwa memang anak sedang dalam tahapan pemahaman unreflective. Selain itu juga kemampuan mereka belum sempurna, misalnya perkembangan bahasa yang masih dalam tahap perkembangan, misalnya masih ada yang cadel atau banyak tidak mengenal kata dan juga tidak paham artinya. Banyak kata asing yang bisa mereka ketahui melalui pemeblajaran nilai agama. Selain itu motoriknya juga belum berkembang sempurna seperti halnya juga aspek perkembangan lainnya.

Tahap Egocentris (Berpusat pada Diri Sendiri)


Pada tahapan ini, anak sudah memasuki pada tahapan memiliki sedikit pengertian atas informasi yang didapatkan. Mereka akan berpikir dan banyak bertanya. Namun masih terbatas konteks ke ’Aku-an’ nya.

Hal ini bisa dilihat dari tingkah lucunya ketika berdoa dia akan berkata, "Ya Tuhan, bukakan hati mama agar mau membelikan aku mobil remote, ya!” Bahkan ketika hari terlihat cerah setelah seharian turun hujan dia akan berceloteh, “Alhamdulillah Allah maha tahu, nih, kalau aku emang beneran lagi ingin main sepeda di luar!”.

Untuk itu, tahap ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mengenalkan anak pada konsep ke-Tuhanan, bahwasannya Tuhanbertindak secara universal, kemurahannya diperuntukkan bagi semua manusia. Super Parents bisa mengajak mereka berdiskusi dengan ungkapan, “ Kakak, menurut kamu kira-kira Allah azza wa Jalla sayang tidak ya sama teman-teman kamu?”

Pada tahap ini juga Super Parents sudah bisa mengenalkan konsep bersyukur atas pemberian yang Allah kasih, bukan hanya sekedar meminta lewat doa saja. Mereka sudah bisa diberi pemahaman bahwa harus banyak bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah selama ini. Dengan cara apa? Dengan menjadi anak baik, mau belajar ngaji, mau belajar salat dan nilai-nilai kebaikan lainnya.

Namun, jangan kecewa jika mereka juga tidak mau mengikuti perintah kita untuk belajar salat misalnya, karena di tahapan ini ego mereka masih sangat dominan dan psikologis mereka belum stabil. Perlu sabar dalam mengarahkannya.

Tahap Misunderstand-Verbalis (Salah Paham Verbal)


Di tahap ini, biasanya anak-anak udah mulai terbiasa dengan istilah "agamis" walaupun sering salah mengartikan, misalnya, pahala diartikan seperti sebuah permen. Biasanya anak-anak seringkali reflek mengucapkan kata astagfirullah walau sesungguhnya tidak paham kalau maknanya adalah mohon pengampunan. Atau ada juga nih anak kecil yang berseloroh, “Ih, kamu nakal, kamu harus tobat!” Ketika ditanya apa makna tobat, maka si kecil bingung menjawabnya.

Nah, pada tahap ini, Super Parents mulai bisa menjelaskan sedikit demi sedikit tentang makna kata-kata agamis yang sering didengar oleh anak. Ini waktu yang tepat untuk menjelaskan makna dari kata-kata agama yang acap mereka dengar.

Gunakan kalimat sederhana ketika menjelaskan, misalnya "Nak, Pahala itu seperti hadiah dari Allah karena kita berbuat baik." Atau “Tobat itu maksudnya meminta maaf kepada Allah.” Ketika Ananda salah mengartikan ada baiknya Super Parents tidak menertawakannya apalagi kalau sambil marah.

Menertawakan atau memarahi anak bisa menyebabkan Ananda kehilangan rasa ingin tahunya (curiosity) terhadap nilai keagamaan dan akhirnya malas untuk belajar.

Tahap Ritualis (Terfokus pada Ritual)


Sekarang kita masuk ke tahap di mana anak-anak mulai tertarik dengan ritual-ritual agama. Mereka suka sekali melakukan hal-hal yang kelihatannya "agamis", meskipun belum memahami maknanya. Misalnya Anak perempuan lagi senang-senangnya pakai mukena, bahkan sampai digunakan saat bermain.

Anak laki-laki senang sekali mendengar suara adzan tetapi mungkin kesenangannya itu dilandasi karena suka ketika mendengar adzan digaungkan lewat pengeras suara. Atau rajin ikut tarawih hanya karena ingin mendapat makanan buka puasa.

Nah, Ini momen yang bagus untuk mulai menjelaskan makna di balik kegiatan ritual keagamaan. Bisa mulai dari hal-hal simpel, misalnya "Kita sholat untuk berterima kasih sama Tuhan." Jangan terlalu kaku. Kalau anak main-main pakai atribut agama, gak papa. Perlahan kita mengajari mereka tentang cara menghormatinya.

Pada usia 3-6 tahun kemampuan Bahasa anak juga sedang proses berkembang. Berbasis pendapat pakar Bahasa Elizabeth tentang konsep perkembangan Bahasa yang sedang pesat di masa ini. Mengembangkan dan mengenalkan nilai agama kepada anak juga bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan bahasanya.

Disarankan untuk melatih kegiatan keagamaan dengan konsisten melalui latihan secara rutin dan praktik langsung bukan hanya sekedar pengetahuan yang informatif saja.Karena pengalaman nyata akan memberikan pengalaman yang berdampak bagi anak.

Tahap Imitative (Meniru)


Masa kanak-kanak masih berada dalam masa dasar dalam perkembangan. Mereka sangat tertarik untuk meniru apa yang orang dewasa di sekitarnya lakukan. Mereka berusaha menjadi "mini-version" dari sosok orang dewasa yang berada di sekitarnya.

Anak-anak pintar sekali berakting jadi "orang yang agamis". Pada tahapan ini anak perempuan mulai suka pake jilbab meniru bundanya. Yang laki-laki senang mengenakan sarung dan peci menitu gaya ayahnya.

Mereka mulai bergaya menasehati temannya menggunakan istilah agamis, padahal sendirinya masih suka berbuat kesalahan yang sama. Bahkan ada juga lho anak yang mahir menirukan gaya seorang ustadz, baik dari cara berpakaian atau gaya sang ustadz berbicara. Hadeuuh. Lucunya.

Tahapan ini merupakan tahapan yang krusial. Konsisten antara perbuatan dan ucapan sangat penting agar tidak mengecewakan anak. Jika kita mendahulukan nilai agama di setiap perbuatan kita maka akan tertanam dalam jiwa anak bahwa nilai agama adalah sesuatu yang penting dan harus dijadikan pedoman.

Untuk itu jadilah orang tua yang mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Persiapkan diri jauh hari sebelum dianugerahi seorang keturunan. Kalau kata ibu Maria Montessori, pengaruh keberhasilan sebuah pembelajaran adalah bersumber dari orang dewasa yang dipersiapkan baik dari sisi lahiriahnya maupun batiniahnya atau psikologisnya agar mampu membentuk generasi unggul dan membanggakan.

Mengembangkan Nilai Keagamaan Melalui Konsep Potret, Esensi dan Target


Postur tubuh annak yang mungil menjadi sinyal bagi kita orang dewasa agar bisa lebih memahami karakteristik dasar anak. Mereka tentu saja perlu dibina oleh kita sebagai orang dewasa yang sudah memiliki kebesaran baik dari sisi fisik maupun psikologisnya. Tugas kita lah membimbing anak dengan kesesuaian tahap perkembangannya, begitu pula dalam menanamkan nilai agama. Ada 3 hal yang harus kita perhatikan, Pengembangan nilai agama didasarkan pada potret, esensi dan target. Apa maksudnya, yuk lanjut kita baca pemaparannya.

Potret Pengembangan Nilai Agama Anak


Anak dibimbing harus dengan patokan yang jelas. Kurikulum yang diterapkan harus jelas. Penjelasan tentang program pengembangan agama jangan hanya sekedar melakukan rutinitas saja seperti halnya pembiasaan pada makan, minum, tidur dan urusan biologis lainnya. 

Program penanaman nilai keagamaan pada anak harus mengakar pada diri anak. Anak harus terbentuk menjadi pribadi yang mampu memaknai konsep dirinya hadir di dunia ini pada pemikirannya kelak setelah dia dewasa.

Dari sejak dini harus dikenalkan secara bertahap, bahwa kita hidup sebagai manusia harus memiliki nilai bukan hanya sekedar urusan biologis, karena jika penekanan hanya ada pada urusan biologis akan sama saja fungsi kita seperti hewan.

Esensi Pengembangan Nilai Agama


 Jadi, apa intinya mengajarkan agama ke anak usia dini? Esensinya bukan hanya menciptakan anak menjadi robot yang hafal ayat-ayat, tapi lebih pada penanaman nilai-nilai baik yang sesuai ajaran agama. Penekanannya dalam pembentukan akhlak mulia dan mensupport anak untuk menjadi versi terbaik dari yang dirinya miliki. Secara simpel, kita mau anak paham bahwa ada 'sesuatu' yang lebih besar dari diri mereka, yang menyayangi dan melindungi mereka.

Goalnya adalah membimbing anak agar bisa lebih mengenal Tuhannya. Bukan hanya mengenal nama tapi juga mengetahui bahwa Allah itu memiliki sifat bai seperti penyayang , pemurah, maha kaya dan lainnya.

Melalui penanaman nilai agama anak jadi memahami mana hal yang boleh dia lakukan mana yang “Big No No” berdasarkan nilai agama yang dianut dan bukan hanya berdasarkan takut pada orang tua. Kita juga sedang membiasakan anak untuk melakukan ritual ibadah menurut agamanya. Tentu saja tanpa paksaan! Sehingga anak bisa bersyukur bukan hanya pada manusia, namun juga kepada Tuhannya.


Target Nilai Pengembangan Nilai Agama Anak


Target utamanya adalah untuk mewarnai pertumbuhan dan perkembangan anak dekat dengan nilai keagamaan. Semua ini didasarkan pada:

  1. Anak terlahir dalam keadaan suci. Seusai dengan hadis Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa Sesuangguhnya anak dilahirkan dalam keadaan suci, Ayah ibunya lah yang menjadikan dia Nasrani, Yahudi dan juga Majusi.
  2. Awal kehidupan anak tentu akan penuh diwarnai dengan prinsip kejiwaan yang dimiliki oleh anak.

Atas dasar inilah sebagai orang tua dan pendidik target kita ketika membimbing anak pertama kali berbicara dia harus bisa berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan. Ketika makan dia harus terbiasa menggunakan tangan kanan, menghabiskan makanan dan tidak tabzir. Makan dengan mengambil makanan yang paling dekat dengannya, dan hal lainnya yang sudah ditetapkan oleh kaidah agama.


Kompetensi Perkembangan Nilai Agama dan Moral AUD


Supaya Super Parents memiliki sedikit gambaran tentang apa saja nilai-nilai yang perlu dikembangkan dan diterapkan pada ananda, saya akan memaparkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan nilai agama dan moral sesuai dengan tahapan usia ananda. Berikut ini pemaparannya:


Kompetensi Perkembagan Nilai Agama dan Moral

Usia 3 – 4 tahun

Usia 5 – 6 tahun

Aplikasi Kegiatan

Keterangan

Mengenal Tuhan

Menyebut nama Tuhan.

Mengetahui tempat ibadah sesuai dengan agamanya.

Meniru kegiatan ibadah secara sederhana.

Menyebutkan ciptaan-ciptaan Tuhan.

Memahami sifat-sifat Tuhan seperti pengasih, penyayang, maha kaya dan lainnya.

Mengenal doa-doa pendek.

Menggunakan kartu info.karya wisata di alam untuk mengenalkan konsep ciptaan Tuhan dan sifat Tuhan.

Usia 3 – 4 tahun mengenal konsep dasar seperti nama Tuhan dan tempat ibadah. Sedangkan untuk usia 5 – 6 tahun lebih kompleks, yaitu sifat Tuhan dan ciptaannya.

Moral dan Etika

Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan sesuatu.

Mengucapkan salam.

Mengetahui sikap baik dan buruk.

Mengucapkan terima kasih, minta tolong, mengucapkan maaf.

Mau menyapa serta menjawab sapaan.

Bersikap sopan terhadap orang tua dan guru.

Mengerti konsep benar dan salah.

Mulai menanamkan konsep kejujuran.

Menyiram tanaman, memberi makan binatang. Bersikap ramah.

Meminta tolong dengan baik.

Berbahasa sopan ketika berbicara.

Bermain puzzle sederhana tentang aneka sifat baik.

Usia 3 – 4 tahun mulai mengenal orang lain. Usia 5 – 6 tahun mulai peduli lingkungan.

Toleransi

Mengenal aneka keberagaman di kalangan temannya.

Mulai Menghargai orang lain.

Menghargai teman yang berbeda agama.

Memahami jika masing-masing orang memiliki cara beragama yang berbeda.

Melalui pembelajaran seni. Menggambar symbol agama, atau membuat karya seni yang berhubungan dengan tema keagamaan.

 

Kegiatan Keagamaan

Ikut serta dalam kegiatan keagamaan sederhana.

Mendengarkan cerita-cerita keagamaan.

Mampu melakukan ibadah sederhana sesuai agamanya melalui bimbingan.

Mengenal hari-hari besar keagamaan.

Berpartisipasi dalam perayaan hari keagamaan dalam konteks sederhana.

Mengenal ciptaan Tuhan dan menyebutkannya seperti kucing, pohon rambutan dll.

Menyanyikan lagu keagamaan.

Menggunakan metode bercerita, mengenalkan tokoh nabi dan kebaikannya. Misal Nabi Muhammad SAW yang pemaaf.

Usia 3 – 4 tahun Meniru kegiatan ibadah secara sederhana. Sedangkan Usia 5 – 6 tahun melakukan ibadah secara mandiri, mulai memiliki inisiatif.

Nilai Kemanusiaan

Mau menolong teman.

Tidak mengganggu teman.

 

Menunjukkan sikap mau menolong teman.

Mulai memahami pentingnya berbagi.

Menunjukkan kepedulian pada lingkungan sekitar.

 

Menggunakan metode bermain peran untuk usia 3 – 4 tahun, mempraktikan membantu ibu. Untuk usia 5 – 6 tahun memerankan adegan berbagi makanan dengan teman.

Usia 3 – 4 tahun mulai mengenal teman. Sedangkan usia 5 – 6 tahun aktif menghargai perbedaan dan menunjukkan sikap toleransi.

Pengenalan Kitab Suci

 

Mengenal kitab suci agamanya.

Mampu menyebutkan tokoh kitab suci.

Dengan metode berbanyi, tengtang kitab suci.

Usia 3 – 4 tahun belum ada indokator spesifik.

Sedangkan umur 5 – 6 tahun mulai mengenal macam-macam kitab suci dan Nabinya.

 

 

 

 

 


Nah, Super Parent, perlu diingat juga, bahwa setiap anak itu terlahir unik, jadi ketika mencoba menerapkan nilai keagamaan dan moral pada anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangan masing-masing anak. Jangan memaksa dan harus dilakukan dalam suasana yang bahagia, aman juga nyaman bagi orang tuanya dan tentu saja bagi si kecil.


Gunakan bahasa yang sederhana ketika menjelaskan pada anak dan berikan afirmasi positif, agar mereka senang melakukan hal positif yang sesuai tuntunan. 


Prinsip Dasar Pembelajaran Perkembangan Nilai Anak  


Selain mengetahui tahapan perkembangan dalam pembelajaran nilai-nilai agama, sebagai orang tua dan pendidik kita juga harus paham prinsip dasar dalam kajian perkembangan nilai-nilai agama pada anak usia dini. Apa sajakah? Mari kita kupas lagi!

  1. Prinsip Aktivitas. Kegiatan reel akan lebih berdampak buat anak. Utamakan penerapan yang dilakukan erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
  2. Prinsip Keteladanan. Siap menjadi tauladan bagi Ananda. Karena jika tidak ada contoh yang linier maka proses pembelajaran akan sia-sia.
  3. Prinsip Kesesuaian dengan Kurikulum Spiral. Sampaikan pembelajaran secara bertahap, dimulai dari yang sangat mudah, mudah dan agak sulit menuju pada hal sulit.
  4. Prinsip Developmentally Appropriate Practise (DAP). Utamakan prinsip kesesuaian pada perkembangan setiap anak, jangan memaksa anak layaknya orang dewasa mini yang harus asama dengan kita.
  5. Prinsip Psikologi Perkembangan Anak. Terapkan prinsip yang memahami psikologi perkembangan anak, kenali fase perkembangannya.
  6. Prinsip Monitoring. Lakukan monitoring rutin dan berkala. Sampai sejauh mana anak mampu menerapkan pembelajaran yang sudah diberikan. Hal ini penting untuk pijakan evaluasi ke depannya.


Kesimpulan dan Antisipasi Sikap Orang Dewasa Terhadap Pengembangan Nilai Keagamaan Anak


Dalam proses mengembangkan nilai agama pada anak, yang paling penting adalah kita sebagai orang dewasa sekaligus pendidik harus menyiapkan diri untuk menjadi orang dewasa matang yang patut menjadi contoh baik bagi ananda.

Anak-anak lebih suka meniru daripada diceramahi Panjang lebar. Kita juga harus selalu siap menjawab pertanyaan mereka, walau pun jangan ragu menjawab tidak tahu jika memang kita tidak mengetahui jawaban yang ditanyakan oleh anak. Ajak anak untuk mencari jawabannya bersama, misalnya lewat baca buku atau mendengarkan kajian di Youtube. Pertanyaan dari anak-anak seringkali membuat kita harus berpikir keras lho untuk menemukan dan memberikan jawaban yang tepat.

Buat suasana belajar agama menjadi menyenangkan. Melalui konsep bercerita, nyanyian, atau permainan. Hormati proses mereka. Kadang anak-anak bisa mundur atau maju dalam pemahaman agamanya. Konsistensi itu perlu dan penting sekali. Jika kita ingin mengajarkan tentang kejujuran, bangun dulu diri kita menjadi orang yang jujur. ya kita juga harus jujur.

Libatkan anak dalam kegiatan sosial keagamaan. Misalnya, mengajak mereka berbagi makanan takjil atau terbiasa membantu kita menunaikan zakat. Hal ini mengajarkan kepada anak tentang aspek sosial keagamaan. Ajari ananda perihal toleransi dalam agama dari sejak kecil dalam konteks yang sederhana.

Perkembangan spiritual anak merupakan perjalanan yang panjang. Dalam proses perjalanannya bisa saja kita menemukan kerikil atau liukan, jalannya tak melulu lurus juga lurus. Yang terpenting kita bisa menjadi seorang pemandu yang sabar dan bijak dalam menemani perjalanan mereka mengenal dan memahami nilai-nilai agama.

Mengajarkan nilai-nilai agama pada anak itu layaknya sedang bercocok tanam. Bibit yang kita tanam tidak bisa kita paksakan agar tumbuh langsung besar, semuanya berproses, butuh siraman air serta pemberian pupuk yang sesuai agar bisa tumbuh subur.

Jadi, santai saja dalam menghadapi pelangi perkembangan spiritual anak-anak. Yang penting kita bisa menjadi panutan yang baik dan selalu siap menjawab pertanyaan mereka dengan sabar. Nikmati prosesnya dan syukuri hasilnya. Pelan-pelan tapi pasti, mereka bakal tumbuh menjadi individu yang memiliki pemahaman agama yang kuat dan bermakna. Tapi ingat ya, ini bukan aturan kaku. Setiap anak itu unik dan bisa saja punya "jalan spiritual" yang beda-beda. 

Stttt..., Super Parents sadar tidak, sebenarnya petualangan kita dalam memahamkan anak pada nilai keagamaan adalah bukan hanya anak yang berkembang pemahaman nilai keagamaannya tapi titik berat justru ada pada pengembangan kedalaman pemahaman agama kita sendiri. Setuju? Keep spirit dan salam pengasuhan.

Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Menyimak pada Anak?

Kamis, 10 Oktober 2024
Hai Generasi Super


Saya ingin bertanya, nih, kira-kira keterampilan menyimak itu perlu tidak ya dimiliki oleh seseorang? Jika iya kenapa jika tidak perlu apa alasannya?

Nah, perlu kita ketahui nih gensu, antara berbicara dan menyimak itu layaknya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Coba bayangkan, jika kita sedang berbicara tetapi tidak ada yang mendengarkan kita, percuma, kan? Artinya tidak ada komunikasi yang terjalin.

menyimak

 

Untuk itu pengetahuan tentang keterampilan menyimak tentu saja tidak kalah penting dengan keterampilan berbicara. Untuk itu pada artikel kali ini saya akan berdiskusi tentang hakikat dari keterampilan menyimak.

Apa Arti Menyimak?


Gensu sepertinya sudah mengetahui nih kalau kemampuan menyimak itu adalah skill yang sudah dimiliki dari sejak lahir ketika kita masih bayi. Selama sistem pendengaran dalam keadaan normal semua dari kita sudah memeiliki kemampuan ini.

Uniknya selain dari kegiatan membaca, menulis atau berbicara kegiatan mendengar justru adalah hal yang paling sering kita lakukan. Pendapat inni juga dikuatkan oleh seorang pakar bahasa anak bahwasannya kemampuan mendengarkan datang dengan sendirinya, tidak perlu les atau kursus khusus dan merupakan bawaan dari lahir! (Nurbaya, 2011: 5)

Dalam konteks menyimak Bapak Tarigan (1986: 28) menjelaskan bahwa menyimak bukan hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan merupakan proses yang lebih dalam dari itu. Menyimak adalah mendengarkan sesuatu dengan serius agar paham maksudnya sehingga bisa menghayati dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain lewat pembicaraan. Jadi menyimak ini bukan hanya sekedar mendengarkan yang hanya lewat telinga kanan lalu langsung keluar dari telinga kiri.

Jadi, bagaimana nih sebenarnya urutan proses berbahasa kita dari sejak kecil? Nah, menurut Iskandarwassid (2008: 227), menyimak merupakan skill pertama yang kita miliki dari sejak bayi. Urutan kemampuan berbahasa manusia dimulai dari menyimak – berbicara – membaca – lalu menulis.

Tapi harus dibedakan, nih? Mendengar dengan menyimak itu beda ya! Kalau mendengar hanya sekedar menangkap suara saja, baik itu berupa bahasa ataupun yang lainnya baik sengaja atau tidak sengaja. Sedangkan menyimak masuk pada tingkatan yang lebih tinggi. Artinya dalam proses menyimak kita mendengarkan dengan sengaja, sadar, serius, dan fokus dengan apa yang kita dengar.

Tujuan Menyimak

Lalu, untuk apa orang menyimak? Menurut Iskandarwassid (2008: 283), ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, diantaranya yaitu:


1. Ingin memperoleh wawasan dan ilmu baru. Sama halnya ketika kita mendengarkan ilmu dari bapak atau ibu dosen ketika mengajar.

2. Ingin menikmati sesuatu. Bisa dengan mendengarkan musik, puisi, suara alam dan yang lainnya.

3. Ingin membuat penilaian terhadap sesuatu. Seperti halnya mendengarkan pidato dan kita membuat penilaian tentang pidato tersebut bagus atau tidaknya.

4. Ditujukan untuk menghargai karya orang, contohnya dengan mendengarkan cerita atau lagu.

5. Berusaha untuk mendapatkan ide baru. Bisa diperuntukkan sebagai bahan pembelajaran atau bahan percakapan dengan teman atau rekan kerja.

6. Untuk mendapatkan detai perbedaan bunyi dari beberapa benda.

7. Sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Pembicaraan orang lain bisa menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

8. Untuk meyakinkan diri. Dari hasil penjelasan seseorang, hal yang belum kita pahami biasanya akan terselesaikan dan mendapatkan penjelasan.

Ibu Sutari (1998:21) juga menambahkan lagi nih untuk tujuan menyimak lebih detail. Apa sajakah? Yuk kita telusuri!

1. Bermaksud mencari fakta dan data. Seperti proses menyimak yang kita lakukan ketika mendengarkan radio, melihat berita di televisi atau momen pertemuan lainnya yang bersifat mencari info.

2. Bermanfaat untuk menganalisis sebuah fakta. Dengan menyimak kita tidak hanya menerima begitu saja berita yang datang kepada kita tetapi dipertimbangkan terlebih dahulu mengapa bisa begini dan mengapa bisa begitu.

3. Menilai sebuah berita apakah valid atau tidak bisa diterima atau tiidak, masuk akal atau tidak, di sini kita menjadi seperti juri.

4. Mencari Inspirasi. Nah, biasanya orang-orang yang kreatif enjadikan momen pembicaraan yang dijadikan penaglaman seru yang bisa ditumpahkan menjadi ide-ide konten baru yang menarik dan ispiratif.

5. Mencari hiburan. Sudah jelas ya Gensu, menyimak juga bisa dijadikan sarana hiburan dengan cara mendengarkan musik, mendengarkan lawakan seru dan hal lainnya yang bikin kita happy.

7. Meningkatkan kemampuan berbicara. Orang yang biasa menyimak biasanya memiliki kemampuan berbicara yang bagus, karena otak kita terbiasa untuk merekamnya.

Jenis-jenis Menyimak


Kita perlu tahu nih bahwa menyimak itu tidak hanya mendengarkan orang lain berbicara. Kadang-kadang kita juga bisa menyimak perkataan kita sendiri. Maksudnya begini, kita bisa mendengarkan pikiran kita sendiri tentang apa yang baru saja kita simak.

Nah, cara kita menyimak itu sangat berpengaruh sekali dengan seberapa dalam dan luas hasil menyimak kita. Bapak Tarigan (1986: 5)membagi tingkatan menyimak ini menjadi dua, yaitu tingkatan rendah dan tingkatan tinggi. Mksudnya bagaimana? Yuk kita lanjut diskusi kita.

Tingkatan Rendah


Pada tingkatan ini sebagai penyimak kita masih di tahap menyetujui apa yang dibicarakan oleh pembicara. Respon kita biasanya hanya mengangguk, senyum mengatakan iya atau setuju. Dalam tahap ini belum ada proses berpikir keras.

Tingkatan Tinggi


Pada level ini penyimak sudah memberikan respon yang lebih dari tingkatan rendah. Biasanya penyimak mampu mengulang respon dari isi pembicaraan sang pembicara.

Intinya, semakin tinggi level menyimak kita, semakin dalem juga pemahaman kita. Jadi, lain kali ketika mendengarkan orang berbicara, yuk kita tingkatkan level kita. Siapa tahu kita bisa dapat insight baru yang bagus!

Ibu Nurbaya (2011: 10-14) menambahkan bahwa secara umum ada dua jenis tingkatan menyimak, yaitu menyimak secara intensif dan menyimak secara ekstensif.

Menyimak Intensif


Tingkatan menyimak pada level ini tergolong serius! Maksudnya ketika kita mendengerkan dilakukan dengan fokus dan sungguh-sungguh agar bisa menangkap maksud pembicara secara baik. Nah, menyimak intensif ini ada beberapa macam:

  1. Menyimak Komprehensif. Ini seperti halnya seperti kita sedang mendengarkan guru mengajar dengan serius agar bisa memahami materi dengan baik.
  2. Menyimak Kritis. Di sini kita tidak hanya mendengar saja tetapi juga berupaya untuk berpikir kritis dan meyakinkan pada dir benar tidak ya pernyataan yang sedang dilontarkan.
  3. Menyimak Kreatif. Yang ini seru! Ketika kita mendengarkan sseseorang berbicara kita sudah mampu berpikir kritis, misalnya ketika mendengarkan sebuah cerita kita mampu mengilustrasikan cerita tersebut ke dalam sebuah gambar atau langsung enciptakan sebuah lagu dan puisi.
  4. Menyimak Konsentratif. Yang ini fokus banget nih! Layaknya sedang menjalankan ujian mendengar. Tidak boleh ada satu pun kata yang terlewat.
  5. Menyimak Interogatif. Seperti layaknya seseorang yang sedang menyiapkan tanya jawab.
  6. Menyimak Eksploratif. Di sini kita seperti berperan seperti layaknya pemburu harta karun. Mencari info menarik dari sebuah pembicaraan.

Menyimak Ekstensif


Nah, kalau tadi kita bahas menyimak yang serius-serius, sekarang kita bahas menyimak yang lebih santai nih. Menyimak ekstensif ini seperti menyimak yang kita lakukan sehari-hari, misalnya mendengarkan radio sambil nyetir, nonton TV sambil makan, atau nguping orang ngobrol di pasar.

Ciri-ciri menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

1. Tidak ada tujuan khusus, hanya sekedar mendengarkan saja.

2. Bisa di mana saja dan kapan saja

3. Sambil lalu saja, tidak perlu terlalu focus.

4. Bertujuan untuk mencari hiburan

5. Bisa dilakukan di tempat ramai.

6. Tidak ada target tertentu.


Ada 4 jenis menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

  1. Menyimak Sekunder. Prosesnya seperti mendengarkan saja. Misalnya ketika mengerjakan PR sambil mendengarkan musik. Proses mendengarkan sambil lalu.
  2. Menyimak Estetik. Nah yang ini buat hiburan! Seperti nonton wayang, mendengarkan dongeng, atau nonton drama. TApi perlu menjadi catatan, bahwa ini dilakukan bukan hanya untuk senang-senang saja melainkan bisa juga menikmati jalan ceritanya.
  3. Menyimak Pasif. Seperti halnya ketika kita sedang belajar sendiri. Hanya sekedar mendengarkan saja, tidak perlu diberikan respon atau gerak yang penting paham materinya
  4. Menyimak Sosial. Nah, hal ini yang paling sering kita lakukan. Seperti halnya ketika ngobrol bersama teman. Di sini kitab isa saling mendengarkan dan memberi respon.

Jadi menyimak ekstensif bermakna lebih santai dan natural dibanding menyimak intensif. Hal ini yang biasanya kita lakukan sehari-hari tanpa sadar. Tapi meskipun santai, tetep ada manfaatnya lho!

Intinya, menyimak intensif seperti pembelajaran di kelas yang butuh ekstra focus, sedangkan ekstensif lebih pada menyimak yang kita lakukan sehari-hari dengan santai.

Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak


Yuk lanjut diskusi kita dengan apa saja factor yang menjadi penunjang pada kegiatan menyimak. Menurut Bapak Tarigan (2086: 105-114), ada 8 hal yang bisa mempengaruhi dalam kemampuan menyimak yang kita lakukan, diantaranya, yaitu:

  1. Kondisi Fisik. Kondisi badan kita ketika mendengarkan harus dalam keadaan segar dan sehat, jika sedang sakit, capek atau lapar tentu saja tidak akan fokus. Jadi, badan sehat itu penting sekali dalam kegiatan menyimak agar hasilnya bagus.
  2. Kondisi Mental/Psikologis. Ini tentang apa yang ada di pikiran kita. Ketika kita memiliki prasangka jelek kepada pembicara dan kebanyakan mikir sendiri dengan pikiran sempit biasanya akan merasa bosan ketika harus mendengarkan.
  3. Pengalaman seseorang. Pengalaman seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mendengarkan yang kita lakukan! Misalnya, kalau kita pernah punya pengalaman jelek dengan sesuatu, pasti di awal sudah malas mendengarkan tentang hal itu. Namun sebaliknya jika yang didengarkan hal baik maka akan timbul semangat ketika mendengarkan.
  4. Motivasi. Ini kayak "semangat" kita buat dengerin. Kalau kita punya alasan kuat buat untuk mendengarkan (misal ingin mendapatkan nilai bagus), biasanya hasilnya lebih oke. Makanya guru harus pintar membuat muridnya termotivasi!
  5. Jenis Kelamin. Proses menyimak antara laki-laki dan Wanita biasanya memiliki perbedaan. Laki-laki biasanya lebih objektif, dan Wanita lebih subjektif, sensitive dan mudah dipengaruhi oleh perasaan.
  6. Lingkungan. Untuk lingkungan dibagi dua jenis yaitu: Lingkungan Fisik. Erat kaitannya dengan pengaturan  tempat. Misalnya bagaimana konsep pengaturan kursi di kelas, usahakan agar semua murid harus bisa mendengar dengan jelas. Lingkungan Sosial. Anak-anak sangat peka dengan suasana. Mereka bakal lebih semangat kalau ide-ide mereka dihargai. Jadi kalau kita mau anak menjadi pendengar yang baik, kita juga harus menjadi pendengar yang baik buat mereka!
  7. Peran di Masyarakat. Kerjaan atau peran kita bisa bikin kita lebih tertarik dengerin hal tertentu. Misalnya, jika kita seorang guru, pasti akan lebih tertarik mendengarkan berita pendidikan. Jadi, makin penting peran kita, makin penting juga kemampuan menyimak kita!
Bagaimana? Sudah paham tentang konsep menyimak ini. Lalu di mana kira-kira level menyimak kalian? Spill ya di kolom komen. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Popular shapewear bodysuits styles for fall

Rabu, 09 Oktober 2024
Temperatures are cooling down and our wardrobes start to slowly transition to more cozy layers. Fall fashion demands to have a perfect foundation so you can still have a seamless silhouette under all these many layers. Shapewear bodysuits shouldn’t be overlooked during fall.

autumn wardrobe


During the cooler months, bodysuits as well as butt lifter shorts provide warmth and layering options while contouring and smoothing your figure. These garments will elevate your outfit while giving you a polish look, specially without compromising your comfort.

The following are some popular shapewear bodysuits styles that have become quite popular during fall season.

Turtleneck bodysuits


These are ideal pieces for the transitional weather. They combine the chic and timeless aesthetic of turtlenecks with the properties of shapewear. You can layer them under jackets, blazers. You can even wear them by themselves with a pair of high-waisted trousers or jeans.

They have a dual functionality, as they provide warmth and coverage while also compressing the waist and torso to smooth the area out. The slimming effect works amazing under fitted clothes. You can find them with long sleeves or there’s even sleeveless options. They are versatile enough so you can wear them up and down.

Long-sleeve bodysuits


They are another fall essential delivering style and comfort. For the season, sleeves provide added warmth, and the compression in the torso areas creates a defined waistline. Besides it helps to smooth out any areas that make you feel self-conscious.


longsleeve bodysuits
Source by Shapellx.com

 
They can be layered under dresses, oversized cardigans, sweaters and there won’t be any added bulks. This type of bodysuit with tummy control often come with different necklines. And their long-sleeve design will ensure that the focus stays on your outfit while you still get extra contouring.

These pieces can also be worn by themselves when paired with skirts or jeans, as they’ll offer you a tucked-in, streamlines look. And of course, having the shapewear benefits.

Open bust bodysuits


They are a great option, as well as butt lifting shapewear, for those who want the shaping benefits without compromising the bra they choose. This style leaves the bust are open and allows you to wear your favorite bra. The bodysuits focus on compressing the waist, back areas and stomach. It offers great versatile to layer under various dresses, blouses and tops.

open bust shape wear
Source by Shapellx.com




For outfits with intricated details or unique necklines, this type allows you to shape your midsection without affecting your overall look. It’s also helpful when you are wearing structured fall outfits, as it will smooth and define your figure beneath them.

For women with larger busts or someone that wants customized support they offer the freedom to pick the right bra while still enjoying the shaping effect of shapewear.

Strapless bodysuits


While fall is typically associated with layers, there are many occasions where a strapless bodysuit can be needed. Some examples are evening events or wearing off-the-shoulder tops. It can give you the desired shaping without any visible lines or straps.

strapless body suits
Source by Shapellx.com

 


They come with anti-slip silicone lining to ensure that they stay in place. This makes it perfect for dresses that require a seamless and smooth finish. The compression around the midsection and the waist will create a more defined hourglass figure.

If you are looking to add a touch of elegance and sexiness to your fall closet, strapless shapewear bodysuits are the way to go. You won’t be sacrificing neither the fit and nor the comfort.

They are perfect to layer them under capes, cardigans or even shawls, and they’ll give you the freedom to wear a trendy of-shoulder or strapless outfit, especially during cooler weather.





Seni Rupa dari Sudut Dimensi

Selasa, 08 Oktober 2024
Pernah main ke sebuah taman? Jika di depanmu, ada seorang pelukis yang sedang membuat lukisan pemandangan, sementara di seberang taman, seorang pemahat tengah asyik memahat batu dari batu. Apakah kamu tertari untuk mendekat? Nah, kedua orang ini sedang menghasilkan karya yang jenisnya berbeda!

Di sinilah seni rupa dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D) memainkan perannya! Apa sih bedanya? Kenapa lukisan yang cantik itu disebut 2D, sementara patung yang terlihat lebih hidup dianggap 3D? Tulisan ini akan membahas rasa penasaranmu tentang jenis hasil karya keduanya. BAca sampai habs ya pemaparan ini, siapa tahu kamu jadi lebih tertarik untuk mencoba membuat karya seni sendiri setelah ini!

contoh seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi


Pengertian Seni Rupa Dua Dimensi dan Tiga Dimensi



Seni rupa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Keduanya berbeda dalam hal ruang yang digunakan serta teknik pembuatannya. Yuk, kita bahas satu per satu dengan bahasa yang santai agar mudah dipahami!


1. Seni Rupa Dua Dimensi (2D
)


Seni rupa dua dimensi adalah karya seni yang hanya memiliki dua ukuran dasar, yaitu panjang dan lebar. Karya seni ini hanya bisa dilihat dari satu sudut pandang, yaitu dari depan, karena tidak memiliki ketebalan atau kedalaman.

Ciri-Ciri Seni Rupa Dua Dimensi:


Hanya Memiliki Panjang dan Lebar: Ini artinya karya seni 2D tidak punya volume atau ruang yang bisa dirasakan secara fisik.

Bisa Dilihat dari Satu Arah Saja: Kita hanya bisa menikmatinya dari depan, misalnya ketika kita melihat lukisan yang dipajang di dinding.

Biasanya Datar: Bentuknya datar, karena tidak memiliki kedalaman atau dimensi ketiga.

Contoh Seni Rupa Dua Dimensi:


Lukisan: Lukisan adalah contoh paling umum dari seni rupa dua dimensi. Lukisan biasanya dibuat di atas kanvas dengan cat minyak, akrilik, atau cat air.

Gambar/Sketsa: Gambar di atas kertas menggunakan pensil, arang, atau tinta adalah contoh lain. Misalnya, gambar wajah atau pemandangan yang dibuat di atas kertas.

Poster atau Ilustrasi: Karya desain grafis yang dibuat di komputer atau dengan tangan, seperti poster film atau ilustrasi di majalah.

Batik dan Motif Kain: Walaupun terbuat di atas kain, pola batik atau tenun termasuk seni rupa dua dimensi karena hanya bisa dilihat dari satu sisi permukaan kain tersebut.

Contoh Sederhana:


Bayangkan kamu menggambar sebuah rumah di atas kertas. Kamu mungkin menggambar segitiga untuk atap dan persegi untuk badan rumahnya. Karya ini hanya punya panjang dan lebar, dan tidak bisa dilihat dari sisi lain—itulah seni rupa dua dimensi!


2. Seni Rupa Tiga Dimensi (3D)


Seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang memiliki tiga ukuran, yaitu panjang, lebar, dan kedalaman atau tinggi. Artinya, karya ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang dan bisa dirasakan keberadaannya di ruang nyata karena memiliki volume.

Ciri-Ciri Seni Rupa Tiga Dimensi:


Memiliki Panjang, Lebar, dan Tinggi (Kedalaman): Ini berarti karya seni tiga dimensi dapat dipegang dan memiliki bentuk yang bisa dilihat dari berbagai sisi.

Mengisi Ruang: Seni 3D tidak hanya bisa dilihat dari satu sisi, tetapi bisa dinikmati dari segala arah—depan, samping, atas, dan belakang.

Memiliki Volume dan Berat: Karena mengisi ruang, karya seni tiga dimensi memiliki volume dan bobot fisik.

Contoh Seni Rupa Tiga Dimensi:


Patung: Patung adalah karya seni tiga dimensi yang paling umum. Misalnya, patung pahlawan di alun-alun kota atau patung manusia dari bahan kayu atau batu.

Kerajinan Tangan: Vas bunga, gerabah, atau ukiran kayu termasuk karya seni tiga dimensi karena punya bentuk yang nyata dan bisa dilihat dari berbagai sudut.

Arsitektur: Bangunan seperti rumah, gedung, atau monumen adalah seni rupa tiga dimensi karena memiliki panjang, lebar, dan tinggi.

Karya Instalasi: Karya seni kontemporer seperti instalasi seni di galeri yang terbuat dari benda-benda sehari-hari, misalnya kumpulan botol plastik yang disusun menjadi bentuk tertentu.

Contoh Sederhana:


Bayangkan kamu membuat boneka dari tanah liat. Kamu membentuknya dari kepala sampai kaki, sehingga boneka ini punya panjang, lebar, dan ketebalan. Kamu bisa memutarnya dan melihat boneka itu dari depan, samping, atau belakang. Nah, inilah seni rupa tiga dimensi!


Kesimpulan


Secara singkat, seni rupa dua dimensi adalah karya seni yang datar dan hanya memiliki panjang serta lebar, seperti lukisan atau gambar. Sedangkan seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang bisa dirasakan keberadaannya di ruang nyata karena memiliki panjang, lebar, dan kedalaman, seperti patung atau bangunan. Semoga penjelasan ini membantu kamu memahami perbedaan antara kedua jenis seni rupa ini dengan lebih jelas, yaa. Semoga keindahan karya seni membuat hari-harimu penuh semangat!!!
















Karakteristik Seni Rupa Anak USia Dini, Coretan yang Memilki Makna

Pagi itu, Laras yang baru berusia 4 tahun duduk tekun dengan krayon berwarna-warni di tangannya. Coretan-coretan tak beraturan memenuhi kertas gambar di hadapannya. Garis-garis melengkung, melingkar, dan zigzag berwarna merah, biru, dan kuning saling tumpang tindih. Namun, ketika aku mendekati dan bertanya tentang gambarnya, mata bocah 5 tahun itu berbinar-binar. Dia menjelaskan "Ini mama lagi masak di dapur, Bu!" serunya dengan bangga, menunjuk pada sekumpulan garis melingkar di pojok kertas. "Yang ini asap dari masakannya mama, enak lho bu rasanya!" Laras menjelaskan sembari menunjuk garis-garis vertikal yang menjulang ke atas.


Sebuah ilustrasi yang pasti seringkali ditemui para praktisi pendidikan anak usia dini, bukan? Celoteh lucu namun memiliki makna yang mendalam. Kita sebagai orang dewasa harus mampu memberikan apresiasi pada hasil karya yang mungkin secara kasat mata orang dewasa sangat membingungkan. Bagaimana nih supaya kita bisa menyikapi secara bijak tetang daya pikir dan imajinasi anak? Sepertinya kita harus membuka wawasan kita tentang hakikat dari seni rupa anak usia dini, yuk kita telusuri.

karakteristik seni rupa anak



Hakikat Seni Rupa Anak Usia Dini


Mengacu pada esensi atau makna dasar dari aktivitas seni yang dilakukan oleh anak-anak pada tahap awal perkembangan mereka. Seni bagi anak usia dini bukan sekadar aktivitas untuk menciptakan gambar atau bentuk visual, melainkan sebuah media untuk berekspresi, mengeksplorasi, dan memahami dunia di sekitarnya. Apa maksudnya?

1. Seni sebagai Sarana Ekspresi Diri dan Emosi Anak


Seni rupa bagi anak usia dini merupakan media utama untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran yang mungkin belum bisa mereka ungkapkan secara verbal. Pada usia dini, kosakata anak masih terbatas sehingga mereka lebih mudah mengomunikasikan apa yang mereka rasakan melalui coretan, warna, dan bentuk. Setiap goresan atau pilihan warna yang mereka gunakan mencerminkan suasana hati, pengalaman, dan pandangan mereka terhadap dunia.

Biasanya ketika seorang anak merasa bahagia, ia cenderung menggunakan warna-warna cerah seperti kuning atau merah. Sebaliknya, saat anak merasa marah atau sedih, mereka mungkin memilih warna gelap atau membuat coretan yang intens.

Selain itu gambar hasil kreasi anak usia dini sering kali memiliki makna simbolis. Contohnya, bentuk lingkaran mungkin dianggap sebagai orang tua, garis-garis sebagai tangan atau kaki, dan sebagainya. Melalui simbol-simbol ini, mereka berusaha menggambarkan hubungan emosional dengan orang dan lingkungan sekitarnya.


2. Seni merupakan Proses Kreatif yang Alami bagi Anak


Hakikat seni rupa pada anak usia dini lebih menekankan pada proses daripada hasil akhir. Proses kreatif ini mencakup eksplorasi bahan, alat, dan teknik, serta bagaimana mereka menciptakan karya dengan cara yang unik dan spontan.

Anak-anak bisa bereksperimen dengan berbagai alat dan media seperti krayon, cat air, atau playdough. Mereka menikmati sensasi memegang kuas, mencampur warna, atau merasakan tekstur kertas. Dalam konteks ini, seni adalah kegiatan bermain yang kaya akan pengalaman sensorik.

Dalam kegiatan menggambar anak memiliki kebebasan berekspresi tanpa batasan. Mereka tidak terlalu terikat pada konsep estetika orang dewasa, seperti komposisi, proporsi, atau perspektif. Justru, kebebasan ini menciptakan karya yang orisinal dan menunjukkan keunikan pemikiran anak-anak.

kagiatan seni rupa anak


3. Seni Rupa sebagai Alat untuk Mengembangkan Berbagai Aspek Perkembangan Anak


Seni rupa memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan kognitif, motorik, bahasa, dan sosial-emosional anak, bahkan juga bisa mengembangkan aspek spiritual dan moralmnya. Melalui aktivitas seni, anak-anak tidak hanya belajar menggambar atau melukis, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan motorik, dan pemahaman tentang interaksi sosial.

Ketika anak menggambar, mereka belajar menghubungkan konsep-konsep abstrak dengan bentuk visual. Mereka mulai memahami konsep spasial (atas, bawah, dekat, jauh), serta memikirkan urutan langkah untuk mencapai hasil tertentu.

Penggunaan alat-alat seni seperti pensil warna, kuas, atau gunting melatih otot-otot kecil di tangan dan jari, yang sangat penting untuk keterampilan menulis di masa depan.

Melalui seni, anak-anak belajar mengelola emosi, bekerja sama, berbagi alat dengan teman, dan menghargai karya seni orang lain.


4. Seni Rupa sebagai Media untuk Belajar dan Mengembangkan Kreativitas


Hakikat seni rupa anak usia dini juga terletak pada kemampuannya untuk menumbuhkan kreativitas. Kreativitas bukan hanya tentang menciptakan karya seni, tetapi juga tentang cara berpikir yang fleksibel dan inovatif. Seni membantu anak-anak belajar berpikir di luar kebiasaan, melihat berbagai kemungkinan, dan menemukan solusi baru untuk suatu masalah.

Melalui seni, anak-anak berlatih menggunakan imajinasi mereka. Ketika seorang anak menggambar sebuah rumah dengan pintu berbentuk bintang atau pohon yang berwarna biru, dia tidak hanya bereksperimen dengan bentuk dan warna, tetapi juga menunjukkan kemampuannya untuk berpikir imajinatif.

Seni mendorong anak-anak untuk membuat keputusan sendiri. Ketika mereka memutuskan warna apa yang akan digunakan atau bagaimana mengatur elemen-elemen dalam gambar, mereka sedang berlatih membuat pilihan dan menilai hasilnya.


5. Seni Rupa merupakan Proyeksi Dunia Anak yang Autentik


Hakikat seni rupa pada anak usia dini adalah bagaimana seni mencerminkan dunia mereka secara autentik. Setiap gambar atau patung sederhana yang dibuat anak merupakan cerminan dari cara mereka melihat, memahami, dan memaknai lingkungannya.

Gambar kreasi anak sering kali merepresentasikan apa yang penting bagi mereka. Misalnya, anak yang sering menggambar keluarga mungkin sedang mengekspresikan rasa sayangnya atau keinginannya untuk dekat dengan keluargaNAh, orang dewasa diharapkan peka terhadap hal ini.

Setiap karya seni yang dihasilkan anak adalah unik. Meskipun mereka mungkin menggambar objek yang sama (misalnya, semua anak diminta menggambar rumah), hasil akhirnya akan berbeda karena setiap anak memiliki persepsi, gaya, dan cara mengekspresikan diri yang berbeda.


6. Seni Rupa merupakan Pembentukan Identitas dan Rasa Diri


Seni rupa adalah salah satu cara anak mulai membangun identitasnya. Melalui seni, mereka dapat menunjukkan siapa mereka, apa yang mereka sukai, dan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri. Misalnya, anak-anak yang lebih sering menggambar tokoh superhero mungkin mencerminkan keinginan untuk menjadi kuat atau berani. Ini adalah bagian dari proses mereka memahami diri sendiri dan peran mereka dalam lingkungan.

Demikianlah hakikat seni rupa bagi anak usia dini. Ternyata seni rupa bukan hanya sekedar coretan yang tak bermakna namun memiki banyak pesan yang tersampaikan. Lalu apa saja kemampuan dasar yang dimiliki anak untuk seni rupa ini. Sekarang mari kita lanjutkan diskusi kita tentang hal ini.


alat seni rupa anak usia dini


Kemampuan Dasar Seni Rupa Anak Usia Dini



Kemampuan dasar seni rupa pada anak usia dini mencakup serangkaian keterampilan yang mendukung mereka untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi melalui media visual. Pada tahap usia ini, anak-anak sedang dalam proses mengembangkan pemahaman awal tentang elemen-elemen seni seperti garis, bentuk, warna, serta koordinasi gerak tangan dan mata. Memahami kemampuan dasar ini penting bagi orang tua dan pendidik agar dapat memberikan dukungan yang sesuai untuk menstimulasi kreativitas dan perkembangan anak. Apa saja kemampuan dasar tersebut?


1. Kemampuan Motorik Halus


Kemampuan motorik halus berkaitan dengan pergerakan otot-otot kecil di tangan dan jari anak yang penting untuk aktivitas menggambar, mewarnai, memotong, dan membentuk. Pada tahap usia dini, perkembangan motorik halus merupakan landasan utama untuk keterampilan seni yang lebih kompleks.

Untuk menguasai gerakan dasar seperti menggenggam alat tulis (krayon, pensil warna, spidol), membuat coretan, dan menggambar garis lurus, lingkaran, dan bentuk geometris sederhana lainnya dibutuhkan Latihan yang panjang. Awalnya, garis-garis mungkin terlihat goyah atau tidak rata, tetapi dengan latihan, kemampuan motorik ini akan semakin baik.

Ketika anak mengarahkan kuas untuk mengikuti pola atau membuat garis sesuai imajinasinya, ia sedang mengasah koordinasi antara penglihatan dan gerakan tangan. Kegiatan seperti melukis di area yang ditentukan atau menelusuri garis dapat meningkatkan kemampuan ini.


2. Pengembangan Kognitif: Mengidentifikasi Garis, Bentuk, dan Warna


Pada tahap usia dini, anak-anak belajar mengenali dan membedakan elemen-elemen seni rupa dasar seperti garis, bentuk, dan warna. Pemahaman ini merupakan kemampuan kognitif yang berfungsi sebagai dasar untuk menciptakan komposisi visual yang lebih terstruktur di masa depan.

Garis adalah elemen pertama yang dipelajari anak-anak. Mereka mulai memahami konsep garis lurus, melengkung, zigzag, atau spiral, yang kemudian dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sederhana. Kemampuan ini terlihat saat mereka mulai membuat pola berulang seperti garis-garis di sekitar objek atau pola dekoratif.

Bentuk dasar dengan aneka jenisnya mulai dikenali oleh anak usia dini seperti lingkaran, persegi, segitiga, dan oval. Mereka menggunakan bentuk ini untuk menggambarkan benda-benda yang akrab seperti wajah (lingkaran untuk kepala), rumah (segitiga untuk atap), atau pohon (lingkaran untuk dedaunan dan garis untuk batang).

Permainan warna menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi anak. Mereka mulai mengenali warna primer (merah, kuning, biru) dan sekunder (hijau, jingga, ungu) melaui kegiatan seni rupa. Mereka bisa menggunakan warna yang cerah untuk mengekspresikan kegembiraan atau warna gelap untuk menggambarkan suasana hati yang lebih tenang.


3. Kemampuan Menggambar Simbol dan Representasi


Kemampuan menggambar simbol merupakan tahap awal dalam mengembangkan kemampuan representasi visual anak. Ini terjadi ketika anak mulai menggambar objek-objek dengan cara yang sederhana, namun cukup untuk dikenali, meskipun mungkin tidak realistis

Anak-anak biasa menggambar manusia dengan bentuk sederhana seperti “manusia kepala-kaki” (lingkaran sebagai kepala dan dua garis sebagai kaki). Meski bentuk ini tidak proporsional, itu adalah tahap penting di mana mereka belajar menghubungkan simbol dengan objek nyata.

Anak-anak juga cenderung menggunakan simbol-simbol yang sudah mereka kenal secara berulang, misalnya menggambar rumah dengan bentuk kotak yang sama atau pohon dengan batang lurus dan daun berbentuk lingkaran. Ini menunjukkan perkembangan dalam mengingat dan mengaplikasikan skema visual mereka.

4. Eksplorasi Media dan Alat Seni


Eksplorasi media adalah kemampuan dasar lainnya yang penting dalam seni rupa anak usia dini. Anak-anak bereksperimen dengan berbagai alat dan bahan untuk mengetahui karakteristik masing-masing media seni.

Pada usia dini, anak-anak belajar menggunakan berbagai alat seni seperti krayon, spidol, cat air, tanah liat, atau kapur. Setiap media memberi pengalaman sensorik yang berbeda. Misalnya, menggambar dengan krayon menghasilkan goresan yang kasar, sedangkan cat air lebih lembut dan cair.

Anak usia dini sering mencoba mencampur berbagai media. Misalnya, menggambar garis dengan pensil warna kemudian menambahkannya dengan cat air, atau membuat kolase dari kertas dan bahan lainnya. Ini membantu mereka memahami bahwa setiap media memiliki efek visual yang unik.


kegiatan seni rupa anak usia dini



5. Kemampuan Membuat Komposisi Sederhana


Anak-anak usia dini mulai belajar menempatkan elemen-elemen dalam kertas atau kanvas mereka untuk menciptakan komposisi yang teratur. Mereka mulai belajar memahami konsep atas-bawah, dekat-jauh, besar-kecil. Misalnya, mereka menggambar matahari di bagian atas kertas, pohon di sebelah rumah, dan jalan di bagian bawah. Ini adalah pemahaman awal tentang tata ruang dan perspektif.


6. Ekspresi Kreatif dan Imajinasi


Imajinasi anak usia dini terkadang di luar ekspektasi kita. Kemampuan untuk memanfaatkan imajinasi dan kreativitas dalam seni merupakan dasar penting bagi perkembangan seni rupa mereka. Mereka menggunakan seni untuk menciptakan dunia fantasi, karakter unik, atau peristiwa yang hanya ada dalam pikiran mereka.

Selain itu kegiatan menggambar acap kali menjadi wadah bercerita apa yang ada di pikiran dan hatinya. Misalnya, mereka bisa menggambar dinosaurus yang terbang atau ikan yang berjalan di darat. Imajinasi ini membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yang penting di masa depan.


Masa kanak-kanak memang masa yang unik dan menyenangkan. Agar Super Parents dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk mereka maka ada baiknya kita mengetahui juga tentang karakteristik kemampuan seni yang ada pada anak-anak di suia dini. Apa saja, sih. Yuk disimak!

Karakteristik Seni Rupa Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki dunia seni yang penuh warna dan imajinasi. Ketika mereka berinteraksi dengan krayon, cat, atau sekadar coretan sederhana, mereka sedang berkomunikasi melalui bahasa visual yang menggambarkan pemikiran dan perasaannya. Agar kita mampu menjadi sosok yang menghargai kreativitas si cilik perlu kiranya kita memahami tentang karakteristik seni yang dimiliki oleh anak. Apa saja?

1. Karakteristik Umum Seni Anak Usia Dini


Ekspresif dan Bebas

Seni anak-anak cenderung tidak terikat pada aturan formal. Mereka tidak khawatir tentang proporsi, perspektif, atau detail yang akurat. Alih-alih, mereka lebih fokus pada perasaan dan imajinasi, sehingga karya mereka cenderung lebih ekspresif dan spontan.


Simbolis dan Tidak Realistis


Pada usia dini, gambar anak-anak lebih bersifat simbolis. Misalnya, lingkaran dengan garis bisa dianggap sebagai manusia. Mereka belum mampu merepresentasikan objek secara realistis, tetapi simbol-simbol ini menggambarkan pemikiran internal mereka.


Warna yang Berani dan Tidak Terbatas


Anak-anak usia dini memilih warna berdasarkan preferensi emosional, bukan realitas. Misalnya, pohon bisa digambar berwarna ungu dan matahari berwarna hijau. Ini menunjukkan betapa pentingnya perasaan dan intuisi dalam pemilihan warna mereka.



tahapan perkembangan seni rupa anak

 

2. Karakteristik Khusus Seni Anak Usia Dini


Menurut Viktor Lowenfeld, seorang pakar pendidikan seni anak, seni anak usia dini memiliki karakter khusus di setiap tahapan perkembangannya. Tahap perkembangan seni anak usia dini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu:

Tahap Coretan (2-4 Tahun)


Di tahap ini, anak-anak mulai membuat tanda-tanda pertama pada kertas. Coretan tidak memiliki makna tertentu, tetapi mereka merepresentasikan upaya anak dalam berinteraksi dengan media seni. Coretan ini berkembang menjadi pola yang lebih kompleks ketika anak-anak mulai menemukan kontrol motorik.


Tahap Pra-Skematik (4-7 Tahun)

Anak mulai menggambar bentuk yang dikenali seperti manusia, rumah, atau hewan. Gambar manusia biasanya berbentuk "kepala kaki". Lingkaran besar sebagai kepala dan garis sebagai kaki. Ini adalah awal dari representasi simbolis, di mana mereka berusaha menggambarkan pengalaman dan objek di sekitar mereka.


Tahap Skematik (7-9 Tahun)

Pada tahap ini, anak mulai membuat gambar yang lebih terstruktur dengan pola yang berulang. Misalnya, semua manusia dalam gambarnya akan memiliki bentuk tubuh yang sama, menunjukkan pemahaman awal tentang skema. Gambar juga lebih mendetail, dan anak-anak mulai menggambarkan ruang dan ukuran objek.

Kesimpulan


Hakikat seni rupa anak usia dini bukanlah tentang hasil yang sempurna atau karya yang indah menurut standar orang dewasa. Seni pada tahap ini adalah tentang kebebasan berekspresi, eksplorasi kreatif, dan pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Dengan memahami hakikat ini, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang mendorong anak-anak untuk bereksplorasi dan berkreasi tanpa batas.

Kemampuan dasar seni rupa anak usia dini mencakup keterampilan motorik halus, pengenalan elemen-elemen seni, simbolisasi, eksplorasi media, komposisi sederhana, serta ekspresi imajinasi dan kreativitas. Dengan memahami kemampuan-kemampuan ini, orang tua dan pendidik dapat memberikan bimbingan yang tepat agar anak-anak dapat mengembangkan potensi seni mereka secara optimal. Yuk Super PArents kita dukung anak-anak kita agar bisa berkembang secara optimal melaui setiap aspek perkembangan yang mereka miliki. Salam Pengasuhan!



Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger