Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Menyimak pada Anak?

Kamis, 10 Oktober 2024
Hai Generasi Super


Saya ingin bertanya, nih, kira-kira keterampilan menyimak itu perlu tidak ya dimiliki oleh seseorang? Jika iya kenapa jika tidak perlu apa alasannya?

Nah, perlu kita ketahui nih gensu, antara berbicara dan menyimak itu layaknya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Coba bayangkan, jika kita sedang berbicara tetapi tidak ada yang mendengarkan kita, percuma, kan? Artinya tidak ada komunikasi yang terjalin.

menyimak

 

Untuk itu pengetahuan tentang keterampilan menyimak tentu saja tidak kalah penting dengan keterampilan berbicara. Untuk itu pada artikel kali ini saya akan berdiskusi tentang hakikat dari keterampilan menyimak.

Apa Arti Menyimak?


Gensu sepertinya sudah mengetahui nih kalau kemampuan menyimak itu adalah skill yang sudah dimiliki dari sejak lahir ketika kita masih bayi. Selama sistem pendengaran dalam keadaan normal semua dari kita sudah memeiliki kemampuan ini.

Uniknya selain dari kegiatan membaca, menulis atau berbicara kegiatan mendengar justru adalah hal yang paling sering kita lakukan. Pendapat inni juga dikuatkan oleh seorang pakar bahasa anak bahwasannya kemampuan mendengarkan datang dengan sendirinya, tidak perlu les atau kursus khusus dan merupakan bawaan dari lahir! (Nurbaya, 2011: 5)

Dalam konteks menyimak Bapak Tarigan (1986: 28) menjelaskan bahwa menyimak bukan hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan merupakan proses yang lebih dalam dari itu. Menyimak adalah mendengarkan sesuatu dengan serius agar paham maksudnya sehingga bisa menghayati dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain lewat pembicaraan. Jadi menyimak ini bukan hanya sekedar mendengarkan yang hanya lewat telinga kanan lalu langsung keluar dari telinga kiri.

Jadi, bagaimana nih sebenarnya urutan proses berbahasa kita dari sejak kecil? Nah, menurut Iskandarwassid (2008: 227), menyimak merupakan skill pertama yang kita miliki dari sejak bayi. Urutan kemampuan berbahasa manusia dimulai dari menyimak – berbicara – membaca – lalu menulis.

Tapi harus dibedakan, nih? Mendengar dengan menyimak itu beda ya! Kalau mendengar hanya sekedar menangkap suara saja, baik itu berupa bahasa ataupun yang lainnya baik sengaja atau tidak sengaja. Sedangkan menyimak masuk pada tingkatan yang lebih tinggi. Artinya dalam proses menyimak kita mendengarkan dengan sengaja, sadar, serius, dan fokus dengan apa yang kita dengar.

Tujuan Menyimak

Lalu, untuk apa orang menyimak? Menurut Iskandarwassid (2008: 283), ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, diantaranya yaitu:


1. Ingin memperoleh wawasan dan ilmu baru. Sama halnya ketika kita mendengarkan ilmu dari bapak atau ibu dosen ketika mengajar.

2. Ingin menikmati sesuatu. Bisa dengan mendengarkan musik, puisi, suara alam dan yang lainnya.

3. Ingin membuat penilaian terhadap sesuatu. Seperti halnya mendengarkan pidato dan kita membuat penilaian tentang pidato tersebut bagus atau tidaknya.

4. Ditujukan untuk menghargai karya orang, contohnya dengan mendengarkan cerita atau lagu.

5. Berusaha untuk mendapatkan ide baru. Bisa diperuntukkan sebagai bahan pembelajaran atau bahan percakapan dengan teman atau rekan kerja.

6. Untuk mendapatkan detai perbedaan bunyi dari beberapa benda.

7. Sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Pembicaraan orang lain bisa menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

8. Untuk meyakinkan diri. Dari hasil penjelasan seseorang, hal yang belum kita pahami biasanya akan terselesaikan dan mendapatkan penjelasan.

Ibu Sutari (1998:21) juga menambahkan lagi nih untuk tujuan menyimak lebih detail. Apa sajakah? Yuk kita telusuri!

1. Bermaksud mencari fakta dan data. Seperti proses menyimak yang kita lakukan ketika mendengarkan radio, melihat berita di televisi atau momen pertemuan lainnya yang bersifat mencari info.

2. Bermanfaat untuk menganalisis sebuah fakta. Dengan menyimak kita tidak hanya menerima begitu saja berita yang datang kepada kita tetapi dipertimbangkan terlebih dahulu mengapa bisa begini dan mengapa bisa begitu.

3. Menilai sebuah berita apakah valid atau tidak bisa diterima atau tiidak, masuk akal atau tidak, di sini kita menjadi seperti juri.

4. Mencari Inspirasi. Nah, biasanya orang-orang yang kreatif enjadikan momen pembicaraan yang dijadikan penaglaman seru yang bisa ditumpahkan menjadi ide-ide konten baru yang menarik dan ispiratif.

5. Mencari hiburan. Sudah jelas ya Gensu, menyimak juga bisa dijadikan sarana hiburan dengan cara mendengarkan musik, mendengarkan lawakan seru dan hal lainnya yang bikin kita happy.

7. Meningkatkan kemampuan berbicara. Orang yang biasa menyimak biasanya memiliki kemampuan berbicara yang bagus, karena otak kita terbiasa untuk merekamnya.

Jenis-jenis Menyimak


Kita perlu tahu nih bahwa menyimak itu tidak hanya mendengarkan orang lain berbicara. Kadang-kadang kita juga bisa menyimak perkataan kita sendiri. Maksudnya begini, kita bisa mendengarkan pikiran kita sendiri tentang apa yang baru saja kita simak.

Nah, cara kita menyimak itu sangat berpengaruh sekali dengan seberapa dalam dan luas hasil menyimak kita. Bapak Tarigan (1986: 5)membagi tingkatan menyimak ini menjadi dua, yaitu tingkatan rendah dan tingkatan tinggi. Mksudnya bagaimana? Yuk kita lanjut diskusi kita.

Tingkatan Rendah


Pada tingkatan ini sebagai penyimak kita masih di tahap menyetujui apa yang dibicarakan oleh pembicara. Respon kita biasanya hanya mengangguk, senyum mengatakan iya atau setuju. Dalam tahap ini belum ada proses berpikir keras.

Tingkatan Tinggi


Pada level ini penyimak sudah memberikan respon yang lebih dari tingkatan rendah. Biasanya penyimak mampu mengulang respon dari isi pembicaraan sang pembicara.

Intinya, semakin tinggi level menyimak kita, semakin dalem juga pemahaman kita. Jadi, lain kali ketika mendengarkan orang berbicara, yuk kita tingkatkan level kita. Siapa tahu kita bisa dapat insight baru yang bagus!

Ibu Nurbaya (2011: 10-14) menambahkan bahwa secara umum ada dua jenis tingkatan menyimak, yaitu menyimak secara intensif dan menyimak secara ekstensif.

Menyimak Intensif


Tingkatan menyimak pada level ini tergolong serius! Maksudnya ketika kita mendengerkan dilakukan dengan fokus dan sungguh-sungguh agar bisa menangkap maksud pembicara secara baik. Nah, menyimak intensif ini ada beberapa macam:

  1. Menyimak Komprehensif. Ini seperti halnya seperti kita sedang mendengarkan guru mengajar dengan serius agar bisa memahami materi dengan baik.
  2. Menyimak Kritis. Di sini kita tidak hanya mendengar saja tetapi juga berupaya untuk berpikir kritis dan meyakinkan pada dir benar tidak ya pernyataan yang sedang dilontarkan.
  3. Menyimak Kreatif. Yang ini seru! Ketika kita mendengarkan sseseorang berbicara kita sudah mampu berpikir kritis, misalnya ketika mendengarkan sebuah cerita kita mampu mengilustrasikan cerita tersebut ke dalam sebuah gambar atau langsung enciptakan sebuah lagu dan puisi.
  4. Menyimak Konsentratif. Yang ini fokus banget nih! Layaknya sedang menjalankan ujian mendengar. Tidak boleh ada satu pun kata yang terlewat.
  5. Menyimak Interogatif. Seperti layaknya seseorang yang sedang menyiapkan tanya jawab.
  6. Menyimak Eksploratif. Di sini kita seperti berperan seperti layaknya pemburu harta karun. Mencari info menarik dari sebuah pembicaraan.

Menyimak Ekstensif


Nah, kalau tadi kita bahas menyimak yang serius-serius, sekarang kita bahas menyimak yang lebih santai nih. Menyimak ekstensif ini seperti menyimak yang kita lakukan sehari-hari, misalnya mendengarkan radio sambil nyetir, nonton TV sambil makan, atau nguping orang ngobrol di pasar.

Ciri-ciri menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

1. Tidak ada tujuan khusus, hanya sekedar mendengarkan saja.

2. Bisa di mana saja dan kapan saja

3. Sambil lalu saja, tidak perlu terlalu focus.

4. Bertujuan untuk mencari hiburan

5. Bisa dilakukan di tempat ramai.

6. Tidak ada target tertentu.


Ada 4 jenis menyimak ekstensif diantaranya yaitu:

  1. Menyimak Sekunder. Prosesnya seperti mendengarkan saja. Misalnya ketika mengerjakan PR sambil mendengarkan musik. Proses mendengarkan sambil lalu.
  2. Menyimak Estetik. Nah yang ini buat hiburan! Seperti nonton wayang, mendengarkan dongeng, atau nonton drama. TApi perlu menjadi catatan, bahwa ini dilakukan bukan hanya untuk senang-senang saja melainkan bisa juga menikmati jalan ceritanya.
  3. Menyimak Pasif. Seperti halnya ketika kita sedang belajar sendiri. Hanya sekedar mendengarkan saja, tidak perlu diberikan respon atau gerak yang penting paham materinya
  4. Menyimak Sosial. Nah, hal ini yang paling sering kita lakukan. Seperti halnya ketika ngobrol bersama teman. Di sini kitab isa saling mendengarkan dan memberi respon.

Jadi menyimak ekstensif bermakna lebih santai dan natural dibanding menyimak intensif. Hal ini yang biasanya kita lakukan sehari-hari tanpa sadar. Tapi meskipun santai, tetep ada manfaatnya lho!

Intinya, menyimak intensif seperti pembelajaran di kelas yang butuh ekstra focus, sedangkan ekstensif lebih pada menyimak yang kita lakukan sehari-hari dengan santai.

Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak


Yuk lanjut diskusi kita dengan apa saja factor yang menjadi penunjang pada kegiatan menyimak. Menurut Bapak Tarigan (2086: 105-114), ada 8 hal yang bisa mempengaruhi dalam kemampuan menyimak yang kita lakukan, diantaranya, yaitu:

  1. Kondisi Fisik. Kondisi badan kita ketika mendengarkan harus dalam keadaan segar dan sehat, jika sedang sakit, capek atau lapar tentu saja tidak akan fokus. Jadi, badan sehat itu penting sekali dalam kegiatan menyimak agar hasilnya bagus.
  2. Kondisi Mental/Psikologis. Ini tentang apa yang ada di pikiran kita. Ketika kita memiliki prasangka jelek kepada pembicara dan kebanyakan mikir sendiri dengan pikiran sempit biasanya akan merasa bosan ketika harus mendengarkan.
  3. Pengalaman seseorang. Pengalaman seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mendengarkan yang kita lakukan! Misalnya, kalau kita pernah punya pengalaman jelek dengan sesuatu, pasti di awal sudah malas mendengarkan tentang hal itu. Namun sebaliknya jika yang didengarkan hal baik maka akan timbul semangat ketika mendengarkan.
  4. Motivasi. Ini kayak "semangat" kita buat dengerin. Kalau kita punya alasan kuat buat untuk mendengarkan (misal ingin mendapatkan nilai bagus), biasanya hasilnya lebih oke. Makanya guru harus pintar membuat muridnya termotivasi!
  5. Jenis Kelamin. Proses menyimak antara laki-laki dan Wanita biasanya memiliki perbedaan. Laki-laki biasanya lebih objektif, dan Wanita lebih subjektif, sensitive dan mudah dipengaruhi oleh perasaan.
  6. Lingkungan. Untuk lingkungan dibagi dua jenis yaitu: Lingkungan Fisik. Erat kaitannya dengan pengaturan  tempat. Misalnya bagaimana konsep pengaturan kursi di kelas, usahakan agar semua murid harus bisa mendengar dengan jelas. Lingkungan Sosial. Anak-anak sangat peka dengan suasana. Mereka bakal lebih semangat kalau ide-ide mereka dihargai. Jadi kalau kita mau anak menjadi pendengar yang baik, kita juga harus menjadi pendengar yang baik buat mereka!
  7. Peran di Masyarakat. Kerjaan atau peran kita bisa bikin kita lebih tertarik dengerin hal tertentu. Misalnya, jika kita seorang guru, pasti akan lebih tertarik mendengarkan berita pendidikan. Jadi, makin penting peran kita, makin penting juga kemampuan menyimak kita!
Bagaimana? Sudah paham tentang konsep menyimak ini. Lalu di mana kira-kira level menyimak kalian? Spill ya di kolom komen. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger