Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Memahami Perilaku Anti Sosial pada Anak Usia Dini: Pengenalan, Penyebab, dan Penanganannya

Rabu, 30 April 2025

Suasana pagi di TK Insan Cendekia diisi dengan pemandangan seorang anak lelaki kecil Bernama Faqih yang sedang duduk seorang diri. Faqih sedang melamun dengan raut wajah yang terlihat sedih . Bu Nawal, guru kelas Faqih masuk ke kelas dan melihat Faqih seorang diri. Bu Sinta mengernyitkan dahinya mengamati Faqih. Dia merasa ada perubahan pada perilaku Faqih, siswa berusia 5 tahun itu. Seingatnya dulu Faqih adalah anak yang ceria dan sangat senang bergaul, tetapi sejak mungkin hampir sebulan ini, Faqih sering menyendiri, enggan mengikuti pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dan bahkan beberapa kali kepergok sedang mendorong dan juga memukul temannya saat mainannya hendak dipinjam.


"Hmm,… kira-kira ada apa ya dengan Faqih?" Bu Nawal bertanya pada dirinya sendiri.

Situasi yang dialami Faqih bisa jadi menunjukkan tanda perilaku anti sosial yang acap dijumpai pada anak usia dini. Jika tidak dilakukan penanganan dengan tepat, perilaku ini bisa mempengaruhi perkembangan anak di masa depan. Yuk, kita telusuri bersama ap aitu sikap anti sosial pada anak dan bagaimana cara mengatasinya agar anak terbebas dari masalah perilaku yang tidak menguntungkan ini.


mengatasi perilaku anti sosial pada anak usia dini

 

Apa Itu Perilaku Anti Sosial?


Menurut Hurlock (1978), anti sosial adalah sebuah keadaan ketika seseorang mengetahui aturan dan tuntutan kelompok, tetapi karena situasi yang tidak mengenakkan dengan orang lain sedang terjadi, maka seseorang tersebut akan melawan norma kelompok yang ada. Dampaknya, mereka sering diabaikan dan ditolak oleh kelompok sosialnya.

Kondisi ini berbeda dengan anak yang "non sosial". Biasanya ini terjadi dikarenakan mungkin hanya kurang keterampil dalam bersosialisasi, sedangkan anak dengan perilaku anti sosial biasanya sangat sering menentang aturan sosial yang ada.


Bentuk-Bentuk Perilaku Anti Sosial pada Anak


Perilaku anti sosial pada anak bisa diidentifikasi dalam berbagai bentuk. Orang tua dan pendidik harus mampu mengidentifikasi perilaku yang terjadi pada anak. Ciri-ciri umum yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Negativisme


Negativisme biasanya ditandai dengan perilaku menolak dan melawan instruksi atau aturan yang ditunjukkan oleh anak. Misalnya pada situasi ketika Faqih selalu menjawab "tidak mau!" saat diminta bergabung dalam permainan kelompok. Perilaku seperti ini biasanya mulai muncul ketika anak memasuki usia 2 tahun dan lebih sering terjadi lagi ketika anak memasuki usia 3-6 tahun.

Agresi


Agresi atau dikenal juga dengan istilah agresif merupakan sikap yang menunjukkan permusuhan yang nyata, bisa juga berupa ancaman, yang biasanya tidak dipicu oleh orang lain. Seperti misalnya yang ditunjukkan pada sikap Faqih yang tiba-tiba mendorong temannya tanpa adanya sebab yang jelas.

Pertengkaran


Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang disertai kemarahan. Jika agresi terjadi karena sikap tunggal, pertengkaran melibatkan dua orang atau lebih, dan salah satu pihak memainkan peran bertahan sedangkan pihak lainnya menyerang.

Mengejek dan Menggertak


Perilaku Mengejek ditandai dengan serangan secara lisan atau berupa ucapan, sedangkan menggertak bersifat fisik. Biasanya ditandai dengan sang pelaku yang akan merasa puas ketika melihat korbannya merasa tidak nyaman.


Perilaku Sok Kuasa.


Perilaku sok kuasa seringkali ditandai dengan keinginan untuk menguasai orang lain. Jika diarahkan dengan tepat, ini bisa menjadi sifat kepemimpinan, tetapi sayangnya keumuman yang terjadi anak dengan perilaku sok berkuasa biasanya ditolak dalam kelompok sosial dan cenderung dijauhi oleh temannya.

Egosentrisme


Perilaku egosentris biasanya ditandai melalui sikap anak yang cenderung berpikir dan berbicara hanya seputar perihal dirinya sendiri, tanpa memperhatikan kebutuhan atau keinginan orang lain.

Prasangka


Prasangka biasanya terbentuk ketika anak menyadari perbedaan penampilan dan perilaku orang lain, yang dianggap rendah atau salah oleh orang-oang di sekitarnya.

Antagonisme Jenis Kelamin


Antagonisme jenis kelamin biasanya terjadi pada anak laki-laki. Sesama kawan laki-laki biasanya ada yang seolah mengintimidasi agar tidak main dengan anak-anak perempuan, terutama jika ikut dalam permainan yang biasanyanya cenderung dipakai permainan oleh anak perempuan.


Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak


Sebagai orang tua tentu saja kita tidak ingin memiliki putra-putri yang terlibat dalam permasalahan anti sosial. Jika pun terjadi pada anak kita tentu saja harus segera ditangani dan dicari solusinya. Nah, parents, kita kaji lebih lanjut lagi yuk, bagaimana menurut pendapat ahli tentang hal ini? Apakah seorang anak akan berkembang menjadi pribadi yang memiliki keterampilan sosial secara baik atau malah justru menjadi pribadi yang anti sosial menurut Hurlock (1978) bergantung pada empat faktor utama ini:


Kesempatan untuk Bersosialisasi


Anak perlu memiliki waktu dan ruang yang cukup untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa. Tanpa kesempatan ini, anak tidak mampu beradaptasi untuk belajar hidup berbaur dengan bermasyarakat.

Kemampuan Komunikasi


Kemampuan berkomunikasi pada anak biasanya ditunjukkan dengan kemampuan anak membicarakan atau mengutarakan isi pikirannya melalui susunan kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti. Jika diibaratkan dengan sebuah bunga yang sedang mekar, kita sebagai orang tua dan juga pendidik perlu "menyirami bunga tersebut agar terus bertumbuh".

Kemampuan komunikasi anak akan terus bertumbuh memalui stimulasi yang didapatkan dari lingkungan sosialnya. Anak yang mudah bergaul, ketika mereka membicarakan hal-hal yang menarik dengan teman-temannya, biasanya mereka seperti "magnet kecil" yang menarik perhatian. Jika merasa nyaman dan diterima di lingkunagnnya, maka anak akan termotivasi untuk bergaul dengan lingkungan sosialnya. Ketika anak merasa senang ketika bermain dan berinteraksi dengan temannya, biasanya  anak akan sangat ingin mengulangi momen dan kegiatan bermain tersebut.

Metode Belajar yang Efektif


Anak belajar perilaku sosial melalui trial and error atau coba-ralat dan dari proses meniru orang yang ada di sekitarnya yang bisa dijadikan contoh (role model). Namun, mereka akan belajar lebih cepat dan lebih baik jika ada seseorang yang membimbing dan mengarahkan proses belajar tersebut. JAdi bukan hanya sekedar mencontoh tetapi diiringi bimbinbgan yang intensif.


Pengaruh Pengalaman Sosial Terhadap Perkembangan Anak


Masih menurut Hurlock (1978) seorang psikolog perkembangan yang sangat berpengaruh dalam bidang psikologi perkembangan anak dan remaja asal Amerika menuturkan bahwa pengalaman sosial awal memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan sosial anak di masa depan. Untuk itu beberapa hal yang sangat berpengaruh ditunjukkan pada aspek berikut ini:

Perilaku Sosial yang Menetap


Pengalaman bersosialisasi pada awal kehidupan anak akan membentuk pola perilaku yang sesuai dengan pengalaman yang dia dapatkan dan akan berlaku hingga dewasa. Untuk itu tugas orang dewasa untuk mengarahkan anak pada pola sosialisasi yang baik dari lingkungannya. Kemampuan beradaptasi yang dimiliki anak akan membawa keuntungan besar bagi perkembangan anak, jika tidak maka akan menjadi hambatan dalam perkembangan.


Sikap Sosial yang Menetap


Sikap sosial yang menetap pada anak yang didapatkan anak dari masa awal kehidupannya akan sangat berbekas ketika dia dewasa dan akan sulit dirubah. Untuk itu dorong anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan pertemanannya agar anak tidak hanya senang berinteraksi dengan mainannya yang nota bene adalah benda mati, karena sikap akan lebih sulit  diubah dibandingkan perilaku.

Pengaruh Terhadap Partisipasi Sosial


Pengalaman sosial di kehidupan awal sang anak akan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Partisipasi yang dilakukan akan menjadi penentu bagi kemampuan anak melalui seberapa aktif seorang anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di masa kanak-kanak maupun dewasa kelak.

Pengaruh Terhadap Penerimaan Sosial


Kemampuan anak dalam bersosialisasi akan sangat berdampak pada kepopuleran diri anak di kalangan teman-temannya, karena semakin si anak menunjukkan hal-hal yang menyenangkan maka akan semakin positif dan mudah diterima teman dan lingkungannya, karena dia adalah orang yang mudah bergaul dan sangat menyenangkan bagi teman dan lingkungannya. Biasanya anak semodel ini juga dikenal di lingkungannya.

Pengaruh Terhadap Pola Perilaku


Secara keumuman pengalaman sosial yang didapatkan di awal pada masa kanak-kanak akan sangat menentukan gaya sosialisasi anak apakah akan cenderung memiliki perilaku sosial yang baik sosial, tidak mampu bersosialisasi, atau malah anti sosial. Kemampuan bersosialisasi anak juga akan menentukan gaya bersosialisasi anak apakah dia akan menjadi seorang pemimpin atau sekedar pengikut.


Pengaruh Terhadap Kepribadian


Pengalaman sosial awal akan meninggalkan kesan pada kepribadian anak dan mungkin akan bertahan seumur hidup. Sikap positif takan terbentuk pada jiwa seseorang jika dia mengalami masa kecil yang indah dan bahagia, dan hal ini terbentuk melalui pengalaman sosial pada awal masa kanak-kanaknya.


Bagaimanan Menangani Masalah Anti Sosial pada Anak Usia Dini?


Sekarang kita coba telaah kembali keadaan yang sedang dialami oleh Faqih. Ketika mendapati perubahan perilaku pada Faqih Bu Nawal akhirnya memutuskan untuk melakukan komunikasi dengan orang tua Faqih setelah melewati observasi intensif yang dia lakukan. Akhirnya Bu Nawal mendapatkan keterangan dari orang tua Faqih, bahwa sejak adiknya lahir Faqih memang mengalami perubahan perilaku yang kurang menyenangkan, yang ternyata itu dilakukan juga ketika di rumah. 

Melalui keterangan yang didapatkan dari orang tua Faqih akhirnya Bu Nawal memahami bahwasannya perilaku anti sosial pada Faqih terbentuk sebagai wujud dari kurang perhatian atau perhatian yang dialihkan lebih kepada adiknya yang baru lahir. Tentu saja untuk sementara waktu Faqih agak sedikit terabaikan oleh orang tuanya. Hal ini menyebabkan Faqih menjadi tersisih dan tidak disayang lagi.

Keadaan ini tentu saja jangan dibiarkan berlarut dan harus segera diatasi.  Bagaimana cara mengatasi hal ini? Parents dan pendidik bisa mencoba hal-hal berikut jika menemukan masalah anti sosial pada anak usia dini:

Hindari Hukuman untuk Mengontrol Perilaku


Anak yang terlalu sering dihukum bisa menjadi "kebal" terhadap hukuman, sehingga perilaku anti sosial justru meningkat. Para pendidik ataupun orang tua hendaknya tetap memberikan dukungan yang positif agar perilaku baik pada anak tetap terjaga.

Tegaskan Aturan dan Terapkan Disiplin


Buat aturan yang jelas dan konsisten. Di sekolah sebagai seorang pendidik kita bisa membuat "Peraturan Kelas" dengan menggunakan gambar-gambar sederhana agar menarik dan juga mudah dipahami anak-anak. Demikian pun bagi orang tua di rumah, parents juga bisa menuliskan peraturan di dinding kamar anak dengan gambar atau ilustrasi yang menarik.

Ajarkan Konsep Sosial


Jangan lupa untuk memberikan penjelasan kepada anak tentang sebab dan akibat dari perilaku mereka. Bu Nawal mempraktikan metode bercerita dengan boneka tangan ketika menjelaskan tentang konsep "menyakiti teman membuat teman sedih" pada Faqih.

Berikan Stimulasi Kecerdasan Interpersonal


Secara konsisten berikan kegiatan yang bisa mengembangkan kemampuan sosial emosional anak yang bertujuan agar anak mampu memahami perasaan orang lain. Dalam hal ini Bu Nawal mengajak anak-anak bermain "Tebak Perasaan" dengan kartu emosi. Anak-anak diajak bicara dari hati ke hati tentang situasi perasaannya hari ini dan meminta memilih kartu emosi yang sesuai dengan kondisi hatinya.

Bersikap Konsisten dengan Konsekuensi


Jika sudah menetapkan konsekuensi untuk suatu perilaku, terapkan dengan konsisten. Bu Nawal dan orang tua Faqih ketika mencoba menghilangkan sikap anti sosial pada Faqih bersepakat untuk konsisten dalam menerapkan konsekuensi yang sama di rumah dan di sekolah.

Ajarkan Cara Menghormati Perbedaan


Bantu anak memahami dan menghargai segala bentuk perbedaan baik dari sisi etnis, budaya, agama, bahkan bangsa. Bu nawal mengadakan kegiatan "Hari Keberagaman" di kelas. Kegiatan tersebut dilakukan dengan saling berbagi cerita tentang tradisi atau kebiasaan pada keluarga masing-masing.


Kembalinya Keceriaan Faqih


Setelah Bu Nawal menerapkan strategi-strategi di atas selama beberapa minggu, akhirnya mulai terlihat perubahan sikap yang positif pada Faqih. Faqih mulai mau bergabung Kembali dalam kegiatan kelompok, senyumannya lebih sering terlihat, dan sudah mampu menunjukkan empati ketika ada teman yang menangis.

Bu Nawal pun menunjukkan sikap yang mendukung ketika Faqih melakukan kebaikan "Faqih, ibu senang sekali melihat kamu membantu Damar menyusun balok tadi," puji Bu Nawal.

Faqih tersipu malu ketika mendapat pujian dari Bu Nawal dia menjelaskan. "Damar tidak bisa Menyusun balok lebih tinggi, Bu. Jadi Aku ajari dia."

Dari kasus Faqih kita jadi mengerti, bahwasannya perubahan perubahan perilaku Faqih Kembali positif tidak mungkin terjadi dalam semalam. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua.

Di rumahpun,  orang tua Faqih harus memberikan perhatian khusus untuknya dengan cara melibatkan Faqih dalam peran sebagai "kakak yang membantu", sehingga Faqih merasa dihargai dan diakui keberadaannya, hal ini menyebabkan keyakinan pada diri anak bahwa dia tidak perlu mencari perhatian kedua orang tuanya melalui perilaku negative yang malah akan merugikan.

Kesimpulan


Perilaku anti sosial pada anak usia dini bukanlah masalah sepele yang akan hilang dengan sendirinya. Seperti yang dikatakan Hurlock, pengalaman sosial awal sangat menentukan perkembangan anak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengenali gejala perilaku anti sosial, memahami penyebabnya, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.

Dengan pendekatan yang tepat, kesabaran, dan cinta, anak-anak seperti Faqih atau yang mengalami kasus serupa akan tetap bisa mengembangkan keterampilan sosialnya secara sehat, yang akan memberi mereka fondasi kuat untuk menjalin hubungan positif sepanjang hidup mereka.

Sebagai orang dewasa kita harus memahami bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang unik dan mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda. Lakukan observasi untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menangani permasalahan pada anak. Jangan lupa untuk terus menjadi orang dewasa yang siap siaga dalam memberi pertolongan pada anak dengan terus mampu memahami dan merespon kebutuhan anak-anak dengan penuh kasih saying dan terus konsisten. Salam pengasuhan. Happy parenting.




Mengatasi Rasa Ketidakpercayaan Diri pada Anak. Orang Tua dan Pendidik Wajib Tahu!

Rabu, 23 April 2025

Permasalahan Ketidakpercayaan diri pada anak merupakan fenomena yang acap kali dihadapi banyak orang tua dan pendidik. Menurut Dr. Erikson, seorang pakar psikolog perkembangan anak, hal ini hal ini timbul pada tahap perkembangan "inisiatif vs rasa bersalah" yaitu pada kisaran usia 3-5 tahun dan "kerajinan vs inferioritas" pada kisaran usia anak 6-12 tahun.


masalah ketidakpercayaan diri pada anak



Profesor Robert Brooks, seorang psikolog yang juga berdedikasi di Harvard Medical School, dalam bukunya "Raising Resilient Children" menjelaskan tentang berbagai manifestasi rasa ketidakpercayaan dalam diri anak menjadi beberapa pembagian utama, diantaranya yaitu:

  1. Pemalu (Social Shyness). Rasa malu pada diri anak biasanya dikarenakan mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan orang lain, terutama terhadap orang lain yang baru dikenal. Anak-anak sering menghindari kontak mata, berbicara dengan suara sangat pelan, atau bersembunyi di belakang orang tuanya.
  2. Pencemas (Anxiety). Rasa cemas pada diri anak biasanya timbul karena dipengaruhi kekhawatiran yang berlebihan terhadap situasi baru atau tantangan, biasanya disertai dengangejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, atau gangguan tidur sebelum menghadapi situasi tersebut.
  3. Penakut (Risk-Aversion). Rasa takut pada anak biasanyha ditunjukkan dengan cara menolak aktivitas yang dia anggap baru karena takut gagal atau terluka, meskipun aktivitasnya sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
  4. Pembohong (Fabricator). Kasus berbohong pada anak biasanya diekspresikan oleh anak melalui kisah khayalan yang mereka ciptakan namun mereka buat seolah-olah itu adalah kenyataan. Hal ini biasanya menutupi rasa tidak mampu yang ia miliki
  5. Tidak Mandiri (Dependency). Ketidakmandirian pada anak biasanya ditandai dengan rasa ketergantungan mereka yang berlebihan pada orang dewasa, meskipun hal itu sebenarnya mampu mereka lakukan sendiri.

Seorang penulis buku dengan judul "Raising Your Spirited Child", Dr. Mary Sheedy Kurcinka, memaparkan bahwa perilaku rasa tidak percaya diri pada anak merupakan mekanisme perlindungan diri yang ditampakkan oleh anak ketika mereka merasa dirinya tidak aman atau tidak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. Menurut Dr. Mary anak-anak tidak dilahirkan dengan bawaan rasa ketidakpercayaan diri, hal tersebut adalah respons yang dipelajari dari pengalaman hidup yang mereka jumpai.

Hasil penelitian yang diterbitkan oleh National Institute of Child Health and Human Development menggambarkan bahwa sekitar 20-40% anak usia sekolah mengalami salah satu bentuk ketidakpercayaan diri di atas, dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Permasalahan ini harus segera ditangani, karena jika tidak ditangani dengan tepat, hal ini bisa terus berlanjut sampai dewasa dan akan berdampak pada kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.

Untuk itu sangat dianjurkan bagi orang tua dan pendidik dalam memahami fenomena ketidakpercayaan diri pada anak bukanlah tanda kelemahan karakter atau kegagalan pengasuhan. Namun, jadikan hal ini menjadi kesempatan untuk memberikan dukungan yang tepat dan membantu anak mengembangkan resiliensi serta keterampilan mengatasi masalah yang akan bermanfaat seumur hidup mereka.

Untuk itu yuk bagi para orang tua dan pendidik kita coba telusuri lebih mendalam lagi tentang permasalahan ini melalui gambaran kasus yang biasanya sering terjadi pada anak. Saya akan memaparkan lebih dalam lagi tentang tiga permasalahan ketidakpercayaan diri pada anak dalam kasus Pemalu, Pencemas dan Berbohong melalui kisah beberapa anak yang menghadapi permasalahan ini.

Mengenal Anak Pemalu dan Cara Mengatasinya


Pagi itu, di ruang kelas Kartini TK Cendrawasih sedang heboh mempersiapkan pentas seni tahunan. Bu Nina wali kelas mereka, sibuk membagi-bagi peran untuk drama kecil yang akan anak-anak tampilkan.

"Farhan, kamu jadi raja ya!" kata Bu Nina dengan semangat.

Farhan, yang sedang berdiri dipojokan, langsung menunduk. Wajahnya terlihat memucat, dan terlihat ketakutan "eng…eng…ga mau Bu, Farhan enggak bisa..." ucapnya hampir tidak terdengar. Terlihat sangat cemas.

Bu Nina menghela napas. Sudah dua tahun ia membersamai Farhan, Sikapnya selalu saja sama, meringkuk seperti keong yang ketakutan setiap kali diminta tampil di depan kelas.

Kisah Farhan mungkin tidak asing ya bagi sebagian orang tua dan pendidik. Sikap yang ditunjukkan oleh Farhan merupakan gambaran Ketidakpercayaan diri pada seorang anak. Tentu saja ini bukan hal yang aneh, tapi dampaknya bisa sangat mengkhawatirkan jika tidak segera ditangani.

Aku jadi teringat dengan Lala, putri tetanggaku yang acap menyembunyikan dirinya di balik baju mamanya ketika bertemu dengan orang asing. Di usianya yang sudah lima tahun, Lala masih sulit ketika diminata untuk menyapa, tersenyum, atau sekadar menatap mata orang yang mengajaknya berbicara.

Melalui rasa malunya lala sebenarnya sedang melawan rasa ketakutan yang dimilikinya. Takut akan penilaian orang. Dalam benak si kecil, setiap interaksi sosial adalah potensi kegagalan atau penolakan. Maka, dia akan mengambil jalan aman yaitu dengan bersembunyi.

Apa sih definisi pemalu dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk kita lanjut pembahasan kita.

Apa itu Anak Pemalu?


Menurut Suyanto (2005), anak pemalu adalah anak yang kurang memiliki keterampilan sosial ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Jika didiamkan berlarut maka anak akan terus merasa kesulitan dalam bergaul. Anak-anak pemalu biasanya punya percaya diri dan self-esteem yang rendah. Mereka tidak berani tampil ekspresif dan lebih suka menarik diri dari teman-temannya. Kalau dibiarkan terus, mereka bisa jadi anak yang introvert (suka memendam perasaan sendiri) dan susah bergaul dengan orang lain.

Kenapa Anak Bisa Jadi Pemalu?


Biasanya rasa malu disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini:
  1. Merasa tidak aman ketika mengekspresikan diri dikarenakan pernah memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti dikritik atau diledek.
  2. Orang tua yang overprotektif. Hal ini membuat anak menjadi pasif dan jadi tergantung pada orang lain.
  3. Adanya perhatian yang kurang dari orang tua, hal ini membuat anak merasa tidak berharga
  4. Mengalami kritikan yang diungkapkan di depan umum.
  5. Banyak mengalami hukuman. Hal ini juga membuat anak dibalut perasaan takut dan ragu
  6. Pola asuh yang salah sejak kecil atau karena anak memiliki cacat fisik yang membuatnya merasa rendah diri.

pemalu pada anak usia dini



Karakteristik Anak Pemalu


Anak-anak yang pemalu biasanya ditandai dengan sikap atau hal di bawah ini:
  1. Anak selalu menghindar ketika harus berhubungan dengan orang lain.
  2. Anak merasa enggan dan ragu ketika diajak terlibat dengan orang lain.
  3.  Anak pemalu biasanya Tidak berani mengambil risiko.
  4. Cenderung pendiam dan jika berbicara suaranya pelan.
  5. Memiliki rasa kurang percaya diri.
  6. Tidak menyenangi permainan yang butuh Kerjasama.
  7. Sulit memutuskan pilihan untuk dirinya sendiri.

Dampak Rasa Malu Berlebihan bagi Perkembangan Anak


Jika dibiarkan berlarut, rasa pemalu yang berlebihan pada anak akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan, seperti mengalami kendala dalam pergaulan karena terbiasa menarik diri karena terhambat perkembangan emosi dan sosialnya. Selain itu anak pemalu juga akan terbentuk jiwa yang tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik karena tidak mampu mengekspresikan diri secara nyaman dan santai.

Bagaimana Tips Jitu Menangani Anak Pemalu?


Tentu saja kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi anak ini harus segera diatasi dan dicari solusinya. Para pendidik dan orang tua bisa menerapkan hal-hal berikut ini:

  1. Orang tua dan pendidik harus mampu membangkitkan keyakinan bisa pada diri anak dengan menerima dan memuji apapun hasil kerja anak. Misalnya, "Wah, gambarnya bagus sekali anak sholeh! Pasti bisa lebih bagus lagi jika ingin berlatih terus!"
  2. Usahakan Jangan memaksa anak untuk tampil jika dia belum siap, tapi tetap tawarkan kesempatan itu dengan menggunakan kata-kata positif seperti "Kamu pasti bisa, semangat ya!"
  3. Beri anak kesempatan untuk Latihan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 2 orang, supaya anak lebih mudah berkomunikasi dan bekerjasama.
  4. Upayakan agar anak tidak bermain sendirian terlalu lama. Beri peran kecil dalam kegiatan kelompok, meski hanya sebagai "pendengar".
  5. Pendidik maupun orang tua harus mampu menciptakan suasana yang dekat dan hangat setiap harinya melalui sapaan lewat kontak mata dan senyuman.
  6. Memberikan pertolongan pada anak dan menanyakan dengan lembut saat anak butuh bantuan mengerjakan tugas tapi tidak mau bicara.
  7. Ciptakan permainan atau nyanyian yang melibatkan nama semua anak di kelas untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Dengan pendekatan yang tepat dan penuh kesabaran, anak pemalu bisa bertransformasi menjadi anak yang lebih percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan baik.


Mengenal Anak Pencemas dan cara Mengatasinya


Gelisah dan khawatir, mungkin ini ya gambaran perasaan cemas yang hinggap pada diri anak. Aku punya cerita, nih tentang seorang anak yang bernama Ramadhan, salah satu anak kenalanku yang berusia 5 tahun. Menurut cerita mamanya sebenarnya Ramadhan adalah anak yang cerdas, tapi sering merasa cemas berlebihan ketika hendak menghadapi hal yang baru buat dia. Dia bisa muntah, sakit perut, atau bahkan demam hanya karena besok harus tampil di sebuah pertunjukan. Padahal jika dia sudah larut dan beradaptasi dengan situasi yang dia hadapi dia akan merasa bahagia.

Kecemasan berlebihan seperti yang dialami Ramadhan menunjukkan rasa ketidakpercayaan diri yang mendalam. Meskipun sang anak memiliki kemampuan dalam hal yang dia cemaskan. Dia akan merasa tidak mampu, tidak cukup, dan takut gagal.

Apa sih definisi pencemas pada anak dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk kita lanjutkan pembahasan kita dengan mengusung pendapat para ahli biar lebih kuat nih pemahaman kita.

Apa itu Kecemasan pada Anak?


Menurut Hurlock (1978), kecemasan adalah kondisi mental yang tidak nyaman berkaitan dengan rasa sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Berbeda dengan rasa takut yang disebabkan situasi nyata, kecemasan lebih samar dan dipicu oleh situasi yang dibayangkan.

Sundari (2005) menambahkan bahwa kecemasan melibatkan gejala fisik seperti jari-jari dingin, jantung berdebar, berkeringat dingin, pusing, nafsu makan berkurang, dan sesak napas. Sedangkan gejala mentalnya meliputi ketakutan, merasa terancam bahaya, sulit konsentrasi, gelisah, dan ingin lari dari kenyataan.

Mengapa Anak Bisa Cemas?


Ada beberapa penyebab kecemasan yang terjadi pada diri anak yang bisa diidentifikasi. Anak pencemas biasanya dibangun dari pola asuh orang tua dengan gaya pengasuhan yang dianut seperti di bawah ini: n

  1. Gaya pengasuhan yang terlalu protektif. Hal ini membuat anak jadi merasa was-was bahkan merasa bersalah jika tidak ada orang tua di sampingnya.
  2. Peraturan yang dibuat terlalu ketat sehingga anak merasa takut dihukum jikamengalami kegagalan.
  3. Anak tidak dibiasakan untuk berperilaku mandiri. Hal ini akan membuat anak takut sendirian dan selalu ingin ditemani.
  4. Orang tua tidak membiarkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal ini akan membuat anak kesulitan dalam bergaul dan cenderung takut jika bertemu dengan orang baru.
  5. Takut pada perubahan cuaca atau gejala alam seperti petir dan suasana gelap.

Tanda-tanda Anak Mengalami Kecemasan


Sebenarnya apa saja sih tanda-tanda jika anak sedang mengalami rasa cemas? Menurut para ahli, kecemasan ini dibagi menjadi kecemasan dalam tingkat yang masih ringan dan kuat. Kecemasan tingkatan ringan ditandai dengan murung dan gugup, mudah tersinggung atau marah, tidak bisa tidur nyenyak dan juga sangat sensitif dengan perkataan orang lain.

Sedangkan Kecemasan yang lebih kuat bisa diidentifikasi dalam sikap yang biasanya ditunjukkan dengan berlaga menjadi sok jagoan sebagai bentuk menutupi rasa ketidakpercayaan pada diri. Bisa juga ditandai dengan cepat bosan dan sulit fokus pada satu hal, gelisah dan kesulitan berbicara dengan lancar, menghindar dari situasi yang menyebabkan ketakutan seperti tidur walaupun tidak lelah, menyibukkan diri, atau malah dengan melamun.

Kecemasan yang lebih kuat juga bisa ditandai dengan memberikan reaksi berlebihan atau malah terlalu diam ketika dikritik. Adanya perubahan drastis dalam perilaku misalnya yang biasanya ramah anak berubah menjadi kasar, makan berlebihan, terutama makanan manis. Terlalu banyak menonton TV atau bermain gadget dan berkegiatan yang cenderung menghibur, bahkan sering menyalahkan orang lain ketika menutupi ketidakmampuan yang dimiliki.

mengatasi rasa cemas pada anak



Dampak Kecemasan pada Perkembangan Anak


Setelah kita mengetahui tanda-tanda anak yang mengalami kecemasan, tentunya sebagai pendidik dan orang tua akan segera mencari tahu bagaimana cara mengatasinya, solusi apa yang tepat agar rasa cemas pada anak bisa diminimalisisr atau bahkan dihilangkan, karena jika dibiarkan, kecemasan yang terus menerus dialami bisa membuat anak mejadi pribadi yang kurang percaya diri, tidak mandiri, tidak bisa memecahkan masalah dan selalu ingin bergantung pada orang lain.

Contoh kecemasan yang sering muncul pada Anak Usia TK


Biasanya kecemasan yang ditunjukkan oleh anak di tingkat taman kanak-kanak berkisar pada rasa cemas ketika bertemu dengan orang baru dan meminta orang tua untuk terus menunggunya ketika di sekolah. Kecemasan yang lainnya juga ditandai dengan perasaan tidak aman jika jauh dari guru, menangis ketika belum ada yang jemput, takut pada sosok tertentu, bisa teman atau individu yang berada di lingkungan sekolah, tidak berani beraktivitas karena tidak percaya diri.

Tips Menangani Anak yang Cemas


Bingung ya parents jika kita menghadapi atau bahkan memiliki anak yang cenderung pencemas. Lagi-lai sebagai orang tua kita ingin memberikan yang terbaik pastinya untuk buah hati tercinta. Begitu pula sebagai pendidik, tentu saja kita ingin ha yang terbaik bagi anak didik kita. Bahagia tentunya jika bisa membimbing mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi problem solver bagi masalah yang mereka hadapi.

Apa saja nih yang harus dilakukan oleh orang tua dan pendidik ketika ingin berupaya mengatasi kecemasan yang terjadi pada diri anak?Hal-hal berikut ini bisa dicoba ya:

  1. Temukan penyebab kecemasan anak.
  2. Alihkan perhatian ke hal-hal yang disukainya saat mulai cemas.
  3. Orang tua dan pendidik hendaknya jangan memaksa anak untuk membicarakan kecemasannya ketika sedang sangat cemas.
  4. Berikan kasih sayang fisik seperti pelukan atau elusan di kepala.
  5. Menjaga situasi tetap kondusif, pastikan anak cemas tidak menjadi bahan ejekan orang lain.
  6. Upayakan untuk mengajak anak berbicara dengan kata-kata menenangkan dan membuatnya merasa aman.
  7. Lakukan kegiatan yang bisa menyenangkan dan membuat anak nyaman seperti bercerita, mendengarkan musik, atau menggambar.
  8. Ajak anak untuk anak mengekspresikan perasaan dalam bentuk kata-kata.
  9. Ungkapkan pujian saat anak berhasil mengungkapkan kecemasannya.
Dengan pendekatan yang tepat dan penuh kesabaran, anak-anak bisa belajar mengelola kecemasan mereka dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang dan percaya diri.

Mengenal Rasa Takut pada Anak USia Dini dan Cara Mengatasinya


Anak yang penakut biasanya ragu untuk mencoba hal yang belum dia lakukan. Biasanya argumentasi yang dia lontarkan adalah "Tidak mau, Ma! Kalau jatuh gimana?"

Kalimat ini biasanya terlontar dari anak dengan ketidakpercayaan diri yang diwujudkan sebagai rasa ketakutan berlebihan ketika mencoba hal-hal baru. Baginya, setiap tantangan baru adalah potensi kegagalan yang menakutkan, bukan petualangan yang menyenangkan. Apa sih sebenarnya makna dari rasa takut yang dimiliki anak?


Pengertian Takut


Rasa takut muncul ketika seseorang merasa lemah dan terancam. Meski terdengar negatif, Sundari (2005) berpendapat bahwa takut sebenarnya punya nilai positif untuk kesehatan mental kita. Takut membuat kita lebih berhati-hati, jadi rasa takut sebaiknya jangan dihilangkan, namun harus tetap dikontrol.

Ketakutan paling mendasar pada anak adalah ketakutan kehilangan orangtua. Anak-anak juga sering takut pada orang asing, binatang, dan gelap. Watson dalam Crain (2007) menjelaskan bahwa anak sulit membedakan antara hal nyata dan imajinasi mereka sendiri.

Ketika anak memasuki usia 4 tahun anak masuk pada fase anak mulai berpikir intuitif. Mereka punya jawaban tentang dunia tapi belum bisa menjelaskannya dengan baik. Anak menggunakan intuisi untuk menjelaskan ketakutan mereka, misalnya dengan menganggap bayangan sebagai monster.

Perlu diketahui ya, bahwa ketakutan berbeda dengan kecemasan. Ketakutan biasanya muncul karena ada stimulus tertentu, misalnya jika anak takut anjing karena pernah digigit, sedangkan kecemasan tidak selalu punya pemicu yang jelas.

Ketakutan bisa jadi masalah jika muncul berulang dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan bisa berkembang menjadi fobia (Murphy dalam Crosser, 2004).

Percobaan dalam mengatasi rasa takut seorang bocah berusia 3 tahun bernama Peter terhadap kelinci pernah dilakukan oleh Mary Cover Jones dengan cara pembiasaan yang dilakukan secara bertahap dan akhirnya berhasil menghilangkan ketakutan terhadap kelinci dan benda serupa. Awalnya Peter hanya dibiarkan melihat kelinci dari kejauhan, selanjutnya mulai didekatkan sampai jarak dimana Peter merasa terganggu. Hari berikutnya dilakukan lagi dengan mendekatkan jarak lebih dekat secara perlahan sampai Peter merasa tidak terganggu, dan hari selanjuynya Peter sudah menunjukkan keberaniannya bermain bersama kelinci.


Penyebab Rasa Takut pada Anak


Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa takut pada anak biasanya disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini:

  1. Faktor Intelegensi. Anak yang cepat dewasa biasanya cenderung punya rasa ketakutan seperti anak dengan usia yang lebih tua.
  2. Jenis kelamin. Biasanya anak perempuan menunjukkan lebih banyak ketakutan.
  3. Status sosial ekonomi. Keumumannya anak dari keluarga ekonomi rendah punya lebih banyak ketakutan, terutama pada kekerasan. Ini dipicu dari lingkungan tempat tinggal yang biasanya tidak aman.
  4. Kondisi fisik anak. Biasanya anak yang sedang dalam kondisi letih, lapar, atau kurang sehat lebih mudah merasa takut.
  5. Faktor hubungan sosial. Berada di antara anak lain yang ketakutan bisa menular.
  6. Faktor urutan kelahiran. Biasanya anak pertama cenderung lebih penakut karena pola asuh orang tua yang overprotektif.
  7. Faktor Kepribadian. Biasanya anak dengan emosi tidak stabil lebih mudah menjadi pribadi yang penakut.

Gejala yang Muncul Jika Anak Takut


Smith (dalam Crosser, 2004) menyebutkan gejala ketakutan pada anak ditunjukkan dengan beberapa perilaku diantaranya dengan perilaku agresif misalnya dengan cara mengamuk dan memukul. Biasanya anak seringkali menarik diri untuk mencari perlindungan dari orang dewasa atau dengan mengekspresikan rasa takut dengan melarikan diri dan bersembunyi.

Pengaruh Rasa Takut pada Perkembangan


Rasa takut yang dialami oleh anak jika dibiarkan dan tidak dikontrol maka akan menyebabkan anak terlalu bergantung pada orang lain karena merasa tidak aman di lingkungan yang baru. Selain itu anak juga mudah gugup dalam merespons situasi dan sulit dalam mengambil keputusan.


Tips Mengatasi Ketakutan pada Anak


Ada beberapa cara yang bisa dicoba oleh para orang tua dan juga pendidik ketika mengatasi anak yang penakut, diantaranya yaitu dengan langkah mengidentifikasi ketakutannya dan berbagi pengalaman dengan menerangkan pada anak bahwa semua orang punya rasa takut dan ini merupakan hal yang wajar.

Langkah selanjutnya dukung kemandirian anak dengan menghargai pilihan mereka. Jangan lupa untuk mempersiapkan anak ketika menghadapi situasi yang akan menimbulkan ketakutan pada anak. Selain itu orang tua harus menjaga lingkungan tetap nyaman dan aman. Untuk para pendidik upayakan untuk menggunakan strategi modeling atau dengan cara mencontohkan yang diterapkan dalam kurikulum pembelajaran.

Cara menerapkan strategi modeling dalam kurikulum


  1. Demonstrasi Langsung: Guru atau orang dewasa mencontohkan cara menghadapi objek atau situasi yang menakutkan dengan tenang. Misalnya, jika anak takut pada serangga, guru dapat menunjukkan cara memegang atau mengamati serangga dengan sikap tenang dan tertarik.
  2.  Peer Modeling: Melibatkan teman sebaya yang tidak memiliki ketakutan serupa untuk mencontohkan perilaku berani. Seperti pada kasus Peter yang disebutkan dalam teks, di mana dia belajar mengatasi ketakutannya terhadap kelinci dengan mengamati anak-anak lain yang bermain dengan kelinci.
  3.  Cerita dan Buku: Menggunakan cerita yang menampilkan karakter yang berhasil mengatasi ketakutannya. Guru bisa membacakan buku tentang anak yang awalnya takut gelap namun akhirnya belajar mengatasinya.
  4. Role-Play: Menciptakan permainan peran di mana anak-anak dapat mempraktikkan perilaku berani dalam situasi yang aman dan terkontrol.
  5. Video Modeling: Menunjukkan video tentang anak-anak atau karakter yang menghadapi dan mengatasi ketakutan mereka.
  6. Pendekatan Bertahap: Seperti dalam kasus Peter yang disebutkan dalam teks, pendekatan bertahap dimulai dengan melihat objek yang ditakuti dari jarak yang aman, kemudian secara bertahap mendekat seiring waktu.

Strategi modeling ini efektif karena membantu anak melihat bahwa situasi yang mereka takuti sebenarnya tidak berbahaya dan bahwa ada cara untuk menghadapinya dengan tenang. Ketika dimasukkan ke dalam kurikulum secara terstruktur, ini membantu anak-anak membangun kepercayaan diri mereka dan mengembangkan keterampilan mengatasi ketakutan mereka secara positif.


Perjalanan Panjang Membentuk Kepercayaan Diri pada Anak



Seorang Psikolog perkembangan anak, Dr. Amalia, menjelaskan, bahwasannya ketidakpercayaan diri yang terjadi pada anak biasanya berakar dari tiga hal yaitu pengalaman kegagalan yang tidak ditangani dengan baik, pola asuh yang terlalu kritis atau overprotektif, dan perbandingan yang tidak sehat dengan anak lainnya.

Membantu anak mengatasi ketidakpercayaan diri bukanlah proses yang mudah yang bisa terjadi hanya semalam. Keberhasilan untuk membangun rasa percaya diri pada anak merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan banyak cinta serta usaha yang gigih dari kita para orang dewasa.

"Percaya diri itu seperti otot," kata Dr. Amalia. "Semakin sering dilatih, semakin kuat. Dan latihannya dimulai dari hal-hal kecil."

Membangun kepercayaan diri pada anak bukan juga bukan berarti tentang menciptakan sebuah transformasi besar yang bisa dilakukan secara instan, tapi lebih ditekankan kepada bahwasannya kita orang tua dan pendidik bisa merayakan kemajuan kecil yang dialami oleh anak setiap harinya.

Dan mungkin inilah pesan terpenting untuk kita semua, bahwa dalam membantu anak mengatasi ketidakpercayaan diri, kita perlu belajar menghargai proses lebih dari pada hasil. karena proses pembelajaran pada anak usia dini lebih menekankan pada proses ketimbang pada hasil. Yuk belajar menjadi orang tua dan pendidik yang bijak. Happy parenting dan salam pengasuhan.

Game Edukatif Finansial: Cara Menyenangkan Mengenalkan Literasi Keuangan pada Anak Gen Alpha

Rabu, 19 Maret 2025
Hari Sabtu kedua di bulan Ramadhan, artinya sudah mau dua kali kami mengadakan bukber atau buka bersama keluarga besar dari ayahnya anak-anak. Dari tahun ke tahun memang sudah menjadi tradisi di keluarga, bahwa di setiap akhir pekan kami berupaya untuk berkumpul bersama keluarga. Acara kumpul-kumpul seperti ini banyak hal yang bisa kami petik, mulai dari momen penuh tawa, cerita mengharukan, hingga kisah sedih yang menyentuh hati.

Saat matahari mulai beranjak turun, rumah kakek mulai dipenuhi dengan aroma hidangan khas Ramadhan. Kurma, kolak, dan aneka takjil dan gorengan menggugah selera tersaji di meja panjang teras samping rumah. Anak-anak berlarian di halaman, sementara para orang tua sibuk berbagi kabar dan cerita. Inilah momen yang dinanti-nanti, ketika ikatan keluarga semakin erat terjalin di bulan suci.

game edukatif finansial

Kenalan dengan Game Finansial dari Anak Gen Alpha


Tahun ini terasa istimewa karena ponakan terkecil yang kini bersekolah di TK akhirnya bisa menjalankan puasa penuh untuk pertama kalinya. Yap, usianya kini 6 menjelang 7 tahun. Afra Namanya. Wajahnya berseri-seri saat adzan maghrib berkumandang, bangga akan pencapaiannya yang disambut dengan tepuk tangan dan pelukan hangat dari seluruh keluarga. Afra memiliki makanan favorit yang katanya dia siapkan sendiri, yaitu goreng sosis! Hm …salut juga dengan anak perempuan mungil ini, kecil-kecil sudah cukup mandiri.

Tradisi bukber ini bukan sekadar tentang makanan atau berkumpul, tetapi juga menjadi wadah untuk berbagi keberkahan dan silaturahmi. Di sela-sela santap malam, kami selalu berbagi cerita, dan ponakan terkecilku yang bernama Afra ini biasanya senang berada di pangkuanku. Dia pernah berceloteh kalau merasa nyaman jika duduk dan bercerita bersamaku, hehe.

Maklum kali ya, mungkin dia paham kalau Wawanya ini seorang Praktisi PAUD yang memang sehari-hari berkecimpung di dunia anak kecil. Sepertinya dia bisa membaca gelagat saya yang selalu memasang radar "mode guru TK" aktif kapanpun bertemu anak-anak. Sepertinya dia bisa menangkap aura khas "Bunda PAUD" yang terpancar dari cara saya tersenyum, berbicara dengan nada ceria yang otomatis keluar, atau bahkan berbicara mengikuti gaya dia berbicara yang memang suaranya sangat kecil dan lembut.

Seperti umumnya anak gen alpha zaman now, Afra ini juga anak yang melek digital, ketika dalam pangkuanku dia menunjukkan HP nya dan bilang kalau dia punya game yang sekarang sedang menjadi favorit permainannya.

“Wa, lihat, ade lagi mainan ini lho.” Dia mengarahkan layar HP ke wajahku.

“Wah apa nih, kok menarik sekali, uwa belum pernah lihat deh kayanya game ini. Mau dong diajarin.” Aku berujar pada Afra sambil memperhatikan game yang dia tunjukkan. Ya di situ terpampang desain kota yang tertata posisinya. Hmm,…kagum juga terhadap anak kecil ini, dia sudah mahir menyusun rumah-rumah begitu tertata, ada jalan penghubung antar rumah, taman komplek dan juga pepohonan yang ditata sekelilingnya. Duh, duh bak seorang arsitek dia menata sebuah kota kecil sesuai dengan imajinasinya.

Selanjutnya Afra juga menunjukkan sebuah permainan khas anak perempuan.Yup, Kasir-kasiran. Dia berbelanja beberapa item barang yang dia pilih lalu menghitungnya. Game ini membantu kita jeli dalam harga barang dan juga membantu mengajarkan anak menjumlahkan semua item yang dibelanjakan.

Benar adanya sebuah teori dari Maria Montessori bahwasannya "Otak anak itu seperti spons, menyerap semua informasi dengan cepat " Untuk itu di era digital ini, kita perlu memilih media pembelajaran yang tepat untuk anak-anak kita. Seperti halnya game yang disajikan dalam aplikasi game edukasi anak bisa menjadi pilihan game orang tua untuk anak-anaknya dalam rangka memberikan stimulasi untuk perkembangan kognitifnya.

Eits, tapi ternyata bukan hanya untuk anak saja, lho, orang tuanya pun bisa enjoy nih sesekali ikut nimbrung menikmati permainan dalam mortgagecalculator.org, itung-itung pelepas penat dan juga mengasah otak biar nggak cepat pikun.


Aku juga jadi menyelusuri website game ini, dan memang banyak sekali ternyata game edukatif di dalamnya. Aku pikir ini akan sangat banyak manfaatnya untuk anak jika disesuaikan dengan kebutuhan anak dan tentu saja melalui pendampingan dan pengarahan ya tentunya. Supaya lebih yakin, yuk kita kupas nih apa yang aku pernah dapatkan ilmu-ilmu perkembangan anak dari para pakar.  


Pendapat Para Pakar tentang Manfaat Game Edukasi Finansial


Penelitian Prof. Jean Piaget, menyatakan bahwa anak usia 7-11 tahun sedang berada di tahap operasional konkret. Mereka mulai memahami konsep abstrak melalui pengalaman nyata. Nah, game edukatif keuangan dalam aplikasi mortgagecalculator.org/money-games/ bisa menjadi jembatan yang bagus untuk mengajarkan konsep abstrak seperti menabung, investasi, atau bahkan inflasi dengan cara yang konkret dan menyenangkan

game edukatif finansial mortgage
Pendampingan Orang Tua pada Anak-Anaknya Akan Berdampak Positif bagi Perkembangan Anak


Aplikasi game keuangan ini juga bisa kita jadikan media untuk mengajarkan anak tentang manfaat menabung dan betapa bermanfaatnya ketika kita bisa mengelola keuangan. Membeli hal yang dirasa penting dan menahan untuk membeli hal yang di luar kebutuhan. Seorang pakar psikologi perkembangan anak Dr. Howard Gardner dengan teori kecerdasan majemuknya juga mendukung penggunaan game sebagai media belajar.

Melalui game edukatif anak jadi banyak belajar, asal tetap di bawah pengawasan orang tua dan dengan Batasan waktu yang disesuaikan dengan usia serta kebutuhan anak. Game edukatif keuangan tidak hanya mengembangkan kecerdasan logis-matematis tapi juga kecerdasan interpersonal saat anak bermain bersama teman atau keluarga.

Pikiranku teringat juga dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang mahasiswi tentang seorang anak yang sudah kecanduan gadget. Apakah game digital malah akan memperburuk?

"Pertanyaan bagus!" kataku kala itu. Aku lanjut menerangkan dengan mengutip perkataan Dr. Daniel Siegel, seorang pakar neurobiologi interpersonal, Beliau menyarankan kepada orang tua dengan memberikan batasan yang jelas terhadap hal yang disukai anak aagar anak memahami Batasan serta tanggung jawabnya.

Ini memiliki arti anak boleh bermain game digital, namun sebagai orang tua kita perlu mendampingi serta menetapkan batasan waktu yang jelas, pendampingan serta komunikasi yang intensif dengan anak. Perkara game edukatif keuangan, sebenarnya baik digital maupun konvensional, tetap memiliki manfaat kognitif yang serupa.

Aku juga teringat dengan pernyataan seorang bapak yang membagikan pengalamannya pada sebuah akun media sosial Twitter yang saat ini berganti X, dia membagikan pengalamannya mengajarkan literasi keuangan pada anaknya dengan menggunakan game. Amazing, katanya "Anak saya yang tadinya boros, sekarang punya tabungan sendiri dan bisa membedakan mana kebutuhan vs keinginan. Semua ini dampak dari hasil main “Game berbasis financial” bareng tiap weekend.

Waw, takjub juga mendengarnya, sebuah metode yang layak juga dicoba oleh para orang tuanya, mendidik dengan cara mengasyikkan yang membawa kebahagiaan bagi anak juga orang tuanya kalau begini. Nggak ada salahnya kita coba mengikuti jejak bapak tersebut dalam mengedukasi masalah keuangan pada anak kita melalui aneka games berbasis keuangan, contohnya game yang tersedia di mortgagecalculator.org/money-games/ sebagai pilihan permainan game keuangan untuk anak kita.

Macam-macam Game yang Ada Di Mortgagecalculator.org


Jadi sebenarnya ada game jenis apa saja, sih di aplikasi dan website mortgagecalculator.org ini? Wah, kalau ditanya ada berapa jenisnya ini sih kayanya nggak bakal beres nerangin dalam sehari, hehe. Buanyak banget pokoknya, selain ada game finansial ada juga game lain yang dapat menstimulasi kemampuan kognitif anak bahkan sosial emosionalnya, apalagi jika dimainkan berbarengan. 

aneka game finansial di mortgagecalculator
Aneka Permainan Game Finansial Pilihan yang ada di Mortgagecalculator.org



Bagusnya anak bermain game berbarengan dengan teman sebaya atau dengan orang tuanya  ada penelitiannya juga nih dari Dr. Lev Vygotsky yang menerangkan bahwa proses belajar paling baik bagi anak adalah dalam konteks sosial, yaitu ketika anak bermain game keuangan bersama orang tua atau teman sebaya, mereka tidak hanya belajar konsep keuangan, tapi juga kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan juga mengembangkan keterampilan sosial emosionalnya. Anak harus mau bekerja sama dan juga sabar menunggu giliran bahkan juga bisa berbesar hati ketika mengalami kekalahan.

Hmm, kalau sudah yang bicara para ahli pasti papa mama sebagai orang tua jadi lega ya, dan tidak merasa bersalah ketika mengizinkan anaknya untuk mengenal media digital. Tapi ingat ya pap mam, banyak syaratnya, lho. Asal syaratnya diikuti dan dijalankan tetap aman terkendali

Apalagi ada tambahan penguatan lagi, nih dari Prof. Carol Dweck dengan konsep growth mindset-nya, menurut Profesor Carol game edukatif mengajarkan pada anak tentang kegagalan yang dialami merupakan bagian dari proses belajar. Jika anak mengalami kekalahan dalam game mereka bisa mulai lagi dan belajar dari kesalahan sebelumnya. Ini sangat penting untuk perkembangan kognitif dan emosional anak."

Dalam ilmu neurologi otak anak-anak sangat plastis, artinya sangat mudah dibentuk dan beradaptasi. Saat bermain game keuangan, atau game kognitif edukatif lainnya akan mengaktifkan aktivitas di prefrontal cortex bagian otak yang mengatur fungsi eksekutif seperti perencanaan dan pengambilan keputusan. Konon proses kerjanya akan meningkat secara signifikan.

Jadi baiknya anak-anak lebih condong dikenalkan pada game edukasi keuangan dan game edukasi lainnya dari pada dikenalkan pada game yang bernuansa kekerasan. Dengan menstimulasi otak anak melalui game edukatif, memiliki arti mengaktifkan kerja otak dan berdampak pada aktivitas kognitif tinggi.

Kita intip lagi yuk ada apa saja game lainnya yang disediakan di Mortgagecalculator.org  selain game finansial. Sttt,...btw aku juga suka lho main game yang lainnya di mortgagecalculator, meski ga bisa lama-lama tapi cukup untuk refresh dari tuntutan kerja rutinitas harianku, hehe.

game edukasi mortgagecalculator

Banyak sekali games edukatif yang bisa kita pilih sebagai permainan edukatif untuk anak. Di mortgagecalculator.org papa mama bisa mencari mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan si kecil. Sini, nih aku kaih bocoran kategori gamenya apa saja.

kategori permainan edukatif di mortgagecalculator

Nah banyak sekali kan? Untuk lebih jelasnya papa mama bisa langsung kunjungi websitenya saja ya. Bingung karena kebanyakan? Jangan bingung, dong, kuncinya yang sudah kita sama-sama diskusikan, yaitu sebagai orang tua harus lebih selektif dalam memilihkan game edukatif yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan anak. Ketelatenan dalam memberi pendampingan menjadi salah satu kunci pemberian batasan yang jelas.

Kalau gitu, biar lebih jelas lagi, yuk kita bikin list, apa saja yang perlu menjadi rambu-rambu yang diterapkan oleh orang tua pada anaknya, biar lebih ingat, nih:

  1. Orang tua harus tetap mengawasi.
  2. Memberikan batasan waktu yang jelas yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
  3. Orang tua harus siap memberikan pendampingan yang intensif pada anak.
  4. Rajin melakukan komunikasi efektf dengan anak.
  5. Selektif dalam memilihkan jenis game bagi anak harus mengandung unsur edukatif yang sangat bermanfaat pada perkembangan kognitif anak, misalnya game edukasi finansial.
  6. Orang tua siap bermain bersama anak untuk menciptakan konteks sosial dalam pembelajaran.
  7. Beri pemahaman pada anak jika mengalami kekalahan saat main game bahwasannya itu adalah bagian dari proses belajar.
  8. Lebih memprioritaskan game yang bersifat edukatif dari pada game bernuansa kekerasan.

O, iya, aku juga jadi teringat lagi nih, tentang sebuah webinar parenting yang aku ikuti secara online, kala itu pembicaranya pakar anak yang sangat terkenal dengan panggilan akrabnya Kak Seto. Beliau mengatakan bahwa game edukatif keuangan itu seperti vaksin, dalam arti mencegah 'penyakit finansial' di masa depan. Dan pada saat itu ada seorang ibu yang berbagi cerita bahwasannya anaknya yang saat itu duduk di kelas 5 SD sekarang sudah mengerti tentang bunga majemuk gara-gara main game investasi bareng bapaknya tiap weekend. Hmm,… keren juga pikirku. Patut dicoba, nih.

Jadi orang tua itu gampang tapi susah ya? Aku membatin sendiri, pikiranku berimajinasi tentang sebuah investasi yang menguntungkan dan juga teringat perkataan salah seorang seorang finansial planner anak yang aku dapat dari sebuah podcast. Dia menjelaskan bagaimana game keuangan membantu anak-anak memahami konsep "delayed gratification" atau kepuasan tertunda, artinya anak akan memiliki kemampuan untuk menunda kesenangan sesaat demi keuntungan jangka panjang.

Hmm mungkin ini juga ya yang menjadi salah satu bagian dampak positif yang aku dapatkan karena kesenanganku bermain game finansial berupa monopoli. Coba kala itu sudah kenalan dengan game finansial digital yaa, mungkin kebijakan keuanganku akan lebih canggih kagi dari sekarang.

Huwaaa,… pertanda apa ini? Penyesalan terlahir sebagai Gen tua kah? Wkwkwk…tidak dong, lebih baik sekarang kita sebarkan informasi yang edukatif ini, supaya para generasi alpha kita tambah cerdas dan melek finansial. Yuk papa mama budayakan untuk mendampingi anak kita selalu yaaa. Happy parenting lovely parents.


Menggali Mutiara dalam Diri Anak Melalui Kegiatan Mendongeng

Kamis, 26 September 2024

Hai, SuperParents!

Siap-siap ya, kita mau ngobrol seru nih! Duduk yang nyaman, ambil secangkir kopi atau teh favorit kalian, karena kita akan membahas sesuatu yang bikin mata anak-anak berbinar dan hati kita meleleh: yup, kegiatan bercerita!

Ingat nggak sih, saat terakhir kali kalian membacakan dongeng dan si kecil menatap dengan penuh takjub? Atau mungkin saat mereka tertawa terbahak-bahak mendengar suara-suara lucu yang super parents buat? Nah, momen-momen ajaib seperti itulah yang akan kita bahas hari ini.

Jadi, siapkan imajinasi kalian, karena kita akan menjelajahi dunia penuh keajaiban yang tercipta setiap kali kita membuka buku cerita atau mulai mendongeng. Dari "Pada zaman dahulu kala..." hingga "...dan mereka hidup bahagia selamanya", kita akan mengupas mengapa kegiatan sederhana ini bisa jadi sangat istimewa.
Super parents perlu ketahui bahwa di balik momen-momen manis itu, ada sesuatu yang ajaib sedang terjadi dalam otak mereka yang mungil.
Penasaran? Yuk, kita mulai petualangan kita di negeri dongeng! Siapa tahu, setelah ini super parents akan jadi pendongeng handal yang bikin anak-anak ketagihan cerita. Ready? Let's go!

manfaat mendongeng bagi anak

Jika sebuah cerita atau dongeng diibaratkan sebuah kunci, dia merupakan kunci ajaib yang bisa membuka banyak pintu yang berisi wawasan dan pengetahuan. Setiap kata yang parents ucapkan, setiap karakter yang digambarkan, seolah-olah menciptakan dunia baru dalam imajinasi ananda. 

"Pada zaman dahulu kala..." dan boom! 


Tiba-tiba si kecil sudah terbang ke negeri antah berantah, bertemu naga, atau mungkin menjadi superhero cilik! Mereka membayangkan seolah-olah mereka berperan sebagai tokoh yang ada dalam buku cerita dongeng yang mereka dengar.

Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh si kecil dari kegiatan bercerita atau mendongeng ini. Saat si kecil asyik mendengarkan, tanpa sadar mereka sedang mengumpulkan "harta karun" berupa kosakata baru. Banyak pertanyaan yang berseliweran dalam benak mereka tentang apa yang mereka peroleh dari isi buku yang diceritakan oleh para orang dewasa. 

"Wah, apa itu 'perkasa'?" tanya mereka penasaran. "Apa itu hening?" "Apa itu malam mencekam?" Sebuah kata yang memang masih terasa asing di telinga anak berusia 4 tahun atau umumnya anak-anak yang masih dalam usia dini. Melalui momen inilah, sedikit demi sedikit, mereka memperkaya bahasa mereka. 


Alam bawah sadar mereka merekam banyak momen, yang nantinya akan menjadi ledakan yang sangat luar biasa, hal ini mampu membuat orang tuanya terkejut dan terpana ketika sang buah hati tiba-tiba mampu memaparkan peristiwa dengan gamlang dan dengan bahasa yang terstruktur! Semua itu dampak yang diperoleh dari momen bercerita yang dibawakan oleh para orang dewasa kepada anak-anaknya.


Kegiatan bercerita atau mendongeng ibarat "pembelajaran terselubung". Banyak pelajaran yang didapat dari sebuah cerita. Saat tokoh utama dalam dongeng belajar untuk berbagi atau meminta maaf, si kecil pun diam-diam menyerap nilai-nilai itu. Mereka belajar tentang kebaikan, keberanian, dan persahabatan tanpa merasa sedang "diceramahi". Luar biasa, kan?


Apakah super parents pernah beranggapan bahwa cerita bukan hanya sangat berpengaruh untuk anak-anak? Saat super parents memeluk si kecil dan mulai bercerita, ada ikatan spesial yang terjalin. Momen-momen seperti ini yang akan dikenang si kecil sampai mereka besar nanti. Dan mereka akan sangat berterima kasih karena memiliki orang tua seperti anda.

Kegiatan bercerita juga bisa menjadi "vitamin" untuk otak si kecil. Mereka belajar fokus, mengingat detail, dan bahkan memecahkan masalah. 


"Hmm, kalau aku jadi Cinderella, aku akan pakai sepatu karet biar nggak hilang!" Nah, imajinasi yang kreatif, bukan?


Wow, siapa sangka ya? Ternyata cerita itu bukan cuma hiburan, tapi juga "suplemen multivitamin" buat tumbuh kembang si kecil! Yup, betul sekali!

Coba super parents bayangkan, setiap kali kita bercerita, kita sebenarnya sedang menyalakan kembang api di otak si kecil. Keren kan? Tiap 'dor' nya itu menstimulasi berbagai aspek perkembangan mereka. Apa saja nih, yuk kita ungkap apa saja keajaibannya:

1. Nilai agama dan moral: Cerita kita bisa jadi 'guru spiritual' yang seru lho! Lewat kisah-kisah inspiratif, si kecil belajar tentang baik dan buruk tanpa merasa digurui.

2. Kognitif: Tiap alur cerita itu seperti gym buat otak mereka. Makin rumit plotnya, makin terbentuk deh otak si kecil!

3. Psikomotorik: Lho, kok bisa? Iya dong! Coba deh ajak si kecil menirukan gerakan tokoh cerita. Dijamin, motorik halus dan kasarnya ikut terlatih!

4. Seni: Setiap deskripsi dalam cerita itu seperti melukis dalam imajinasi mereka. Siapa tahu, besok-besok ada Picasso cilik di rumah!

5. Kemampuan berbahasa: Nah, ini nih yang paling kentara. Makin banyak cerita, makin kaya perbendaharaan kata si kecil. Bisa jadi calon penyair nih!

6. Sosialisasi dan pengendalian emosi: Lewat karakter dalam cerita, si kecil belajar berempati dan mengelola emosi. Jadi, pas ketemu teman baru, rasa percaya diri mereka mulai tumbuh dan siap berteman!

Bercerita atau mendongeng ini memiliki seni. Seni bercerita perlu kita perhatikan agar apa yang kita harapkan dalam upaya mengembangkan kemampuan ananda bisa terealisir secara optimal. Ayo ... ayo kita anjut lagi diskusinya.


Pengertian Seni Bercerita atau Mendongeng


Dalam cerita ada beberapa kaidah yang harus kita perhatikan. Hal ini akan kita bahas bersama pada tulisan selanjutnya. Sekarang mari kita berdiskusi tentang makna dari seni bercerita. Apa makna dari seni bercerita? 


Makna Seni


Arti kata seni sebagaimana yang sudah saya paparkan pada artikel mengenal konsep seni, bahwasannya dikutip dari buku Pekerti DKK, pengertian seni diterjemahkan dari berbagai kata dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Itali seni dikenal dengan istilah I’arte. Bahasa Prancis menyebut seni dengan l’art. Penyebutan el arte digunakan dalam bahasa Spanyol. 

Sedangkan dalam bahasa Inggris seni memiliki istilah "art". Semua istilah tersebut diambil dari bahasa Roma atau populernya dikenal dengan bahasa Latin ars yang berarti keterampilan, keahlian dan ketangkasan. Sedangkan orang yang memiliki keahlian disebut sebagai artes (Pekerti, 2018:1.5).

Nah, bagaimana tentang kata 'Seni' dalam bahasa Indonesia? Asal-usul kata 'seni' itu ternyata cukup menarik lho! Konon, kata ini berasal dari bahasa Sansekerta, tepatnya dari kata 'sani'. Nah, 'sani' ini punya banyak arti, mulai dari 'pemujaan', 'pelayanan', sampai 'donasi'. Bahkan bisa juga berarti 'permintaan' atau 'pencarian yang dilakukan dengan hormat dan jujur'. Menarik ya?


Tapi tunggu dulu, ada lagi nih! Seni juga bisa disebut 'cilpa'. Kata ini punya dua makna: bisa berarti 'berwarna' kalau dipakai sebagai kata sifat, atau 'pewarna' kalau jadi kata benda. Nah, lama-kelamaan, 'cilpa' ini berkembang jadi 'cilpacastra'. Apa itu? Menurut pak Soedarso dalam bukunya yang terbit tahun 1988, 'cilpacastra' ini mencakup segala macam kekriyaan yang artistik. Maksudnya adalah bahwa setiap hasil karya tangan memiliki nilai seni!

Jadi, dari 'pemujaan' sampai 'pewarnaan', ternyata konsep seni sudah ada sejak zaman dahulu kala dan terus berkembang sampai sekarang. Ternyata penuh sejarah ya?

Jadi, jika kita tarik kesimpulan seni  bisa diartikan menjadi beberapa makna seperti ini:

  1. seni itu adalah karya seni itu sendiri. Jadi, lukisan, patung, atau lagu yang keren-keren itu, ya itulah seni!
  2. Kedua, seni bisa juga berarti kemahiran atau keahlian. Misalnya, kemampuan seseorang dalam melukis atau menyanyi yang bikin kita terkagum-kagum.
  3. Ketiga, ada juga yang melihat seni sebagai kegiatan manusia. Jadi, proses berkreasi itu sendiri sudah bisa disebut seni.

Nah, dalam konteks obrolan kita kali ini, kita lebih fokus ke pengertian seni sebagai kemahiran atau keahlian nih. Kenapa? Karena kita sedang membicarakan tentang seni bercerita kan?

Jika kita hendak mengikuti pemikiran Aristoteles (yup, filsuf Yunani yang terkenal itu!), seni itu adalah kemampuan untuk membuat sesuatu dengan tujuan tertentu. Tentu saja tujuan yang disusun secara sistematis berdasarkan logika atau gagasan yang matang.

Jadi, kalau kita aplikasikan ke seni bercerita, bisa dikatakan bahwa kemampuan kita untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik, menghibur, dan punya tujuan (misalnya untuk mengajarkan nilai moral), itulah yang disebut seni bercerita!

Banyak pelajaran bukan? Ternyata di balik kegiatan bercerita yang sepertinya sederhana, ada konsep seni yang dalam. Jadi, ketika kita bercerita untuk si kecil, perlu dipahami bahwa kita sebenarnya sedang mempraktekkan seni nih!


Makna Bercerita


Dunia cerita itu ternyata tidak sesederhana yang kita kira! Cerita menyimpan banyak makna. Apa makna dari bercerita itu sendiri? Menurut KBBI, cerita itu bisa tentang kejadian yang sesungguhnya terjadi atau hanya karangan saja. 

Menurut Ibu Riris K. Toha-Sarumpaet (2002), seorang ahli sastra anak memaparkan bahwa cerita itu lebih dari sekadar dari sebuah definisi kaku. Cerita merupakan bagian dari hidup kita, dan tidak bisa dipisahin begitu saja.

Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita sangat erat kaitannya dengan kerja sistem otak, untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan bercerita  otak kita itu layaknya mesin pembuat cerita! Bu Riris (2002) menjelaskan bahwa para ahli mengatakan otak manusia merupakan alat narasi yang jago banget bikin cerita." Untuk itu pantas saja jika kita lebih gampang ingat dengan sebuah cerita daripada penjelasan teori dari sebuah fakta yang seringkali pemaparannya membuat mata kita mengantuk.

Bu Nurbiana Dhieni (2008), ahli pendidikan anak di Indonesia memaparkan bahwa bercerita itu merupakan kegiatan menyampaikan pesan atau info kepada orang lain dengan cara yang sangat seru. seolah-olah  setiap kata yang kita ucapka layaknya kuas yang menari ngelukis di imajinasi pendengarnya. Menakjubkan.


Nah, terkadang kita dibingungkan dengan istilah dongeng dengan cerita. Agar tidak bingung ada baiknya kita dengarkan pemaparan dari Pak Heru Kurniawan Santoso (2008), seorang peneliti sastra anak, beliau menjelaskan bahwa dongeng berasal dari sastra Melayu lama, sementara cerita lebih ke sastra Indonesia modern.

Sementara Bu Mira Roysa (2013), seorang pendidik menambahkan bahwasannya dongeng titik tekannya  lebih kepada berupa  khayalan, sedangkan cerita bisa diambil dari  kejadian sehari-hari. Bisa diartikan bahwa dongeng merupakan sebuah cerita namun  cerita belum tentu sebuah dongeng.

Meskipun antara cerita dan dongeng memiliki perbedaan yang substansial, namun keduanya memiliki kesamaan di dalam teknik menyampaikan, sama-sama diperlukan kemahiran. Kemahiran apa saja yang diperlukan dalam kegiatan bercerita dan mendongeng? untuk pemaparan lengkapnya kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya, ya.

Pengaruh Kegiatan Bercerita atau Mendongeng pada Anak USia Dini dalam Kajian Literatur Para Peneliti


Yuk kita simak beberapa cerita menarik dari teman-teman yang telah melakukan penelitian terhadap hasil kegiatan bercerita atau mendongeng yang dilakukan bersama anak usia dini di beberapa Taman kanak-kanak.

Penelitian N Sardi

N. Sardi dan teman-temannya memulai sebuah eksperimen ajaib di TK Kunti II Dalung. Mereka membagi anak-anak menjadi dua kelompok: satu kelompok mendengarkan dongeng, satu lagi belajar seperti biasa. Tebak apa yang terjadi? Anak-anak yang mendengarkan dongeng tiba-tiba jadi lebih komunikatif dan lebih terbuka dalam menyampaikan pikiran kepada guru atau pun temannya. Hal ini terlihat dalam beberapa aspek:

  1. Anak yang belajar dengan teknik bercerita dongeng menunjukkan kemampuan berbahasa yang lebih baik. Terdapat perbedaan signifikan dibandingkan dengan anak yang belajar dengan teknik konvensional
  2. Teknik bercerita dongeng meningkatkan motivasi belajar anak. Motivasi anak yang belajar dengan dongeng lebih tinggi dibanding teknik konvensional.
  3. Terdapat perbedaan positif secara bersamaan pada kemampuan berbahasa dan motivasi. Anak yang belajar dengan teknik bercerita dongeng menunjukkan peningkatan dalam kedua aspek ini.

Artinya ini adalah sebuah hal yang sangat positif dalam perkembangan bahasa apada anak. Ternyata dengan metode bercerita atau mendongeng mereka lebih semangat dalam belajar. Ternyata bercerita dan mendongeng benar-benar bisa menjadi penyemangat dan suplemen otak yang sangat manjur.

Penelitian Luh Putu


Nah, di tempat lain, Luh Putu Ayu Sumartini punya ide brilian. Dia menggunakan dongeng interaktif di TK Kuncup Harapan. Efeknya luar biasa sekali, anak-anak yang tadinya susah diatur, perlahan-lahan berubah. Mereka jadi rajin berdoa. Menjadi terbiasa bermain bersama tanpa pilih-pilih teman. Karakternya makin terbentuk dengan baik terutama karakter sopan santun.  Seolah-olah dongeng itu punya kekuatan magis untuk mengubah perilaku!

Penelitian Septyani Windi 



Sementara itu, Septyani Windi Utami menemukan rahasia kecil di PAUD Sariharjo. Ternyata, kegiatan yang disertai dengan media gambar bisa menjadi kunci ajaib untuk membuka jendela kemampuan bahasa anak-anak di rentang usia 3-5 tahun. Jadi, kalau anak-anak kita masih cadel, mungkin sudah saatnya kita menjadi ilustrator dadakan!


Penelitian Eva Nur Izzah


Eva Nur Izza punya cerita yang nggak kalah seru. Di TK Dharma Wanita, dia melihat bagaimana dongeng bisa jadi guru emosi yang handal. Dari kesadaran diri sampai kemampuan memecahkan masalah, semuanya bisa dilatih lewat dongeng. 

Dia menemukan kalau dongeng itu bukan cuma cerita biasa, tapi layaknya penakluk untuk emosi anak-anak. Coba deh kita intip hasil temuannya:

1. Ranah Intrapribadi: Ini seperti "ngaca" buat diri sendiri. Dongeng bisa bikin anak-anak lebih sadar diri, berani mengunkapkan apa yang mereka mau (asertif), menjadi pribadi yang mandiri, memiliki harga diri, dan bisa jadi diri sendiri dengan versi terbaik sang anak.

2. Ranah Antarpribadi: Nah, ini soal gimana anak-anak bergaul. Ternyata, dongeng bisa bikin mereka lebih empati, ngerti tanggung jawab ke orang lain, dan jago bergaul.

3. Ranah Penyesuaian Diri: Ini kayak kemampuan "adaptasi" gitu. Anak-anak jadi lebih ngerti realita, bisa fleksibel, dan jago mecahin masalah. Keren kan?

4. Ranah Pengendalian Stress: Siapa bilang anak kecil nggak stress? Dongeng ternyata bisa bikin mereka lebih tahan banting dan bisa nahan diri. Jadi kayak punya "tameng" gitu deh!

5. Ranah Suasana Hati: Yang ini paling seru! Dongeng bisa bikin anak-anak jadi lebih optimis dan happy. Siapa sih yang nggak mau anak-anaknya ceria terus?

Penelitian Eka Cahya


Terakhir, Eka Cahya Maulidiyah membagikan tips jitu dari TK Al-Hikmah. Dalam penelitian dia menjelaskan keterkaitan antara mendongeng dengan kemampuan matematika anak. Mau anak jago matematika? Coba dongeng 7-15 menit, menggunakan kata-kata yang mudah, intonasi yang pas, dan kalau bisa, tambahkan sedikit "sihir" dengan alat peraga yang menarik. Siapa tahu, Einstein cilik akan lahir dari sana!

Nah, teman-teman, itulah kisah-kisah ajaib dari dunia cerita dan dongeng. Ternyata, di balik "Pada zaman dahulu kala..." ada kekuatan besar yang bisa mengubah masa depan anak-anak kita. Jadi, sudah siap untuk jadi penyihir cerita di rumah? Yuk, mulai petualangan cerita kita hari ini!

Biarkan suaramu menjadi pesawat ajaib yang membawa si kecil terbang ke dunia penuh wawasan. Siapa tahu, dari sana akan lahir penulis hebat, pemimpin bijak, atau mungkin... pendongeng cilik yang akan meneruskan tradisi ini ke generasi selanjutnya.

Gimana? Seru kan dunia cerita itu? Yuk, mulai dari sekarang, bikin setiap hari-hari kita menjadi cerita yang menarik! Ingat, setiap "Dongeng selesai..." adalah awal dari petualangan baru dalam tumbuh kembang si kecil. 

Orang Tua Wajib Tahu Ini Tips Jitu Merawat Gigi Anak

Rabu, 21 Februari 2024
Sebagai praktisi pendidikan anak usia dini, permasalahan pada anak sudah menjadi bahasan sehari-hari.  Termasuk masalah bagaimana cara merawat gigi anak. Memberi edukasi kepada anak sekaligus juga pada para orang tua agar tidak salah dalam memperlakukan perawatan gigi pada anak usia dini sudah menjadi kegiatan yang diagendakan.

Idealnya permasalahan kesehatan gigi ini ditangani oleh para dokter gigi sebagai seorang ahli yang paham betul seluk beluk gigi dan mulut. Namun, Sudah menjadi job desk para praktisi pendidikan untuk memberikan edukasi yang tepat dalam hal yang berkaitan dengan diri anak dan lingkungannya.


Praktisi pendidikan anak usia dini juga memiliki peran dalam mengupayakan pertumbuhan dan perkembangan anak agar bisa melaju secara optimal. Seringnya intensitas berinteraksi dengan anak dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan edukasi cara merawat gigi anak menjadi bagian dari upaya mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan, selain itu juga dalam rangka membangun opini tentang kesehatan gigi anak agar mengerti manfaat menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak.


gigi sehat anak




Terharu sebenarnya kalau ingat ranah pekerjaanku ini yang katanya terhitung sangat mulia, apalagi jika sudah disuguhkan tentang cerita-cerita anak didik yang mengalami peningkatan dalam proses belajarnya. Berubah menjadi anak yang mandiri dan lebih mengerti tanggung jawabnya. Auto bikin meneteskan air mata bahagia.

Dalam perkuliahan ada saja kisah menarik dan lucu kalau sudah membahas fakta kesehatan gigi anak. Perbincangan seru di kalangan mahasiswa yang notabene adalah ibu-ibu yang memiliki balita juga batita acap kali mengisi ruang diskusi kelas, terutama pada mata kuliah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan serta gizi anak usia dini.

Problem gigi berlubang dan karies gigi pada anak menjadi pembahasan seru bahkan sering diulang. Kesehatan mulut pada anak ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa pada anak juga kesehatan anak. Biasanya karies gigi anak akan menyebabkan anak kehilangan selera makan dan berefek juga pada malas berbicara. Ini merupakan fakta kesehatan gigi anak.

Jika sudah begini maka akan menghambat aspek perkembangan dan pertumbuhan pada anak. Untuk itu harus segera dicari solusinya bagaimana cara mengobati sakit gigi pada anak, dan mencari tahu apa penyebab gigi anak cepat rusak. Mengapa sangat banyak sekali kasus karies gigi anak, bahkan banyak kasus gigi anak satu tahun berkerak. Jadi, apa, sih penyebabnya? Yuk, kita bongkar apa penyebab gigi anak cepat rusak serta tips merawat gigi anak yang benar mulai dari cara menyikat gigi anak sampai dengan makanan yang harus dihindari, demi mewujudkan gigi sehat anak.

Apa Penyebab Karies Gigi pada Anak?


Masalah karies gigi anak adalah masalah yang sering kita temui, terutama pada anak-anak yang tidak banyak mendapatkan asupan Air Susu Ibu (ASI) atau hanya sebentar saja rentang waktunya, biasanya proses karies gigi anak atau munculnya bercak putih atau coklat dimulai sejak gigi si kecil tumbuh. Setelah karies gigi keadaannya semakin menebal maka akan menyebabkan gigi keropos pada anak. Macam-macam penyebab karies gigi anak di antaranya yaitu:

karies gigi anak



1. Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Banyak Gula 


Fakta kesehatan gigi anak bahwasannya sebisa mungkin tidak memberikan makanan manis pada anak secara berlebihan. Sudah menjadi keumuman bahwa makanan manis biasanya menjadi favorit anak kecil, dari mulai coklat, permen, marsmallow, roti manis, jelly, minuman manis, susu yang memiliki kandungan gula berlebih dan lainnya.

Makanan-makanan favorit anak tersebut sayangnya menjadi pemicu kerusakan pada gigi anak. Jika distop mungkin saja bisa menimbulkan masalah, seperti anak terus merajuk, anak mogok makan dan lainnya.

Bisa saja makanan manis tersebut diberikan asal ada batasan jumlah dan batasan waktu. jangan memberikan anak makanan manis dalam jumlah yang banyak, selain akan menimbulkan kerusakan gigi dampak lainnya akan menimbulkan obesitas.

Batasan waktu yang dimaksud adalah, janagn memberikan makanan manis menjelang tidur. Usahakan memberikan makanan manis menjelang si kecil mandi atau snack siang di kisaran pukul 3 sore. Mengapa? karena di jam tersebut mendekati waktu anak membersihkan dirinya, jadi papmam bisa langsung mengedukasi anak untuk mneyikat giginya. 

Jika si kecil sudah terlalu ingin bukan di jam tersebut, sebagai antisipasinya bisa diberikan langsung air putih dan diminta untuk berkumur-kumur.


2. Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Mengandung Asam 


Buah-buahan yang sangat asam seperti jeruk lemon, strawberri, belimbing wuluh, jatake dan lainnya bisa menyebabkan kerusakan pada gigi, karena bisa mengikis email gigi dan akhirnya bisa membentuk lubang pada gigi. 


3. Tidak Rajin Menyikat Gigi 


Tidak membiasakan anak menyikat gigi setelah makan atau minimalnya pada pagi dan malam menjelang tidur akan menyebabkan kerusakan pada gigi. Sisa-sisa makanan yang menempel lama pada gigi akan diubah oleh bakteri  menjadi zat asam. Kombinasi antara zat asam , sisa makanan, air liur akan membentuk plak pada gigi.

Zat asam yang ada dalam plak ini yang nantinya akan merusak gigi. Untuk biasakan anak rajin menyikat gigi dan ajari cara menyikat gigi yang baik dan benar.

4. Akibat Konsumsi Obat


Beberapa jenis obat-obatan bisa menyebabkan gigi rapuh dan akhirnya rusak, diantaranya yaitu jenis obat-obatan yang mengandung antibiotik tetrasiklin dan obat-obatan yang mengandung banyak zat besi.

5. Minum Susu Di Dot Menjelang Tidur


Anak batita biasanya masih senang minum susu di dot, bahkan ada hanya bisa tidur jika menggunakan dot atau minum susu sambil ngedot sebagai penghantar tidur. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka susu yang manis akan menguasai rongga mulutnya, dibawa tidur dan akan mengotori gigi serta mulut. 

Ini lah salah satu fakta kesehatan gigi anak sedari bayi sudah bermasalah. Kebiasaan ngedot ketika hendak tidur menjadikan gigi anak satu tahun berkerak, susu manis yang menempel lama ini lah penyebabnya.

Hal di atas disinyalir menjadi penyebab karies gigi pada anak. Biasanya kalau tidak segera diatasi maka akan menyebabkan nyeri pada gigi dan gusi anak. Kondisi ini akan menyebabkan anak sulit makan dan melakukan aktivitas lainnya. 

Beberapa penyebab merusak gigi anak tentu saja harus ada solusi untuk segera mengatasinya agar tidak mengganggu pada tumbuh kembangnya. Apa saja yang harus dilakukan oleh para orang tua untuk merawat gigi anak? Bagaimana cara mengobati sakit gigi pada anak? Mari kita kupas satu persatu, yuk. Beberapa hal di bawah ini semoga bisa membantu Papmam memecahkan solusi agar gigi sehat anak tetap terjaga.

Tips Merawat Gigi Anak


Merawat gigi anak adalah mutlak dilakukan oleh orang tua agar gigi anak sehat. Gigi sehat anak hanya akan terbentuk jika dijaga dengan baik, caranya adalah dengan menghindari hal-hal yang menjadi pemacunya seperti yang telah dijelaskan di atas

Pepatah lebih baik menjaga dari pada mengobati seharusnya memang bisa kita pegang teguh ya dalam bentuk apap pun, termasuk dalam hal menjaga gigi anak sehat kondisinya, dari pada harus mencari cara mengobati sakit gigi pada anak.

Karena jika gigi anak sudah sakit akan mengganggu banyak hal dalam aktivitas anak. Keceriaannya, nafsu makannya akan terenggut. Hal ini pasti akan menyebabkan Papa mamanya sedih bukan kepalang. Untuk itu yuk kita cari tahu edukasi yang tepat dalam hal merawat gigi anak dengan cara yang menyenangkan sebagai solusi tepat.

merawat gigi anak



1. Mengajak Anak untuk Rajin Menyikat Gigi


Langkah awal untuk merawat gigi sehat anak adalah mengajak anak untuk rajin menyikat gigi. Usahakan setiap makan makanan manis seperti coklat yang jika dimakan oleh anak-anak terutama todler, cenderung belepotan dan memenuhi rongga mulut. 

Minimalnya kumur-kumur menggunakan air putih agar tidak terlalu banyak yang menempel di daerah sela-sela gigi. Biasakan menyikat gigi anak dengan menggunakan pasta gigi berfluoride. Disinyalir fluoride berfungsi memberikan mineral pada gigi yang dampaknya akan memperkuat gigi.

Beritahukan langkah tepat dalam menyikat gigi pada anak. Pilih sikat gigi yang berbulu lembut dengan warna dan desain yang disukai oleh anak. Ajak anak untuk memilih sendiri sikat gigi dan pasta gigi yang dia suka. Ingat ya Papmam, mengajarkan sikat gigi pada anak dan membiarkan anak untuk mencobanyha sendiri juga merupakan salah satu cara menstimulasi motorik anak.

2. Memberi Edukasi tentang Fungsi Gigi


Memberikan edukasi kepada anak tentang fungsi gigi serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak, ini juga merupakan tips merawat gigi anak yang perlu dicoba Papmam. Cara mengedukasi bisa dengan cara mengenalkan sambil bermain permainan sederhana

Membeli media gigi serta bermain flash card tentang konstruksi serta fungsi gigi bisa kita coba. Untuk anak-anak yang sudah bisa membaca, proses edukasi ini juga bisa sekaligus melancarkan kemamuan baca pada anak.

Sedangkan untuk anak yang belum bisa membaca, bisa dijadikan langkah untuk mengenalkan bacaan opada anak-anak. Membacakannya adalah solusi. Bacakan secara perlahan sambil menunjukkan medianya kepada anak. Dengan cara ini diharapkan anak bisa tertarik, dan cinta pada giginya. Menjaganya sebagai amanah yang diberikan oleh Allah.

opini tentang kesehatan gigi anak



3. Mengurangi Konsumsi Makanan Manis


Meskipun tidak bisa sekaligus dihentikan, minimalisir mengkonsumsi makanan manis pada anak terutama coklat dan permen juga merupakan salah satu tips cara merawat gigi yang bisa Papmam lakukan. Ini cara yang jitu, karena gigi anak tidak terlalu sering terkontaminasi dengan makanan penyebab plak.

4. Biasakan Mengkonsumsi Makanan Sehat


Menghindari si kecil untuk sering memakan makanan manis dan menggantinya dengan membiasakan si kecil mengkonsumsi makan-makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran. Buah Apel dipercaya bisa mengurangi plak dan memberihkan gigi. 

Usahakan memakan sayur dan buah dengan bervariatif jenisnya. Perlu diingat juga agar tidak terlalu berlebihan dalam mengkonsumsinya, karena ada beberapa jenis buah-buahan yang memiliki kadar asam tinggi sehingga bisa merusak email gigi.

Megatur gizi seimbang pada anak juga bisa membantu gigi sehat anak tetap terpelihara. Banyak memakan makanan yang mengandung kalsium dari protein hewani dan nabati seperti ikan, danging, telur tahu dan tempe jangan diabaikan. ini meruokan fakta kesehatan gigi anak yang perlu diperhatikan.


5. Membawa anak rajin memeriksakan Gigi Ke Dokter


The last but not least, bahkan ini juga hal yang sangat penting. Membawa anak rajin ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk memeriksakan secara rutin kondisi giginya sangat dianjurkan. Langsung membawa anak ke dokter gigi juga merupakan hal yang perlu dilakukan dalam cara mengobati sakit gigi pada anak.

Jangan biarkan permasalahan gigi pada anak-anak berlarut-larut bahkan sampai mengganggu aktivitasnya. Agar tidak salah dalam penanganannya penting juga untuk mengetahui klinik gigi yang recommended. 

Karena kualitas dokter gigi  dan klinik juga mempengaruhi pada psikologi anak. Jika dokter gigi yang didatangi kurang ramah, alih-alih ingin mengobati giginya, malah takut ke dokter gigi.

O, iya Papmam, dari hasil perbincangan para mahasiswa di kelasku ngajar, beberapa dari mereka memiliki pengalaman bagus dalam merawat gigi anak mereka dengan pergi ke klinik Damessa. Klinik Damessa ini sudah banyak terebar di beberapa kota besar, seperti Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok dan Cibubur. 

Papmam tinggal memilih lokasi yang paling dekat ke klinik Damessa dari tempat tinggal Papmam. Ketika giliran periksa gigi, usahakan juga bukan hanya si kecil yang diperiksa yaa, Papa mamamu juga perlu dong menjaga kesehatan giginya, karena papa mama merupakan figur contoh nyata untuk perilaku anak. 

Di klinik Damessa memilki pelayanan yang sangat komplet, dari mulai perawatan gigi anak, scaling, tambal gigi, perawatan behel gigi, crown gigi, bleaching gigi, veneer gigi, implan, gigi tiruan, pencabutan gigi dan lainnya.

Enaknya lagi klinik Damessa memiliki waktu praktek yang fleksibel, semua cabang Damessa buka diwaktu yang sama yakni jam 08:00 - 21:00 senin-minggu. Papmam bisa langsung menyesuaikan jadwal lokasi bahkan bisa pilih dokter yang diinginkan melalui link dokter gigi anak terdekat di Damessa. Kenapa sih, harus ribet pilih klinik gigi, apa tips memilih klinik gigi yang baik? Simak, yuk beberapa tips singkat di bawah ini.


cara mengobati sakit gigi pada anak


Memilih Klinik Gigi yang Tepat untuk Merawat Gigi Anak


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita memilih klinik gigi untuk merawat gigi anak dan keluarga, beberapa kriteria tersebut diantaranya:

1. Tempat yang Nyaman


Tempat yang nyaman sudah merupakan jaminan kenyamanan ketika kita mengunjungi sebuah tempat. Apalagi yang menyangkut kesehatan. Tempat yang disuguhkan harus bersih dan terlihat memiliki standar kebersihan dan sterilisasi yang bagus.


2. Kualifikasi Dokter


Kualifikasi dokter juga sangat disarankan untuk menjadi bahan pertimbangan. Kredensial dokter ini bisa dicek di website resmi di www.kki.go.id. Dokter yang bersangkutan harus terdaftar di lembaga resmi medis yang diakui.

3. Fasilitas yang Diberikan


Kelengkapan fasilitas yang diberikan juga patut dijadikan pertimbangan. Klinik Damessa memiliki pelayanan yang lengkap. Ini bisa jadi bahan pertimbangan yang bisa membantu Papmam dalam merawat gigi anak dan Papmam dengan cara simel dan mudah. Perawatan gigi anak dan orang tua sudah memnjadi paket lengkapm di klinik tersebut, jadi tidak perlu pergi ke beberapa tempat untuk mendapatkan beberapa pelayanan.


4. Harga dan Asuransi


Jangan sungkan untuk menanyakan harga jenis perawatan yang diinginkan. Tanyakan juga apakah menerima asuransi yang kita gunakan. Dengan mengetahui biaya yang diperlukan maka Papmam bisa jauh hari menyiapkan dananya dan bisa memilih prioritas jenis pelayanan mana dulu yang bisa diambil.


5. Review dari Para Pelanggan


Review dan pengalaman dari pekanggan yang terlebih dahulu menggunakan fasilitas klinik yang dipilih tentu saja sagat penting sebagai bahan masukan yang bisa dipertimbangkan, karena jalan merawat gigi anak perlu kehati-hatian agar anak tidak trauma nantinya.

Demikianlah tips merawat gigi yang perlu Papmam ketahui agar bisa menjaga gigi sehat anak dengan baik. Kesehatan buah hati adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua bukan? Untuk itu memilihkan hal yang terbaik untuk anak juga menjadi prioritas utama, semampu kita tentunya. 

Gimana sudah sangat lengkap? Atau masih ada yang perlu dibahas tentang cara mengobati sakit gigi pada anak dan manfaat menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak? Tulis di kolom komen yaa. Jangan lupa untuk rutin membawa si kecil ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali secara berkala yaa. Damessa bisa menjadi klinik gigi pilihan keluarga terpercaya. Happy life healthy life dengan gigi sehat dan senyum yang cemerlang. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. 



Referensi Opini Tentang Kesehatan Gigi Anak


https://morinaga.id/id/milestone/penyebab-gigi-keropos-anak-dan-cara-mengatasinya-secara-alami

https://damessa.id/dokter-gigi-anak-terdekat/

https://bunda.co.id/artikel/kesehatan/anak/cara-menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut-pada-anak/

https://rsudkelet.co.id/mengenal-karies-pengertian-faktor-penyebab-dan-pencegahannya/

https://fkg.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=penyebab-gigi-karies-dan-bagaimana-cara-mengatasinya

https://www.tanyapepsodent.com/tips-kesehatan-gigi/diet-dan-gaya-hidup/buah-yang-baik-untuk-gigi-pro-dan-kontra.html

https://www.honestdocs.id/cara-memilih-dokter-gigi

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger