Rahasia Kekuatan Berbicara, Gaya Komunikasi Menginspirasi

Kamis, 03 Oktober 2024
Kata-kata adalah cermin jiwa, setiap ucapan menjadi jendela menuju isi hati seseorang. Berbicara bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sebuah seni pengungkapan yang beragam.

Tentu teman-teman semua mempunyai penilaian kepada setiap lawan bicara, jika seseorang di hadapan kita berbicara dengan mata yang berbinar, senyum yang mengembang dan berbicara berbicara dengan suara yang lantang dan pilihan kata yang penuh semangat mengungkapkan kegembiraan yang sedang ia rasakan. Tentu suasana hati kita akan terbawa semangat dan bergairah. Tanpa sadar, orang tersebut pun telah membuka pintu dunia batin lawan bicaranya melalui cara ia berbicara.

keterampilan berbicara menurut para ahli

 

Apa Makna dari Berbicara?


Para ahli telah lama memahami kekuatan berbicara sebagai cerminan kepribadian. Seperti yang dikatakan Muljana, berbicara adalah bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya.

Namun, menurut Supriyana (2008) berbicara memiliki makna yang luas. Berbicara lebih dari sekedar alat komunikasi. Supriyana juga menjelaskan tentang konsep berbicara mengandung beberapa makna, yaitu:

1. Berbicara Merupakan Sarana ekspresi diri yang sangat kuat.


Ketika seseorang berbicara, ia sedang menunjukkan sisi pribadinya kepada khalayak. Emosi-emosi seperti kemarahan, kesedihan, atau kebahagiaan sulit disembunyikan dalam nada suara dan pilihan kata. Bahkan ketidakjujuran pun bisa tercium dari cara seseorang menyampaikan pesannya.

2. Berbicara Melibatkan Kemampuan Fisik dan Mental


Menariknya, kemampuan berbicara ini tidak hanya menunjukkan siapa kita, tetapi juga dapat menjadi alat untuk memahami orang lain dengan lebih baik. Setiap percakapan menjadi kesempatan untuk menyelami lautan pikiran dan perasaan manusia yang tak terbatas, bahkan tanpa disadari, proses berbicara yang dilakukan tidak hanya melibatkan urusan fisik, tetapi juga mental.

Kenapa demikian? Karena Ketika seseorang berbicara memiliki arti bahwa dia sedang berusaha mengoordinasikan gerakan mulut, lidah, dan pita suaranya untuk menghasilkan pembicaraan yang bermakna. Namun, lebih dari sekadar menggerakkan otot, tentu saja Ketika kita berbicara kita juga sedang berusaha menerjemahkan ide-ide abstrak menjadi kata-kata konkret. Sebuah sinkronisasi yang cukup rumit antara pikiran dan ucapan.

3. Berbicara adalah proses Menerjemahkan Simbol


Setiap kata yang diluncurkan dari seseorang merupakan simbol, kode yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Ketika ia mengucapkan kata "berkelakar", misalnya, pendengarnya dapat mengerti tentang konsep yang dimaksud, meskipun kata itu sendiri hanyalah rangkaian bunyi tanpa makna bawaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ketika seseorang berbicara dia sedang menerjemahkan hal simbolis dalam pikirannya.

4. Berbicara Melibatkan Ruang dan Waktu


Ketika seseorang berbicara, hal ini memiliki makna bahwa ia sedang mempertimbangkan konteks. Seperti halnya Ketika orang melakukan presentasi ilmiah tentu saja akan menyuguhkan pembicaraan yang berbeda Ketika melakukan obrolan santai di café. Seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak Muljana (2001) Pemilihan kata, nada suara, bahkan topik yang dibahas, semua disesuaikan dengan tempat dan waktu.

5. Berbicara adalah Sebuah Keterampilan Berbahasa Produktif


Seseorang yang sedang berbicara artinya dia sedang aktif menghasilkan pesan, sementara para pendengarnya menyimak. Dua sisi koin komunikasi ini, berbicara dan menyimak, bekerja sama dalam ruang verbal yang tak terpisahkan.

Melalui pemaparan tersebut akhirnya kita bisa memahami bahwa berbicara bukan sekadar mengucapkan kata-kata. Berbicara merupakan proses kompleks yang melibatkan fisik dan mental, simbolisme dan konteks, serta produktivitas bahasa yang luar biasa.

Coba generasi super bayangkan, Ketika kita sedang duduk di sebuah café favorit sambil menyeruput nikmatnya secangkir kopi bersama sahabat terdekat. Bercerita dan curhat tentang rasa yang pernah ada, tanpa disadari bahwa kita sedang mempraktikan seni berbicara yang telah berjalan selama ribuan tahun.


Prinsip Umum dalam Berbicara


Setelah kita mengetahui makna ‘berbicara’ ternyata masih ada prinsip – prinsip umun dalam berbicara yang harus kita ketahui. Mari kita telusuri bersama rahasia di balik prinsip umum dalam berbicara yang dijelaskan oleh Bapak Tarigan (1981).


1. Duo Dinamis: Pembicara dan Pendengar


Seperti yang dikatakan Tarigan (1981), berbicara dalam bentuk komunikasi harus melibatkan dua orang yaitu pembicara dan pendengar atau biasa disebut komunikator dan komunikan. Jika tidak ada prinsip ini maka belum bisa disebut berbicara. Bayangkan jika kalian berbicara sendirian di kamar. Apa bisa disebut berbicara dalam konteks komunikasi, tapi mungkin bisa dikatakan sedang latihan pidato atau... ehm, menggerutu tentang hari yang berat. Tapi ketika ada orang lain yang merespon, voila! Anda punya komunikasi yang sesungguhnya.


2. Menggunakan Kode Rahasia yang Dipahami Bersama


Ketika kecil dulu, apakah kalian pernah membuat bahasa rahasia dengan teman? Nah, bahasa sebenarnya adalah versi dewasa dari itu. Kita semua setuju bahwa "kucing" berarti hewan berbulu yang suka tidur 16 jam sehari. Itulah yang para ahli sebut sebagai "studi linguistik" yang akhirnya menghasilkan kode rahasia yang bukan rahasia dan akhirnya dipahami serta disepakati bersamma.Tanpa kesepakatan ini, kita mungkin hanya akan saling melongo bingung.


3. Merupakan Sarana Bermain Peran


Dalam percakapan, kita seperti aktor yang berganti peran. Satu menit kita menjadi pembicara, menit berikutnya menjadi pendengar. Ini seperti ping pong verbal, bola pembicaraan terus bergulir bolak-balik antara kalian dan lawan bicara kalian. Seru kan?


4. Merupakan Terjemahan dari Hidup di Saat Ini: Sebelum Era Rekaman


Dulu, sebelum ada alat perekam, berbicara itu seperti Snapchat, sekali dengar, hilang selamanya. Berbeda dengan tulisan yang bisa bertahan ribuan tahun. Tapi syukurlah, sekarang kita punya teknologi untuk mengabadikan suara. Jadi, cucu kita di masa depan masih bisa mendengar lelucon garing kita!

Itulah empat prinsip berbicara yang membuat obrolan di café kopian menjadi lebih dari sekadar basa-basi. Dari membutuhkan partner bicara, berbagi 'kode rahasia' bahasa, bertukar peran, hingga hidup di masa kini. Berbicara merupakan seni yang terbilang kompleks, bahkan kita mempraktikkannya setiap hari tanpa sadar.

Lain kali Ketika kalian para generasi super ngobrol dengan teman, coba lakukan perenungan tentang prinsip-prinsip ini bekerja. Siapa tahu, kalian bisa menjadi ahli komunikasi berikutnya!
 

Apakah Tujuan dalam Berbicara?


Pembicaraan yang kita lakukan dengan lawan bicara kita tentu saja memiliki tujuan, bukan? Atau mungkin kalian pernah bertanya dalam hati, sebenarnya apa sih maksud kita berbicara, kenapa harus berbicara?

Nah, tentu saja sebuah pembicaraan memiliki tujuan. Apa saja? Mari kita telusuri bersama empat tujuan dalam berbicara yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mulyana (2001):

1. Untuk Memudahkan dalam proses bersosialisasi


Berbicara bisa dikatakan memiliki peran sosial yang amat penting. Dia adalah sang pembuat Koneksi Ulung. Anggap saja berbicara ini sebagai sosok Si Sosial, maka Si Sosial ini akan berperan sebagai influencer sejati. Dia ada untuk membantu kalian membangun "personal branding" dan mempertahankan eksistensi, sehingga kalian mampu bersosialisasi dan memiliki circle yang bisa menjadi media supporting dalam kehidupan kalian.

Perlu diketahui Ketika kita akhirnya berani berbicara di depan kelas, fungsi sosialisasi berbicara atau Si Sosialisasi berperan membujuk kalian dan akan berbisik, "Ayo, tunjukkan dirimu!"

Si Sosial ini juga ahli dalam menjaga kalian tetap hidup dan bahagia. Dia yang mendorong Anda untuk memesan makanan di restoran atau meminta bantuan saat tersesat. Tanpanya, kita mungkin masih hidup di gua, berkomunikasi dengan para ulat dan juga laba-laba! Hehe…

2. Mengekspresikan Perasaan


Berbicara berperan untuk menerjemahkan ekspresi yang dimiliki oleh seseorang. Bisa dikatakan dia berperan sebagai si ekspresif. Si Ekspresif yang akan membantu kalian mengucapkan "Aku cinta padamu" pada kencan pertama (meskipun mungkin terlalu dini!). Si Ekspresif juga yang membisikkan kata-kata penyemangat di saat teman kalian patah hati.

Tapi perlu diingat juga, Si Ekspresif tidak peduli apakah orang lain terpengaruh atau tidak. Baginya, yang penting sebuah perasaan bisa tersampaikan.

3. Menjaga Tradisi sebagai Sarana Ritual


Berbicara memiliki tujuan menjaga tradisi. Bisa dikatakan berbicara merupakan sosok Si Ritual Dia adalah karakter yang muncul dalam momen-momen sakral. Dia sebagai sarana berdo’a, dia juga yang berperan dalam momen sakral seperti pernikahan. Berbicara berfungsi sebagai Si Ritual, dia yang akan membimbing kalian untuk mengucapkan sumpah pernikahan.

Berdo’a bagi penganut agama merupakan ritual dan momen sakral yang terjalin antara dia dengan Tuhannya. Berdo’a memiliki arti berbicara dengan sang pencipta dalam momen yang sakral yang berjalan sebagai ritual keagamaan.

4. Bertujuan sebagai Instrumental


Terakhir, tapi tak kalah penting, ada Si Instrumental, atau agen rahasia dalam dunia berbicara. Dia ahli dalam seni berbicara tanpa terlihat sedang menginginkan sesuatu. Jika kalian berperan sebagai pendidik maka Si instrumental ini bisa dijadikan alat penilaian bagi anak didik kalian, atau malah bisa dijadikan alat skala pengukuran dalam menilai seorang atasan.


Instrumen penilaian yang kita susun sangat berperan dalam menilai sesuatu, tanpa kita harus berbicara. Tujuan instrumental ini bisa disebut juga sebagai agen rahasia. Si Instrumental adalah master kamuflase. Dia bisa membungkus tujuan kita dalam balutan kata-kata berupa tulisan.

Jadi, itulah empat tujuan berbicara yang selalu siap membantu kalian dalam petualangan komunikasi sehari-hari. Dari membangun koneksi sosial, mengekspresikan perasaan, menjaga tradisi, hingga mencapai tujuan tersembunyi.

Mereka selalu ada untuk kalian. Jadi, kapan nih terakhir kali kalian mengucapkan terima kasih pada sesosok lidah? Ingat, lho, karena jasa sebuah lidah, kita mampu mewujudkan tujuan kita.

apa-itu-berbicara



Tujuan Berbicara dalam Konteks Pembacaan


Tujuan berbicara dalam konteks sebuah pembacaan sangat erat kaitannya dalam kegiatan bercerita atau mendongeng. Berbicara dalam konteks pembacaan memiliki misi rahasia untuk membuat audiens terpukau dan sebuah pembacaan jadi memiliki nilai. Lalu apa saja tujuan berbicara dalam konteks pembacaan ini? Mari kita sama-sama telaah pemaparan dari Bapak Supriyana (2008)

1. Membuat Audiens Memiliki Kepercayaan


Konteks berbicara dalam hal ini berupaya untuk meyakinkan audiens akan sesuatu dan lebih baik disajikan juga data-data serta fakta sebagai penyerta. Misalnya saja Ketika anda hendak meyakinkan bahwa makanan Bernama Pizza sangat enak rasanya. Selain hanya sekedar mendeskripsikan rasanya, upaya meyakinkan bisa dalam bentuk membawa langsung pizzanya atau menyajikan data berupa pernyaan dari beberapa orang yang menguatkan bahwa pizza itu makanan enak.


2. Mempengaruhi Audiens


Berbicara dalam konteks ini memiliki definisi sebagai pembujuk untuk memberikan pengaruh bagi audiens. Untuk melancarkan misi ini tentu saja butuh strategi, karena menguasai pikirang orang dan mengubah perilakunya bukan hal yang mudah. Ada tiga jurus nih yang bisa diterapkan, diantaranya:

a) Jurus Pembentuk: Menciptakan opini baru.

b) Jurus Penguat: Memperkokoh keyakinan yang sudah ada.

c) Jurus Pengubah: Mengubah pendapat yang sudah mengakar.

Tahu, kan cara kerja iklan. Bahasanya sangat memukau sehingga orang yang melihatnya cenderung ingin mencoba dan langsung membeli atau setidaknya membuat penasaran dan menyimpan niatnya agar suatu saat bisa merasakan.


3. Memberi Wawasan bagi Pendengar


Berbicara juga bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pendengarnya. Berbicara bagaikan guru tanpa batas. Si Pemberi Wawasan adalah perpustakaan berjalan. Dia tidak peduli apakah Anda tertarik atau tidak, misinya hanya satu: membuat Anda lebih pintar! Tapi jangan salah, meski misinya mulia, dia tetap harus tampil menarik. Tidak ada yang mau mendengarkan guru yang membosankan, kan?


4. Memberikan Kejelasan pada Sebuah Objek


Bisa dibilang konteks berbicara dalam hal ini bagaikan Si Jenius yang bisa membuat kita "melihat" dengan telinga! Pembicara bisa menggambarkan sesuatu dengan begitu detail, sampai-sampai kita dibuat mampu merasakannya. Pernah membayangkan rasa es krim hanya dari mendengar deskripsinya? Nah, itu kerjaan Si Pelukis Kata! Memberikan kejelasan pada sebuah objek.


5. Menyampaikan Pesan yang Tersembunyi


Terakhir, tapi bukan berarti kurang penting, ada Si Penyampai Pesan Tersembunyi. Dia adalah master cerita, menyisipkan pesan-pesan bijak dalam dongeng dan kisah. Pesan pembicaraan diharapkan bisa menyusup pada pikiran lawan bicara atau audiens.

Setelah mengetahui tujuan berbicara dalam konteks pembacaan, kira-kira kalian sudah pernah berada di posisi yang mana nih? Menjadi peyakin yang punya banyak fakta atau menjadi seorang pelukis kata yang penuh imajinasi?

Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara


Faktor penunjang dalam menguasai seni berbicara dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan.


Faktor kebahasaan terdiri dari:


  1. Ketepatan Ucapan
  2. Intonasi yang tepat meliputi nada, tekanan dan durasi.
  3.  Pemilihan Kata meliputi kata yang tepat, jelas, dan bervariasi.
  4. Kalimat Efektif. Dituntut harus menyusun kalimat yang tepat sasaran. Kalimatnya harus punya impact, bukan sekadar angin lalu!


Faktor Non-Kebahasaan terdiri dari


  1. Sikap. Berusaha untuk menyampaikan dengan sikap yang tenang dan tidak kaku. Ingat, wajar itu kunci!
  2. Pandangan Mata. Ketika kita berbicara selayaknya harus menatap lawan bicaranya. Tidak boleh melihat langit-langit atau menghitung semut di lantai!
  3. Penghargaan. Mampu belajar menghargai pendapat orang lain. Bukan berarti harus selalu setuju, tetapi harus bisa menerima kritik dengan lapang dada.
  4. Gerakan dan Mimik. Tantangannya adalah mampu menggunakan gerakan tangan dan ekspresi wajah yang tepat. Jangan terlalu berlebihan!
  5. Kenyaringan Suara. Harus mampu mengatur volume suaranya. Terlalu pelan, tidak terdengar. Terlalu keras, bisa dikira tukang jualan obat!
  6. Kelancaran dalam Berbicara. Berbicara tanpa terbata-bata atau ragu ketika berucap atau banyak melamun.
  7. Relevansi dalam Berbicara. Berusaha memastikan setiap kata-katanya masuk akal dan berhubungan. Tidak boleh melompat-lompat seperti kelinci!
  8. Penguasaan Topik. Tantangan terakhir dan terpenting: menguasai topik pembicaraan.

Setelah bisa melewati semua tantangan dalam berkomunikasi ini, pertanda kita berhasil menguasai seni berbicara efektif. Akhirnya kita bisa memahami bahwa komunikasi yang baik adalah perpaduan sempurna antara kemampuan kebahasaan dan non-kebahasaan. Untuk itu mari kita mencoba melatih terus kemampuan berbahasa dan non-berbahasa kita. Siapa tahu, suatu hari nanti, kita bisa menjadi pembicara yang handal!

Faktor Penghambat Keefektifan dalam Berbicara


Nah, kalau mau jadi pembicara yang oke, ada beberapa kebiasaan yang sebaiknya kita hindari nih, terutama bagi yang masih pemula. Ini dia tujuh hal yang sering bikin presentasi atau pembicaraan kita jadi terdengar kurang maksimal:

  1. Kebanyakan mengulang kata. Contohnya: "Jadi... jadi... jadi begini..." - Bikin pendengar bosan dan kurang fokus sama pesan utamanya.
  2. Berbicara terlalu cepat. Kayak lagi dikejar deadline aja! Ingat, bicara yang santai tapi jelas lebih enak didengar.
  3. Cara penyampaian kurang oke. Misalnya tidak ada kontak mata atau gerak tubuh kaku. Padahal ini penting sekali membuat pendengar tertarik.
  4. Kebanyakan meniru gaya orang lain. Jadi diri sendiri itu lebih baik daripada jadi kopian orang lain. Keaslian itu nilai plus!
  5.  Berbicara kurang jelas. Seperti halnya orang yang makan sambil ngomong. Artikulasi yang jelas itu kunci biar pendengar paham.
  6. Banyak Jeda. Suka nyelipin 'eee...' atau 'hmm...'. Kebiasaan yang sering banget muncul waktu grogi atau bingung mau ngomong apa.
  7. Penekanan kata yang salah. Bisa bikin makna jadi beda atau malah bikin bingung yang mendengarnya.

Tips singkatnya: Latihan yang rutin dan minta feedback dari orang lain bisa membantu kita menghindari kebiasaan-kebiasaan ini. Ingat, pembicara hebat itu bukan lahir dengan kemampuan sempurna, tapi hasil dari latihan yang konsisten!

Keterkaitan Kemampuan Berbicara dan Mendongeng atau Bercerita


Setelah kita berbicara Panjang lebar tentang keterampilan berbicara apakah ada kaitannya dengan kegiatan bercerita atau mendongeng? Nah, ternyata kemampuan berbicara memiliki peran yang sangat penting sebagai bekal dalam mendongeng untuk anak usia dini. Berikut adalah beberapa keterkaitan antara keduanya:

1. Artikulasi dan Pelafalan


Kemampuan berbicara yang baik mencakup artikulasi dan pelafalan yang jelas. Ini sangat penting dalam mendongeng karena anak-anak usia dini masih dalam tahap belajar bahasa. Pendongeng dengan artikulasi yang jelas akan membantu anak-anak memahami cerita dan mempelajari kata-kata baru dengan lebih mudah.


2. Intonasi dan Ekspresi Vokal


Berbicara dengan intonasi yang tepat dan ekspresif adalah kunci dalam mendongeng. Kemampuan ini membantu pendongeng dalam membawa cerita menjadi lebih hidup, menarik perhatian anak-anak, dan membantu mereka memahami emosi dalam cerita.

3. Pemilihan Kata dan Kosakata


Kemampuan berbicara yang baik melibatkan pemilihan kata yang tepat. Dalam mendongeng untuk anak usia dini, ini berarti menggunakan kosakata yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, namun juga memperkenalkan kata-kata baru secara kontekstual.

4. Struktur Kalimat


Kemampuan menyusun kalimat dengan baik sangat penting dalam mendongeng. Kalimat-kalimat sederhana namun efektif akan membantu anak-anak mengikuti alur cerita dengan lebih mudah.

5. Kecepatan dan Ritme Berbicara


Kemampuan mengatur kecepatan dan ritme berbicara sangat penting dalam mendongeng. Pendongeng perlu tahu kapan harus berbicara lebih lambat untuk penekanan, atau lebih cepat untuk bagian yang menegangkan.


6. Improvisasi dan Fleksibilitas


Kemampuan berbicara yang baik termasuk kemampuan untuk berimprovisasi. Dalam mendongeng, ini sangat berguna ketika perlu menyesuaikan cerita dengan reaksi atau pertanyaan anak-anak.

7. Penguasaan Audiens


Kemampuan berbicara di depan umum membantu pendongeng dalam menguasai audiens anak-anak, menjaga perhatian mereka, dan berinteraksi dengan mereka selama sesi mendongeng.

8. Kepercayaan Diri


Kemampuan berbicara yang baik meningkatkan kepercayaan diri, yang sangat penting dalam mendongeng. Pendongeng yang percaya diri akan lebih mampu membawakan cerita dengan menarik dan interaktif.

9. Kemampuan Mendengarkan


Meskipun fokusnya pada berbicara, kemampuan ini juga mencakup kemampuan mendengarkan yang baik. Ini penting dalam mendongeng interaktif, di mana pendongeng perlu responsif terhadap reaksi dan pertanyaan anak-anak.

10. Kreativitas Verbal


Kemampuan berbicara yang baik melibatkan kreativitas dalam penggunaan bahasa. Dalam mendongeng, ini bisa berarti kemampuan untuk menggambarkan adegan, karakter, atau situasi dengan cara yang menarik dan imajinatif bagi anak-anak.


Dengan memiliki kemampuan berbicara yang baik, seorang pendongeng akan lebih mampu menyampaikan cerita dengan cara yang menarik, interaktif, dan bermanfaat bagi perkembangan bahasa dan kognitif anak usia dini.

Evaluasi Keterampilan Berbicara


Evaluasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas berbicara seseorang. Melalui evaluasi, pembicara bisa mengetahui apa yang perlu diperbaiki dan apa yang harus dipertahankan. Ada dua cara evaluasi yang bisa dilakukan:

1. Evaluasi Mandiri, diantaranya yaitu:


• Menggunakan alat perekam suara atau video
• Merekam penampilan berbicara
• Memutar ulang dan mengamati setiap bagian
• Mencatat kekurangan dan kelebihan untuk perbaikan

2. Evaluasi dari Orang Lain


• Meminta masukan dari pendengar atau ahli
• Menerima semua jenis masukan (positif maupun negatif)
• Menjadikan kritik sebagai bahan perbaikan
• Menggunakan feedback untuk pengembangan diri

Kunci utamanya adalah keterbukaan terhadap masukan dan kemauan untuk terus memperbaiki diri, baik melalui evaluasi mandiri maupun bantuan orang lain.


Kesimpulan



Menguasai keterampilan berbicara merupakan seni yang memadukan teknik dengan segala hal yang bersumber dari kepekaan hati serta ketulusan.  Perlu diingat bahwa komunikasi efektif bukan melulu tentang apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakannya. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam berbicara secara konsisten, diharapkan kita akan menemukan suara unik kita sendiri sehingga kita mampu menyampaikan pesan dengan dampak yang kuat. Akhirnya, berbicara yang baik adalah tentang menjalin koneksi dengan diri sendiri, pesan yang kita sampaikan atau objek ceritanya, dan yang terpenting, dengan pendengar kita.


Referensi



Dikutip dari buku Supriyana, Asep. Dengan judul: Hakikat Berbicara. Diterbitkan di Jakarta: Universitas Terbuka, tahun 2018.


Dikutip dari buku Mulyana, Deddy. . Dengan Judul: Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Diterbitkan di Bandung: Remaja Rosda Karya, tahun 2001


Dikutip dari buku Zubaedah, Siti, DKK. Dengan judul: Seni Bercerita. Diterbitkan di Yogyakarta: Cakrawala, tahun 2018.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Trimakasih sudah berkunjung ke ruang narasi Inspirasi Nita, semoga artikel yang disuguhkan bisa memberikan manfaat.

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger