Parents pernah menyaksikan seorang anak yang ketika berbicara sedikit terpatah…patah dan seperti berpikir keras ingin bicara apa? Pernah! Yaup betul, kasus ini memang bukan hal yang tabu dan sangat lumrah dialami oleh anak-anak, terutama anak usia dini. Kita biasa mengenalnya dengan istilah gagap.
Pada artikel kali ini saya akan mencoba mengupas tentang persoalan gagap yang terjadi pada anak usia dini. Seperti biasa saya akan mengambil pengalaman dari beberapa teman saya yang seorang praktisi pendidikan anak usia dini.
Menurut penglaman teman saya yang seorang guru TK. Dia pernah punya murid dengan kondisi gagap ketika berbicara. Muridnya yang bernama Hanif acap terlihat gugup jika dipanggil ke depan dan diminta untuk bercerita di depan taman-temannya.
Seperti siang itu ketika temanku meminta murid-muridnya bercerita tentang pengalaman libur akhir pekannya. Tiba giliran Hanif untuk menceritakan pengalamannya mengisi liburan akhir pekan, kala itu Hanif terlihat gugup, "A-a-aku p-p-pergi ke ke ke kebun bi-bi-binatang," ucapnya tersendat-sendat. Beberapa temannya mulai terkikik, dan wajah Hanif semakin memerah.
Situasi ini mungkin tidak asing bagi sebagian pendidik dan orang tua. Gangguan gagap pada anak usia dini merupakan fenomena umum yang terjadi pada anak bahkan melebihi apa yang kita kira. Sebagai orang tua atau pendidik, pemahaman tentang masalah ini sangatlah penting untuk memberikan dukungan yang tepat agar tidak menjadi masalah yang berkelanjutan pada anak apalagi sampai menjadi anak yang anti sosial atau yang lebih destruktif dari itu. Kita cari tahu yuk ap aitu gagap menurut ahli.
Gagap atau disebut juga stuttering merupakan bentuk kelainan dalam berbicara yang ditandai dengan tersendatnya ketika megucapkan kata-kata. Menurut Cahyono (1995), kondisi gagap terjadi ketika sebagian kata tib-tiba menghilang dari pikiran. Sang Penutur sebenarnya mengetahui kata tersebut, tetapi terkadang mengalami kesulitan untuk mengucapkannya.
Kasus gagap yang terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun, merupakan keadaan yang dianggap normal, karena anak dalam usia ini sedang dalam proses belajar berbicara. Menurut Maria Montessori usia 1,5 tahun sampai 4 tahun merupakan periode sensitive dalam perkembangan Bahasa anak. Namun, tetap saja jangan dibiarkan jika anak berbicara gagap, hal ini harus diberikan perhatian khusus, agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.
Keadaan gagap pada anak sebenarnya berbeda sesuai dengan kadar atau tingkatan. Gagap dibagi menjadi beberapa dasar pemikiran diantaranya yaitu berdasarkan durasi dan berdasarkan reaksi yang muncul.
Mari kita bahas tingkatan gagap dilihat dari durasi.
Sedangkan berdasarkan reaksi yang muncul, gagap bisa diklasifikasikan menjadi:
Ada sebuah kasus gagap yang dialami oleh seorang bocah perempuan bernama Rara berusia 5 tahun. Rara mendadak mulai gagap setelah kelahiran adiknya. Orang tuanya kebingungan padahal sebelumnya Rara berbicara dengan lancar. Setelah berkonsultasi dengan psikolog anak, mereka menyadari bahwa Rara mengalami tekanan psikologis akibat merasa kurang mendapat perhatian sejak kehadiran adiknya. Hmm,…ternyata meiliki adik baru tidak melulu merupakan hal yang membahagiakan ya bagi anak jika penanganan dalam pembagian kasih sayang tidak bisa adil dan sesuai porsinya.
Kasus Rara menggambarkan salah satu dari banyak faktor yang dapat menyebabkan gagap pada anak. Para ahli mengidentifikasi ada tiga penyebab utama anak mengalami masalah gagap, diantaranya yaitu.
Gagap secara fisiologis diakibatkan karena faktor genetik atau keturunan, bisa datang dari garis keturunan ibu maupun dari ayah. Selain itu, gagap juga bisa terjadi karena ada gangguan pada syaraf dan pendengaran. Pada kasus ini, anak mengalami gagap karena faktor bawaan.
Faktor psikis yang menyebabkan anak menjadi gagap dipicu oleh kondisi kejiwaan yang tidak stabil. Misalnya, anak yang mengalami masalah emosional akan mengalami gangguan pada fungsi-fungsi suara atau instrumen suara sehingga menyebabkan anak menjadi gagap.
Faktor psikologis seperti rasa trauma, perasaan takut berlebihan, rasa cemas dan pengalaman menyedihkan yang mendalam pada masa kecil dapat menyebabkan seseorang menjadi gagap hingga dewasa dan disinyalir menjadi faktor penyebab terbesar disbanding dari faktor fisiologis atau genetik. Kalau ini yang bisa jadi pemicu anak menjadi gagap yuk parents kita usahakan anak-anak kita untuk menjadi selalu bahagia.
Beberapa pemicu psikologis diantaranya bisa jadi karena anak yang sering mengalami bentakan, atau acap ditakut-takuti. Anak yang nervous ketika diminta berbicara di depan umum dan yang sering dikejutkan juga bisa menyebabkan anak jadi gagap.
Lingkungan terdekat anak yaitu keluarga bisa menjadi penyebab anak mengalami gagap. Tuntutan atau harapan orang tua yang terlalu tinggi, seperti menuntut anak untuk berbicara lancar sebelum masuk sekolah, dapat memberi tekanan berlebih pada anak.
Kurangnya rasa aman dan komunikasi dalam keluarga juga berpotensi menyebabkan anak menjadi gagap. Selain itu, lingkungan sosial yang kurang mendukung, seperti minimnya interaksi dengan teman sebaya, dapat memperburuk kondisi.
Persetujuan dan dukungan dari lingkungan juga bisa menjadi penyebab anak menjadi gagap. Lho kok bisa?Maksudnya begini lho, ketika orang dewasa melihat anak berbicara dengan gagap malah dianggap lucu karena menggemaskan dan malah ikut menirukan gaya bicara anak, akhirnya, anak merasa mendapat perhatian lebih dengan cara gagap dan melanjutkan gaya gagapnya dalam berbicara.
Bagaimana cara mengidentifikasi kegagapan pada anak?Yuk kita telaah pernyataan dari Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department of Speech and Hearing Science, Universitas Illinois, Amerika Serikat, yang mengidentifikasi gejala-gejala yang tampak pada anak gagap melalui hal berikut:
Kisah lain dari seorang gagap ditunjukkan oleh Dimas, bocah laki-laki berusia 6 tahun yang mengalami rasa cemas setiap kali gurunya meminta dia untuk membaca di depan kelas. Biasanya penampakan ini mendapat ejekan dan ditertawakan oleh teman-temannya. Dimas tentu saja merasa tidak nyaman dan enggan serta menghindar jika diminta berbicara di depan teman-temannya. Lama-lama rasa percaya dirinya menurun drastis secara perlahan.
Ilustrasi kisah Dimas merupakan dampak yang paling jelas terlihat pada anak gagap yaitu mengalami kelambatan dalam komunikasi dengan orang lain, sedangkan komunikasi merupakan kunci dan juga jembatan dalam proses pembelajaran di sekolah. Biasanya anak yang mengalami gagap ketika berbicara menjadi bahan cemoohan dan ledekan kawannya. Jika berlanjut, kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih besar diantaranya:
Lalu, bagaimana jika kita memiliki anak gagap atau ada orang dekat kita yang mengalami permasalahan ini? Kabar baiknya, gangguan gagap pada anak dapat ditangani dengan tepat. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik:
Langkah pertama yang penting adalah mencari sumber penyebab permasalahan gagap. Apakah berasal dari faktor fisik yang dapat dikenali oleh orang tua, atau dari aspek psikologis berupa tekanan-tekanan pada kondisi tertentu.
Cerita Rara menggambarkan pentingnya para orang tua mengambil langkah ini. Sarah, seorang anak berusia 4 tahun, tiba-tiba mulai gagap setelah pindah rumah dan sekolah. Setelah diamati, orang tuanya menyadari bahwa Sarah merasa tertekan dengan lingkungan barunya. Dengan mengetahui akar masalahnya, mereka dapat membantunya beradaptasi dengan lebih baik.
Kita harus berusaha untuk menjadi orang tua yang hati-hati ketika meluapkan emosi, menghindari marah yang berlebihan adalah hal bijak yang harus dilakukan oleh para orang tua. Hindari anak dari situasi yang tidak nyaman dari teman-teman yang toxic dan acap melontarkan ejekan. Untuk itu ciptakan suasana yang tenang dan nyaman bagi setiap anak sehingga tidak merasa terkejut atau khawatir akan kondisi di sekitarnya.
Untuk para guru jika anak tiba-tiba gagap di depan teman-temannya, upayakan untuk menjauhkan ia dari teman-temannya dan tenangkan. Bila kondisi berlanjut, diskusikan dengan orang tua dan sarankan untuk meminta bantuan dokter, psikolog anak, atau terapis bicara.
Elizabeth Hurlock menjelaskan bahwa sangat berarti jika memberi anak kesempatan untuk berbicara. Jangan membatasi keinginan anak untuk berbicara apapun penyebabnya selagi masih dalam konteks yang sopan dan bukan perkataan yang kotor. Biarkan mereka berkomunikasi secara bebas, jangan sampai putus asak arena orang lain tidak paham apa yang ingin dia ungkapkan. Hal ini sering melemahkan motivasi untuk belajar.
Masih menurut Hurlock dalam bukunya, cara terbaik untuk membimbing anak belajar berbicara adalah dengan memberikan contoh yang baik bagaimana cara berbicara yang benar dengan cara mengucapkan kata perkata secara perlahan dan jelas, agar anak bisa memahami artikulasi yang baik dan juga artinya. Orang tua atau pendidik diharapkan memberikan bantuan ini dengan penuh kesabaran dan mau memperbaiki setiap kesalahan dalam pengucapan yang mungkin dibuat anak.
Selain memberi bimbingan yang terarah dengan sabar dan telaten sebagai figure yang bisa dicontoh oleh anak, selanjutnya carikan juga figure lain yang bisa menjadi sudut pandang lain bagi anak dalam mencontoh bagaimana mengucapkan kata-kata dengan baik dan benar. Bisa dari lingkungan tempat tinggal anak, atau publik figur atau tontonan yang disukai oleh anak yang bisa dijadikan panutan.
Ada suatu kisah dari seorang anak yang bernama Denis. Dia seorang anak berusia 4 tahun, yang kondisinya gagap sejak usia 3 tahun. Orang tuanya sempat khawatir, namun berkat penanganan yang tepat, kini Denis sudah dapat berbicara dengan lancar.
Kunci keberhasilan terapi Deni adalah kesabaran dan konsistensi. Orang tuanya selalu memberikan waktu yang cukup untuk Deni untuk mengekspresikan dirinya tanpa tekanan. Orang tua Denis juga berupaya untuk bisa menjadi model berbicara yang baik dan sering melibatkan Denis dalam percakapan sehari-hari secara aktif.
Guru di sekolahnya juga diajak bekerja sama oleh orang tua Denis dengan menciptakan lingkungan yang nyaman mendukung di kelas. Teman-teman Denis diberikan pengertian dan diminta untuk tidak mengejek ketika Denis berbicara terbata-bata. Akhirnya karena mootivasi dan support dating dari banyak pihak akhirnya Denis bisa tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam artian tidak gagap lagi. Yeayy…alhamdulillah. Ternyata usaha tidak menghianati hasil ya.
Dalam menangani kondisi anak yang mengalami gagap dalam berbicara perlu pemahaman dan kesabaran dan juga pendekatan menyeluruh. Bagi orang tua dan pendidik, kita perlu mengenali tanda-tanda gagap sedini mungkin dan memberikan dukungan yang tepat.
Hal yang perlu menjadi renungan kita para orang tua dan pendidik, Setiap anak adalah pribadi yang unik. Pendekatan yang kita berikan juga akan berbeda. Yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang aman dan suportif agar anak merasa nyaman ketika berproses mengekspresikan diri tanpa ada rasa takut akan dihakimi.
Dengan pemahaman yang tepat dan penanganan yang sesuai, anak dengan gangguan gagap dapat mengatasi kesulitan mereka dan tumbuh menjadi individu yang percaya diri dalam berkomunikasi dan bisa normal Kembali layaknya anak lain yang lancer berbicara.
Adakah parents atau para guru yang pernah memiliki pengalaman dalam menangani anak dengan gangguan gagap? Yuk ceritakan pengalamannya dan juga tips jitu yang sudah diterapkan di kolom komentar ya!Terima kasih. Salam pengasuhan. Happy parenting.
Pada artikel kali ini saya akan mencoba mengupas tentang persoalan gagap yang terjadi pada anak usia dini. Seperti biasa saya akan mengambil pengalaman dari beberapa teman saya yang seorang praktisi pendidikan anak usia dini.
Menurut penglaman teman saya yang seorang guru TK. Dia pernah punya murid dengan kondisi gagap ketika berbicara. Muridnya yang bernama Hanif acap terlihat gugup jika dipanggil ke depan dan diminta untuk bercerita di depan taman-temannya.
Seperti siang itu ketika temanku meminta murid-muridnya bercerita tentang pengalaman libur akhir pekannya. Tiba giliran Hanif untuk menceritakan pengalamannya mengisi liburan akhir pekan, kala itu Hanif terlihat gugup, "A-a-aku p-p-pergi ke ke ke kebun bi-bi-binatang," ucapnya tersendat-sendat. Beberapa temannya mulai terkikik, dan wajah Hanif semakin memerah.
Situasi ini mungkin tidak asing bagi sebagian pendidik dan orang tua. Gangguan gagap pada anak usia dini merupakan fenomena umum yang terjadi pada anak bahkan melebihi apa yang kita kira. Sebagai orang tua atau pendidik, pemahaman tentang masalah ini sangatlah penting untuk memberikan dukungan yang tepat agar tidak menjadi masalah yang berkelanjutan pada anak apalagi sampai menjadi anak yang anti sosial atau yang lebih destruktif dari itu. Kita cari tahu yuk ap aitu gagap menurut ahli.
Apa Itu Gagap pada Anak Usia Dini?
Gagap atau disebut juga stuttering merupakan bentuk kelainan dalam berbicara yang ditandai dengan tersendatnya ketika megucapkan kata-kata. Menurut Cahyono (1995), kondisi gagap terjadi ketika sebagian kata tib-tiba menghilang dari pikiran. Sang Penutur sebenarnya mengetahui kata tersebut, tetapi terkadang mengalami kesulitan untuk mengucapkannya.
Kasus gagap yang terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun, merupakan keadaan yang dianggap normal, karena anak dalam usia ini sedang dalam proses belajar berbicara. Menurut Maria Montessori usia 1,5 tahun sampai 4 tahun merupakan periode sensitive dalam perkembangan Bahasa anak. Namun, tetap saja jangan dibiarkan jika anak berbicara gagap, hal ini harus diberikan perhatian khusus, agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.
Tingkatan Gangguan Gagap pada Anak
Keadaan gagap pada anak sebenarnya berbeda sesuai dengan kadar atau tingkatan. Gagap dibagi menjadi beberapa dasar pemikiran diantaranya yaitu berdasarkan durasi dan berdasarkan reaksi yang muncul.
Mari kita bahas tingkatan gagap dilihat dari durasi.
- Gagap Temporer. Disebabkan oleh faktor lingkungan dan biasanya hanya berlangsung beberapa bulan sebelum menghilang dalam tiga bulan berikutnya.
- Gagap Ringan. Gagap pada tingkatan ini berlangsung agak lebih lama yaitu sekitar satu tahun.
- Gagap Menetap. Gagap menetap biasanya cenderung berlangsung dalam jangka waktu panjang dan dapat menjadi permanen jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Sedangkan berdasarkan reaksi yang muncul, gagap bisa diklasifikasikan menjadi:
- Gagap Tahap Pertama. Keadaan gagap pada tahap ini hanya ditandai dengan bicara yang tersendat-sendat.
- Gagap Tahap Kedua. Keadaan gagap pada tahap ini bukan hanya mengalami kesulitan berbicara, tetapi juga disertai perasaan cemas, takut, tidak percaya diri, dan gejala sekunder seperti mengedip-ngedipkan mata, mengetuk-ngetuk meja, atau menggoyang-goyangkan kepala.
Apa Penyebab Gagap pada Anak?
Ada sebuah kasus gagap yang dialami oleh seorang bocah perempuan bernama Rara berusia 5 tahun. Rara mendadak mulai gagap setelah kelahiran adiknya. Orang tuanya kebingungan padahal sebelumnya Rara berbicara dengan lancar. Setelah berkonsultasi dengan psikolog anak, mereka menyadari bahwa Rara mengalami tekanan psikologis akibat merasa kurang mendapat perhatian sejak kehadiran adiknya. Hmm,…ternyata meiliki adik baru tidak melulu merupakan hal yang membahagiakan ya bagi anak jika penanganan dalam pembagian kasih sayang tidak bisa adil dan sesuai porsinya.
Kasus Rara menggambarkan salah satu dari banyak faktor yang dapat menyebabkan gagap pada anak. Para ahli mengidentifikasi ada tiga penyebab utama anak mengalami masalah gagap, diantaranya yaitu.
1. Faktor Fisiologis
Gagap secara fisiologis diakibatkan karena faktor genetik atau keturunan, bisa datang dari garis keturunan ibu maupun dari ayah. Selain itu, gagap juga bisa terjadi karena ada gangguan pada syaraf dan pendengaran. Pada kasus ini, anak mengalami gagap karena faktor bawaan.
2. Faktor Psikis
Faktor psikis yang menyebabkan anak menjadi gagap dipicu oleh kondisi kejiwaan yang tidak stabil. Misalnya, anak yang mengalami masalah emosional akan mengalami gangguan pada fungsi-fungsi suara atau instrumen suara sehingga menyebabkan anak menjadi gagap.
Faktor psikologis seperti rasa trauma, perasaan takut berlebihan, rasa cemas dan pengalaman menyedihkan yang mendalam pada masa kecil dapat menyebabkan seseorang menjadi gagap hingga dewasa dan disinyalir menjadi faktor penyebab terbesar disbanding dari faktor fisiologis atau genetik. Kalau ini yang bisa jadi pemicu anak menjadi gagap yuk parents kita usahakan anak-anak kita untuk menjadi selalu bahagia.
Beberapa pemicu psikologis diantaranya bisa jadi karena anak yang sering mengalami bentakan, atau acap ditakut-takuti. Anak yang nervous ketika diminta berbicara di depan umum dan yang sering dikejutkan juga bisa menyebabkan anak jadi gagap.
3. Faktor Sosial atau Lingkungan
Lingkungan terdekat anak yaitu keluarga bisa menjadi penyebab anak mengalami gagap. Tuntutan atau harapan orang tua yang terlalu tinggi, seperti menuntut anak untuk berbicara lancar sebelum masuk sekolah, dapat memberi tekanan berlebih pada anak.
Kurangnya rasa aman dan komunikasi dalam keluarga juga berpotensi menyebabkan anak menjadi gagap. Selain itu, lingkungan sosial yang kurang mendukung, seperti minimnya interaksi dengan teman sebaya, dapat memperburuk kondisi.
Persetujuan dan dukungan dari lingkungan juga bisa menjadi penyebab anak menjadi gagap. Lho kok bisa?Maksudnya begini lho, ketika orang dewasa melihat anak berbicara dengan gagap malah dianggap lucu karena menggemaskan dan malah ikut menirukan gaya bicara anak, akhirnya, anak merasa mendapat perhatian lebih dengan cara gagap dan melanjutkan gaya gagapnya dalam berbicara.
Bagaimana Mengenali Anak dengan Gangguan Gagap?
Bagaimana cara mengidentifikasi kegagapan pada anak?Yuk kita telaah pernyataan dari Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department of Speech and Hearing Science, Universitas Illinois, Amerika Serikat, yang mengidentifikasi gejala-gejala yang tampak pada anak gagap melalui hal berikut:
- Ketika berbicara biasanya anak sering mengulang bunyi lebih dari dua kali, seperti "bi-bi-bisa"
- Anak tampak tegang dan berjuang untuk berbicara, terlihat dari otot-otot wajah, terutama di sekitar mulut.
- Nada suara tidak stabil, biasanya akan semakin naik seiring pengulangan yang dilakukan.
- Terkadang suara anak terdengar seperti tercekat, udara atau suara tertahan selama beberapa detik
- Jika anak mengalami kegagapan dalam 10% lebih pada pembicaraannya, kegagapan tersebut dianggap cukup parah.
Apa Dampak Gagap pada Perkembangan Anak?
Kisah lain dari seorang gagap ditunjukkan oleh Dimas, bocah laki-laki berusia 6 tahun yang mengalami rasa cemas setiap kali gurunya meminta dia untuk membaca di depan kelas. Biasanya penampakan ini mendapat ejekan dan ditertawakan oleh teman-temannya. Dimas tentu saja merasa tidak nyaman dan enggan serta menghindar jika diminta berbicara di depan teman-temannya. Lama-lama rasa percaya dirinya menurun drastis secara perlahan.
Ilustrasi kisah Dimas merupakan dampak yang paling jelas terlihat pada anak gagap yaitu mengalami kelambatan dalam komunikasi dengan orang lain, sedangkan komunikasi merupakan kunci dan juga jembatan dalam proses pembelajaran di sekolah. Biasanya anak yang mengalami gagap ketika berbicara menjadi bahan cemoohan dan ledekan kawannya. Jika berlanjut, kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih besar diantaranya:
- Rasa percaya diri semakin berkurang.
- Merasa tidak aman untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Menjadi pribadi yang tertutup dan tertekan.
- Strategi Penanganan Anak dengan Gangguan Gagap
Lalu, bagaimana jika kita memiliki anak gagap atau ada orang dekat kita yang mengalami permasalahan ini? Kabar baiknya, gangguan gagap pada anak dapat ditangani dengan tepat. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan pendidik:
1. Identifikasi Akar Permasalahan
Langkah pertama yang penting adalah mencari sumber penyebab permasalahan gagap. Apakah berasal dari faktor fisik yang dapat dikenali oleh orang tua, atau dari aspek psikologis berupa tekanan-tekanan pada kondisi tertentu.
Cerita Rara menggambarkan pentingnya para orang tua mengambil langkah ini. Sarah, seorang anak berusia 4 tahun, tiba-tiba mulai gagap setelah pindah rumah dan sekolah. Setelah diamati, orang tuanya menyadari bahwa Sarah merasa tertekan dengan lingkungan barunya. Dengan mengetahui akar masalahnya, mereka dapat membantunya beradaptasi dengan lebih baik.
2. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung
Kita harus berusaha untuk menjadi orang tua yang hati-hati ketika meluapkan emosi, menghindari marah yang berlebihan adalah hal bijak yang harus dilakukan oleh para orang tua. Hindari anak dari situasi yang tidak nyaman dari teman-teman yang toxic dan acap melontarkan ejekan. Untuk itu ciptakan suasana yang tenang dan nyaman bagi setiap anak sehingga tidak merasa terkejut atau khawatir akan kondisi di sekitarnya.
3. Berikan Penanganan yang Tepat Saat Anak Gagap
Untuk para guru jika anak tiba-tiba gagap di depan teman-temannya, upayakan untuk menjauhkan ia dari teman-temannya dan tenangkan. Bila kondisi berlanjut, diskusikan dengan orang tua dan sarankan untuk meminta bantuan dokter, psikolog anak, atau terapis bicara.
4. Beri Kesempatan untuk Berbicara
Elizabeth Hurlock menjelaskan bahwa sangat berarti jika memberi anak kesempatan untuk berbicara. Jangan membatasi keinginan anak untuk berbicara apapun penyebabnya selagi masih dalam konteks yang sopan dan bukan perkataan yang kotor. Biarkan mereka berkomunikasi secara bebas, jangan sampai putus asak arena orang lain tidak paham apa yang ingin dia ungkapkan. Hal ini sering melemahkan motivasi untuk belajar.
5. Berikan Bimbingan yang Tepat
Masih menurut Hurlock dalam bukunya, cara terbaik untuk membimbing anak belajar berbicara adalah dengan memberikan contoh yang baik bagaimana cara berbicara yang benar dengan cara mengucapkan kata perkata secara perlahan dan jelas, agar anak bisa memahami artikulasi yang baik dan juga artinya. Orang tua atau pendidik diharapkan memberikan bantuan ini dengan penuh kesabaran dan mau memperbaiki setiap kesalahan dalam pengucapan yang mungkin dibuat anak.
6. Jadilah Model yang Baik
Selain memberi bimbingan yang terarah dengan sabar dan telaten sebagai figure yang bisa dicontoh oleh anak, selanjutnya carikan juga figure lain yang bisa menjadi sudut pandang lain bagi anak dalam mencontoh bagaimana mengucapkan kata-kata dengan baik dan benar. Bisa dari lingkungan tempat tinggal anak, atau publik figur atau tontonan yang disukai oleh anak yang bisa dijadikan panutan.
Penanganan yang Tepat Mampu Membebaskan Anak dari Kegagapan
Ada suatu kisah dari seorang anak yang bernama Denis. Dia seorang anak berusia 4 tahun, yang kondisinya gagap sejak usia 3 tahun. Orang tuanya sempat khawatir, namun berkat penanganan yang tepat, kini Denis sudah dapat berbicara dengan lancar.
Kunci keberhasilan terapi Deni adalah kesabaran dan konsistensi. Orang tuanya selalu memberikan waktu yang cukup untuk Deni untuk mengekspresikan dirinya tanpa tekanan. Orang tua Denis juga berupaya untuk bisa menjadi model berbicara yang baik dan sering melibatkan Denis dalam percakapan sehari-hari secara aktif.
Guru di sekolahnya juga diajak bekerja sama oleh orang tua Denis dengan menciptakan lingkungan yang nyaman mendukung di kelas. Teman-teman Denis diberikan pengertian dan diminta untuk tidak mengejek ketika Denis berbicara terbata-bata. Akhirnya karena mootivasi dan support dating dari banyak pihak akhirnya Denis bisa tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam artian tidak gagap lagi. Yeayy…alhamdulillah. Ternyata usaha tidak menghianati hasil ya.
Kesimpulan
Dalam menangani kondisi anak yang mengalami gagap dalam berbicara perlu pemahaman dan kesabaran dan juga pendekatan menyeluruh. Bagi orang tua dan pendidik, kita perlu mengenali tanda-tanda gagap sedini mungkin dan memberikan dukungan yang tepat.
Hal yang perlu menjadi renungan kita para orang tua dan pendidik, Setiap anak adalah pribadi yang unik. Pendekatan yang kita berikan juga akan berbeda. Yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang aman dan suportif agar anak merasa nyaman ketika berproses mengekspresikan diri tanpa ada rasa takut akan dihakimi.
Dengan pemahaman yang tepat dan penanganan yang sesuai, anak dengan gangguan gagap dapat mengatasi kesulitan mereka dan tumbuh menjadi individu yang percaya diri dalam berkomunikasi dan bisa normal Kembali layaknya anak lain yang lancer berbicara.
Adakah parents atau para guru yang pernah memiliki pengalaman dalam menangani anak dengan gangguan gagap? Yuk ceritakan pengalamannya dan juga tips jitu yang sudah diterapkan di kolom komentar ya!Terima kasih. Salam pengasuhan. Happy parenting.