Tampilkan postingan dengan label Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus. Tampilkan semua postingan

Klasifikasi, Karakteristik dan Layanan Pendidikan yang Tepat untuk Anak Tunarungu

Kamis, 16 Maret 2023

Tuna rungu merupakan gangguan yang berkaitan dengan pendengaran. Dari segi fisik anak penderita tunarungu nampak seperti anak normal lainnya, namun mengalami kendala dalam masalah pendengaran dan juga komunikasi.


Derajat gangguan tingkatannya bervariasi, ada yang masih dalam tahapan ringan maupun tahapan yang berat. Terlepas dari ringan atau berat ketunarunguan yang diderita oleh anak tetap memerlukan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhannya.


karakteristik anak tunarungu

Anak tunarngu juga memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran dan terapi pendidikan agar dia bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan diharapkan juga bisa berdampak pada kehidupan sosialnya.


Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan jenis gangguan yang diderita oleh sang anak. Layanan pendidikan bagi anak tunanetra tentu saja berbeda dengan layanan pendidikan bagi anak tunarungu, karena kemampuan akademis anak tunarungu tentu saja berbeda dengan anak dengan gangguan yang lainnya atau dengan anak dalam kondisi normal.


Untuk itu perlu kita ketahui terlebih dahulu seluk beluk yang berkaitan dengan ketunarunguan, dari mulai klasifikasi tunarungu dan bagaimana karakteristik dari anak tunarungu bahkan juga faktor yang menyebabkan anak menjadi tunarungu.


Untuk itu mari kita ulas permasalahan tersebut satu persatu agar kita memiliki gambaran tentang seluk beluk ketunarunguan dan bagaimana cara yang tepat dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang tunarungu.


Tunarungu dan Klasifikasinya


Telah  dijelaskan di atas bahwa tunarungu adalah sebuah gangguan pada pendengaran, tuna artinya kurang sedangkan rungu memiliki arti pendengaran, secara etimologi tunarungu memiliki pengertian orang yang memiliki gangguan kurang pendengaran.


 Anak tunarungu adalah anak yang kurang mampu mendengar suara, sehingga orang yang memiliki gangguan tunarungu mengalami kesulitan dalam mengartikan bahasa juga komuikasi. Ada beberapa tingkat pengelompokan ketunarunguan menurut Boothroyd yang perlu kita ketahui agar bisa memberikan layanan pendidikan kepada anak tunarungu secara tepat, sesuai dengan keadaan anak.


Klasifikasi Tunarungu Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran


Klasifikasi Tunarungu Golongan 1 


Tingkat tunarungu yang mengalami kehilangan 15-30 desibel, golongan ini termasuk ke dalam tunarungu ringan. daya tangkap masih dalam kisaran normal. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 1.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 2


Merupakan tingkat tunarungu yang mengalami kehilangan 31-55 desibel, golongan ini masuk kepada tingkat sedang. Daya tangkap terhadapa bunyi suara manusia hanya sebagian. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 2.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 3


Tingkat tunarungu dengan mengalami kehilangan 56-70 desibel, golongan ini termasuk dalam tingkat ketunarunguan berat. Daya tangkap terhadap aneka suara,  jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 3.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 4


Tingkat tunarungu dengan kehilangan 71-90 db, golongan ini merupakan golongan ketunarunguan total. daya tangkap terhadap suara perbincangan manusia jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 4.


Klasifikasi Tunarungu Golongan 5


Golongan 5 tingkat ketunarunguan telah kehilangan 91 desibel, disebut juga sebagai ketunarunguan total. Pada golongan ini daya tangkap terhadap percakapan manusia sudah tidak ada. Jika diperumpamakan dengan besaran volume suara masih bisa mendengar volume suara tingkat 5.


Klasifikasi berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran di atas bisa dikarenakan tunarungu bawaan maupun tunarungu yang terjadi setelah kelahiran.  Bisa terjadi karena penyakit atau karena kecelakaan.


Anak-anak yang mengalami ketunarunguan sejak lahir akan semakin sulit menguasai bahasa, karena dari sejak dilahirkan tidak paham simbol bahasa berupa ucapan. Pengayaan tentang bahasa tidak didapatkan. 


Komunikasi dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat dengan cara menunjuk, meraih, menarik dan sebagainya, karena tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkannya melalui kata-kata. Anak-anak dengan kondsi ini dinamakan anak dengan tuli pra bahasa.


Sedangkan anak-anak yang mengalami tuli purna bahasa adalah anak-anak yang mengalami ketulian setelah mengenal bahasa, sehingga masih memungkinkan untuk mengerti lambang dan bahasa yang digunakan.


Bagian telinga yang mengalami kerusakan bisa terjadi pada beberapa bagian. Tuli konduktif disebabkan telinga pada bagian tengah dan bagian luar, mengalami kerusakan. Keadaan ini menyebabkan terhambatnya bunyi-suara bisa masuk ke dalam telinga.


Kerusakan juga bisa dialami pada bagian dalam telinga, sehingga mengakibatkan tidak bisa mendengar bunyi-bunyian. Keadaan ini dinamakan tuli sensoris. 


Faktor Penyebab Ketunarunguan


Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi penyandang tunarungu. ditinjau dari dua sisi, penyebabnya bisa karena dari internal (dalam diri) dan juga eksternal (luar diri). Mari kita urai kedua faktor tersebut:


Faktor dari Dalam Diri


Ada beberapa faktor dari dalam diri yang dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan pendengaran atau tunarungu. Faktor penyebab diantaranya:


1. Faktor Keturunan atau Gen


Biasanya disebabkan dari garis keturunan ayah atau ibunya. Halini disebabkan ada gangguan gen yang represif. Jika diperumpamakan misal si ibu mempunya resus darah Rh- dan sang bayi mengandung resus darah Rh+, maka sistem pembuangan akan turut mengganggu pada sistem antibodi bayi. Virus yang ada dapat menghambat pertumbuhan sel-sel dan menyerang jarinagn-jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya.


2. Penyakit Campak Jerman (Rubelia)


Jika ketika si ibu yang sedang hamil menderita penyakit Campak Jerman atau Rubella di tiga bulan pertama masa kandungan, maka kemungkinan hal ini akan berdampak pada janin yang sedang dikandung.


3. Mengalami Toxaminia atau Keracunan Darah


Jika sang ibu yang sedang mengandung mengalami keracunan darah maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada plasenta yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin jadi terhambat. plasenta adalah sumber makanan dan oksigen bagi janin yang memiliki fungsi sangat vital. Keadaan ini kemungkinan bisa menyerang saraf pendengaran pada janin atau saraf yang lainnya.


Faktor dari Luar Diri


Ada beberapa hal dari luar diri anak yang menyebabkan terjadinya gangguan tunarungu, diantaranya yaitu:


  1.  Adanya infeksi pada anak saat dilahirkan, karena terkena virus harpes implex yang tertular darikelamin sang ibu. Penyakit yang ditularkan sang ibu jenis ini bisa merusak saraf bayi termasuk juga saraf pendengaran.
  2. Terkena radang pada selaput otak yang disebabkan oleh penyakit maningitis berupa bakteri yang merusak labrinth atau telinga bagian dalam.
  3. Radang telinga bagian tengah. biasanya radang yang mengenai otitis bagian tengah telinga bisa mengeluarkan nanah yang berkumpul di bagian tengah telinga dan mengganggu jalur masuknya bunyi. Radang ini biasanya terjadi dikarenakan penyakit yang menyerang pernapasan yang berat seperti influenza dan penyakit seperti campak. Bila tak segera ditangani bisa juga mengganggu sistem pendengaran.
  4. Kecelakaan. Penyebab kecelakaan bentuknya bisa banyak jenis, misalnya anak terjatuh sampai melukai tulang ekor dan berdampak pada pendengarannya.


Karakteristik Anak Tunarungu


Anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas, sebagaimana dengan karakteristik pada anak ABK lainnya, meski dari kemampuan akademis antara anak tunarungu dan anak normal lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Menurut Sardjono, karakteristik anak tunarungu diantarnya yaitu:


  1. Tidak terlalu banyak perbedaan jika dari tampilan luar. Secara fisik anak tunarungu sama seperti anak lainnya.
  2. Daya ingatnya lebih rendah dibanding anak yang memiliki pendengaran normal, terutama pada informasi yang bersifat berurutan.
  3. Kemampuan kepintaran otak anak tunarungu sama seperti anak normal lainnya.
  4. Pada informasi yang berbarengan tidak terdapat perbedaan antara anak tunarungu maupun anak normal lainnya.
  5. Daya ingat jangka panjang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibanding anak normal lainnya, meski prestasi akhir biasanya lebih rendah.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunarungu


Negara menjamin hak setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan, tanpa terkecuali. Baik untuk anak-anak normal ataupun yang memerlukan penanganan khusus. Bagi anak tunarungu dan anak berkebutuhan khusus lainnya mendapatkan layanan pendidikan merupakan hal yang harus menjadi perhatian semua kalangan.


Anak tunarungu perlu mendapatkan layanan pendidikan agar dia bisa tumbuh menjadi pribadi mandiri. Diawali dengan memberikan keterampilan untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain. Pembelajaran ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya, keluarganya dan lingkunganya. Berkomunikasi dengan anak-anak normal maupun dengan anak yang keadaannya sama dengan dirinya sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.


Mengajarkan anak-anak tunarungu agar bisa membaca dan menulis  merupakan jalan awal yang bisa ditempuh sebagai sarana untuknya agar bisa mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya, meski belum mampu mengungkapkannya dalam kata-kata.


Layanan Pendidikan Sekolah Inklusi


Memberikan dukungan kepada anak tunarungu untuk bisa ikut di sekolah reguler tentu saja merupakan langkah yang sangat bagus, asal si anak telah dibekali terlebih dahulu dengan pemahaman bahasa anak yang cukup di rumah. Bisa dilakukan dengan cara memanggil guru privat atau dimasukkan terlebih dahulu ke sekolah anak berkebutuhan khusus.


Setelah anak memiliki bekal yang cukup untuk meluaskan wawasannya dan memberikan pengalaman baru padanya, maka memasukkan anak tunarungu ke sekolah reguler akan lebih mudah dilakukan. Pemerintah pun telah memfasilitasi hal ini dalam layanan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus. 


Memberikan peluang pada anak tunarungu agar bisa sekolah di sekolah reguler memang tidak mudah, akan tetapi hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan jika memasukkan anak tunarungu ke kelas inklusi, beberapa hal tersebut diantaranya:


  1. Anak tunarungu harus sudah dibekali dengan cara berkomunikasi yang cukup agar memudahkan dia untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan juga bisa menerima mencerna dan memahami pembelajaran di kelas.
  2. Sekolah yang membuka jalur anak tunarungu harus memiliki guru pendamping yang berlatar belakan PLB atau Pendidikan Luar Biasa. Lebih baik lagi jika guru PLB mempunyai latar belakang pendidikan khusus untuk anak tunarungu. 
  3. Untuk para guru reguler setidaknya mampu memahami karakteristik anak tunarungu, dan sebisa mungkin harus mampu berempati terhadap si anak, agar mampu memberikan pembelajaran.
  4. Guru reguler juga harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang dikhususkan untuk anak penderita tunarungu, diantaranya; Prinsip Keterarahwajahan (interface), Keterarahsuaraan (intervoice) prinsip intersubjektivitas, dan prinsip kekonkretan.
  5. Lingkungan sekolah cukup kondusif dan bisa menerima anak berkebutuhan khusus.
  6. Tersedianya sarana dan prasarana yang bisa mendukung anak berkebutuhan khusus.


Setelah persyaratan di atas bisa dipenuhi, baru anak tunarungu bisa mengikuti pembelajaran di sekolah inklusi tersebut. Pembelajaran yang paling utama diberikan terlebih dahulu adalah memperlancar komunikasi.


Metode  Pembelajaran bagi Anak Tunarungu 


Agar anak tunarungu mendapatkan pembelajaran yang bermakna maka diperlukan metode yang tepat. Pembelajaran untuk anak tunarungu tentu saja berbeda dengan anak pada umumnya, karena keterbatasan pendengarannya, maka dibutuhkan sarana visualisasi agar anak dapet lebih mudah menerima informasi dari gurunya.


Metode yang selama ini biasa digunakan adalah metode MMR atau Maternal Reflektif. Melalui metode MMR anak diajarkan cara mengolah bahasa, bagaimana cara mengeluarkan suara, mengucapkan kata yang sesuai denganartikulasi dengan sangat jelas.


Secara garis besar metode MMR ini terdiri dari kegiatann percakapan yang terdiri dari menyimak, membaca, menulis, yang disajikan secara integral dan sistematis.


Ada dua jenis percakapan yang disajikan yaitu percakapan dari hati ke hati atau conversation from heart to heart, dan percakapan linguistik linguistic conversation.


Pembelajaran percakapan yang dilakukan oleh anak tunarungu dengan gurunya dilakukan dengan fleksibel. Ketika anak menyampaikan keinginan yang kurang jelas, guru melakukan pengulangan atau menerjemahkan maksud anak melalui bahasa tubuh, atau gerakan lainnya (Seizing method), kemudian meminta anak untuk memperjelas lagi apa yang dimaksud (Play a double part).


Pembelajaran membaca dan menulis pada anak tunarungu dilakukan melalui pengembangan hasil percakapan. Ungkapan yang belum bisa diartikan dengan benr melalui bahasa isyarat, bisa diungkapkan kembali melalui tulisan yang kemudian bisa dibaca juga oleh anak.


Kegiatan membaca yang dilakukan oleh anak-anak tunarungu bisa didapat juga melalui video visual. Pengenalan bunyi vonem yaitu cara pengucapan dan penulisan diberikan secara menyatu agar pada akhirnya anak dapat mengetahui huruf, kata serta cara penyebutan dan penulisan.


Media Pembelajaran Anak Tunarungu


Ada beberapa media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mempermudah anak tunarungu dalam memahamibahasa komunikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi media pembelajaran yang disediakan juga semakin canggih dan beragam.


anak tunarungu adalah


Ada media konvensional yang memang sudah sejak lama digunakan dan terus menerus diperbaharui, tetapi saat ini ada juga alat teknologi baru yang terus dikembangkan. Media yang bisa digunakan oleh anak tunarungu, diantaranya yaitu:


1. Abjad dengan jari


Abjad yang diciptakan dari bentukan jari-jari ini selain bisa digunakan untuk anak tunarungu,bisa juga digunakan untuk anak tunanetra. Dibentuk dengan menggunakan jari-jari dari tangan kanan dan juga kiri. Bentuk huruf dan angkany disesuaikan dengan gaya manual huruf yang ada di dunia.


2. Bahasa Isyarat


Kondisi anak tunanetra dengan keterbatasan pendengaran, menyebabkan mereka kesulitan untuk mengembangkan kemampuan berbicara, untuk itu bahasa isyarat yang telah diciptakan oleh para pakar, pada akhirnya harus digunakan juga oleh para penyandang tunanetra.


Ketidak sempurnaan penerimaan simbol percakapan pada kaum tunanetra menyebabkan terjadinya hambatan pada perkembangan kepribadian, kecerdasan dan juga performance sebagai makhluk sosial, karena tentunya para penyandang tunarungu juga diharapkan bisa berkecimpung dan berbaur dengan lingkungan sosialnya.


Namun memang perlu diakui, metode oral masih banyak hambatan dalam penggunaannya, sehingga seringnya menggunakan bahasa isyarat, sebagai sarana komunikasi.


Solusi dalam Penanganan Anak berkebutuhan Khusus


Semoga ulasan tentang pembelajaran untuk anak tunarungu di atas setidaknya memberikan gambaran singkat, bagaimana kita harus memberikan pelayanan pendidikan kepada anak tunarungu. Sebagai pendidik PAUD setidaknya kita memiliki gambaran dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus klasifikasi tunarungu.


Mungkin timbul pertanyaan di benak teman-teman jika di sekolah teman-teman ada orang tua yang hendak mendaftarkan anaknya di sekolah reguler tempat teman-teman mengajar, apa yang seharusnya dilakukan. Saya akan memberikan sedikit gambaran, bagaimana cara menyikapinya jika ini terjadi pada teman-teman. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:


  1.  Melakukan pendaftaran sebagaimana biasa sesuai dengan zonasi atau lembaga PAUD terdekat.
  2. Wali murid menceritakan kondisi anak apa adanya.
  3. Sekolah wajib menerima siapapun yang mendaftar sesuai dengan persyaratan.
  4. Sekolah memberikan gambaran tentang ketersediaan sumber daya manusia maupun sumber daya alam serta sarana dan prasarana di lembaganya, kaitannya dengan permasalahan penanganan ABK.
  5. Setelah kedua belah pihak saling bertukar informasi, keputusan akhir diambil dan ditentukan berdasarkan kemufakatan secara tertulis menggunakan materai.


Demikian ulasan tentang karakteristik anak tunarungu serta pelayanan pendidikan yang bisa diusahakan dalam memenuhi kebutuhan belajar anak penyandang tunarungu. Semoga segala usaha yang dirumuskan bisa kita terapkan secara maksimal, demi membantu para penyandang tunarungu lebih bisa beradaptasi dengan keadaan alam dan lingkungannya.


Membantu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, tetap bisa berkiprah di masyarakat sosial dan juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan diri dan hidupnya. Salam semangat selalu.




Referensi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan khusus. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.




Layanan Pendidikan bagi Anak Tunanetra

Kamis, 09 Maret 2023

Memiliki anak yang sempurna tentunya menjadi dambaan semua orang tua. Namun, sekiranya Allah berkata lain, tentunya orang tua tetap harus bersyukur dan mengupayakan menjaga dan melindungi anak dengan sepenuh hati.


layanan pendidikan bagi anak usia dini


Mengusahakan anak agar mendapatkan pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan yang dia perlukan. Banyak sekali kriteria anak yang membutuhkan penanganan khusus, teman-teman bisa membacanya pada artikel saya yang berjudul Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


Ada jenis anak berkebutuhan khusus permanen maupun temporer. Masing-masing punya cara penanganan dan pelayanan yang berbeda. Pada artikel kali ini, saya akan mencoba menyajikan tulisan yang lebih spesifik tentang  layanan pendidikan bagi anak tunanetra.


Apa Itu Tunanetra?


Apa itu tunanetra?  Mari kita cari tahu bersama-sama pengertian tentang tunanetra. Sebutan tunanetra berasal dari kata tuna yang artinya kurang, dan netra artinya penglihatan. Tunanetra merupakan istilah yang digunakan pada gangguan masalah penglihatan. Bisa mengalami kebutaan menyeluruh, maupun kebutaan yang dialami ringan.


Menurut Somantri anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan  mulai dari setengah melihat, low vision, atau rabun juga termasuk dalam golongan tunanetra.


Klasifikasi Tunanetra


Ada beberapa penggolongan ketunanetraan, yaitu diantaranya:


Buta


kondisi ini sudah pada tahap tidak bisa melihat sama sekali walau kemungkinan bisa menangkap cahaya.


Kurang lihat


Kurang lihat atau disebut juga low vision adalah disandarkan pada seseorang yang memiliki keterbatasan untuk dapat melihat jarak jauh, tetapi bisa melihat objek pada jarak tertentu.


Penglihatan Terbatas


Penglihatan terbatas atau disebut juga visually limited diartikan pada seseorang yang memiliki keterbatasan penglihatan ketika melihat benda pada umumnya.


Kesehatan mata pada anak bisa dicek melalui tes Snellen Card.  Jika si anak memiliki visus kurang dari 6/21 bisa dikatakan tunanetra. Apa maksud dari 6/21? Maksudnya adalah jika anak bisa membaca huruf dari jarak 6 meter saja, padahal orang yang normal bisa membaca dari jarak 21 meter. 


Keadaan penglihatan yang kurang normal pada anak dijabarkan oleh Somantri menjadi beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


  1. Ketajaman penglihatan tidak sebaik orang yang memiliki penglihatan di garis normal.
  2. Ada kekeruhan pada lensa mata, atau terdapat cairan tertentu.
  3. Keadaan mata yang tidak bisa dikendalikan oleh saraf otak.
  4. Ada kerusakan saraf pada otak yang akhirnya mengganggu masalah penglihatan.

Adapun proses identifikasi keadaan anak apakah masuk dalam keadaan tunanetra atau tidak, bisa konsultasi langsung dengan dokter, atau bisa juga memperhatikan ciri-ciri yang diperlihatkan oleh anak. Tingkah laku anak dalam memberikan respon terhadap benda yang dilihatnya juga bisa dijadikan acuan identifikasi keadaan penglihatan anak.

Karakteristik Anak Penyandang Tunanetra


Ada beberapa karakteristik khusus yang bisa kita kenali bagi anak-anak penyandang tunanetra, diantaranya yaitu:

  1. Karena terbatas penglihatan maka sering menabrak.
  2. Kesulitan mengenal huruf pada buku bacaan, sehingga seringkali harus meletakkan buku berjarak sangat dekat dengan matanya.
  3. Sering mengeluh kepala pusing atau mata gatal.
  4. kesulitan membaca tulisan di papan tulis dan sulit mengenal gambar jika warna kurang mencolok.
  5. Sering jatuh dan salah meletakkan barang.


Apa yang Menyebabkan Anak Menjadi Penyandang Tunanetra?


Ada 2 faktor tinjauan yang menjadi penyebab anak bisa menjadi penyandang tunanetra, yaitu ditinjau dari faktor eksternal dan internal.


Faktor Internal


Faktor internal biasanya disebabkan oleh gen atau keturunan. Bisa juga karena terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan, kondisi kejiwaan si ibu ketika hamil, kekurangan gizi, atau bisa juga karena keracunan obat.


Faktor Eksternal


Faktor eksternal terjadi ketika anak sudah berada di luar kandungan sang ibu. Beberapa kejadian yang berbahaya bisa memberikan dampak cedra pada penglihatan, misalnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan benturan keras dan berdampak pada penglihatan.


Beberapa penyakit juga bisa berdampak pada kebutaan, misal sipilis, diabetes, atau terkena paparan sinar dan perikan radiasi yang terus menerus.


Kesalahan ketika proses melahirkan, tekanan yang kuat ketika mengejan, atau proses melahirkan dengan bantuan alat medis yang menggunakan alat seperti tang, bila tidak hati-hati juga bisa mencederai.


Kekurangan nutrisi, peradangan pada mata akibat virus, racun atau baktiri juga bisa menjadi faktor penyebab kebutaan.


Aspek Perkembangan Anak Tunanetra


Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada anak tunanetra agar pemberian layanan pendidikan bisa terarah. Aspek kognitif, aspek motorik, sosial emosional juga pembentukan karakter.


Aspek Kognitif


Aspek kognitif anak penyandang tunanetra cenderung lebih lamban dari anak normal lainnya, untuk itu perlu penanganan khusus agar anak tunanetra bisa berkembang secara optimal. 


Aspek Motorik


Begitupula dengan aspek motorik, baik motorik kasar maupun halus tentunya mengalami perkembangan yang lebih lambat dibanding anak-anak normal lainnya.


Dibutuhkan koordinasi fungsional sistem saraf dan juga otot. Ketidakmampuan melihat secara normal inilah yang menjadi penghambat bagi perkembangan beberapa aspek perkembangan. Kegiatan berjalan, melangkah, menggoyangkan anggota tubuh tentu akan mengalami hambatan. 


Aspek Emosi


Karena keterbatasan penglihatannya, anak tunanetra tak mampu melihat segala bentuk respon yang diberikan ketika marah, benci, senang, maupun sedih. Untuk itu anak tunanetra kurang mampu mengekspresikan apa yang dirasa olehnya.


Sedih, marah, bahagia diekspresikan sesuai dengan kemampuan persepsinya yang agak berbeda dengan perasaan yang ditunjukkan secara umum oleh orang normal. Bentuk ekspresinya terkadang terasa kurang tepat.


Deprivasi emosi jika tidak ditangani akan menghambat perkembangan lainnya. Fisik, motorik, bicara, intelektual maupun sosialnya. Jika mengalami deprivasi emosi biasanya akan cenderung menarik diri, bersifat egois bahkan selalu tergantung pada orang terdekatnya.


Aspek Sosial


Pengalaman sosial anak tunanetra tergantung pada orang disekelilingnya. Tingkat penerimaan orang di lingkungannya sangat berarti bagi perkembangannya. Perlakuan yang negartif akan berdampak buruk bagi perkembangannya.


Rumah dan lingkungan keluarga adalah penentu anak tunanetra berkembang kepada lingkunagn sosial yang lebih besar. Lingkungan sosial sesungguhnya adalah dimulai dari lingkungan sekolah, untuk itu harus disiapkan mentalyang kuat pada anak untuk memasuki dunia sekolah.


 Agar secara psikologis dia merasa aman dan nyaman memasuki lingkungan sosial yang lebih besar dari lingkungan rumah dan keluarganya.


Aspek Karakter


Seringkali anak tunanetra menagalami keputusasaan dalam dirinya. Namun dengan bantuan dan dukungan keluarga, hambatan ini bisa teratasi. 


Keluarga harus memberikan bekal pengetahuan ketika si anak akan memasuki lingkungan baru dengan sangat jelas, agar si anak bisa merasakan nyaman terhadap dunia baru yang akan dimasukinya. Mengenalkan lingkungan barunya dengan sangat baik seperti anak mengenal tubuhnya sendiri. 


Jangan sampai anak merasa ketakutan ketika masuk ke dunia baru sehingga akan mengalami berbagai permasalahan kepribadian seperti introversi, neurotic, frustasi, dan kekakuan atau regiditas mental.


Layanan Pendidikan bagi Tunanetra


Metode dalam mengajar sangatlah penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sebelum mampu mengajar anak tunanetra, tentunya guru dituntut untuk menguasai teknik dan metode dalam memberikan pembelajaran kepada anak yang awas penglihatannya.


Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra sebenarnya memiliki kesamaan juga dengan anak pada umumnya. Hanya saja perlu disesuaikan dengan keadaan anak tunanetra yang tidak awas dalam penglihatan.


Anak tunanetra sangat membutuhkan layanan pendidikan agar dirinya bisa berkembang menjadi manusia yang memiliki potensi serta mandiri. Layanan pendidikan yang bisa diterima oleh mereka diantaranya mampu menggunakan huruf baraille, menggunakan tongkat dan mengenal rambu-rambu di jalan. Selain itu juga belajar tentangorientsi dan mobilitas.


Strategi dan metode yang digunakan tentunya lebih mengoptimalkan penggunaan indra lain yang masih baik fungsinya untuk menerima informasi, agar anak tunanetra bisa mudah menangkap pelajaran.


Model Pendidikan bagi Anak Tunanetra


Ada beberapa model layanan pendidikan yang bisa diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak penyandang tunanetra. Beberapa pilihan layanan pendidikan ini bisa disesuaikan dengan karakter anak dan kebutuhan anak. Beberapa layanan pendidikan bagi anak tunanetra diantaranya, yaitu:


Pendidikan Khusus (SLB)


Layanan pendidikan bagi tunanetra bisa dilaksanakan dengan sistem segregasi atau sistem pembelajaran yang dilakukan secara terpisah dengan anak-anak pada umumnya yang masih memiliki penglihatan bagus.


Pendidikan Inklusif


Layanan pendidikan bagi anak tunanetra juga bisa dilaksanakan dengan sistem yang terintegrasi, yaitu belajar dengan anak normal lainnya, melalui sistem pendidikan inklusif.


Guru Kunjung


Jenis layanan pendidikan ini bisa diambil bagi anak tunanetra yang memiliki domisisli jauh dan sulit menjangkau sekolah. Biasanya tinggal di daerah terpencil, jauh dari sekolah umum, apalagi Sekolah Luar Biasa (SLB). 


Layanan pendidikan bagi tunanetra ini juga bisa diperuntukkan bagi anak yang kondisi tubuhnya selain penyandang tunanetra juga sulit berjalan.


Prinsip Pembelajaran pada Layanan Pendidikan Anak Tunanetra


Proses pembelajaran pada anak penyandang tnanetra harus disesuaikan dengan kondisi sang anak. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, agar proses pembelajaran berjalan aman dan nyaman serta kondusif. Prinsip tersebut, diantaranya:


Prinsip Individual

 

Baik dalam proses pembelajaran pada umumnya dan juga pada pendidikan layanan anak berkebutuhan khusus, harus memperhatikan prinsip individual dikarenakan keadaan peserta didik berbeda latar belakang.


Dalam memberikan layanan pembelajaran untuk anak penyandang tunanetra hendaknya memperhatikan penyebab kebutaan yang dialami masing-masing anak, latar belakang sosial, keluarga, kemampuan, umur dan lainnya.


Sehingga pendidik bisa membedakan layanan pembelajaran untuk anak yang low vision dan buta total. Hal inilah yang menjadi alasan mendasar dalam menerapkan IEP atau individual education program, agar anak mendapatkan layanan pendidikan yang tepat, karena sesungguhnya setiap anak itu unik.


Prinsip Totalitas 


Prinsip totalitas yang dimaksud di sini adalah, guru mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiiki anak pada organ dan indra yang masih dapat berfungsi dengan baik agar memiliki gambaran yang utuh terhadap suatu objek. Bower mengistilahkannya dengan gagasan multi sesnsory approach.


Pengaplikasiannya misal pada pengenalan jenis-jenis binatang, misal kucing. Prinsip totalitas bisa diterapkan dengan cara si anak meraba kucing, jenis, bentuk, ukuran, sifat permuakaanya dengan cara meraba menggunakan tangan jika tangannya masih berfungsi dengan baik.


Mengenal suara kucing dengan menggunakan indra pendengarannya. Dalam mengenal objek harus totalitas menggunakan indra lainnya, jangan hanya menggunakan satu indra saja. Hal ini akan berdampak tidak optimal dalam proses pembelajaran.  


Prinsip Pengalaman Pengindraan


Anak penyandang tunanetra harus mengalami interaksi langsung dengan objek sasaran. Untuk itu diperlukan alat dan media dalam hal ini. Anaktunanetra harus dibimbing bagaimana meraba, mencium, mendengar dan mengecap. Usahakan mereka dapat pengalaman secara langsung.


Bower menyebutnya dengan sitilah "Pengalaman Penginderaan Langsung". Hal ini dilakukan agar anak tunanetra memiliki gambaran yang utuh terhadap pengenalan objek benda di sekitarnya, seperti mengenal embun, batu, bunga, garam, gula dan lainnya. 


Prinsip Aktivitas Mandiri


Dalam proses pembelajaran usahakan agar melibatkan anak dan meminta anak untuk melakukan sendiri.Bila anak tidak mau beri motivasi dan masukan kepada anak agar mau mencobanya. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator.


Proses pembelajaran yang kondusif, ada semangat yang menyertai diharapkan akan membuat anak penyandang tunanetra memiliki semangat untuk tetap menjalani hidup. Prinsip aktivitas mandiri dapat membantu anak bisa mengalami dan mengetahui berbagai keadaan dan mengenali hal yang anak normal alami.


Media Pembelajaran untuk Anak Tunanetra


Dengan kecanggihan teknologi pada saat ini, media pembelajaran untuk anak tunanetra sudah banyak berkembang dan bervariatif. Diusahakan agar media ini dapat digunakan secara fleksibel, bisauntuk di sekolah dan juga di rumah.

Ada beberapa model media pembelajaran yang akan saya kenalkan di sini, untuk menunjang pembelajaran baik di rumah mauun disekolah. Beberapa diantaranya, yaitu:


1. Telesensori

Telesensori adalah media sejenis loof, alat untuk memperbesar ukuran huruf normal, agar mudah terbaca oleh anak tunanetra yang berada dalam kategori low vision.


2. Huruf Braille


Penemu huruf Braille adalah seorang guru yang menyandang tunanetra. Dia adalah Louis Braille, berasal dari Prancis, sudah mengalami kebutaan sejak usianya 3 tahun. Saat tulisan Braille diciptakan pada tahun 1824 Louis masih menjadi pelajar di institution Nationale des Juenes Aveugles (National Institute for Blind Children).


Braille menciptakan huruf yang bentuknya sederhana dan menonjol agar bisa diraba oleh penyandang tunanetra. Dibuat di atas kertas dengan bentuk titik-tik berlubang, umumnya terdiri dari 6 titik yang disusun dalam dua baris.


3. Komputer Berbicara


Komputer berbicara memiliki desain seperti komputer pada umumnya, namun memiliki fiture perintah dalam bentuk suara. Dirancang untuk memudahkan anak penyandang tunanetra agar mampu memahami tools dalam komputer dalam bentuk arahan suara.


4. Digital Accessible System (Daisy) Player


Daisy player adalah sejenis alat yang sudah merekam beberapa buku dan dibacakan lewat suara. Hal ini untuk memudahkan para penyandang tunanetra mendapatkan informasi dari buku yang mereka perlukan. 


Bahkan saat ini sudah berkembang beberapa aplikasi yang terdapat pada handphone, berupa buku dengan layanan dibacakan seperti Noveltoon, Storytell, wattpad. Beberapa aplikasi yang bisa diunduh melalui playstore ini bisa digunakan sebagai media menambah wawasan oleh para penyandang tunanetra.


Media lainnya yang bisa digunakan diantaranya yaitu buku bicara, printer braille, alat printer untuk huruf braille dan termoform semacam alat untuk menggandakan bacaan bagi penyandang tunanetra. Mesin ini dijalankan dengan menggunakan kertas khusus.


Program Layanan Pendidikan bagi Anak Tunanetra


Ada beberapa langkah yang bisa dijadikan pegangan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak Tunanetra, diantaranya adalah:


Program Kebutuhan Khusus


  1. Ketika memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra usahakan menggunakan objek nyata agar anak dapa mendapatkan gambaran yang jelas.
  2. Ketika hendak mengajak anak memulai sesuatu panggil namanya dan usahakan gunakan bahasa verbal dengan pengucapan yang jelas.
  3. Ketika menyapa anak, usahakan sambil menyentuh punggung atau lengan anak, agar dia cepat tanggap dengan permintaan kita.
  4. Sediakan media yang sesuai dengan tingkatan penglihatan anak, apakah menderita kebutaan atau hanya pada tingkat penglihatan low vision.
  5. Gunakan arah yang sesuai dengan arah jarum jam untuk menunjukkan letak tempat barang atau sesuatu.
  6. Hindari kata tunjuk ini dan itu atau kata ganti tempat di sini atau di sana dan juga kata ganti orang dia atau kamu. Langsung pada nama barang, nama tempat dan nama orangnya.
  7. Jangan lupa untuk selalu memberitahu jika kita memindahkan sesuatu ke tempat lain atau ketika kita meninggalkan anak.
  8. Gunakan metode bercerita ketika sedang mengeksplore alam dan lingkunagn sekitar.


Urutan Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan Di Kelas


  1. Usahakan untuk menempatkan anak yang berkebutuhan khusus pada posisi paling depan
  2. Buatkan media yang bentuknya timbul agar memudahkan anak untuk mengidentifikasi bentuk alat dan bahannya.
  3. Dekatkan objek yang akan digunakan dalam pembelajaran kepada anak.
  4. Ketika dalam proses pembelajaran ada kegiatan menulis, buatkan tulisan yang besar dengan warna yang kontras denagn warna latar. Perlakuan ini diperuntukkan bagi anak yang memiliki penglihatan low vision.
  5. Gunakan penerangan dengan kualitas yang baik dan terang benderang.
  6. Posisikan mata dengan objek dalam posisi yang sesuai aman dan nyaman bagi anak, sebisanya sangat dekat dengan anak.


Pelajaran dari Film Miracle Worker


Semoga teman-teman bisa memahami sedikitnya tentang layanan pendidikan bagi anak tunanetra. Tidak ada hal yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha, fokus dan serius dalam menekuni suatu hal., begitupula dengan upaya mendidik anak yang menyandang tuhanetra agar mereka mampu hidup mandiri dan juga bisa bermanfaat bagi lingkungan sosialnya.


Mengambil ibrah sebuah film yang cukup fenomenal, sebuah film yang diadopsi dari kisah nyata, yaitu film tentang perjuangan orang tua dari Hellen keller dalam film yang berjudul Miracle Worker. Ada yang pernah nonton?


Sang tokoh Hellen Keller bahkan bukan hanya buta tapi juga tidak bisa mendengar atau tunarungu.Subhanallah, teman-teman bisa melihat bagaimana perjuangan orang tua Hellen Keller dalam film ini, terutama sang ibu, untuk menjadikan anaknya menjadi pribadi yang akhirnya bisa mandiri bahkan menjadi tokoh dunia terkenal, statusnya sebagai pengacara.


Melalui guru yang sabar dan memiliki kemampuan luar biasa dalam menghadapi Hellen Keller, Anna Sullivan berhasil membentuk Hellen Keller menjadi pribadi yang luar biasa. Dari film ini kita belajar, bahwa segala sesuatu yang diusahakan akan menghasilkan. Jika teman-teman berminat untuk menyaksikannya, bisa dilihat di chanel youtube berikut.




Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang mampu memberikan kontribusi bagi umat dan mengupayakan apa yang kita miliki menjadi lebih bermakna, khususnya dalam hal ini sebagai pendidik anak usia dini yang dihadapkan pada program pendidikan inklusif. 


Program pendidikan terbuka bagi siapa saja yang mau bersekolah tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus tunanetra. Melalui artikel ini setidaknya kita memiliki pengetahuan dasar tentang memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra. Salam positif. Barakallahu.





Referensi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan khusus. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.




Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Kamis, 16 Februari 2023

Anak berkebutuhan khusus bukan disandarkan pada anak yang memiliki cacat mental atau fisik saja, tetapi anak yang memiliki kelainan dari keumuman. Jangkauannya lebih luas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada artikel mengenal anak berkebutuhan khusus


klasifikasi anak berkebutuhan khusus


 Jika teman-teman sudah memahami pengertian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli, maka akan lebih memahami artikel tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang akan saya peparkan.


Sesuai dengan penjelasan para ahli,  Anak Berkebutuhan Khusus diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu anak berkebutuhan khusus permanen dan anak berkebutuhan khusus temporer.


Klasifikasi dan Karakterisktik Anak Berkebutuhan khusus Permanen


Anak berkebutuhan khusus permanen membutuhkan penanganan khusus dan membutuhkan sekolah khusus agar berkembang secara optimal. Kelompok anak berkebutuhan khusus permanen diantaranya, yaitu Anak yang mengalami hambatan penglihatanpendengaran, intelektualfisik motorikemosi dan gangguan perilakuautisme, gangguan konsentrasi dan hiperaktif, anak berkesulitan belajaranak berbakat dan sangat cerdas.


1. Anak-anak dengan Hambatan Penglihatan (Tuna Netra)


Anak-anak yang mengalami hambatan penglihatan dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang medis dan sudut pandang pendidikan.


Dari sudut pandang medis berdasarkan pada ketajaman penglihatan serta lantang pandangan. Orang yang memiliki ketajaman penglihatan di sekitar 20/200 atau kurang dari ini maka digolongkan buta. Sedangkan ketajaman penglihatan atau visus 20/70 masuk ke dalam golongan low vision.


Dari sudut pandang pendidikan berdasarkan media yang digunakan oleh anak dalam aktivitas membaca dan menulis. Seorang anak yang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan indera perabaan dan juga indera pendengaran maka dikategorikan sebagai buta.


Bila dalam proses belajarnya seorang anak masih mampu menggunakan penglihatannya untukaktivitas menulis dan membaca meski dalam kondisi kesulitan,misalnya dengan cara memperbesar tulisan, dikategorikan sebagai low vision.


karena situasi di atas, maka seorang anak akan mengalami beberapa hambatan diantaranya, yaitu:

1. Dalam upaya menambah wawasan dan pengalaman.

2. Dalam upaya bergerak.

3. Dalam masalah kegiatan sosial pada lingkungannya.


2. Anak dengan gangguan Pendengaran (Tuna Rungu)


Anak yang memiliki gangguan pendengaran biasa dalam spektrum ringan sampai berat. hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa karenanya anak akan kurang menguasai kosakata dan kurang mampu untuk berkomunikasi.


3. Anak dengan Gangguan Intelektual (Tuna Grahita)


Menurut DSM V atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke 5merupakan alat taksonomik dan diagnostik yang diterbitkan oleh American Psychiatric association menerangkan bahwaanak dengan gangguan intelektual adalah anak yang memiliki defisit dalam fungsi intelektual/


Gangguan tersebut diantaranya terdapat hambatan pada kemampuan penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, belajar akademik, dan belajar dari pengalaman serta pemahaman. 


Rentang kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak pada umumnya. Tentunya pernyataan di atas harus melalui assesmen klinis dan individu dan juga test standar intelegensi. Baru kemudian seorang anak bisa dikatakan penyandang tuna grahita.


klasifikasi anak berkebutuhan khusus


4. Anak yang memiliki Permasalahan Fisik dan Motorik (Tunadaksa)


Anak tuna daksa adalah anak yang memiliki hambatan gangguan fisik yang berkaitan dengan bentuk tulang, sendi dan otot. Tuna daksa memiliki kondisi fisik yang normal tetapi memilki gangguan fungsi fisik.


Tunadaksa adalah individu yang memiliki kelainan bentuk tubuh, kelainan amputie, organ gerak dan dislokasi sendi, seperti halnya para penyandang polio dan cerebral palsy.


5. Anak yang Memiliki Gangguan Emosi dan Perilaku (Tuna Laras)


Anak pada permasalahan ini biasanya terlihat seperti anak yang memiliki kenakalan tingkat ekstrem. Jika keadaan ini berlangsung lama maka akan berdampak buruk pada proses pendidikan anak. Beberapa dampak buruk diantaranya:


  • Anak memiliki gangguan kemampuan dalam belajar, baik karena faktor kecerdasan, sensori ataupum kesehatan.
  • Anak tidak mampu menjalin komunikasi sosial dengan teman sebaya, otang tua dan juga guru.
  • Perasaan yang konstan dalam perasaan yang tidak bahagia atau bahasa lainnya mudah mengalami depresi.


6 Anak dengan Spektrum Autism (Autism Spectrum Disorder)


Anak austis adalah anak yang memiliki gejala seolah-olah dia hidup hanya sendiri. Asyik bermain sendiri, merujuk dari asal katanya yaitu "auto"  berasal dari bahasa Yunani memiliki arti "sendiri"Biasanya memiliki masalah dari segi komunikasi dan kehidupan sosial.


7. Anak dengan gangguan konsentrasi dan hiperaktiv 


Anak berkebutuhan khusus pada kategori ini biasa disebut sebagai penderita ADHD (attention deficiency and hiperactivity disorder) disertai dengan hiperaktiv dan juga ADD (Attention Deficit Disorder).


Anak yang memiliki kelainan pada spektrum ini mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan gerakannya cenderung impulsif dan hiperaktif. disebabkan oleh faktor intern dan dibawa sejak lahir.


Anak dalam kasus ini mengalami gangguan otak herediter, sehingga informasi yang masuk ke otak tidak bisa diterima dengan baik.



jurnal anak berkebutuhan khusus


8. Anak kesulitan Belajar


Anak yang memiliki kesulitan belajar  terdapat beberapa jenis. Penyebab dasarnya adalah ada luka pada otaknya sehingga berakibat hilangnya kemampuan untuk menerima pembelajaran dengan baik. Biasanya mengalami kesulitan belajar pada 3 aspek, yaitu membaca, berhitung dan menulis. 


Anak kesulitan belajar memiliki 5 permasalahan, yaitu diantaranya:


Learning Disorder


Learning disorder atau kekacauan dalam belajar biasanya dialami oleh anak. Pada dasarnya anak yang mengalami kekacauan dalam belajar kemampuan dasarnya sama sekali tidak berkurang, tetapi akan terganggu pada perolehan prestasi.


Misalnya anak yang terbiasa bermain basket atau olah raga tinju terbiasa melakukan gerakan keras, namun tiba-tiba harus belajar menari yang sama sekali tidak biasa dia lakukan, karena menari biasanya memerlukan gerakan yang gemulai dan teratur.


Learning Disfunction


Anak yang memiliki kelainan ini dikarenakan kondisi yang dimiliki si anak tidak berfungsi untuk menerima pembelajaran. Misalnya anak yang memiliki postur tinggi, jika tidak dilatih untuk bermain basket, maka dia akan kesulitan untuk melakukan olah raga basket.


Under Achiever


Pada kategori ini dialami oleh anak yang sesungguhnya memilki tingkat IQ tinggi namun memiliki prestasi belajar yang rendah. 


Slow Learner


Slow learner atau lambat belajar adalah anak yang memiliki keterlambatan dalam mencerna pembelajaran yang diterima olehnya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Biasanya tidak terbatas hanya pada kemampuan akademis namun juga pada penguasaan keterampilan. biasanya memiliki rentang kecerdasan yang di bawah rata-rata yaitu sekitar 76 - 89.


Learning Disabilities


Pada anak yang mengalami learning disabilities biasanya anak menghindari untuk belajar dan tidak mampu belajar, untuk itu prestasinya di bawah potensi intelektualnya.


9. Anak yang Memiliki Kecerdasan Luar biasa


Anak dalam kategori ini membutuhkan penanganan khusus. Mereka membutuhkan sesuatu yang berbeda dari yang khalayak umum terima, karena jika disamakan, anak yang meiliki kecerdasan yang luar biasa akan mudah bosan persoalan yang dianggap sangat ringan olehnya.

Anak Berkebutuhan Khusus Temporer


Anak berkebutuhan khusus pada klasifikasi ini adalah anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan hambatan yang sedang dialami.


pendidikan anak berkebutuhan khusus




Anak berkebutuhan khusus temporer biasanya ditimbulkan dari faktor eksternal, atau faktor yang ditimbulkan dari luar dirinya.


Jika hal yang menyebabkan anak-anak ini memiliki perlakuan khusus segera ditangani maka mereka akan segera terbebas dari problem yang dialami, tetapi jika tidak segera diselesaikan bisa berubah menjadi anak berkebutuhan khusus permanen.


Namun bagi anak berkebutuhan khusus temporer tidak memerlukan pelayanan sekolah khusus. Beberapa kategori anak berkebutuhan khusus temporer diantaranya:


1. Anak korban broken home

2. Anak jalanan

3. Anak-anak korban bencana alam

4. Anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil

5. Anak yang mendapatkan metode pelajaran yang tidak cocok dengan kepribadiannya

6. Anak-anak korban HIV-AIDS


Demikian sedikit penjelasan tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus atau ABK. Semoga bisa dipahami dan memberi pencerahan. Semangat terus berkarya. Barakallahu


Referensi:


Supena, Asep, DKK. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI danPendidikan masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak USia Dini, 2018.

Nuraeni, siti, DKK. Prosedur Operasai Standar Pendidikan Anak USia Dini Inklusif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI danPendidikan masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak USia Dini, 2018.

Sukadari. Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2019.

Wardani. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka.

https://gulit1.wordpress.com/2009/03/05/kesulitan-belajar-lambat-belajar-tunagrahita-gifted-disinkroni/

Febri Atika dan Na'imah. Mengenal Konsep-Konsep Anak Berkebutuhan Khusus dalam PAUD. Jurnal Program Study PGRA, vol. 6, No 2 Juli 2020.



Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, Ciri Umum serta Faktor Penyebab

Anak berkebutuhan khusus? Tentunya teman-teman semua sudah tidak asing lagi dengan istilah ini! Tetapi, apakah teman-teman juga sudah memahami, kenapa disebut anak berkebutuhan khusus?

 

Yuk, kita urai terlebih dahulu pengertian anak berkebutuhan khusus atau sering dikenal dengan singkatan ABK, agar lebih jelas dan tidak salah dalam memahaminya, sebelum kita lanjutkan materi anak berkebutuhan khusus lebih mendalam dan meluas lagi.

penegrtian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli

Anak berkebutuhan khusus biasanya dialami karena ketidaklengkapan pada anggota tubuhnya atau yang mengalami permasalahan pada neurology karena terjadi brain injury atau kecelakaan otakDan biasanya memiliki kekhususan dibanding anak-anak kebanyakan lainnya.


Ketika saya lakukan tanya jawab dengan beberapa mahasiswa perihal apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus, banyak diantaranya yang menjawab dengan anak-anak yang memiliki cacat dan memerlukan penanganan khusus.

 

Benarkah anak berkebutuhan khusus hanya ditujukan bagi anak-anak yang mengalami cacat fisik dan mental? Yuk, kita bahas pengertian anak berkebutuhan khusus. Pada artikel ini saya akan memaparkan tentang pengertian anak berkebutuhan khusus menurut pandangan para ahli agar kita memiliki gambaran yang lebih komprehensif. 


Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Para Ahli


Beberapa ahli merumuskan pengertian tentang anak berkebutuhan khusus, diantaranya Bachri, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Perbedaan ini dipandang oleh khalayak ramai sebagai individu yang tidak banyak  mereka temui.


Anak berkebutuhan khusus menunjukkan ciri-ciri fisik, intelektual dan emosional yang lebih rendah atau malah lebih tinggi dari ukuran normal pada umumnya dalam pandangan khalayak banyak, sehingga bisa menjadi hambatan bagi keberhasilan individu yang dimaksud. 


Begitupula dengan Wardani dan kawan-kawan, merumuskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memerlukan perlakuan khusus karena kekurangan atau kelebihan yang dimiliki mereka, sehingga dengan bantuan khusus yang diberlakukan pada anak-anak ini dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki.


Wardani juga menyatakan bahwa kelainan tersebut bisa dalam kondisi di bawah normal maupun di atas normal. Untuk itu, anak-anak yang berada dalam kondisi tersebut membutuhkan penanganan spesial atau khusus.


Direktorat pendidikan luar biasa merumuskan pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang berkategori mengalami kelainan atau penyimpangan  yang signifikan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Karena keadaan yang dialami anak-anak ini, diperlukan pelayanan dan perlakuan khusus.


Dari pengertian yang dirumuskan beberapa ahli di atas tentang pengertian Anak berkebutuhan khusus, bisa kita tarik kesimpulan, bahwasannya anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kondisi berbeda dengan keadaan yang umumnya ada di masyarakat, bisa berkategori di atas keumuman atau di bawah keumuman. Keadaan ini membutuhkan penanganan khusus dari berbagai pihak.

apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus

Pengertian anak Berkebutuhan Khusus Menurut Undang-Undang


Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 32 ayat 1  bahwasannya anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa sehingga memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran.

Sebelum terbitnya undang-undang No. 20 Tahun 2003 ini, anak berkebutuhan khusus memiliki sebutan Anak Luar Biasa (ALB), sedangkan sekolah yang memberikan layanan bagi anak-anak luar biasa adalah, Pendidikan Luar Biasa (PLB).

Namun kini istilah tersebut tidak digunakan lagi dan luar biasa diganti dengan menggunakan istilah kelainan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 17 Tahun 2010 pasal 29. 

Ciri-Ciri Umum Anak Berkebutuhan Khusus 


Lalu apakah anak yang pada akhirnya berkembang tidak sesuai dengan anak pada umumnya bisa dideteksi sejak dini menderita hambatan atau kelainan? Apakah bisa sembuh?

Untuk kasus yang sangat umum dan masih dalam kategori ringan, masih bisa dideteksi sejak dini dengan memperhatikan ciri-ciri penyerta yang akan saya jabarkan. 

Apakah bisa disembuhkan? Jika gejalanya masih ringan, dengan penganan secara khusus dan tepat maka bisa diperbaiki dan dapat membantu anak bertumbuh dan berkembang. Namun jika kaitannya dengan kelainan fisik dan berasal dari faktor internal yang tergolong berat, maka sulit untuk diobati.

Jalan alternatif lain adalah memberikan semangat dan terus memberikan yang terbaik untuk anak, agar anak bisa lebih berdaya sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya. 

Menurut beberapa teori atau beberapa kajian, ciri-ciri secara umum tentang anak berkebutuhan khusus bisa dilihat dari beberapa hal di bawah ini:

1. Frekuensi Perilaku anak


Perilaku yang dianggap menyimpang dari perilaku pada umumnya. Bisa dilihat dan dideteksi sejak dini dengan cara mengenali pertumbuhan dan perkembangan pada anak, apakah sudah sesuai dengan standar umum yang ditetapkan.

2. Intensitas atau kedalaman


 Intensitas atau kedalaman kemampuan anak memiliki arti seringnya anak berlaku tidak sesuai dengan standar kemampuan anak jika disesuaikan dengan umur. Contoh kedalaman atau intensitas dalam kemampuan anak adalah pada perkembangan bahasanya. Jika anak sudah sangat sering bicara cadel tapi seharusnya tidak demikian jika dikaitkan dengan umur ,  maka segera diwaspadai dan ditangani secara khusus agar tidak meneruskan kebiasaannya.

3. Usia yang tidak sesuai dengan perkembangannya. 


Sebagai orang tua sudah selayaknya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak dari sejak dini. Mengeceknya ke dokter agar bisa mengetahui  perkembangan anak, apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Jika anak memiliki keterlambatan baik dalam pertumbuhan fisik dan nalarnya maka perlu diwaspadai dan diberikan pelayanan pendidikan khusus.


4. Ada Ketidaksesuaian dengan Norma dan Adat


Pertumbuhan dan perkembangan yang ditunjukkan anak tidak sesuai dengan norma adat setempat. Misal anak perempuan sudah bisa main masak-masakan, anak laki-laki sudah pandai bermain bola, meski ciri ini tidak terlalu signifikan dalam kaegori ciri umum anak berkebutuhan khususu

Adapun ciri-ciri anak berkebutuhan khusus secara spesifik akan saya paparkan pada artikel selanjutnya.  Ada dua jenis klasifikasi dalam anak berkebutuhan khusus yaitu temporer dan permanen. Untuk lebih jelasnya teman-teman bisa baca lanjut di artikel tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus. 

Faktor Umum Penyebab Anak Menderita Kelainan


Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menderita kelainan, baik disebabkan dari pra natal atau sebelum lahir, maupun pasca natal. Diantaranya, yaitu:

1. Proses kelahiran yang berlangsung lama, sehingga kepala bayi tertekan lama di panggul dan akhirnya bayi kekurangan oksigen.
2. Plasenta Previa, sehingga bayi kesulitan keluar, dan ada tekanan pada sistem syaraf otak.
3. Kekurangan gizi saat hamil.
4. Terkena virus, misalnya virus toksoplasma dari binatang seperti kucing.
5. Kesalahan pemberian obat atau obat yang melebihi dosis.
6. Kecelakaan.
7. Pola asuh yang salah. Misalnya terlalu keras pada anak atau malah memanjakan anak berlebihan.
8. Kurangnya stimulasi yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan usia anak.

Demikian sekelumit faktor yang menjadi penyebab anak mengalami kelainan. Masih banyak faktor lainnya yang pada kesempatan kali ini belum bisa saya jabarkan di ruang ini secara lengkap dan mendalam.

Semoga setelah membaca artikel ini, teman-teman jadi memiliki gambaran tentang  anak berkebutuhan khusus dari beberapa pengertian yang dijabarkan oleh para ahli dan juga undang-undang. 

Anak merupakan amanah dari Allah ta'ala. Bahagia kiranya orang tua jika dianugerahi anak yang sempurna lahir dan batin. Namun jika Allah berkehendak lain, mengupayakan mrmberikan yang terbaik dan menjadi hamba Allah yang baik adalah langkah bijak yang bisa dilakukan oleh orang tua pemilik anugerah anak berkebutuhan khusus. Keep spirit. Barakallahu.


Referensi:


Supena, Asep, DKK. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI danPendidikan masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak USia Dini, 2018.


Sukadari. Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2019.

Wardani. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger