9 Cara menyenangkan Melatih Anak Berpuasa dan Manfaatnya

Kamis, 13 April 2023

Bulan Ramadan bulan penuh ampunan dan keberkahan. Aktifitas sehari-hari yang kita biasa lakukan akan dinilai sebagai amalan yang mendapatkan pahala yang dilipatgandakan. Temasuk mengajarkan anak berpuasa. 


Jika ayah bunda bisa sabar dalam mengajarkan anak berpuasa, maka pahala jariyah akan mengalir ke dalam pundi-pundi tabungan amal ayah bunda, masyaallahu tabarakallahu, betapa beruntungnya. Lalu bagaimana cara mengajarkan anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan? Tentunya menyenangkan untuk anak juga untuk kita orang tuanya.


cara mengajarkan anak berpuasa


Meski mengajarkan si kecil berpuasa itu bukan perkara yang mutlak gampang. Lho, kok bisa?  Kadang, kan si kecil seringnya bikin drama-drama dan tingkah unik yang terkadang bikin nyebelin menguji kesabaran tetapi juga terkadang lucu dan bikin gemas. Menurutku ini jadi tantangan dan juga hiburan buat ayah bundanya.


Macam-macam pokoknya tingkah polah si kecil. Tapi karena keanekaragaman sikap dan sifat anak ini lah, bikin kita para orang tua jadi banyak belajar, berpikir, meracik ramuan yang pas dalam bersikap untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran kepada anak-anak kita tercinta.


Khususnya dalam pembelajaran puasa, sebagai orang tua kita harus memahami bagaimana cara melatih anak-anak berpuasa, kapan waktu yang tepat bagi anak untuk mulai diajarkan berpuasa dan apa tujuannya?


Nah, berdasarkan pengalaman papah mamah ketika mengenalkan puasa pada si kecil, kira-kira ada pengalaman lucu apa saja tentang polah tingkah si kecil ketika mulai dilatih puasa? Sstt,...jangan ke kiddos dulu, deh. Ingat-ingat, kita waktu kecil dulu ketika berlatih pertama kali berpuasa ada kisah lucu apa saja yang bisa diingat?


Aku punya sedikit memori, nih tentang pengalaman kecil dulu ketika belajar puasa.  Kalau ingat hal ini suka geli dan pingin ketawa sendiri. Dari mulai sering liatin jam, liatin kalender sambil terus dihitung berapa hari lagi sisa puasa.


kapan mengajari anak berpuasa



Belum lagi kalau rewel karena merasa kelaparan dan perut melilit, ada saja yang ditanyakan, dari masak apa hari ini, bukanya pakai apa, aku kebagian berapa, hahaha. Lucu banget memang anak kecil ini. Alhamdulillah aku punya ayah dan mamah yang selalu sabar menjawab segala pertanyaanku yang memang kadang ngeyel dan terus menerus, terutama ayah, yang jarang sekali marah, Seingatku rasa-rasanya aku belum pernah kena marah bahkan sampai aku besar, apa karena aku anak yang sweet banget, yah? Hallah, wkwkwk.


Biasanya aku juga suka mencari kipas angin untuk menyejukkan tubuh. Tidur di atas karpet sambil pegang bacaan anak-anak. Alhamdulillah, kala itu orang tuaku rajin membelikan untukku langganan majalah anak setiap bulannya, meski anaknya ini belum mahir membaca. Hmm, ... gemes banget, kan.


Nah, jadi, jika anak-anak kita bertingkah agak menguji kesabaran, jangan lupa introspeksi diri, ya, Sainluv, hihi, mungkin kita juga waktu kecil banyak maunya. Ingat bagaimana begitu sabarnya orang tua kita menghadapi kita kala itu, sampai akhirnya kita tumbuh seperti sosok sekarang ini, masyaAllahu tabarakallahu. 


Untuk itu sebagai orang tua generasi alpha, tentunya kita memiliki tantangan yang lebih dahsyat dalam menghadapi aneka polah tingkah laku anak kita. Sehingga harus menjadi  orang tua cerdas dalam menghadapi anak-anak smart generasi alpha yang hidupnya sudah banyak dipengaruhi gadget. Mereka lebih dinamis dibanding kita dahulu.


Apa Tujuan Melatih Anak Berpuasa


Apa, sih tujuan kita mengajarkan anak kecil berpuasa? Hal ini, nih, yang perlu kita tanamkan terlebih dahulu di dalam benak kita sebagai orang tua, agar tidak mudah terpancing emosi. Melatih anak berpuasa memiliki arti bahwa proses latihan ini adalah sebuah proses belajar bagi anak, bukan sebuah kewajiban. Tujuan jangka panjangnya adalah membentuk anak menjadi manusia penjaga bumi yang amanah terhadap titah Tuhannya.


Untuk itu Ketika kita berniat akan memulai melatih anak untuk berpuasa, bekali juga diri kita dengan kesabaran yang luar biasa, karena yang namanya menghadapi anak kecil pasti banyak dramanya. Untuk itu berusahalah untuk menjadi orang tua yang tidak mudah marah serta bisa bijaksana dalam mengendalikan emosi.


Cara Mengajarkan Anak Berpuasa


Belajar dari pengalaman masa kecil, bisa kita jadikan inspirasi sebagai ide tips dan trik dalam menghadapi si kecil. Apa saja cara ampuh yang bisa kita terapkan dalam mengajarkan anak pertamma kali puasa. Ada beberapa cara yang bisa kita terapkan dalam melatih anak ketika berpuasa, diantaranya, yaitu:


1. Ajarkan Puasa di Usia yang Tepat


Usia yang tepat untuk memulai melatih anak berpuasa adalah usia 6 sampai tujuh tahun. Kenapa usia ini menjadi patokan. Berdasarkan nasihat Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam, bahwasannya hendaklah memulai mendidik anak di usia tujuh tahun, karena pada usia ini anak sudah mulai memahami perintah dan memahami nilai secara sederhana.


Untuk itu usia tujuh tahun bisa kita jadikan pegangan sebagai permulaan melatih anak untuk berpuasa, melaksanakan salat dan lain sebagainya. Sedangkan di usia sebelumnya adalah cukup dengan mengenalkan saja. Bisa melalui pembiasaan melihat kebiasaan orang tuanya atau dengan mengajak dengan tanpa memaksa.


2. Mulai dengan Mengajarkan puasa Setengah Hari dan Puasa Jajan


Ketika sudah memasuki usia yang tepat untuk dilatih melakukan kegiatan puasa, maka awali dengan memulai belajar puasa dalam hitungan jam. lakukan bertahap. Makin hari makin ditambah durasinya. Mulai puasa di awal selama 5 jam, ditambah 6 jam, ditambah lagi setengah hari, atau setelah dzuhur baru boleh buka.


Setelah itu lama-kelamaan karena terbiasa anak sudah mulai dibiasakan berpuasa penuh sampai waktu maghrib,. lamana penambahan waktu disesuaikan dengan daya tahan anak dan juga kesehatan mereka. Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi utama bagi perkembangan sikap keagamaan si  kecil.


Ada beberapa anak yang senang sekali jajan, tapi ada juga anak yang tidak terlau suka jajan. Memangnya ada anak yang tidak suka jajan, kayaknya engga mungkin, deh?! Hihi, ada gengs, contohnya anakku yang pertama, dia tipikal anak yang agak kurang suka jajan. 


Harus ditawari dulu oleh ibunya kalau perihal jajanan. Itu pun mikirnya pakai lama, mau, nggak, ya, mau, nggak, ya. Mimik yang ditunjukkannya pun lucu, kaya ketakutan gitu kalau nolak., hihi. Takut mengecewakan ibunya.


Nah, untuk anak-anak yang suka jajan, bunda bisa memulainya dengan mengajarkan anak puasa jajan. Dengan begitu anak-anak diajarkan untuk menahan keinginan. Selanjutnya bisa diajarkan untuk mulai puasa makan yang lainnya.


3. Mengajari  Makna Puasa


Mengajari makna tentang puasa juga akan memudahkan kita ketika melatih anak untuk berpuasa. Meski masih kecil anak harus dibiasakan untuk mendengar nilai luhur, nilai agama dan nilai kebijakan. Memberikan pemahaman pada buah hati, bahwa puasa banyak sekali manfaatnya.


Kita bisa memulainya dengan memberikan pemahaman pada anak, bahwa puasa bisa menyehatkan badan. Karena selama puasa usus kita dibiarkan istirahat. Layaknya mesin mobil, jika terus berjalan tanpa istirahat maka mesin akan panas dan menyebabkan mesin akan cepat rusak, dan mobil pun akan mogok tidak mau bergerak.


Begitu pula manusia, selama berpuasa tubuh kita dibiarkan untuk istirahat dari menggiling makanan. Lama waktunya sudah dalam perhitungan Allah.Dan perhitungan allah ta'ala pasti akan selalu tepat. Karena Allah sang pencipta paling mengetahui keadaan yang diciptakannya.


Selain itu bisa diajarkan pula pada anak, bahwa puasa akan mendapatkan kasih sayang dari Allah azza wa jalla. Setiap hamba yang taat pada perintahNya akan mendapatkan keistimewaan di sisi Tuhannya.


4. Susun Kegiatan menyenangkan Selama Puasa



apa tujuan anak kecil diajarkan puasa

Selanjutnya, agar anak merasa enjoy dan happy ketika menjalankan latihan berpuasa. Ayah bunda bisa menyiapkan serangkaian kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak. Bisa berupa permainan edukatif, misalnya bermain tebak-tebakan, bermain lego anak muslim.


Pergi ke alam, misalnya bisa bermain ke pinggir sungai atau bisa juga memancing bersama. Bermain permainan tradisional zaman dahulu juga bisa menjadi alternatif pilihan. seperti misalnya bermain congklak, bermain bekel, bermain ludo dan sebagainya. Ini bisa sekaligus juga dijadikan bahan bercerita pada anak, bahwa di zaman kita dahulu mainannya ya, masih alami seperti ini. Belum banyak gadget dan lainnya permainan canggih seperti sekarang. Kita juga bisa sambi dengan bercerita bagaimana masa kecil kita dahulu.


Kegiatan menyenangkan ini bisa disusun oleh ayah bunda atau minta ide dari si kecil. Hal ini juga bermanfaat untuk melatih daya kreativitas dan kemandirian serta berani berpendapat. Selain itu juga dengan banyak berinteraksi dengan anak dan mengetahui kesukaan anak juga menjadi cara untuk mengetahui bakat anak


5. Memberikan Kebebasan pada Anak Menyusun Menu Kesukaan


Nah, yang ini juga akan membangkitkan semangat si kecil berlatih puasa. Mengangan-angan makanan kesukaan membuat dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Untuk itu sebagai orang tua kita bisa memperhatikan kesukaan anak. Berinisiatif menawarkan atau juga bertanya mau dibuatkan makanan apa. 


Apalagi jika panganan ini bisa dibuat bersama dan dihias juga. Memasak di dapur bersama si kecil dan menyiapkan hidangan berbuka dengan menu favorit si kecil, bisa juga ayah bunda coba. Biasanya anak-anak suka sekali dikenalkan dengan hal-hal baru, selain itu juga kegiatan memasak bersama akan mempererat bonding antara ibu dan anak.



6. Memberikan Hadiah ketika Berhasil Puasa


Memberikan hadiah kecil pada buah hati ketika berhasil menyelesaikan latihan berpuasa akan membangkitkan semangat belajarnya. Apalagi jika hadiah yang diberikan adalah benda yang diidamkan. 


7. Sediakan Makanan yang Kaya Nutrisi


Sebagai orang tua juga hal yang paling kita pikirkan ketika melatih buah hati berpuasa adalah menyediakan makanan yang bernutrisi. Sangat penting mengembalikan stamina si kecil dengan makanan yang kaya gizi, ketika telah seharian tubuhnya kehilangan cairan, agar kembali segar dan senantiasa sehat.


tujuan mengajarkan anak berpuasa


Jenis makanan berkuah dengan isian lengkap protein serta sayuran biasanya digemari oleh anak. Jenis makanan berkuah menjadi pilihan menu santap sahur karena akan memudahkan anak menelan makanannya. 


Secara pas makan sahur pasti kondisinya masih ngantuk sangat, ya, mam. Makanan hangat, gurih dan lezat diharapkan bisa membangkitkan selera sahurnya. Anak pun akan makan dengan lahap. Menu-menu di atas bisa dijadikan referensi papmam dalam menyediakan menu santap sahur buat si kecil dan anggota keluarga lainnya.


8. Mengajak Anak Melakukan Tarawih Keliling


Nah, kegiatan tarawih keliling pun akan membangkitkan semangat berlatih puasa pada anak. Tarawih keliling yang dilakukan akan memperkaya pengetahuan anak tentang banyak masjid atau mushola. Momen perjalanan dari rumah ke masjid yang baru akan menambah pengalaman baru buat anak.


Apalagi masjid yang dikunjungi setiap hari berbeda. Pengalaman anak akan bertambah. Si kecil akan merasa senang dan puas biasanya. Di perjalanan selama ke masjid ayah bunda bisa menyisipi cerita tentang Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam dan para mujahid Islam, juga cerita tentang sahabat dan sahabiah. Manfaat dongeng untuk anak sangat berarti dalam proses perkembangan anak.


9. Tidak Mengajak dengan Memaksa


Cara mengajarkan anak berpuasa yang terakhir, namun sangat penting adalah jangan memaksa anak ketika akan memulai mengenalkan puasa pada mereka. Lakukan komunikasi, beri cerita penuh hikmah. Cerita pebuh tauladan dari para sahabah dan sahabiah. 


Bisa juga cerita tentang ketika kita kecil dahulu belajar puasa. Cerita tentang pamannya, kakaknya atau orang-orang terdekat lainnya. Pokoknya jangan ada paksaan untuk pengenalan di awal. Agar anak tidak membenci kegiatan latihan berpuasa.


Manfaat Mengajarkan Anak Berpuasa


Masa usia dini adalah masa pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dengan melatih anak berpuasa, berarti ayah bunda memberikan stimulasi edukatif yang akan berdampak pada beberapa aspek perkembangan pada anak.  Beberapa aspek perkembangan yang terstimulasi diantaranya yaitu:


1. Bermanfaat dalam Mengembangkan Sikap Sosial 


Mengajarkan anak berpuasa, memiliki artian bahwa kita meminta anak untuk menahan haus dan lapar. Hal ini menanamkan rasa empati anak terhadap keadaan yang dialami oleh orang lain yang  kurang beruntung. Jiwa empati anak akan terasah dan mengembangkan sikap sosial akan kepedulian dengan sesama. 


2. Bermanfaat dalam Mengembangkan Sikap Emosional  pada Anak


Melatih anak-anak berpuasa memiliki arti menanamkan sikap sabar untuk menahan lapar dan haus sampai waktu berbuka tiba. Emosional anak jadi terlatih. Anak lebih bisa menghargai waktu dan juga  bersabar.


Disiplin pada waktu makan sahur dan berbuka sangat bermanfaat dalam melatih kedisiplinan pada anak. Anak terlatih untuk bangun awal dan bersabar untuk menahan kantuk dan harus makan di awal pagi.


3. Bermanfaat dalam Mengembangkan Sikap Moral dan Spiritual pada Anak


Mengajarkan anak-anak puasa juga bermanfaat dalam mengembangkan sikap spiritual anak. Membiasakan anak bersikap Islami. Menumbuhkan rasa kecintaan anak pada Rabbnya dan Agamanya. Sehingga latihan puasa dapat mengembangkan sikap keagamaan anak ke arah yang lebih matang. 


4. Bermanfaat dalam Mengembangkan Kognitif Anak


Dalam beberapa cara melatih anak berpuasa, yang sudah dijabarkan di atas, yaitu mengajaknya beraktivitas yang menyenangkan, memberi kebebasan pada anak untuk menentukan dan memilih menu berbuka, mengajak anak taraweh keliling. Kegiatan ini menstimulasi imajinasi dan daya kreativitas anak. Kognitif anak pun jadi terasah dan lebih berkembang. 


4. Bermanfaat untuk Kesehatan Anak


Menurut riset dari berbagai sumber, puasa dapat meningkatkan aktivitas kerja sel darah putih yang berdampak pada pembentukan keseimbangan tubuh serta metabolisme pada anak. Dengan begitu kekebalan tubuh pada anak akan meningkat dan anak tidak mudah terserang penyakit yang bersumber dari virus dan bakteri.


Bagi anak yang memiliki nafsu makan berlebih, puasa juga bisa mencegah berat badan badan berlebih, karena asupan kalori pada anak lebih terkontrol. makan pun lebih teratur.


Kesimpulan


Mengajarkan anak berpuasa pada usia dini merupakan kewajiban bagi orang tua. Perlu diingat kiranya ketika kita hendak melatih anak berpuasa jangan ada unsur paksaan, lakukan dengan ajakan yang disertai alasan. Komunikasikan dengan anak terlebih dahulu. Cek kesehatannya, apakah anak kita tipikal anak yang rentan sakit atau memiliki fisik yang kuat. Ada bijaknya juga jika dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anaknya, tentang kemampuan fisik anak kita jika dilatih berpuasa.


Banyak sekali manfaat yang akan didapatkan jika anak kita dilatih berpuasa dari sejak dini. kapan anak mulai diajarkan berpuasa? Sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam, agar memulai melakukan pembiasaan pada anak di usia 7 tahun. 


Memulai anak belajar berpuasa bisa dilakukan dari puasa jajan dan puasa dalam hitungan jam, baru kemudian bertambah dan akhirnya anak bisa puasa sampai full satu hari. Sediakan fasilitas kegiatan yang menyenangkan bagi anak, agar ketika anak menjalankan puasa kondisi hati dan perasannya dalam keadaan bahagia. Sediakan nutrisi yang cukup agar anak sentiasa sehat. Ajak anak melakukan safari Ramadan misalnya dengan melakukan tarawih keliling.


Selamat mengajarkan anak berpuasa semoga cara mengajarkan anak berpuasa di atas bisa menjadi panduan bagi para ayah bunda dalam memulai menerapkan latihan berpuasa bagi putra-putri tercinta.  Salam pengasuhan. Happy Parenting.

Membentuk Kemandirian Anak Tunadaksa Melalui Layanan Pendidikan yang Tepat

Sabtu, 01 April 2023

Memiliki buah hati yang terlahir semprna adalah dambaan setiap orang tua. Namun jika Allah azza wa jalla berkehendak menitipkan amanahnya berupa anak yang memiliki kebutuhan khusus, sebagai orang tua tetap harus mengupayakan bagaimana caranya sebisa mungkin menyediakan anak fasilitas yang bisa menunjang dia menjadi anak yang mandiri.


Pembahasan kita kali ini tentang bimbingan dan pendidikan anak tunadaksa. Sebelumnya kita telah membahas bimbingan dan layanan pendidikan bagin anak tunarungu, layanan pendidikan anak tunanetra, serta layanan pendidikan untuk anak tunagrahita. 


Pengertian Anak Tunadaksa


unadaksa adalah anak-anak yang memiliki gangguan pada fisik dan motoriknya. Bisa terjadi pada otot, sendi juga tulang. Baik karena ketidaklengkapan organ gerak, maupun karena ada gangguan fungsi fisik.


pendidikan anak tunadaksa


Gangguan fungsi fisik pada seseorang biasanya dikarenakan ada ketidaknormalan pada sistem gerak atau kelainan bentuk anggota gerak. Terjadi pada orang yang mengalami kelainan amputie, kesalahan posisi sendi dan juga kelainan bentuk tubuh. Seperti halnya yang dialami oleh penderita polio dan cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan jenis ganguan kerusakan pada otak.


Perlu penanganan khusus dan perhatian khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi para penyandang tunadaksa. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penderita tunadaksa, mari kita ulas hal-hal yang menyertai permasalahan yang terkait dengan anak tunadaksa.


Apa saja klasifikasi yang ada pada tunadaksa, apa karakteristik anak tunadaksa, apa faktor penyebab ketunadaksaan, bagaimana layanan pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak tunadaksa, agar kelak mereka bisa mandiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya.


Klasifikasi Anak Tunadaksa


Seperti halnya anak berkebutuhan khusus yang lain, ada beberapa pengklasifikasian pada anak penyandang tunadaksa yang dirumuskan oleh para ahli. Menurut Djaya Rahaja, ada dua golongan tunadaksa, yaitu tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi. Namun ada juga yang mengklasifikasikan tuna daksa menjadi tiga golongan yaitu tunadaksa ringan, sedang dan berat.


Tunadaksa murni adalah penyandang tunadaksa yang hanya memiliki kelainan pada anggota gerak, namun mental dan intelektualnya normal. Tunadaksa kombinasi adalah individu yang mengalami kelainan fungsi fisik dan juga terdapat gangguan pada mental dan psikisnya. Adapun tiga golongan pada tunadaksa adalah sebagai berikut:


Tunadaksa Ringan


Pada klasifikasi jenis tunadaksa ringan merupakan tudaksa murni dan juga tunadaksa kombinasi yang masih dalam taraf ringan. Tunadaksa jenis ini biasanya mentalnya agak sedikit terganggu namun kecerdasannya cenderung normal. Biasanya pada klasifikasi ini hanya terjadi pada gangguan fungsi fisik atau kekurangan anggota fisik, dan gangguan fisik lainnya.


Tunadaksa Sedang


Tunadaksa sedang merupakan tunadaksa pemiliki cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan juga polio ringan. Pada tunadaksa sedang biasanya banyak dialami oleh para penyandang cerebral palsy atau tunamental, biasanya mengalami daya ingat yang menurun tidak jauh dari batas normal.


Tunadaksa Berat


Pemilik ganguan tunadaksa berat biasanya dialami oleh tuna akibat cerebral palsy berat dan juga akibat infeksi. pada umumnya anak-anak penderita tunadaksa berat adalah anak-anak grahita kelas debil, embesil dan idiot.


Untuk klasifikasi anak-anak penyandang cerebral palsy dibagi lagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya, yaitu:


1. Kelompok Spastic


Anak penyandang cerebral palsy jenis spastic memiliki otot-otot yang kaku. terkadang terjadi kejang jika otot digerallan. Kejang-kejang akan hilang jika si penderita tidak melakukan gerakan ,atau ketika diam dan tidur. Kekejangan akan bertambah jika sang anak dalam kondisi marah.


2. Kelompok Athetoid


Anak yang menyandang cerebral parsy jenis ini adalah anak yang mengalami athetoid. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah dan lentur, bahkan terkadang gerakannya tidak terkendali di luar dari kesadaran dirinya. Terkadang karena gerakan yang tidak terkendali sangat merepotkan anak penyandang cerebral palsy. Biasanya gerakan  tak terkendali terjadi pada tangan, kaki, lidah, bibir dan juga mata.

3. Tremor


Cerebral palsy jenis tremor seringkali melakukan pengulangan gerakpada salah satu anggota tubuhnya.


4. Kelompok Rigid


Anak cerebral palsy jenis rigid, biasanya mengalami kekakuan pada otot. Hal ini mengakibatkan gerakan yang diperlihatkan sangat kaku dan lambat dan menyulitkan aktivitas anak-anak penyandang cerebral palsy jenis ini.

Jika dilihat dari jenis aktifitas motoriknya, maka keadaan anak penyandanng tunadaksa, dari beberapa gangguan yang nampak bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Hiperaktif, dengan ciri tidak mau diam dan selalu gelisah. 

Gejala hipoaktif ditunjukkan dengan motorik yang banyak diam dan gerakannya lamban. Jenis ketiga yaitu tidak adanya koordinasi antara anggota tubuh. hal ini berdampak pada kakunya organ gerak ketika berjalan, terutama pada kegiatan yang menyertakan motorik halus, seperti menulis, menggambar, menari dan lainnya.


Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki karakteristik selain mengalami cacat pada anggota tubuh, biasanya diiringi juga dengan gangguan lain, seperti gangguan pendengaran, gangguan penglihatan serta gangguan berbicara.

Dari beberapa klasifikasi anak tunadaksa di atas, karakteristik para penyandang tunadaksa sudah bisa digambarkan. Untuk lebih spesifiknya saya akan jelaskan karakteristiknya, yaitu diantaranya:

  1. Anggota tubuh sulit untuk bergerak karena terjadinya kekakuan bahkan kelumpuhan.
  2. Mengalami kesulitan dalam bergerak.
  3. Anggota gerak biasanya tidaklengkap.
  4. Anggota gerak yang keadannnya tidak sama dengan orang pada umumnya. Bisa lebih kecil, lebih besar, lebih pendek, jumlah yang lebih atau jumlah yang kurang dan lainnya.
  5. Memiliki gangguan pada motorik alat-alat berbicara yaitu pada lidah, bibir, dan juga rahang, sehingga kondisi ini dapat menyulitkan pembentukan artikulasi yang benar.
  6. Mengalami gangguan afasia sensoris atau familiar dengan kondisi gangguan kemampuan berbicara karena gangguan fungsi organ reseptor.
  7. Mengalami gangguan afasia motoris. Kondidi ini ditandai dengan kemampuan menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain dan lingkungan, tetapi tidak dapat mengemukakan kembali secara lisan.
  8. Pada anak penderita cerebral palsy mengalami kerusakan pada trak piramid dan piramid ekstra  yang berfungsi untuk menjalankan sistem motorik.

klasifikasi anak tuna daksa

Dampak yang Dirasakan Penyandang Tunadaksa 

 

Gangguan tunadaksa disebabkan karena adanya kelainan pada fungsi motorik seseorang. Untuk itu adanya gangguan fungsi motorik yang disebabkan beberapa hal ini akan berdampak juga pada hubungan dengan indra lainnya.


Pada akhirnya gangguan yang terjadi dalam sistem indra yang lainnya menjadikan anak tunadaksa secara psikologis minder dan malu dengan keadaannya dan cenderung memisahkan diri dengan lingkungannya. Sama halnya seperti yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus dari jenis yang lainnya. Selain problem psikologis ada juga beberapa permasalahan yang meyertai, diantaranya, yaitu:


Gangguan Penglihatan


Beberapa penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki gangguan cerebral palsy, dan sebagian besar dari anak-anak ini mengalami gangguan dalam penglihatan.


Gangguan Pendengaran 


Selain gangguan pendengaran, anak-anak cerebral palsy juga mengalami gangguan pada ketajaman pendengarannya. Meski awalnya para peneliti ragu jika kerusakan otak dapat berpengaruh pada sistem fungsi pendengaran, namun dengan ditemukan kenyataan yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy bisa mematahkan anggapan tersebut.


Gangguan Bicara


Gangguan bicara anak cerebral palsy biasanya dialami pada bagian artikulasi karena disebabkan kelemahan pada alat kontrol gerak. gangguan bicara karena keterbelakangan mental dan disfungsi otak, ada gangguan dalam pita suara, gagap atau stuttering,serta gangguan afasia atau gangguan dalam bahasa verbal.


Gangguan Persepsi


Gangguan persepsi yang terjadi pada anak-anak cerebral palsy adalah terkait dengan pendengaran, penglihatan, sentuhan serta kepekaan pada modalitas yang lain dan bersifat psikologis. Jadi hal ini terkait dengan sikap yang ditunjukkan lingkungan terhadap anak-anak tunadaksa dan juga anggapan dari para penderita tunadaksa sendiri terhadap lingkungannya, seberapa besar lingkungan menganggap keberadaan mereka dan mampu menerima mereka.


Faktor Penyebab Ketunadaksaan


Anak tunadaksa terlahir disebabkan beberapa faktor, yaitu sebelum lahir (pranatal), saat kelahiran, dan setelah dilahirkan.


Keadaan sebelum dilahirkan


Di masa kehamilan sang ibu mengalami trauma atau juga terkena infeksi atau penyakit yang bisa menyerang otak bayi, sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada otak. Jenis penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan diantaranya infeksi sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.


Pada kehamilan sang ibu mengalami gangguan pada peredaran darah sehingga mengganggu metabolisme, tali pusat bayi tertekan sehingga pasokan makanan terganggu dan saraf-saraf otak pun ikut terganggu.


Janin yang berada di dalam kandungan terkena radiasi secara langsung,sehingga mengganggu pada sistem saraf pusat sehingga mengganggu struktur dan fungsinya.


Sang ibu mengalami trauma ketika hamil, misal terjadi kecelakaan yang menyebabkan terkena benturan keras, sehingga mengganggu bayi yang berada dalam kandungan. Keguguran yang dialami oleh sang ibu, sehingga terjadi beberapa gangguan pada pertumbuhan bayi, meski sang bayi masih bisa dipertahankan. Pendarahan waktu hamil.


Usia kehamilan yang tidak mencukupi bulan seharusnya, bisa menyebabkan bayi kekurangan berat badan membuat perkembangan otak pun terhambat. Adanya anoxia prenatal, yaitu pemisahan bayi dari plasenta. mengidap penyakit anemia ketika hamil.


Keadaan ketika Dilahirkan


Proses kelahiran yang terlalu lama, sehingga menyebabkan sang bayi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen pada bayi akan mengganggu sistem metabolisme dalam otak bayi dan bisa menyebabkan kerusakan.


Proses melahirkan dengan menggunakan alat tarik pada kepala bayi. Terjadi himpitan yang keras pada kepala bayi ketika berada dalam panggul ibu.


Pemakaian obat bius yang berlebihan ketika melahirkan caesar, sehingga mempengaruhi sistem saraf ataupun fungsinya.


Setelah dilahirkan


Kecelakaan yang menyebabkan trauma pada kepala. Amputasi akibat kecelakaan atau penyakit. Terjadinya anoxia atau hipoxia dan jugga menderita trauma keras.


Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa


jenis tunadaksa

Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam memberikan layanan pendidikan berkelanjutan bagi anak tunadaksa, agar apa yang diupayakan dapat berdampak bagi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup anak-anak tunadaksa. Mengupayakan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bertanggung jawab minimal bagi dirinya dan diharapkan juga bagi lingkungannya. Beberapa aspek tersebut diantaranya:


Apa Tujuan Pendidikan yang Diberikan untuk Anak Tunadaksa?


Mengacu pada peraturan pemerintah tentang pendidikan luar biasa yang termaktub pada No. 72 terbit tahun 1991, Bahwasannya layanan pendidikan yang diberikan bagi anak tunadaksa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap dan pengetahuan serta keterampilan untuk memaksimalkan perannya dalam lingkungan sosial maupun untuk dirinya sendiri, serta diharapkan ke depannya mampu masuk dalam dunia kerja. 


Tujuan yang paling utama adalah membentuk anak-anak tunadaksa menjadi pribadi yang mandiri dan kepribadian yang kuat, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu juga pendidikan anak tunadaksa memiliki jangkauan dua tujuan, yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan juga pengembangan pendidikan. yang terdiri dari 7 aspek penting, yaitu:


1.  Perlunya Pengembangan Intelektual dan Akademik Anak


Anak tunadaksa masuk ke sekolah luar biasa tipe D, dan dalam SLB tipe D ini disediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar anak tunadaksa. Kurikulum dan perangkatnya serta pedoman pelaksanaannya pun sudah dipersiapkan. Demi memberikan perhatian khusus pada anak penyandang tunadaksa agar mengoptimalkan perkembangan dan intelektual  akademik.


2. Memberikan bantuan dalam mengembangkan Fisik Anak


Dalam membantu perkembangan fisik anak, guru diharapkan bisa memiliki akses untuk bekerjasama dengan pihak medis, sehingga ada pantauan terhadap kesehatan anak.


Guru juga diharapkan terus memantau perkembangan alat motorik anak, sehingga berangsur-angsur anak dapat memaksimalkan kemampuan organ geraknya. Guru harus membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengusahakan memperbaiki gerakan yang keliru dan mengarahkannya pada gerak normal.


Beberapa gerakan yang bisa dilatih misalnya melalui beberapa kegiatan seperti eksplorasi alat-alat tulis, bagaimana menggunakan handphone atau telepon, memijit bel, menyalakan dan mematikan lampu, membuka dan menutup pintu.


Latihan mobilisasi atau ambulasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga, serta diajari juga berlatih menggunakan alat-alat pendukung seperti braces, crutch, night splint, walker, kursi roda dan latihan bina diri lainnya.


3. Mematangkan Perkembangan Emosi Anak serta Rasa Percaya Diri Anak


Pada skala mengembangkan emosi serta percaya diri anak, diharapkan guru memiliki akses untuk dapat bekerjasama dengan para psikolog dalam menangani jiwa anak. Kondisi sekolah yang harmonis hubungannya diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk membangun keppercayaan pada diri setiap anak penderita tunadaksa.


4. Membiasakan Anak untuk Berbaur dengan Lingkungan Sosialnya


Dengan membiasakan anak berbaur dengan lingkungan sosialnya diharapkan dapat membangun kepeercayaan diri. Diawali dengan memberikan tanggung jawab yang ringan kepada anak, maka diharapkan anak akan memilki tanggung jawab untuk menyelesaikannya.


5. Membina Moral serta Spiritual Anak


Nilai-nilai moral agama anak juga perlu distimulasi. Ditanamkan dan diajarkan tentang kaidah dan ajaran agama, agar anak menjadi pribadi yang matang dalam karakter dan spiritualnya.


6. Meningkatkan Ekspresi Diri


Ekspresi anak tunadaksa perlu diberikan stimulasi dan dilatih melalui berbagai macam kegiatan seni seperti seni musik tradisional ataupun modern, aneka keterampilan seperti menjahit, melukis, meronce, mewarnai, menempel, bermain puzzle dan sebagainya disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa.


7. Membimbing Anak Memiliki Masa Depan yang Cerah


Pelayanan pendidikan yang diberikan pada anak tunadaksa diharapkan dapat memberikan masa depan yang cerah. Diharapkan anak mampu bertanggung jawab dan mandiri dari sisi finansial melalui bekal keterampilan yang dimilikinya. Banyak anak tunadaksa yang diarahkan secara maksimal dan optimal mampu memiliki karya yang akhirnya bisa membantunya menjadi pribadi yang mandiri.


Beberapa anak tunadaksa memiliki prestasi di bidang seni, di bidang olahraga, seperti yang pernah saya saksikan secara langsung pada acara ASEAN Paragames yang berlangsung di stadion senayan, Jakarta. Peserta dari ASEAN Paragames ini adalah para penyandang diasbilitas. Untuk itu jadikan Disabilitas menjadi abilitas.

 

Sistem Pendidikan Seperti Apa yang Pas untuk Anak Tunadaksa?


Sistem pendidikan di Indonesia yang mencanangkan adanya pendidikan inklusif atau pendidikan terbuka, memberikan kesempatan pada anak tunadaksa jenis ringan untuk bisa bersekolah di sekolah reguler. Namun tentunya berbeda dengan anak tunadaksa klasifkasi berat, ini memerlukan perlakuan khusus di sekolah khusus yaitu SLB tipe D. 

Namun meski dibuka pendidikan inklusif  ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kelas reguler bagi anak tunadaksa, yaitu:

  1. Menyiapkan lingkungan belajar tambahan, sehingga memungkinkan anak tunadaksa bisa bergerak dengan leluasa disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya dengan menyediakan jalan khusus yang bagus dan landai untuk mempermudah digunakan oleh anak penyandang tunadaksa, memperluas ukuran pintu agar memudahkan anak yang mengenakan kursi roda untuk akses keluar dan masuk ruangan.
  2. Adanya kontak yang intens untuk mengecek fisik dan psikis anak.
  3. Ada akses sarana yang bisa dijadikan rujukan pertama apabila ada permasalahan yang terkait dengan fisik dan kesehatannya.
  4. Anak yang fisik dan kesehatanmya seting mengalami gangguan, hendaknya diberi kesempatan lebih dari pada teman yang lainnya. Diberikan ruangan khusus untuk mengejar ketertinggalan.
  5. Ruang khusus juga bisa disedikan sebagai fasilitas anak tunadaksa sedang dipersiapkan terlebih dahulu kemampuannya untuk bisa mengikuti di program kelas reguler.

Apa Strategi Pembelajaran yang Tepat untuk Anak Tunadaksa?


Strategi yang diterapkan dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunadaksa adalah pola pengajaran yang bersifat membangun kemandirian, belajar bekerjasama dalam kelompok, membentuk tim pembelajaran.


Mengajarkan Hal-Hal Kemandirian


Penekanan pembelajaran untuk anak tunadaksa adalah pada pembiasaan hidup mandiri yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sehingga diharapkan pembelajaran kemandirian bisa membentuk anak menjaadi pribadi yang mandiri, mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya baik dengan gurunya, temannya atau dewasa lainnya.

Belajar Secara Berkelompok


Dengan menerapkan belajar secara berkelompok,diharapkan dapat memberi dampak positif untuk bisa saling menghargai, mendudkung dan bekerjasama satu sama lain. Antara anak normal dan anak penyandang tunadaksa bisa saling berbaur dan bergaul.

Membentuk Tim Pengajar


Adanya tim pendidik yang bisa saling bekerjasama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan pada anak tunadaksa. beberpa keuntungan dalam membentuk tim dalam pembelajaran adalah:

  1. Terciptanya pembelajaran yang efektif
  2. Permasalahan bisa terukur dengan baik
  3. Meningkatkan kemampuan komunikasi
  4. Meningkatkan kemampuan sosial.
  5. Menambah wawasan akademik menjadi lebih mumpuni.


Apa Saja Prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran bagi Anak Tunadaksa


Prinsip dalam Proses Pembelajaran


Ada dua prinsipdalam pembelajaran yang diberikan untuk anak tunadaksa, yaitu prinsip multisensori atau banyak indra dan pendidikan yang berprinsip individual.

Pendidikan multisesnsori yang dimaksud adalah, dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak tunadaksa harus memaksimalkan penggunaan atau menstimulasi semua indra yang dimiliki anak.

Banyak anak tunadaksa yang mengalami gangguan sensori, untuk itu harus diberikan stimulasi. Melalui pendekatan multisensori diharapkan dapat memfungsikan kembali sensori yang selama ini mungkin tidak diberdayakan.

Pendidikan individualisasi yang dimaksud adalah pelayanan pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan anak, disesuaikan dengan keadaan anak.

Prinsip Penataan Lingkungan Belajar yang Tepat


Penataan lingkungan belajar yang tepat bagi anak tunadaksa perlu dipertimbangkan dari sisi kenyamanan dan keamanan, mengingat anak pengandang tunadaksa memiliki keterbatasan dalam permasalahan fisik motorik.


Lingkungan serta gedung sekolah harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak tunadaksa. Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dijalankan dalam membuat gedung khusus untuk anak tunadaksa:

  1. Disediakan ruangan khusus untuk pemeriksaan dan perawatan anak, seperti untuk ruangan bina gerak atau fisioterapi, bina bicara atau speech terapy, bina diri,terapi okupasi, tempat bermain dan lapangan.
  2. Jalan masuk ke sekolah sebaiknya luas dan landai serta keras agar memudahkan anak tunadaksa yang menggunakan alat bantu jalan seperti tripor, kruk, kursi roda dan lainnya.
  3. Jika terpaksa harus bertangga, gunakan jalur lantai yang didesain miring.
  4. Lantai bangunan usahakan dibuat dari model lantai yang tidak licin.
  5. Pintu ruangan sebaiknya dibuat lebar dengan daun pintu mengatup ke dalam.
  6. Menghubungkan antar bangunan sebaiknya dibuat penghubung koridor yang terdapat pegangan di sisinya, agar anak bisa berambulasi sendiri.
  7. Ada cermin yang terpasang di sisi bangunan, agar anak bisa mengoreksi posisi geraknya apakan sudah betul.
  8. Disediakan kamar kecil tidak jauh dari kelas tempat belajar.
  9. Peralatan meja dan kursi yang disesuaikan dengan keadaan anak, misal kursi yang dapat distel, bentuk sandaran yang bisa dimodifikasi dan juga bisa dipasang sabuk.


Demikian artikel tentang karakteristik, klasifikasi dan faktor penyebab anak bisa menyandang tunadaksa. Layanan pendidikan anak tunadaksa yang tepat harus seperti apa, sudah dijabarkan di atas. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan juga bisa berkontribusi memberikan pengetahuan tentang anak tunadaksa beserta seluk beluknya. Salam pengasuhan.


Referensi


Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.


Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa




Mengenal dan Tips Membentuk Anak Tunagrahita Menjadi Pribadi Mandiri

Sabtu, 25 Maret 2023

Pernah nonton talk shownya Dedy Corbuziers di program acara Hitam Putih yang bertajuk tentang seorang anak tunagrahita inspiratif Wahyu Setiawan, tayang 27 april 2018. Wahyu  bercita-cita ingin menjadi pilot, masyaallahu dengan semangatnya, ya,  Sains. 


karakteristik anak tunagrahita


Alhamdulillah Wahyu merupakan anak yang terlahir istimewa sebagai penyandang tunagrahita. Beruntungnya Wahyu memiliki supporting system yang bagus, sehingga dia masih bisa mendapatkan haknya untuk tetap bersekolah dan belajar. Wahyu Setiawan tidak putus asa dan tetap semangat untuk terus menuntut ilmu.


Diceritakan oleh Bude yang mengasuhnya, bahwa Wahyu memiliki empati yang besar dengan sesama, terbukti dia selalu kepikiran dan intens bertanya soal sosok kakek yang telah meninggal dunia kala itu. Khawatir, cemas terpancar dari mimik wajah dan intonasi nada suara yang dikeluarkan.


Ini artinya, karakteristik anak tunagrahita juga memiliki  rasa dan hati yang sama seperti kita. Sebenarnya bagaimana karakteristik anak tunagrahita menurut para ahli? Yuk kita ulas secara singkat gambaran tentang anak tunagrahita, siapa yang dimaksud anak tunagrahita, bagaimana karakteristik anak tunagrahita serta klasifikasi anak tuna grahita ada berapa .


Pengertian Anak Tunagrahita


Tunagrahita merupakan sebutan terhadap individu yang memiliki keterbatasan intelektual dalam bahasa inggris disebut mentally disabled, intellectually handicapped, mental deficiency dan beberapa lainnya.  Dalam kamus besar KBBI tunagrahita memiliki arti cacat pikiran, lemah daya tangkap atau idiot. Tunagrahita merupakan istilah yang disandarkan pada individu yang mengalami mental retardation atau keterbelakangan mental.


Anak yang mengalami mental retardation menurut Kirk dalam Efendi tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan apapun, karena mental retardation merupakan sebuah kondisi atau keadaan seseorang bukan sebuah penyakit. 


Menurut DSM atau Diagnostic Statistic Manual of Mental Disorders V yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association disingkat APA, penyandang tunagrahita adalah individu berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan mental dan memiliki fungsi kecerdasan di bawah normal gejalanya disertai dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dalam lingkup konseptual, sosial dan juga dalam praktik dan terus terjadi selama masa perkembangan individu tersebut.


Kekurangan dalam permasalahan intelektual meliputi bagaimana menalar, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, berpikir secara abstrak, dan juga dalam pelajaran  akademik. Namun tentu saja keadaan ini sudah dikonfirmasi dan dites melalui asesmen klinis sesuai dengan tes standar intelegensi.


Sedangkan untuk lingkup defisit fungsi adaptif, terdapat kegagalan dalam pemenuhan standar perkembangan sosiokultural dalam hal pembentukan kemandirian serta keikutsertaan dalam permasalahan sosial.


Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan IQ


Mungkin teman-teman pernah melihat anak tunagrahita dengan kondisi fisik yang berbeda-beda, sempat dibingungkan? Kondisi fisik yang berbeda-beda pada anak tunagrahita dipengaruhi juga dari kadar IQ yang dimiliki. Makin rendah IQ yang dimiliki maka semakin berat status ketunagrahitaannya.


Bagaimana klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan IQ? Sama halnya dengan anak normal pada umumnya juga memiliki kadar IQ yang berbeda-beda, sehingga hal ini menyebabkan setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda pula.


Ada 4 klasifikasi tunagrahita yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus jenis ini memiliki kemampuan dan penampilan fisik berbeda, diantaranya yaitu:


1. Anak Tunagrahita Ringan 


Anak tunagrahita jenis ringan atau biasa disebut Debil, memiliki tampilan fisik seperti anak normal pada umumnya. Berdasarkan DSM V, anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan memiliki IQ sekitar 55 - 70. Anak tunagrahita pada klasifikasi ini masuk dalam anak-anak yang bisa diajari membaca, menulis, juga berhitung, keterampilan  praktik kehidupan sehari-hari juga keterampilan seperti menjahit, memasak bahkan berjualan.


Anak tunagrahita pada klasifikasi ringan masuk dalam kelompok mampu didik, mudah diajak komunikasi, dan tidak memerlukan pengawasan yang ekstra, mereka bisa melindungi dirinya dari mara bahaya. Jika disekolahkan, mampu mengikuti pembelajaran sampai tingkatan kelas IV SD. Biasanya pola pikir maksimal seperti anak umur 12 tahun.


2. Anak Tunagrahita Sedang


Anak tunagrahita jenis sedang atau disebut juga Imbesi menurut DSM V memiliki IQ sekitar 40 - 55. Anak tunagrahita klasifikasi sedang masuk kedalam kelompok latih. Dari penampakan fisik agak berbeda dengan anak normal lainnya. Anak tunagrahita jenis sedang umumnya tetap bisa diajak ngobrol dan melakukan interaksi, tetapi di urusan menghitung, membaca, dan juga tulis menulis tidak terlalu pandai.  


Kemampuan bersekolah bisa sampai dengan kelas 2 SD. Anak tunagrahita jenis sedang masih mampu menjaga diri, namun harus diberi perhatian lebih dari anak tunagrahita ringan, demi perkembangan mental dan sosialnya secara optimal.


3. Anak Tunagrahita Berat


Tunagrahita berat atau severe memiliki IQ di kisaran 40 - 55. Menurut hasil tes binet  IQ nya berada di kisaran 20 - 32, sedangkan jika menggunakan test WISC IQ berada di kisaran 25 - 39. Anak tunagrahita pada jenis ini memiliki keadaan fisik yang abnormal dan kontrol sensori motor yang sangat terbatas.


Mereka sangat membutuhkan pengawasan yang ekstra dan maksimal. Biasanya anak tunagrahita jenis ini sudah tidak mampu menerima layanan pendidikan secara formal. Anak tunagrahita jenis berat masuk ke dalam golongan anak mampu rawat. 


4. Anak Tunagrahita Sangat Berat


Anak tunagrahita jenis sangat berat atau profound disebut juga sebagai idiot. Memiliki keadaan sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. IQ berada di bawah 25. Menurut tes Binet, IQ berada di bawah 19, dan menurut skala WISC IQ anak tunagrahita sangat berat berada di bawah 24. 


Anak tunagrahita jenis sangat berat memiliki cacat fisik dan kerusakan syaraf, bahkan  banyak yang meninggal. Harus diawasi ekstra ketat karena tidak mampu menjaga dirinya dari mara bahaya.


Klasifikasi Anak Tunagrahita dari Aspek Klinis


Selain  klasifikasi dari sisi IQ, anak tunagrahita juga diklasifikasikan berdasar jenis fisik atau keadaan klinis. O, iya, untuk klasifikasi secara klinis ini juga memiliki fariasi kemampuan IQ yang berbeda-beda juga di setiap kondisi.  Klasifikasi klinis dikelompokkan dalam beberapa bagian, diantaranya, yaitu:


1. Down Syndrom


Anak tunagrahita jenis ini memiliki wajah yang tipenya sama seperti raut muka orang mongol. Terdapat lipatan dibawah mata, bentuk mata sipit dan miring serta lidah yang tebal, telinga kecil serta gigi geligi yang tidak beraturan.


2. Kretin (Cebol)


Pada anak tunagrahita jenis ini memiliki tangan dan kaki yang pendek serta perawakan badan yang pendek dan agak bengkok. Tangan, kaki dengan kulit kering, bibir tebal serta gigi yang tumbuhnya lambat.


3. Hydrocepal


Anak tunagrahita dengan jenis ini memiliki bentuk kepala yang besar tetapi raut wajah yang kecil dan mungil. Pandangan  kurang sempurna dan terkadang kondisi bola mata juling.


4. Microcepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala kecil.


5. Macrocepal


Anak tunagrahita jenis ini memiliki ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran anak normal lainnya.


Karakteristik Anak Tunagrahita


Dari klasifikasi anak tunagrahita yang sudah kita ulas di atas, sedikitnya kita memiliki gambaran tentang karakteristik atau ciri dari anak tunagrahita. Saya akan mengulas tentang karakteristik anak tunagrahita pada perkembangan masa bayi dan setelah dewasa.


Karakteristik Perkembangan pada Masa Bayi


Kelainan Gangguan Fisik


Pada bayi yang terkena gangguan intelektual, biasanya memiliki tonus otok yang kurang baik sehingga mengalami ketidakmampuan mengkordinasikan proses menelan dan menghisap, jarang menangis tapi ketika menangis bisa terus menerus. Perkembangan fisik seperti proses duduk, berdiri dan merangkak terjadi keterlambatan.


Keterlamabatan dalam Bicara


Bayi biasanya mengucapkan kata pertama mereka selama 14 bulan serta mampu mengkombinasikan kata sebelum usianya mencapai dua tahun. Namun pada anak tunagrahita akan erjadi kelambanan pada proses perkembangan berbicara, bahkankurang mengoceh hingga umur sembilan bulan.


Respon pada Lingkunagn


Pada umumnya bayi normal jika ada suara akan peka dan menoleh kepada arah datang suara, biasa tersenyum, dan merespon menangis. Tanda-tanda ini ada kemungkinan tidak ada pada anak yang memiliki gangguan intelektual.


Karakteristik secara Umum


Fisik


Secara fisik terlihat hampir sama dengan anak normal, kemampuan motorik terhambat dan cenderung lambat, kordinasi gerak kurang dan khusus pada anak tunagrahita berat penampilan fisik jauh berbeda dengan anak normal.


Intelektual


Sulit memperlajari hal yang terkait akademik. Pada anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan belajar paling maksimal layaknya anak normal yang bersia 12 tahun. Pada anak tunagrahita sedang , kemampuan belajar setara dengan anak berumur di kisaran 7 hingga 8 tahun. Pada anak tunagrahita berat, mereka hanya mampu belajar secara akademik setara dengan anak usia 3 tahun.


Sosial dan Emosional


Dalam lingkup kehidupan sosial biasanya anak tunagrahita senang bersosialisasi dan bergaul dengan anak-anakyang lebih muda. Lebih senang menyendiri, gampang dipengaruhi dan juga kurang dinamis. Tidak memiliki kontrol pengendalian diri secara baik serta sulit konsentrasi.



karakteristik-tunagrahita


Faktor Penyebab  Tunagrahita


Setelah kenalan lebih jauh dengan penyandang tunagrahita, mengerti karakteristik serta klasifikasiny, tentu akan timbul pertanyaan di benak teman-teman, bagaimana ini bisa terjadi. Apa faktor penyebab pemicu sampi seseorang bisa menyandang sebagai tunagrahita.


Sebenarnya belum diketahui secara pasti kenapa bisa terjadi, namun ada beberapa faktor pemacunya diduga sebagai penyebab terjadi cacat tunagrahita, dipandang dari beberapa kondisi, diantaranya yaitu:


1. kondisi ketika belum dilahirkan


Pada kondisi ini biasanya terjadi ketika masih dalam kandungan, disebabkan karena berbagai faktor, bisa dari konsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya,  atau terkena virus yang dibawa oleh ibunya misalnya karena banyak bergaul dengan kucing atau bunga-bunga liar yang mengandung virus tokso.


Konsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol dan merokok juga bisa menjadi pemacu anak menjadi penyandang tunagrahita sejak dalam kandungan. Kekurangan asupan nutrisi yang cukup ketika hamil juga sangat diperlukan.


2. Kondisi ketika Dilahirkan


Bagaimana bisa ketika melahirkan dapat menyebabkan anak menyandang tunagrahita? Salah satu penyebabnya adalah proses persalinan yang susah sehingga menyebabkan bayi tertahan di rongga panggul dan kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf.


Bisa terjadi pendarahan otak pada bayi jika ada tekanan saat mengejan yang terlalu lama, selain itu penggunaan alat tang jika tidak hati-hati digunakan bisa mencederai otak bayi. 


3. Kondisi setelah Dilahirkan


Saat kehamilan berjalan lancar, ketika persalinan juga berjalan bagus, tapi setelah persalinan juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicu faktor seorang anak bisa menyandang tunagrahita. Kenapa? Salah satu penyebabnya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak.


Sakit panas yang menyerang anak dan tidak ditangani secara cepat juga bisa menjadi pemacu terjadinya tunagrahita. Untuk itu, waspada disegala suasana sangat diperlukan,sambil tentu saja terus meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah ta'ala.


Metode dalam Menangani Anak Tunagrahita


Ada beberapa metode yang bisa diterpkan dalam menangani anak-anak penyandang tunagrahita. Denagn metode ini diharapkan anak-anak tunagrahita dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kemamuannya secara optimal.Beberapa metode yang bisa diterapkan diantaranya yaitu:


1. Occupational Therapy


Occupational therapy atau terapi okupasi, diberikan pada anak lewat latihan anggota motorik halus maupun kasarnya. Melatih sendi-sendi agar lentur dan terbiasa untuk bergerak.


2. Play Therapy


Play therapy atau terapi bermain diberikan melalui permainan-permainan yang aplikatif. Misal dalam pembelajaran matematika diterapkan metode bermain peran sebagai penjual dan pembeli, lalu menghitung berapa barang yang dibeli dalam bentuk drama permainan.


3. Activity Daily Living (ADL)


Activity daily living dikenalkan agar para anak tunagrahita terbiasa dengan mengerjakan rutinitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, berpakaian, merapihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Pengenalan dan pelatihan mengerjakan aktivitas sehari-hari bertujuan agar anak tunagrahita ringan sampai sedang mampu berdiri sendiri dan mandiri tanpa terlalu bergantung kepada orang lain.

4. Life Skill dan Vocational Therapy


Life skill dan terapi bekerja dilatih agar anak tunagrahita setidaknya mampu berkarya dan bisa menghasilkan. Meski pekerjaannya tidak bisa disamakan dengan anak normallainnya, namun diharapkan dengan pembekalan keterampilan untuk terjun di dunia bekerja secara sederhana bisa dijalankan oleh anak tunagrahita. Misalnya diberi pelatihan menjahit, menghitung menggunakan kalkulator sebagai bekal dagang, dsb, agar anak tunagrahita bisa memiliki penghasilan sendiri.


Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita 


Sebagai manusia yang sama-sama memiliki hak untuk mengenyam pendidikan, maka perlu dipikirkan upaya untuk memberikan pembelajaran atau layanan pendidikan pada anak tuna grahita. Tujuannya agar para penyandang tunagrahita bisa hidup secara mandiri, keberadaannya bisa berbaur dengan masyarakat pada umumnya.


Berbagai landasan menyertai alasan perlunya memberikan layanan pendidikan dan penanganan anak tunagrahita. Landasan falsafah pancasila, landasan hukum seperti UUSPN No. 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah. Nomor. 72 yang dikeluarkan Tahun 1991, dan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak.  Oleh karena itu ada beberapa jenis layanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Beberapa lembaga ini didirikan sebagai cara dalam menangani anak tunagrahita:

1. Kelas Transisi


Kelas transisi dibentuk sebagai salah satu cara dalam memberikanlayanan pendidikan bagi anak tunagrahita. Kelas menjadi  transisi dilaksanakan di sekolah reguler, sehingga anak tunagrahita juga memiliki kesempatan bergaul dengan anak-anak normal lainnya.

Kelas transisi dirancang untuk mempersiapkan anak tunagrahita memasuki jenjang sekolah selanjutnya, yaitu sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan mengacu dari kurikulum SD yang telah dimodifikasi. Penyajiannya disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita.

2. Sekolah Khusus


Sekolah ini dirancang khusus utuk anak yang memiliki kebutuhan khusus, disedikan untuk anak tunagrahita atau anak yang memiliki kebutuhan khusus spesifikasi lainnya. Anak tunagrahita masuk kedalam kelompok SLB atau sekolah luar biasa. Anak tunagrahita kelompok ringan masuk ke dalam SLB C dan anak tunagrahita berat masuk ke dalam SLB C1


3. Pendidikan terpadu


Pendidikan terpadu diadakan di sekolah reguler. Belajar bersama anak-anak normal lainnya bersama guru yang biasa mengajar dan menangani anak-anak di sekolah reguler. Layanan pendidikan ini diberikan berdasarkan prinsip pendidikan untuk semua.

Namun pada jam tertentu disediakan juga layanan pendidikan dari guru khusus yaitu guru pembimbing khusus (GPK), biasanya didatangkan dari SLB terdekat, disediakan waktu dan tempat yang khusus.

4. Pendidikan Inklusif


Sama seperti halnya pendidikan terpadu,pendidikan inklusif diberikan di sekolah reguler. Anak-anak tunagrahita bergaul dan belajar bersama anak-anak normal lainnya. Mendapatkan pembelajaran yang sama dan juga dari guru yang sama.

Biasanya dalam satu kelas disediakan dua guru,satu guru reguer dan satu guru lagi memiliki kemampuan dalam pendidikan luar biasa. Semua siswa diperlakukan sama dengan pelajaran yang sama dan tugas yang sama. Saat ini pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan, masih perlu dilengkapi persyaratan penyelenggaraannya.


5. Program Sekolah dari Rumah


Program sekolah yang diadakan di rumah ini bisa dengan cara mendatangkan guru PLB atau Pendidikan Luar Biasa untuk memberikan terapis dan pembelajaran. Hal inibiasanya terlaksanan setelah ada kesepakatan antara orang tua, sekolah dan juga masyarakat sekitar.

6. Pendidikan di Panti Rehabilitasi


Pendidikan yang diselenggarakan di panti rahabilitasi biasanya diselenggarakan untuk anak tunagrahita jenis berat,dikarenakan kemampuannya yang sangat rendah dan hampir tidak bisa bersosialisasi dengan anak normal lainnya.

Anak tunagrahita jenis berat bisasanya memiliki kelainan ganda pada penglihatan, pendengaran serta gangguan motorik lainnya. Program layanan yang disediakan di panti berupa program perawatan. Ada 5 pelayanan yang diberikan di panti untuk anak-anak tunagrahita, diantaranya pengenalan diri, sensor motor serta persepsi, motorik kasar dan ambulasi atau kemampuan untuk mampu berpindah dan bergerak, kemampuan bahasa dan komunikasi dan juga melatih kemampuan untuk bersosialisasi dan komunikasi.

Di bawah ini merupakan skema layanan pendidikan dan penganan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita.


cara menangani anak tunagrahita
Sumber: Modul Pendidikan Luar Biasa untuk program PGSD


Prinsip  Khas layanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Anak tunagrahita ringan dan sedang masih bisa diupayakan berkembang menjadi pribadi  mandiri agar memiliki kepercayaan diri dan punya harga diri.  Mengupayakan agar anak tunagrahita diakui keberadaan di khalayak ramai. 


Ada beberapa Prinsip  yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita, agar terapi dan layanan yang diberikan bisa tepat saasaran dan diupayakan secara optimal dan maksimal. Beberapa prinsip dan ciri tersebut diantaranya:


Prinsip Skala perkembangan mental


prinsip skala perkembangan mental yang dimaksud adalah, guru bisa memahami kebutuhan anak berdasarkan kemapuan dan skala kecerdasannya, mengingat setiap anak memiliki kecerdasan berbeda, termasuk halnya dengan anak tunagrahita. Dengan mernerapkan prinsip ini maka bisa diketahui pengetahuan tentang perbedaan inter dan intra personal setiap peserta didik.


Prinsip Ketangkasan Motorik


Prinsip ketangkasan motorik lebih mengedepankan pengoptimalan fungsi motorik kasar maupun halus pada setiap peserta didik, agar anak tunagrahita bisa maksimal memanfaatkan kemampuan motorik kasar dan halus yang dimikinya.


Prinsip Contoh Keperagaan


Prinsip contoh keperagaan diterapkan agar anak tunagrahita lebih bisa memiliki gambaran konkret tentang sesuatu, karena keterbatasan intelektualnya membuat anak tunagrahita tidak terlalu mampu untuk memikirkan hal yang abstrak.


Untuk itu sangat penting ketika mengajar anak tunagrahita menggunakan alat peraga. Misaknya ketika mengajarkan kata bebek sisipkan gambar bebek, kata bebek ditulis tebal sedangkan gambar ditulis tipis, agar anak bisa memiliki gambaran sehingga mudah memahami dan mengingat.


Prinsip Kegiatan Pengulangan


Ketika memberikan pembelajaran pada anak tugrahita, usahakan sering melakukan pengulangan sampai anak tunagrahita memahami pelajaran yang diberikan. Usahakan jangan pindah pada materi selanjutnya jika materi yang dipelajari belum dipahami dengan benar, karena daya ingat dan daya tangkap anak tunagrahita lebih kurang dari anakyang lainnya.


Prinsip adanya Korelasi


Dalam prinsip korelasi usahakan jika memberikan pembelajaran dengan anak tunagrahita dikorelasikan dengan pembelajaran lain dan ada kaitannya dengan kegiatan yang biasa dia lakukan sehari-hari, agar lebih mengena dan mudah dipahami.


Prinsip Hubungan Berkelanjutan


Prinsip berkelanjutan maksudnya ketika kita memberikan pembelajaran denagn anak tunagrahita, meskipun agak terlambat dalam memahami dan harus terus melakukan pengulangan tapi tetap harus maju melanjutkan pelajaran ke tahapan yang lebih tinggi. Misal ketika belajar matematika 1x1=1, 1x2=2 terus lakukan pengulangan sampai bisa, dan ketika sudah bisa lanjutkan dengan perkkalian 3x1 lalu 4x1 dan seterusnya.


Prinsip Individualitas


Prinsip individualitas yaitu menekankan pada kemampuan setiap individu anak. Membiarkan anak tunagrahita belajar dengan irama dan kemampuannya sendiri. Meski tetap harus menjalin interaksi dengan teman-temannya. Dia tetap belajar dalam satu ruangan namun dengan kedalaman materi yang berbeda.


Ciri Khas Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita


Ada ciri khas yang digunakan ketika memberikan layanan pendidikan pada anak tunagrahita agar ketika mengajari anak tunagrahita lebih mudah dan mengena. Ciri khas tersebut diantaranya, yaitu:


Penggunaan Bahasa


Bahasa yang digunakan dalam memberi layanan pendidikan bagai anak tunagrahita harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Penyampaiannya harus tegas lugas dan tidak berbelit-belit. Usahakan menggunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak.


Posisi Di Kelas


Posisi duduk ataupun ketika berkegiatan pada anak tunagrahita usahakan ditempatkan pada posisi paling depan dan ditempatkan berdekatan dengan anak yang kira-kira memiliki kemampuan yang hampir sama, atau sekiranya yang bisa menerima keadaannya dan akrab dengannya.


Tersedianya Program Khusus untuk Anak Tunagrahita


Perlu disediakan program khusus yang melatih sensorik dan motorik serta akademik dan sosial anak tunagrahita, agar bisa berkembang secara optimal, sehingga kesulitan yang dirasakan ketika enghadapi anak tunagrahita bisa segera ditangani oleh ahlinya.


Demikian ulasan tentang anak tungrahita dengan segala seluk beluknya, karakteristik, klasifikasi, penyebab sampai pada layanan pendidikan yang tepat yang bisa kita terapkan untuk memmbantu anak-anak tunagrahita tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri dan memiliki harga diri.


Semoga Allah hayyul Qoyyum selalu memberi pertolongan kepada kita. Mampu menjadi hamba yang hanif dan bertanggung jawab, serta bisa bermanfaat untuk sesama. Semoga artikel singkat yang masih jauh dari sempurna ini setidaknya bisa membuka sedikit wawasan tentang anak tunagrahita. Salam pengasuhan.






Referensi



Efendi. Mohammad. Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat.  POS PAUDNI Inklusif. Jakarta, 2018.


Putranto, Bambang. Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta: Diva Press, 2015


Dari buku Smart, Aqila. yang mengangkat tema bahwa anak cacat bukanlah sebuah kiamat, terbitan Ar-Ruz, yogyakarta, 2017. 


Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa: Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung:Refika Aditama, 2007.

Rochyadi, DKK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa


Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Kamis, 23 Maret 2023

Upaya memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama. Generasi yang tangguh akan turut berkiprah pada kemajuan sebuah peradaban bangsa. Perlu sekali membangun konsep yang matang dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini karena betapa pentingnya pendidikan yang dicanangkan dari sejak dini.


pentingnya pendidikan anak usia dini

Saat ini penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia sudah mengalami kemajuan, bila kita cermati dari sisi terbukanya program study ini, sudah banyak  Perguruan Tinggi yang membuka program study PAUD.Makin lama banyak bertambah. Contohnya di tempat saya yang nota bene terhitung kabupaten kecil memiliki empat kampus yang menyelenggarakan program study Pendidikan Anak Usia Dini.


Sebuah kemajuan yang perlu disyukuri. Ini artinya Pendidikan Anak Usia Dini mulai fokus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Di awal berdirinya PAUD, tenaga pengajar untuk jenjang PAUD biasanya menggerakkan tenaga sukarela yang mau menghibahkan waktunya untuk berkiprah di lembaga PAUD.


Bisa dari kalangan ibu-ibu yang memiliki keluangan waktu atau para pemuda yang rela berbagi waktu. Namun kekurangannya, latar belakang pendidikan untuk para pengajar PAUD belum diprioritaskan untuk memiliki konsentrasi yang  linear dengan bidang garapan.


Itu dulu, namun lain dulu lain sekarang, kini pemerintah mewajibkan para pendidik PAUD untuk memiliki jenjang pendidikan yang linear dengan bidang garapannya, yaitu mengambil jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Keadaan ini menunjukkan kesadaran pentingnya Pendidikan Anak USia Dini sudah mulai terbangun.


Pentingnya Pendidikan Anak USia Dini


Dalam pelaksanaannya PAUD memerlukan dukungan dari banyak pihak, baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua. keterlibatan ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Untuk itu orang tua dan para guru harus memiliki pemahaman tentang perkembangan anak yang terus berubah di sepanjang hidupnya, baik perubahan fisik, perilaku, maupun perkembangan dalam kemampuan berpikir.


Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Benyamin Bloom, bahwa perkembangan otak manusia secara pesat terjadi pada masa anak-anak, untuk itu pendidikan anak usia dini bisa dijadikan cerminan keberhasilan seseorang di masa dewasanya. Pada masa ini harus diberikan banyak stimulasi edukatif agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diupayakan secara optimal.


Dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan kondisi yang sesungguhnya di masyarakat, bahwasannya pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan anak di dunia akademis maupun non akademis. untuk itu anak usia dini membutuhkan peranan para guru, orang tua serta pemerintah untuk menguatkan pondasi dalam pembentukan karakter dalam dirinya.


Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia


Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia gambaran secara umum sudah saya ulas di awal. Makin ke sini layanan Pendidikan Anak USia Dini semakin diperbaiki kualitasnya. Keadaan ini tak lain dari hasil kerja keras semua pihak terkait.


Sering diangkatnya ke permukaan  isu-isu kritis yang membahas tentang problematika PAUD menjadikan pendidikan di jenjang ini terus diperhatikan. Hal ini berdampak pada perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Anak USia Dini. 


Usaha optimal untuk memberikan stimulasi edukatif kepada anak-anak dari sejak dini adalah hal yang sangat penting, hal ini bukan perkara kecil tetapi perkara besar yang juga akan memberikan dampak besar. Perkembangan otak harus diusahakan secara fokus perhatiannya dari sejak dini.


Mengingat otak berkembang pesat secara optimal di masa usia dini terutama di usia 0 sampai empat tahun pertama kehidupan manusia dimulai, sebagaimana telah saya ulas dalam artikel Konsep Dasar PAUD


Pendidikan Anak Usia Dini harus diberi perhatian intens. Harus ada pergeseran yang signifikan di bidang ini. Pemikiran awal sebatas menjadikan posyandu sebagai tempat untuk deteksi fisik anak, harus berkembang lebih dari itu, permasalahan neurosains tidak boleh dianggap remeh. Pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya pada masalah fisik, tapi juga harus memperhatikan aspek perkembangan anak secara holistik.


Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2023 pasal 28 ayat 1 sudah saatnya menjadikan PAUD menjadi pendidikan yang wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, bahkan dijadikan sebagai bagian dari pendidikan dasar.


Menurut Profesor Mulyasa Pendidikan Anak USia Dini sejatinya merupakan bentuk layanan pendidikan yang diperuntukkan untuk anak dari sejak lahir hingga usia 6 tahun meliputi seluruh aspek perkembangan baik fisik maupun non fisisk.


Masih menurut Prof esor Mulyasa bahwasannya bidang garapan Pendidikan Anak USia Dini meliputi Pendidikan dalam Keluarga ( usia 0 - 2 tahun), Pendidikan dalam Taman Pengasuhan Anak atau TPA (berkisar antara 2 bulan sampai 5 tahun) Kelompok Bermain atau KB berkisar di rentang usia 3 sampai 4 tahun, dan Taman Kanak-Kanak atau TK yang memiliki rentang usia 4 sampai 6 tahun, selain itu ada juga disebut Bina Keluarga Balita (BKB). Untuk penjelasan selengkapnya mari kita ulas satu persatu.


1. Pendidikan dalam Keluarga (0-2 tahun) 


Keluarga merupakan pembentuk podasai awal bagi tahap perkembangan anak. Keluarga merupakan madrasah awal dan utama bagi anak. Peran keluarga sangat vital dalam membangun struktur kepribadian anak yang pembentukannya berlangsung terus sampai dewasa.


Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pola pengasuhan anak. Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi keberhasilan anak. Bukan hanya ibu tapi juga ayah harus ikut andildalam membentuk karakter anak, jangan sampai anak kehilangan sosok ayah, atau istilah umum yang terkenal pada saat ini "fatherless".


2. Taman Pengasuhan Anak / TPA (2 bulan - 5 tahun)


Biasanya taman pengasuhan pengasuhan anak banyak terdapat di kota-kota besar. Sasaran Taman Pengasuhan Anak biasanya tertuju bagipara kaum ibu pekerja yang harus meninggalkan anaknya di jam aktif bekerja.

Lembaga TPA didirikan bertujuan agar sang ibu bisa fokus dan tenang dalam menjalankan profesi lain selain sebagai ibu rumah tangga, tanpa harus mengabaikan stimulasi edukatif yang harus diterima oleh anak, agar anak terus dapat berkembang secara optimal.


3. Kelompok Bermain/ KB ( 3 - 4 tahun)



Pada jenjang Kelompok Bermain dengan rentang usia anak pada 3 sampai 4 tahun, disebut juga sebagai play group. Kelompok bermain atau play group ini bertujuan untuk mengembangkan segala aspek perkembangan anak secara holistik, sama seperti pada jenjang taman kanak-kanak, namun kurikulum tetap disesuaikan tidak sepadat di taman kanak-kanak.


4. Taman Kanak-Kanak/ TK (4-6 tahun)


Tingkat Taman Kanak-Kanak pada jenjang PAUD merupakan wadah persiapan bagi anak untuk masuk ke jenjang pendidikan dasar. Meski Taman Kanak-Kanak tidak masuk dalam program pendidikan dasar, namun keberadaannya cukup krusial dalam mempersiapkan mental anak untuk masuk pada jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi, dan tentunya dengan kurikulum yang lebih berat.


Dengan memasukkan anak pada tingkat Taman Kanak-Kanak sebelum masuk ke program pendidikan dasar di Sekolah Dasar tentunya akan memberikan dampak positif bagi kesiapan mental dan fisik anak. Anak akan lebih enjoy ketika memasuki dunia belajar sesungguhnya.


5. Bina Keluarga Balita


Program Bina Keluarga Balita diberikan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya sebagai sarana peningkatan keterampilan serta pengetahuan bagaimana mendidik, mengasuh serta mengupayakan pertumbuhan serta perkembangan anak balita atau bawah lima tahun.


Program ini biasanya diperuntukkan untuk para ibu yang memiliki anak balita agar lebih paham terhadap 3 aspek mendasar dalam tahaptumbuh kembang anak, yaitu aspek kesehatan, gizi dan psikososial. Program yang dicanangkan dalam BKB bertujuan agar para orang tua dan guru memahami bahwasannya:


  1. Anak harus diberikan kebebasan dalam mengenal lingkungan sosilanya dengan memberikan rambu-rambu norma yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
  2. Mengupayakan pemahaman pada anak agar memiliki jiwa dan rasa harga diri yang sehat. Mau berbagi dengan sesama, mengerti cara berkomunikasi, sehingga anak tidak menjadi pribadi yang pemurung, tidak mampu berkomunikasi dan seolah hidup dalam kesendirian.

Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan di jenjang ini merupakan bagian yang saling terkait antara pendidikan sekolah, orang tua dan keluarga. Maka jika ada anak usia dini yang tidak mendapatkan pendidikan di POS PAUD, hendaknya menjadi tanggung jawab sepenuhnya keluarga inti mereka. 


Untuk itu perlu kiranya para orang tua membekali dirinya dengan ilmu pengasuhan atau ilmu parenting agar bisa memahami dunia anak, peka akan kebutuhan dasar anak usia dini. Dari sini bisa kita pahami, bahwa bidang garapan PAUD bukan hanya fokus pada pendidikan anak usia dini semata, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pendidikan para orang tua, agar para orang tua memiliki bekal ilmu pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian kiranya betapa pentingnya pendidikan anak usia dini bagi kelangsungan kehidupan bangsa yang bermartabat.



Referensi


Morrison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.


Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017.


Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan . Bandung: CV Ilmu, 1998.


Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2013.







Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger