Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Tampilkan semua postingan

5 Tips Mengajak Anak Agar Mau Bernyanyi Tanpa Menciderai Hatinya

Sabtu, 04 Juni 2022

Mungkin sebagian teman-teman ada yang terheran-heran dengan judul artikel ini. "Tips Mengajak Anak Agar Mau Bernyanyi" Saya sendiri sempat bergumam, apa iya ada anak yang tidak suka bernyanyi? Bukankah bernyanyi merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk anak? Ternyata ada, lho anak yang tidak suka bahkan menangis ketika diajak melakukan kegiatan bernyanyi, apalagi jika diminta tampil solo untuk mempertunjukkannya di depan kelas. 


Tips mengajak anak ingin bernyanyi


Pernyataan ini diperkuat dengan pengalaman beberapa mahasiswa saya yang notabene adalah seorang pengajar di Taman kanak-kanak, seringkali menemukan kasus tentang sulitnya merayu anak agar mau ikut bernyanyi bersama teman-temannya. Saya rasa ini bukan perkara mudah yang pantas diabaikan, perlu perlakuan yang tepat dalam menanganinya agar tidak menciderai perasaan anak, ketika kita mengajak dengan sebuah paksaan bukan atas kehendak sang anak maka ada efek buruk yang akan dialami anak. Tidak semua anak senang jika diminta bernyanyi, karena setiap anak tercipta unik dengan kelebihan dan kekurangannya, ditunjang dengan minat dan bakat yang menyertai.


Siapa Anak Usia Dini?


Untuk lebih menspesifikasikan kelompok Anak yang sedang kita bicarakan pada kali ini kita bercerita tentang anak yang masuk ke dalam golongan anak usia dini. Anak usia dini  menurut National of Education for Young Children atau disingkat NAEYC merupakan anak yang berada pada kisaran usia 0 - 8 tahun. Pada usia ini perkembangan otak anak sedang mengalami perkembangan yang pesat. Perlunya stimulasi yang terarah dan konsisten agar masa penting ini bisa dioptimalkan. Salah satu cara pemberian stimulasi yang dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas bernyanyi. Kenapa? sebegitu pentingnyakah bernyanyi?


Manfaat Bernyanyi Bagi Anak


Kegiatan bernyanyi merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan bagi sebagian anak, dengan bernyanyi anak bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan. Bahkan ada beberapa anak dengan gift atau bakat spesial yang dianugerahi oleh Allah, di usia 4 tahun sudah bisa menciptakan lagu. Mampu mengekspresikan apa yang dia rasa, ketika sedang bahagia karena punya mainan baru, si anak menuangkan rasa kebahagiaannya melalui untaian syair yang isinya tentang bahagianya dia ketika memiliki mainan baru. Lucu!! Walau dengan lirik sederhana dan kadang terkesan engga nyambung, ini keterampilan yang sangat luar biasa jika sudah dimiliki oleh seorang anak di usianya yang masih sangat dini. Bikin gumush, ya sista.


Melalui fenomena tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa bernyanyi menyimpan banyak manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan ananda, diantaranya yaitu:

1. Melalui bernyanyi anak dilatih untuk bisa mengekspresikan perasaannya


Dalam proses bernyanyi anak bisa berloncat, menari, berteriak, mengatur nada suara, belajar menyesuaikan intonasi, meneyesuaikan nada dengan nada yang dinyanyikan temannya. dalam proses ini anak dirangsang untuk berpikir ketika menggerakkan tubuhnya, mengeluarkan suaranya, menghapal syair lagunya. Bahasa anak akan berkembang melalui praktik bernyanyi. Dengan bernyanyi anak dilatih untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya, apa yang dirasakan, diangankan serta diimpikan.


2. Mengerti Sebuah Keindahan


Dalam proses bernyanyi anak-anak belajar menghayati sebuah alunan lagu, mendengarkan secara seksama. Seringnya dalam bernyanyi diiringi dengan alunan musik, proses ini melatih anak untuk mengenal aneka sumber suara. Anak dilatih memadukan suara menjadi sebuah harmoni yang selaras. kegiatan pelengkap ini tidak harus menggunakan alat musik yang mahal, cukup menggunakan aneka sumber suara yang tersedia di lingkunagn rumah, seperti kaleng bekas, botol bekas, dan lainnya. 


Alat musik sederhana untuk anak


3. Memperbanyak Kosakata Anak


Dalam proses bernyayi anak diupayakan untuk menghapal lirik lagu atau kata-kata dalam lagu. Melalui proses ini anak diajak untuk mengenal kata baru beserta artinya. Selain itu juga melatih kejelasan penyebutan kata. Bernyanyi menstimulasi anak untuk merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang tersusun, masyaAllah, jika dilakukan dengan riang gembira ini diharapkan  akan menjadi kegiatan favorit anak yang sangat banyak manfaatnya. Proses belajar berbicara pada anak dilakukan secra spontan ketika dia banyak mendengar dan lanjut merespon dengan cara yang uniq dan gaya masing-masing.

4. Belajar Bersosialisasi


Anak-anak senang sekali bernyanyi bersama dengan teman dekatnya atau bersama orang di sekitarnya. Bekerjasama menyesuaikan lirik lagu, melatih anak bersabar dan mengalah untuk berbagi lirik dengan partner duetnya, hehe. Menyesuaikan suara antara tinggi dan rendah diperlukan kecerdasan sosial dari seorang anak. Kegiatan bernyanyi bisa menjadi stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal sekaligus intrapersonal.


5. Meningkatkan Daya Ingat Anak


Melalui proses bernyanyi anak secara spontan mengucapkan lafadz lagu dan menyusunnya sesuai dengan lirik lagu yang dinyanyikan. Di sini anak diajak untuk menghapalkan kata demi kata. dengan menghapal lirik lagu daya ingat anak diharapkan semakin meningkat.


Tips Mengajak Anak Agar Mau Menyanyi


Para pendidik dan orangtua bisa menggunakan aktivitas bernyanyi sebagai sarana pemberian stimulasi yang sangat berguna untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak. Kita sudah temukan manfaat bernyanyi bagi anak, dan ternyata banyak sekali. Namun, bagaimana jika anak tidak ingin bernyanyi? O, iya yang perlu diingat, baik posisi kita sebagai guru ataupun sebagai orangtua, mengajarkan anak bernyanyi bukan bertujuan untuk menjadikan anak sebagai seorang penyanyi, namun untuk membiasakan anak melakukan hal yang bermanfaat untuk perkembangannya sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

Jika kita sebagai pendidik dan sebagai rangtua memberikan pernyataan bahwa masih banyak kegiatan lain yang bisa dijadikan sarana menstimulasi kemampuan anak. Namun, tak salah jika kita mencoba berusaha memberikan stimulasi dari berbagai aspek. Bernyanyi masuk kedalam aspek seni yang merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sudah ditetapkan dalam permendikbud No 137 tahun 2014. 

Ada beberapa cara yang bisa kita terapkan untuk merayu anak agar mau mengikuti aktivitas bernyanyi. Tentunya hal ini dilakukan dengan sebelumnya dilakuakn telaah dengan kebiasaan yang ada di rumahnya, atau pola asuh orangtua dan lingkungan terdekat dengan anak. Beberapa hal yang bisa papa mama coba untuk mengajak anak mau bernyanyi.


1. Ajak anak mendengarkan lagu-lagu dengan lirik dan musik yang sesuai dengan kemampuan anak


Lirik lagu yang mudah dimengerti oleh anak dan musik yang nyaman didengar di telinga anak, bisa menjadi pilihan papa mama dalam membiasakan anak untuk mau bernyanyi. Jika proses ini diperdengarkan kepada anak secara rutin, sedikit demi sedikit diharapkan anak akan mulai menyukai aktivitas bernyanyi ini, dan bisa melakukannya bersama dengan temannya.

2. Beri apresiasi 


Jika anak sudah mulai mau menirukan nyanyian walau hanya sedikit dan terkesan malu-malu jangan ragu untuk langsung memberinya apresiasi atau penghargaan dengan cara memuji dan merespon lagu yang dinyanyikan oleh anak. Dengarkan nyanyiannya secara saksama. sambil menimpali kata-kata penyemangat, misal, "masyaAllahu adek pintar, bunda bangga, ayo coba lagi, ibu terhibuuuuur sekali dinyanyiin Adek."


3. Mengajak Anak Bernyanyi Bersama Papa Mama


Dengan memberikan contoh pada anak, maka akan menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak untuk mau mencoba apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Bernyanyi bersama dengan orangtuanya menumbuhkan rasa nyaman dan rasa bahagia,jika perasaan anak sudah bahagia diharapkan anak mau mencoba melakukan kegiatan yang awalnya tidak suka akan menjadi mau,melalui proses bertahap.


4. Memperdengarkan Kembali Rekaman Suara Hasil Nyanyi Anak


Ketika sudah mulai berusaha membujuk anak untuk minimal mengeluarkan suaranya, lakukan proses perekaman, bisa menggunakan HP atau alat perekam lainnya, lalu perdengarkan hasilnya kepada anak. Biasanya anak usia dini akan merasa takjub ketika mendengarkan suaranya sendiri atau suara orangtuanya. Proses ini diharapkan akan mampu mendorong anak mau melakukan kegiatan bernyanyi tanpa paksaan dan dilakukan dengan riang gembira.


5. Mengajak Anak Melihat Tontonan Nyanyian Anak Seusianya


Mengajak anak untuk melihat nyanyian yang dibawakan anak sebayanya juga diharapkan bisa memacu keinginannya untuk bisa melakukan apa yang dilakukan oleh anak yang seusianya. Biasanya si kecil merasa tertantang ingin mencobanya.


Selamat mencoba tips di atas ya, papa mama, jika belum berhasil lakukan terus secara berulang dan telaten. Proses mendidik memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, dibutuhkan kesabaran ekstra, karena di sinilah letak tantangannya. Mengajarkan dengan sabar tanpa paksaan agar tak menciderai hati ananda. Hal ini jika papa mama lakukan dengan ikhlas mampu membuat pundi-pundi pahala amalan kita bisa menggendut, insyaAllah. 


Jika 5 tips mengajak anak agar mau bernyanyi sudah dijalankan namun anak tetap sulit diajak bernyanyi, tidak usah berputus asa, lakukan dalam bentuk lain yang benar-benar menjadi interest atau perhatian anak. Temukan minat dan bakat anak, bisa dengan cara mengkonsultasikan pada ahlinya. Yang penting papa mama sudah berusaha mengupayakan hal terbaik untuk ananda. Selamat berikhtiyar, ya, papa mama, dalam usaha untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, demi mendapatkan masa depan gemilang. Salam pengasuhan.

Pengetahuan Dasar Musik Untuk Guru TK

Rabu, 23 Maret 2022
Materi Pengetahuan Dasar Musik untuk Guru TK  merupakan materi yang penting guna membekali pengetahuan dasar musik bagi guru TK. Pengetahuan dasar bermusik pada anak diberikan setelah kita mengetahui kemampuan dasar musik pada anak, agar lebih mudah dan menyenangkan dalam penerapannya.


Pengetahuan dasar musik



Pendahuluan: Pengetahuan Dasar Musik untuk Guru TK


Pengetahuan dasar musik perlu dikuasai oleh para pendidik di taman kanak-kanak, karena erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan pada tingkat satuan Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan di taman kanak-kanak biasanya diisi dengan nuansa permainan musik dan nyanyian. 

Untuk itu pengetahuan dasar dalam seni musik  sangat diperlukan para pendidik agar mampu memilih secara tepat jenis musik dan lagu untuk anak dan mampu mengajarkannya dengan benar. Hal ini sejalan dengan usaha menumbuh kembangkan rasa keindahan, musikalitas, kepekaan dan rasa sosial pada anak secara tepat.

Jika kita mampu memahami pengetahuan dasar musik dengan baik, maka kita akan memiliki kemampuan untuk memahami karya musik. Pengetahuan ilmu seni musik untuk guru TK diperuntukkan sebagai bekal pengetahuan untuk memahami jenis musik dan lagu yang tepat yang pantas disuguhkan untuk anak usia dini, selain itu apresiasi kita terhadap musik juga akan lebih baik, jika kita mengetahui ilmu dasar tentang musik.

Pengetahuan dasar musik ini merupakan bekal ilmu yang perlu kita pegang sebagai pendidik agar kita bisa memiliki keterampilan bermusik seperti bernyanyi dan memainkan alat musik untuk kemudian diperkenalkan pada anak.

Pengetahuan dasar musik untuk para pendidik anak usia dini bukan bertujuan untuk membentuk guru sebagai composer yang ahli dalam bermusik, namun sebatas memberikan bekal dasar bermusik untuk guru agar mampu memahami keindahan suatu musik sehinggga sedikitnya mengerti mana musik yang pas untuk diperkenalkan pada anak. 

Selain itu kemampuan dasar musik yang dimiliki oleh para guru taman kanak-kanak akan bermanfaat dalam pemilihan metode dan model yang tepat dalam menerapkan pendidikan seni musik untuk anak.
Hal ini diutamakan agar anak bisa berkembang secara optimal melalui segala aspek kemampuan yang dimiliki anak dalam hal ini kemampuan seni.

Pembahasan: Pengertian Musik


Sebelum kita beranjak lebih jauh pada teori bagian-bagian dari musik, perlu kiranya kita mengetahui makna dari musik itu sendiri. Menurut Josep Machlis dalam Pekerti (2018: 5.14) musik merupakan bahasa emosi yang memiliki tata bahasa, ilmu kalimat dan retorika yang hampir sama sifatnya seperti bahasa pada umumnya. Namun bahasa pada musik akan terasa maknanya jika sudah diiringi bunyi atau nada yang disusun secara harmonis.

Fungsi musik


Fungsi musik dalam kehidupan diibaratkan garam di dalam sayur, yaitu sebagai penyedap. Musik dapat digunakan pada kegiatan yang resmi maupun yang santai. Musik merupakan penyemangat dan mampu memberikan atmosfer yang menyegarkan di segala situasi. 

Musik bahkan dijadikan sebagai ciri negara. Setiap bangsa memilki lagu kebangsaan. Musik bisa digunakan sebagai sarana relaksasi, bahkan penelitian terakhir musik digunakan sebagai media penyembuhan. Perlu kiranya kita memanfaatkan musik untuk hal-hal positif dan singkirkan yang mendorong pada hal negatif.


Musik untuk Anak Usia Dini


Musik pada anak memilki fungsi sebagai pembangun rasa musikalitas dan unsur keindahan pada jiwa anak. Musik juga dapat mengembangkan kepribadian dan kecerdasan anak. 

Untuk itu perlu penyuguhan dan pemilihan musik yang tepat. Musik yang tepat untuk anak adalah yang mampu dijangkau oleh anak, sesuai dengan pertumbuhan serta perkembangan anak dan juga memiliki tujuan untuk mendidik.

Agar para guru mampu  memahami ilmu seni musik secara aplikatif, maka saya mengulas ilmu dasar tentang seni musik disertai dengan contoh salah satu lagu anak yang sudah sangat familiar di telinga kita semua, yaitu lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan”. Silahkan coba dipraktekan dan pelajari peletakkan nada rendah dan nada tinggi dari lagu tersebut. Bisa teman-teman buka video berikut:




Unsur-Unsur dalam Musik


Agar musik memiliki alunan keindahan ketika diperdengarkan, maka diperlukan unsur yang selaras dalam menciptakan karya seni musik. Unsur-unsur di dalam musik diantaranya yaitu:

Pitch


Nada rendah dan nada tinggi dalam sebuah lagu dinamakan Pitch. Tinggi rendahnya pitch dipengaruhi oleh cepat atau lambatnya getaran sebuah nada. Dengan mengetahui pitch pada sebuah lagu, pendidik atau orang tua akan mengerti mana lagu yang mampu dinyanyikan oleh anak dan mana yang tidak.

Lagu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan dirasakan sulit oleh sebagian besar anak. Untuk itu hindari pemilihan lagu yang tidak disenangi anak dan dirasakan sulit jika dinyanyikan oleh anak.

Durasi


Panjang atau pendeknya nada ketika menyayikan syair dalam sebuah lagu dinamakan durasi. Coba teman-teman perhatikan mana nada yang panjang dan mana nada yang pendek dalam lagu Tik-Tik Bunyi Hujan, atau bisa juga teman-teman amati lagu yang lainnya.

not lagu tik bunyi hujan


Intensitas atau Dinamis

 
Kuat atau kerasnya dan lemah atau lembutnya nada dinamakan intensitas. Intensitas biasanya dipresentasikan dengan tanda-tanda dinamis untuk menunjukkan keras lembutnya sebuah lagu. Namun dalam lagu-lagu anak TK tidak dijumpai tanda dinamis. Namun untuk menambah wawasan musik saya sertakan keterangan tentang tanda-tanda dinamis.


tanda dinamis

Arti Tanda Dinamika


  • P = Piano artinya lembut
  • PP = Pianissimo artinya sangat lembut
  • PPP = Pianisissimo artinya sangat-sangat lembut 
  • mp = Mezzo Piano artinya setengah lembut
  • f = forte artinya keras atau kuat
  • ff = fortissimo artinya sangat keras atau kuat
  • fff =fortisissimo artinya sangat-sangat keras atau kuat
  • mf = mezzo forte artinya setengah keras atau agak kuat

Proses perubahannya dinamakan  crescendo (< ) dari lembut ke keras dan decrescendo ( > ) dari keras ke lembut. Untuk lebih jelasnya bisa disaksikan video berikut ini:







Timbre


Timbre adalah asal sifat bunyi. Apakah suara instrument musik yang kita dengar berasal dari suara manusia atau suara alat musik sesungguhnya. Melalui suara yang kita analisis kita mampu membedakan warna nada yang dihasilkan. Perbedaan warna nada ini disebabkan oleh jenis atau kualitas bahan instrument atau jenis suara, ukuran, bentuk dan cara memainkan alat musik untuk menghasilkan sebuah suara.

Unsur Ritme dalam Musik


Ritme merupakan unsur musik yang berkaitan dengan gerak dan waktu yang bersumber dari gerak tubuh manusia dan pergerakan alam. Ritme yang dijumpai dari pergerakan alam misalnya, pergantian siang dan malam, perubahan bulan sabit menjadi bulan purnama dan Kembali menjadi bulan sabit, serta pertumbuhan dan perkembangan manusia dari sejak lahir sampai dewasa.

Ritme dengan bentuk yang sederhana sekalipun mampu memberikan efek pada jiwa. Ritme yang diulang disebut juga dengan detak jantung musik. Ketukan musik menandakan ada sesuatu yang hidup mengalami perubahan, pergerakan dan mengalir. 

Selanjutnya kita bahas unsur apa saja yang ada dalam ritme, diantaranya yaitu: 

Beat 


Beat biasa disebut juga sebagai pulsa Agak sulit menerangkan apa itu beat, namun jika digambarkan kurang lebih seperti ini.

ketika kita mendengarkan musik, kita rasakan dari alunan musik dan masuk mengikuti irama musik sambil menghentakkan kaki atau menggoyangkan badan, kecepatan hentakkan kaki atau goyangan badan mengikuti cepat lambatnya alunan musik, inilah yang dinamakan beat.

Meter/Birama 


Birama merupakan permainan ketukan dalam sebuah lagu yang biasanya ditandai dengan 3 model birama, yaitu birama 2/4, 3/4, dan 4/4. Contoh lagu 3/4 adalah Burung Kakak Tua, Timur Matahari. Contoh lagu 4/4 adalah Bungong Jeumpa, Injit-Injit Semut, Si Jali-Jali.

Coba aplikasikan melalui lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan yang memiliki birama 2/4.

Silahkan teman-teman coba aplikasikan! Beat diaplikasikan dengan petikan jari, birama dengan tepuk tangan dan notasi lagu diganti dengan ucapan “la la la”, dalam lagu "Tik-Tik Bunyi Hujan" lakukan dengan kecepatan/tempo yang lambat terlebih dahulu.

Unsur Melodi dalam Musik


Melodi merupakan serangkaian nada yang menyenangkan yang mengandung pitch dan durasi. Dalam sebuah nada disertai suatu pola yang berkesinambungan yang memiliki arah dan bentuk, memiliki awal dan akhir. Ada beberapa properti dalam sebuah melodi diantaranya yaitu:

Gerak maju 


Sebuah lagu disusun dari nada yang terus maju bergerak dari awal hingga akhir yang disebabkan karena adanya interval (jarak antara nada dengan nada). Seperti halnya lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan” akan mengalir mengikuti susunan nada yang telah disusun oleh sang penciptanya.

Wilayah Nada


Wilayah nada merupakan melodi yang terkumpul dari susunan nada-nada yang dipilih. Seperti halnya dalam lagu anak-anak memiliki wilayah nada yang tidak terlalu luas seperti halnya dalam lagu dewasa. Contoh: lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan” mempunyai wilayah nada dari do rendah ke do tinggi, hanya 1 oktaf.

Ukuran 


Ukuran pada lagu anak-anak tidak terlalu Panjang, pendek-pendek. Biasanya memiliki tidak lebih dari enam birama. Lagu anak-anak memiliki ukuran melodi yang pendek.

Tempo dan Ritme


Tempo dan ritme memberikan warna dalam sebuah melodi. Tempo dan ritme merupakan tingkat kecepatan atau lambatnya beat dimainkan. Tempo secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu tempo lambat dan tempo cepat.


tempo dan ritme
Sumber: Kibrispdr.org


Kontur


Kontur merupakan pergerakan melodi yang ditunjukkan dengan naik dan turun yang disebabkan oleh tinggi rendahnya pitch.

Unsur-Unsur Harmoni dalam Musik


Elemen musik dikatakan memiliki harmoni jika terdapat dua atau tiga suara yang dibunyikan secara bersama-sama. Biasanya jika anak-anak yang menyanyikan sebuah lagu tidak ada unsur harmoni di dalamnya. Beda jika guru mengarahkan sekelompok anak pertama menyanyikan sebuah lagu misal “Tik-Tik Bunyi Hujan” dengan nada (sol sol sol fa mi re mi fa sol) suara kelompok dua (sol sol sol fa mi re mi sol mi) Suara kelompok tiga (sol sol sol fa mi re mi fa re).

Unsur harmoni juga akan muncul jika sebuah lagu diiringi dengan instrument musik yang lengkap seperti gitar, piano, perkusi, biola dan lainnya. Unsur harmoni terbentuk karena akor dan interval menyertai lagu yang sedang dinyanyikan. Berikut kita bahas tentang unsur yang membentuk harmoni padalagu anak-anak.

Tangga nada


Serangkaian nada yang disertai dengan interval tertentu sehingga menghasilkan bunyi nada do re mi fa sol la si do atau sebaliknya do si la sol fa mi re do. Ditulis dalam bentuk notasi balok maupun notasi angka. 

Notasi balok ditulis dalam para nada sedangkan notasi angka hanya ditulis seperti biasa berupa rangkaian angka yang dilambangkan dengan menggunakan angka 1 sampai dengan tujuh. Berikut jenis not balok serta nilai ketuknya.


Not balok



Dalam mengenalkan tangga nada dengan notasi balok pada anak, para guru bisa memodifikasi dengan menambahkan kata pada rangkaian huruf di depannya. Misal D=donat E=enak F=fanta G=gulali B=Bakso dan seterusnya, penambahan kata bisa disesuaikan dengan karakteristik anak. Bila anak suka buah, bisa diganti dengan nama buah-buahan.

 Di dalam tangga nada ada beberapa tanda, diantaranya yaitu:

Tanda kunci


Tanda kunci ditandai dengan huruf diantaranya kunci G, kunci F dan kunci C dan seterusnya.

Tanda Mula


Tanda mula juga mengandung arti tanda kres, tanda mol dan tanda pugar. Tanda kres atau sharp adalah tanda kromatis yang berfungsi untuk meninggikan not setelahnya sebesar setengah nada, misalnya tanda kress di not C berubah menjadi Cis. 

Tanda mol atau tanda flat terletak di depan not dan berfungsi merendahkan setengah nada. Tanda pugar atau disebut juga tanda natural berfungsi untuk mengembalikan nada yang ditinggikan atau direndahkan ke posisi semula.


Tanda mulaSumber: Kompas.com


Tanda Birama


Tanda birama ditandai dengan simbol 2/4 dua perempat, ¾ tiga perempat, 4/4 empat perempat, dan 6/8 enam perdelapan.

Sebagai contoh birama 2 /4 cara membacanya atau memiliki arti 2 bagian atas artinya memiliki 2 jumlah ketukan dalam satu bar dan angka 4 pada bagian bawah diartikan ada dua nada not yang nilai pernotnya adalah 1/4 dalam satu bar.

Para Nada


Paranada merupakan not balok ditempatkan terdiri dari lima baris horizontal yang memiliki jarak yang sama dan terdiri dari empat spasi. Penempatan not balok bisa di spasi atau di garis paranada.

para nada
Foto: www.serbaserbi.blogspot.com

Para nadaSumber foto: agunge.com

Interval


Istilah dalam musik yang menunjukkan jarak antara dua nada disebut sebagai interval. Sebagai contoh interval nada sol ke nada si atau nada g ke nada f. di bawah ini contoh beberapa interval dalam satu oktaf.


Akor


Akor tercipta karena ada penggabungan tiga nada atau lebih sehingga menciptan keharmonisan dalam bunyi. Biasanya untuk lagu anak taman kanak-kanak yang sederhana diiringi oleh akor C Mayor, G-Mayor dan F-Mayor atau D-Mayor.


Kesimpulan


Musik memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia diantaranya untuk membangkitkan semangat dalam beraktifitas. Dalam pembuatan syair pada musik memerlukan tata bahasa yang baik, walaupun kesan bahasa dalam musik bersifat absurd.

Musik dibentuk dari bunyi, melodi, ritme dan ekspresi. ketinggian atau rendahnya bunyi dinamakan pitch, panjang atau pendek nada disebut durasi dan kuat atau lemahnya nada disebut intensitas. Ritmis dan Melodi juga sebagai elemen penyusun dalam musik, menjadikan musik terdengar bagus dan enak dinikmati.

Materi pengetahuan dasar musik perlu dipahami oleh para guru TK. Dengan memahami pengetahuan dasar musik sebagai guru kita bisa mamahami bagaimana lagu yang tepat yang bisa dikenalkan pada anak. Melalui pemahaman dasar musik guru akan mampu memilih model lagu yang tepat untuk anak-anak karena memahami karakteristik musik yang pas untuk anak.
















Perkembangan Kehidupan Agama pada Masa Remaja

Senin, 21 Maret 2022

Perkembangan Agama pada Masa Remaja merupakan materi kelima pada mata kuliah Psikologi Agama. Untuk mengetahui pembahasan tentang Pengertian Perkembangan Kehidupan Agama dan sikap keagamaan bisa merujuk pada pembahasan sebelumnya.


Perkembangan Kehidupan Agama Pada Masa remaja


Memahami perkembangan agama pada remaja sangat penting, karena pada masa ini manusia masuk pada fase kegoncangan dari keseluruhan masa yang harus dilalui dalam hidupnya. Peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Memahami konsep remaja merupakan jalan pertama yang harus ditempuh dalam usaha mendekatkan remaja pada Tuhannya dan menjaga agar fitrahnya tetap lurus. Meneruskan kebiasaan nilai keagamaan yang ditanamkan sejak masih usia dini.

Problem keraguan yang dialami pada remaja juga merupakan permasalahan yang harus dipecahkan bersama. Usaha yang dilakukan secara bersinergi antara orang tua, pendidik penguasa dan juga para asatidz sangat diperlukan agar para remaja memiliki ketetapan hati untuk beragama dan mentaati peraturan yang ada dalam agama.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sturbuck dalam Jalaluddin (2015: 78) pada sejumlah mahasiswa di Middleburg College, didapat bahwa ada 52 % dari 124 jumlah mahasiswa yang diobservasi mengalami kegoncangan dalam masalah agama. 

Hal ini disebabkan karena ada keraguan yang ditimbulkan dari perilaku tokoh agama, penerapan ajaran agama dan lembaga keagamaan. ini memiliki artian lebih dari setengah jumlah remaja mengalami keraguan. Bagaimana Formula yang tepat yang harus diterapkan pada agama untuk memahamkan mereka pada konsep agama tanpa harus memiliki keraguan?

Perkembangan Agama Pada Masa Remaja


Apa yang dimaksud dengan remaja?


Masa remaja adalah masa peralihan yang dialami oleh seorang manusia dari masa anak-anak menuju dewasa dengan kata lain dapat dimaknai juga sebagai masa perpanjangan anak-anak sebelum memasuki usia dewasa.

Masa remaja datang dengan ditandai kegoncangan pada diri seseorang. Pada Wanita ditandai dengan datangnya menstruasi sedangkan pada pria ditandai dengan mimpi basah.

Zakiah Darajat (2015: 132) menjelaskan pada masa ini terjadi pergolakan yang dahsyat dalam jiwa sang anak. Anak merasakan perubahan yang besar dalam dirinya, baik dari sisi fisik maupun psikisnya.

Fisik seorang anak pada masa ini mengalami peralihan baik dari sisi luar yang ditandai dengan perubahan fisik yang signifikan. Tubuh bertambah tinggi dan terkadang diiringi dengan penurunan berat badan karena terjadi perubahan metabolisme di dalam tubuhnya.

Kelenjar thymus dan pinela yang dimiliki pada masa kanak-kanak berhenti berproduksi dan berganti dengan kelenjar seks atau dinamai dengan Gonad yang bekerja memproduksi hormon yang menyebabkan perubahan seks sekunder pada anak.

Gonad mengubah anak laki-laki dalam banyak hal, diantaranya yaitu terjadi perubahan suara, munculnya kumis, bulu ketiak, serta munculnya bulu-bulu dipangkal pipi dan kemaluannya. Sedangkan pada anak wanita, kelenjar Gonad memberikan efek perubahan pada panggul yang membesar, bertumbuhnya payudara dan kelenjar susu.

Rentang Usia Remaja


Para ahli berbeda pendapat dalam hal ini. Perubahan masa remaja bergantung dari perkembangan individu dan juga lingkungan tempat tinggal, dengan mempertimbangkan adat kebiasaan yang berlaku di daerah setempat.

Dilansir dari sehatqu.com, Menurut WHO rentang usia remaja berada pada kisaran 10-19 tahun, namun penelitian terkini yang dicantumkan dalam jurnal The Lancet, menyatakan bahwa remaja adalah individu yang memiliki rentang usia dari 10 sampai dengan 24 tahun.

Kesimpulan ini diambil dari dasar pemikiran bahwa remaja adalah individu yang sedang mengalami masa transisi proses kematangan jiwa dan biasanya belum mempunyai tanggungan hidup berupa keluarga.

Zakiah Darajat (2015: 132) membagi masa remaja menjadi dua fase rentang usia, yaitu fase awal yang dimulai pada kisaran usia 13 sampai dengan 16 tahun, fase ini merupakan fase guncangan terbesar di usia remaja.

Perubahan fisik yang terjadi secara signifikan menyebabkan kegoncangan dalam dirinya, rasa minder dan takut serta keraguan muncul di masa ini, bahkan keraguan terhadap keyakinan beragama.

Untuk itu dibutuhkan peran serta orang tua untuk membimbing para remaja agar tetap di dalam koridor yang tepat dan fitrah yang tetap lurus.

Fase kedua pada masa remaja menurut Zakiah (2015: 136) berada pada kisaran usia 17 sampai dengan 21 tahun. Pada masa ini pertumbuhan jasmani telah berkembang dengan sempurna, begitupun dengan kecerdasannya.

Pada fase ini telah sempurna perkembangan tingkat kecerdasannya. Dalam agama Islam familiar dengan sebutan masa Aqil Baligh atau berakal. Pada masa ini seorang remaja ingin diakui eksistensinya oleh orang dewasa, baik oleh orang tua, guru dan juga masyarakat.

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Remaja


Menurut Starbuck dalam Jalaluddin (2012: 74-77) ada beberapa faktor fisik dan psikis yang mempengaruhi perkembangan keagamaan pada remaja, diantaranya yaitu:

1. Pertumbuhan Pikiran dan mental

Ide dasar dan keyakinan dalam agama yang diterimanya di masa kecil sudah berubah karena sifat kritis sudah mulai timbul, tidak hanya itu, mereka sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma hidup lainnya.

2. Pertimbangan Sosial


Konflik moral dan materil yang terjadi di usia remaja dalam kehidupan beragamanya menyebabkan pikiran remaja memilki fokus orientasi cenderung pada keuntungan material duniawi.

Apa yang dimaksud dengan pernyataan ini? Ernest Harms dalam sebuah penelitiannya tentang remaja menyimpulkan bahwa 70% dari 1789 responden remaja mementingkan keuangan, kesejahteraan dan kesenangan pribadi lainnya, sedangkan keagamaan hanya sekitar 3,6% saja.

3. Perkembangan Perasaan


Pada masa ini merupakan masa kematangan seksual, rasa ingin tahunya yang sangat besar dapat menjerumuskan para remaja ke arah tindakan seksual yang negatif. Keluarga sebagai lingkungan entitas awal pendidikan, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan karakter seseorang.

Untuk itu hendaklah keluarga menciptakan lingkungan yang agamis agar anak memiliki figur dalam pembentukan kepribadian dan pola pikir yang agamis.

4. Perkembangan Moral


Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak pada perasaan berdosa dan usaha untuk mencari perlindungan. Tipe moral pada remaja diantaranya, yaitu:

  1. Self directive, ketaatan berdasarkan pertimbangan pribadi.
  2. Adaptive, meniru keadaan lingkungan tanpa banyak mengkritik.
  3. Submissive, adanya rasa ragu terhadap ajaran moral dan agama.
  4. Anadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
  5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan dan tatanan moral masyarakat.


5. Sikap dan Minat


Besar kecilnya minat remaja untuk mendalami masalah keagamaan adalah tergantung bagaimana orang tua dan lingkungannya memberikan uswah atau contoh kepada anak. Perilaku orang tua yang cenderung pada agama memberikan dampak yang kuat pada perilaku dan memori anak untuk cenderung pula terhadap agama.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil dengan nuansa keagamaan akan berdampak di kehidupan fase selanjutnya. Peran orang tua dalam keluarga sangat vital dalam membentuk pola pikir agamis seorang remaja.

6. Ibadah


Ibadah di mata remaja berdasarkan penelitian Ross dan Oskar Kupky dalam Jalaluddin menunjukkan bahwa Sebagian remaja menganggap sembahyang akan memberikan manfaat sebagai media komunikasi dengan Tuhan namun Sebagiannya menganggap sembahyang merupakan media untuk bermeditasi.

Perkembangan keberagamaan pada remaja sejalan dengan contoh yang dia terima, emosinya yang masih labil membutuhkan penguatan dari berbagai element pendukung yang dapat menjawab segala kegelisahannya.

Element pendukung tersebut diantaranya adalah orang tua dan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Guru dan para pendidik serta juru dakwah, pemimpin atau tokoh masyarakat dan negara.

Remaja akan semakin merasa gelisah, jika menemui pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan perilaku orang-orang yang dijadikan panutan, misalnya para pendidik, orang tua, penguasa dan para asatidz.

Kondisi membingungkan ini dapat menyebabkan para remaja menjauhi agama. Hal ini karena disebabkan kondisi emosi yang masih sangat labil.

Masa ketidakstabilan emosi pada masa remaja dinamakan sebagai masa ambivalen. Pada masa ini pola berpikir remaja dalam memandang sebuah keyakinan selalu mengalami perubahan.

Dilansir dari akurat.co bahwa ambivalen merupakan jenis kata sifat yang memiliki makna pemikiran yang bertolak belakang dan bertentangan. Masa ini merupakan masa yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur berlawanan satu sama lain.

Agama Islam memberikan kedudukan yang istimewa pada sosok remaja melalui sabda Rasulullah salallahu 'alaihi wa salam yang diisyaratkan pada keistimewaan remaja yang mengisi hidupnya dengan mendekatkan diri pada Allah. Sabda Rasulullah tersebut diabadikan dalam sebuah riwayat dari al-Bukhari dan Muslim.


Hadits tentang keutamaan remaja


Dari hadits di atas bisa kita tarik kesimpulan, bahwasannya remaja adalah sosok istimewa, tonggak perjuangan dan harapan. Remaja merupakan sosok pemilik energi yang luar biasa, untuk itu energi yang luar biasa tersebut butuh tempat penyaluran yang positif.

Setiap remaja yang menyalurkan energi besarnya untuk sesuatu yang positif maka diberikan naungan arsy-nya Allah azza wa jalla.

Konflik dan Keraguan pada Remaja

 
Konflik keraguan yang terjadi pada remaja dalam ajaran agama menurut W. Starbuck faktor-faktor penyebabnya adalah:


1. Salah Prasangka dan Perbedaan Gender


Individu yang mengalami kegagalan dalam meminta sesuatu kepada Tuhannya, misal doa yang tidak terkabulkan akan menyebabkan keraguan akan kebenaran ketuhanan dan hal ini lebih dominan terjadi pada remaja. Terutama terjadi pada remaja yang sedang mencoba belajar dan taat pada agama.


Wanita mengalami proses perkembangan yang lebih cepat dibandingkan laki-laki, untuk itu keraguanpun lebih cepat muncul, namun keraguan dalam diri wanita lebih kecil bersifat alami sedangkan pada laki-laki lebih besar dan bersifat intelek.


2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka agama


Pertentangan yang ada dalam setiap organisasi, dan akhlaq dari para pemuka agama yang tidak sesuai dengan syariat menimbulkan keraguan pada jiwa remaja. Di masa kegoncangannya, remaja membutuhkan sosok yang memberikan uswah yang baik dalam pembentukan karakter kuat dalam jiwanya. Sehingga ketika dia mengalami kekecewaan akan berdampak munculnya keraguan terhadap keyakinan yang telah dipilihnya.


3. Kebutuhan Dasar Manusia 


Sifat manusia yang konservatif (senang dengan yang sudah ada) dan Curiosity (dorongan ingin tahu) menjadikan manusia memiliki keraguan. Walau demikian keadaan ini normal terjadi dan dibutuhkan sebagai pendorong ingin mempelajari agama lebih dalam lagi sebagai usaha untuk menuntaskan dan menyingkirkan rasa ragu.


4. Kebiasaan


Seseorang yang terbiasa dengan hal yang sudah biasa diterimanya akan merasa ragu dengan hal-hal yang baru. Sebagai contoh seorang remaja katolik akan merasa ragu dengan ajaran Islam yang dirasakan sangat jauh berbeda dengan ajaran agama yang selama ini dia terima.


5. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan seseorang juga mendasari sikapnya terhadap ajaran agama. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis terhadap ajaran agamanya terutama yang terkesan dogmatis, dan diharapkan memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agamanya secara lebih rasional.


6. Percampuran antara Agama dan Mistik 


Unsur agama yang terkadang tercampur dengan unsur mistik menyebabkan dilema yang meragukan di kalangan remaja. Hal-hal mistik mengandung pengertian percaya pada hal ghaib seperti percaya pada Syaithan, jin, malaikat dan hal ghaib lainnya.


Kesimpulan

 
Masa remaja adalah masa yang paling riskan dalam jenjang kehidupan manusia. Kemampuan remaja dalam mengolah kegoncangan dan keraguan yang ada dalam dirinya menjadi penentu bagi mereka untuk taat dalam menjalankan agama. 

Perkembangan yang khusus dan sangat pesat di masa remaja menyebabkan para remaja mengalami kelabilan. Ini disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang sudah seperti orang dewasa, namun belum berimbang dengan perkembangan psikologisnya yang masih belum matang.

Ketidak seimbangan ini menyebabkan kemelut dalam jiwanya. Untuk itu dibutuhkan sosok yang mampu mengayomi dan memberikan tauladan yang baik yang bisa dijadikan idola dan juga mendukung perkembangan jiwa agamanya

Dalam situasi kegoncangan yang sedang dialami dalam jiwanya, terkadang remaja juga dihadapkan pada perkara sulit dalam persoalan agama. Adanya banyak ragam madzhab dan aliran agama yang ditemui dan masing-masing megklaim bahwa kelompoknya yang paling benar, membuat kerancuan dan kebingunagn dalam jiwa remaja.

Dalam kondisi ini peer group atau teman sebaya juga memiliki peranan penting dalam meredam gejolak yang sedang melanda remaja. Untuk itu dari awal libatkan mereka dalam lingkungan yang baik agar menemukan teman sebaya yang bisa membawanya ke pergaulan yang baik juga.

Usaha lainnya untuk meredam kegalauan dalam remaja adalah bersumber dari para tokoh dan pendidik agama. Mereka harus menemukan konsep pendekatan psikologis yang selaras dengan karakteristik remaja, sehingga ajaran agama yang tersaji untuk remaja bukan hanya pada konteks hitam putih yang berkisar pada dosa dan pahala atau surga dan neraka.

Pendekatan seperti ini diharapkan membentuk para remaja agar tidak memandang agama hanya sekedar lakon ritual semata, namun memang menjadikan agama sebagai kebutuhan hidup yang menuntun dalam segala aspek kehidupan.

Aspek kognitf, afektif dan psikomotor dalam agama bisa dikembangkan dan diselaraskan dengan karakteristik remaja yang dipenuhi rasa ingin tahu yang besar. Kognitif remaja dapat dikembangkan secara optimal begitu pula aspek afektif mampu memperteguh sikap dan perilaku dan juga aspek psikomotor melengkapi keterikatan dan keterampilan dalam beragama.

Pengenalan agama yang disesuaikan dengan karakteristik remaja diharapkan mampu membuka jendela wawasan remaja dan memahami bahwa ruang lingkup ajaran agama sangat luas, berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia dalam usaha meningkatkan harkat dan martabat manusia secara individu dan umum.

Konsep seperti ini diharapkan akan membuat para remaja paham bahwa keberadaan agama bukan untuk memasung dan mengebiri kreativitas tapi lebih pada mengarahkan untuk tetap dalam fitrahnya tanpa mengekang malah menjadi pendorong. Dengan begini remaja akan memahami bahwa agama bersifat universal dan membangkitkan ghirah kecintaan mereka terhadap Agama Islam.

Ciri pemuda baik






Referensi

  • Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2015.
  • Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2012.
  • Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1993.
  • https://akurat.co/ketahui-apa-itu-hubungan-ambivalen-dan-tanda-tandanya
  • https://www.sehatq.com/artikel/batasan-usia-remaja-dan-perubahannya-secara-fisik-dan-mental




Perkembangan Sikap Keagamaan pada Anak

Rabu, 16 Maret 2022
Setiap manusia pada saat dilahirkan ke dunia yang fana (QS. al-Qoshas/28: 88) ini pada awalnya berada dalam keadaan tidak mengetahui dan tidak memahami sesuatu. Sampai kemudian Rabbnya Tuhan yang maha kuasa menganugerahkan keberfungsian pendengaran, penglihatan, dan hati/akal (QS. an-Nahl: 78). 

Proses selanjutnya secara bertahap Allah memberikan kemampuan mendengar berbagai macam suara melalui telinganya, kemampuan melihat beraneka ragam benda melalui matanya, dan kemampuan berpikir untuk dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk, sesuatu yang benar dan salah melalui akalnya (tafsir ath-Thabari).

Perkembangan kehidupan agama pada masa anak-anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Manusia dapat mengenal berbagai macam hal, termasuk agama. Perkembangan agama anak terpengaruh dari lingkungan yang ada di sekitarnya. 

Lingkungan yang paling utama adalah keluarga dan lingkungan rumah tempat anak sering bersosialisasi.  Seorang anak akan mengamati (mendengar, atau melihat) praktik ibadah (mengaji, solat dan lain-lain) dari orang-orang terdekat yang berada di sekelilingnya. 

Pemandangan perilaku sikap dan kebiasaan orang-orang di sekitarnya akan direkam oleh anak, meski dilakukan sesekali akan tetap berbekas pada jiwa anak, apalagi jika anak menyaksikan sebuah perbuatan yang dilakukan secara intens atau terus menerus.

Contoh perilaku keagamaan orang dewasa misalnya orang dewasa yang beribadah di masjid, atau orang yang mengaji di majelis taklim. Dibiasakan melihat proses berwudlu, gerakan solat dan yang lainnya. Bahkan bisa juga melalui tontonan atau tuntunan melalui media elektronik. 

Selain perilaku, perkataan juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan ketika berhadapan dengan anak. Untuk menstimulasi pengetahuan agama pada anak bisa dengan mengenalkan dan membiasakan anak mendengar kalimat tauhid dan perbuatan yang biasa dilakukan dalam agama yang dianut, dalam hal ini agama ISlam. 

Ada beberapa kata, atau kalimat yang dibiasakan untuk diperdengarkan pada anak, misalnya kata Allah, salat, puasa, sedekah dan juga kalimat tauhid lainnya.


perkembangan keagamaan pada anak


Hakikat Sikap


Sikap dalam Bahasa Inggris disebut sebagai attitude, dalam “The Penguin Dictionary of Psychology” dijelaskan bahwa, attitude is some internal affective orientation that would explain the actions of a person, sikap dalam psikologi merupakan beberapa penyesuaian kecenderungan yang berasal dari sisi dalam manusia. 

Menurut Weber, penilaian terhadap hal yang disukai ataupun tidak disukai seseorang merupakan reaksi yang ditimbulkan dari lingkungannya merupakan SIKAP. Sikap muncul secara berpasangan yaitu disadari dan tidak disadari dan akan berubah seiring dengan bertambahnya pengalaman.

Sarlito (1996) menerangkan bahwa sikap merupakan respon seseorang terhadap sesuatu. Jalaluddin berpendapat bahwa sikap merupakan candu atau kecintaan untuk menyenangi atau tidak menyenangi sesuatu hal yang berkaitan dengan kognisi, afeksi dan konasi. 

Dari beberapa pengertian sikap yang telah dijabarkan bisa disimpulkan bahwa sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek yang bersifat mendekati atau menjauhi. Dilakukan melalui penilaian yang berbentuk menyenangi atau tidak menyenangi, menyetujui atau tidak meneyetujui dan lainnya.

Sikap Keagamaan


Hafidhudin (2003) menjelaskan bahwa sikap keagamaan merupakan kedalaman seseorang terhadap ilmu, keyakinan yang kuat, seberapa senang melakukan ibadah dan seberapa dalam memaknai ibadah yang dikerjakan. Sikap keagamaan ditunjukkan dengan praktek ibadah yang dijalankan oleh seseorang.

Said Aqil Siraj (2006) mendefinisikan sikap keagamaan seseorang ditunjukkan dengan kepercayaan yang kuat dari seorang hamba terhadap Tuhannya sehingga semakin kuat kepercayaan yang ditanamkan dalam jiwanya semakin kuat dia melaksanakan apa yang menjadi titah Tuhannya.

Jalaluddin (1995) berpendapat bahwa sikap keagamaan mendorong seseorang untuk taat dalam beragama, yang terbentuk dari kepercayaan terhadap agama (kognitif) penghayatan terhadap agama (afektif) dan perbuatan yang dilakukan untuk agama (konatif).


Perubahan Sikap Keagamaan


Menurut Zakiah Darajat dalam Lilis Suryani (2008), perubahan pada sikap keagamamaan adalah perubahan pada tingkat kemampuan dalam memahami, percaya, dan mengedepankan pemahaman kebenaran yang berasal dari Sang Khaliq. Menjadikan pedoman dalam berbahasa, bersikap dan bertingkah laku terhadap kepercayaannya.

Menurut Maramis (1980) fisik dan psikis anak yang terus berkembang menyebabkan pemahaman anak terhadap agama semakin realistis seiring dengan perkembangan pola pikirnya.

Potensi fitrah yang dimiliki oleh manusia dari sejak dilahirkan menjadikan manusia memiliki agama. Walaupun Ketika dilahirkan manusia belum beragama, namun telah memiliki firah untuk menjadi manusia beragama dan memiliki potensi kejiwaan serta dasar-dasar ber-Tuhan.

Untuk itu Sikap keagamaan pada anak berkembang sejak bayi. Pernyataan ini diungkapkan oleh Aziz Ahyadi (2005:40).

Menurut Woodworth dalam Jalaluddin (1995) potensi keagamaan merupakan insting keagamaan yang dimiliki oleh anak sejak lahir selaras dengan tumbuhnya insting sosial dan fungsi kematangan tubuh yang lainnya. Walau memiliki tubuh dan fisik yang lemah manusia telah dibekali insting keagamaan dalam fitrahnya.

Perkembangan Sikap Keagamaan pada Anak


Menurut Ernest dalam Lilis Suryani (2008:9) anak-anak memiliki perubahan dalam memahami nilai agama. Perubahan tersebut berlangsung melalui tiga tahap perkembangan, diantaranya yaitu:


1. Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)


Pada tingkat ini sikap keagamaan pada anak masih berdasarkan pada daya imajinasi, mereka menyamakannya dengan tokoh-tokoh dalam film atau dongeng yang memiliki kekuatan super seperti bisa menghilang, memegang api dan lainnya. 

Anak yang berada pada rentang usia tiga sampai dengan enam tahun berada pada fase ini. Pada masa ini sikap keberagamaan pada anak dilandasi oleh keinginan untuk memiliki keajaiban.


2. Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)


Pada masa ini anak sudah mengerti bahwa agama bukan untuk memperoleh keajaiban seperti yang didapatkan pada tokoh imajinasi anak-anak, namun lebih kepada untuk mendapatkan kenyamanan dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. 

Anak yang berada pada rentang usia tujuh sampai dengan lima belas tahun berada pada fase ini. Untuk itu di usia ini anak sudah mulai tertarik pada kegiatan keagamaan yang lebih formal dan tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh.


3. Tingkat Individu (The Individual Stage)


Konsep keagamaan anak pada tingkat ini berkembang menjadi tiga konsep yaitu konsep keagamaan yang konservatif dan konvensional, konsep keagamaan murni dan konsep keagamaan humanistik. Berkaitan dengan ini, Imam Bawani dalam Sururin (2004:56) membagi fase perkembangan agama pada anak-anak menjadi empat bagian, yaitu:


Fase Perkembangan Keagamaan Anak Ketika dalam Kandungan


Dalam fase ini perkembangan agama sudah dimulai sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas Tuhannya sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam Surat Al-A’rof (18): 172.



Fase Perkembangan Sikap Keagamaan Anak saat bayi


Perkembangan agama pada fase ini belum terlalu banyak terjadi, namun Islam telah menuntun kita untuk mulai memperkenalkan agama di fase ini melalui ajaran yang telah dituangkan dalam banyak hadits dan juga penjelasan dalam Al-Quran.

Beberapa hal yang bisa dikenalkan sejak bayi misalnya dengan memperdengarkan adzan dan iqamah ketika pertama kali anak dilahirkan ke dunia. Membiasakan anak mendengarkan kalimat tauhid yang diucapkan oleh kedua orang tuanya.

Biasakan mengaji, salat dan ibadah lainnya di hadapan anak. Hal ini akan direkam dalam memori anak. Membiasakan bersikap baik dan mengatakan hal yang baik juga akan direkam oleh anak, meski masih dalam keadaan bayi.


Fase Perkembangan Sikap Keagamaan pada Masa kanak-kanak


Fase kanak-kanak merupakan fase paling baik dalam menyerap kejadian yang ada di sekitarnya. Orang tua harus berperan aktif dalam proses perkembangan agama anak. Anak mengenal Tuhan melalui kegiatan orang-orang disekelilingnya.

Perbuatan dan perkataan baik yang diperoleh anak melalui panca inderanya seperti orang tua yang mengaji, solat, berdzikir, anak pun dapat meniru dan menyerap walau sejatinya belum pada tataran bisa memahami.

Stimulasi sikap keagamaan yang positif dari lingkungan sekeliling anak diharapkan akan memacu perkembangan sikap keagamaan pada anak ke arah positif.


Fase Perkembangan Sikap Keagamaan Anak Masa Sekolah


Intelektual anak yang semakin berkembang di masa ini menjadikan perkembangan agama anak semakin realistis, bekal agama yang ditanamkan melalui pendidikan dalam keluarga menjadi bekal bagi anak ketika mulai mengenal dunia sekolah.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Keagamaan Anak


Hal yang mempengaruhi perkembangan keagamaan pada anak meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasan tentang perkembangan keagamaan anak yang mencakup faktor internal.

Faktor Internal


Faktor internal merupakan faktor kepribadian dan keturunan. Beberapa hal yang meliputi faktor internal diantaranya, yaitu:

1. Faktor Hereditas atau keturunan


Faktor hereditas didapat dari keturunan dalam artian bahwa karakteristik seseorang diturunkan melalui gen yang dimiliki orang tuanya. Untuk itu Islam menuntun kita untuk mencari pasangan yang baik agar memiliki keturunan yang baik sebagaimana Rasulullah berpesan dalam sebuah hadits “Lih atlah kepada siapa anda letakkan nutfah (sperma) anda, karena sesungguhnya asal (al- I’rq) itu menurun kepada anaknya”.

2. Faktor Kepribadian.


Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian memberikan pengaruh pada perkembangan jiwa keagamaan seseorang. Zakiah Daradjat dalam Ramayulis (2009: 98) menerangkan bahwa sikap keagamaan berkembang dari apa yang didapat bukan bawaan.

Untuk itu sangat penting peranan kenyamanan rumah, orang tua, orang-orang sekitar, teman dan lingkungan dalam proses perkembangan agama pada setiap individu.

Menurut Sujanto (2004: 46) kepribadian pada anak mulai terbentuk ketika anak berusia 0-5 tahun, anak akan sangat mudah menyerap apa yang di lihatnya dengan belajar dari lingkungan tempat dia tumbuh. Anak yang berada di lingkungan orang-orang yang memiliki kecenderungan sikap yang baik maka diharapkan akan berkembang kepada hal-hal yang baik juga, begitupun sebaliknya.


Faktor Eksternal 


Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang membawa pada sebuah perkembangan. Dikuatkan oleh faktor eksternal yang menjadi pemicu dalam perkembangan keagamaan seseorang.

Faktor eksternal didapatkan dari stimulus yang terjadi dan diberikan dalam keluarga, Lembaga dan masyarakat. Berikut penjelasan tentang ketiga faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan agama pada anak:

1. Lingkungan Keluarga 


Entitas yang paling sederhana dalam kehidupan sosila manusia adalah keluarga. Dalam keluarga pendidikan awal untuk seorang anak manusia dimulai. Orang tua lah yang memberikan kesan pertama dalam kehidupan seorang anak. Keluarga memiliki peran dominan dalam pembentukan perkembangan keagamaan anak di masa yang akan datang, hal ini ditegaskan juga oleh Sururin (2004: 57).


2. Lingkungan Institusional


Pendidikan formal yang bergerak secara instruksional sistematis adalah sekolah. Keterbatasan pengetahuan orang tua dalam proses pendidikan, dilanjutkan ke lembaga sekolah agar anak mendapatkan bimbingan yang lebih terarah. 

Potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal dari aspek jasmani, intelektual, sosial emosional dan juga moral spiritual. Pendapat ini diperkuat oleh Ahmad zein dan Jalaluddin (1994: 217) Schweinhart dalam Siti Aisyah dkk (2007: 42) memberikan penekanan bahwa kesan yang didapatkan oleh anak-anak dari sekolah memberikan dampak yang positif untuk perkembangan anak selanjutnya.


3. Lingkungan Masyarakat


 Anak belajar dari lingkungan tempat dia bersosialisasi, jika lingkungan sosial memberikan contoh yang baik dalam permasalahan akhlak dan nilai-nilai keagamaan maka diharapkan anak akan memiliki perkembangan agama yang baik.

Begitu juga sebaliknya jika anak bergaul dalam lingkunagn yang buruk maka kemungkinan akan memberikan dampak yang buruk juga. Hurlock menjelaskan bahwa peraturan dalam sebuah kelompok berpengaruh pada perilaku moral para anggotanya.



Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa sikap keagamaan anak merupakan refleksi dari sikap yang dia lihat dari orang dewasa sekitarnya dari lingkungan tempat dia tinggal. Untuk itu bagus atau tidaknya perkembangan agama pada anak tergantung pada orang dewasa dan lingkungan sekitar yang membentuknya.


Strategi Pengembangan Sikap Keagamaan Anak Usia Dini


Dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta dijelaskan oleh hidayat al-diniyat  telah hadir dari sejak lahir, dari sinilah bisa dibuktikan bahwa manusia merupakan makhluk beragama. Potensi ini akan berkembang dengan benar jika ada bimbingan, hal ini juga dijabarkan oleh Jalaluddin (1995: 66-69).

Begitu pula dengan Megawangi, menyatakan bahwa lingkungan yang berkarakter diiringi dengan usaha yang terencana, fokus dan komperehensif akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang beragama.

Maria (2005: 125) memaparkan bahwa untuk mengembangkan moral pada anak usia dini bisa melalui penerapan beberapa teknik yang diantaranya yaitu membiarkan, tidak menghiraukan, memberikan contoh, mengalihkan arah, memuji, mengajak dan menantang.

 Adapun strategi yang bisa membentuk moral pada anak usia dini diantaranya yaitu:

1. Strategi Latihan dan Pembiasaan


Melalui Latihan dan pembiasaan yang dilakukan secara konsisten akan membentuk sikap yang relative menetap pada anak. Misalnya jika anak dibiasakan untuk saling menghormati dan menghargai dalam anggota keluarga, maka pribadi anak akan terbentuk memnjadi pribadi yang menghormati dan menghargai.


2. Strategi Aktivitas Bermain


Dalam Maria (2005: 129) Riset yang dilakukan Piaget menyatakan bahwa perkembangan bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan sikap moral keagamaan pada anak.

 Dari proses bermain anak mulai mengenal kata aturan dalam permainan, dari sini akan berkembang dan membiasakan anak untuk taat pada peraturan yang lainnya termasuk peraturan dalam agama.


3. Strategi Pembelajaran


Pengembangan moral anak usia dini dapat diotimalkan melalui strategi pembelajaran berdasarkan moral yang dilandaskan pada nilai-nilai yang dapat diterapkan pada diri seseorang, seperti kejujuran, kesetiaan, penghormatan, keberanian dan nilai baik lainnya. Pernyataan ini juga di kuatkan oleh Maria dalam tulisannya yang berlabel Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini.


Kesimpulan


Para orang tua diharapkan dapat mengajarkan perkembangan kehidupan agama bagi anak kepada putra putrinya dengan lebih baik. Karena agama adalah bekal yang paling berharga untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

 Agama merupakan ajaran yang akan menuntun manusia untuk bisa memilih dan membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah.

Perkembangan kehidupan agama bagi anak-anak memiliki tiga pokok bahasan yang harus dipahami oleh para orangtua dan guru. Pertama, tahapan penting pada perkembangan keagamaan anak-anak. Kedua, ciri dan sifat keberagamaan pada anak-anak. Ketiga, alur pembentukan pengetahuan keagamaan pada anak-anak.

Anak-anak merupakan masa depan sebuah bangsa, untuk itu ajarkan anak-anak kita untuk cinta ilmu dan cinta Islam agar mereka memiliki karakter yang unggul. Lakukan dengan penuh ketelatenan dan kesabaran. Salam pengasuhan. 





Referensi


Q.S. 28, Al-Qoshosh: 88. Sugema Sony, Digitalquran, ver. 3.1, tp, 2003 2004, softcopy, http://www.geocities.com/sonysugema2000

Q.S. 16, An-Nahl: 78. Sugema Sony, Digitalquran, ver. 3.1, tp, 2003-2004, softcopy, http://www.geocities.com/sonysugema2000

Abu Ja’far At-Thobari, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib Al-Amali, 2000 M./1420 H. Tafsir At-Thobari, softfile, www.qurancomplex.com.


Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, Bandung : Mertiana, 2005.

Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.


Erham Wilda, Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.


Jalaluddin dan Ali Ahmad Zen, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Surabaya: Putra Al Ma’arif, 1994.


Lilis Suryani dkk, Metode Pengembangan Sikap dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.


Maramis, Ilmu Kedoteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University Press, 1980.


Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.

Said Aqil Siraj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan Pustaka, 2006.

Siti Aisyah dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.


Slamet Sujanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat, 2004.


Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Grafindo Jaya, 2004.


Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004.




























7 Kemampuan Dasar Bermusik Anak yang Harus diberikan Stimulasi

Selasa, 15 Maret 2022

Anak sejak mula dalam kandungan sudah sensitif terhadap suara dan bunyi-bunyian. Perlu dilakukan stimulasi agar terus berkembang mencapai kemampuan optimalnya. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam memberikan stimulasi pengenalan bunyi-bunyian pada anak, namun perlu kiranya juga mengedepankan stimulasi pada kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak.


Setiap anak memiliki potensi yang sudah dibawa dari sejak dalam kandungan dan bakat atau potensi tersebut akan muncul serta terlihat setelah digali. Potensi anak dalam penguasaan musik disebut juga sebagai potensi musikal. Sebagai seorang pendidik atau orang tua sebaiknya mencoba mengamati potensi apa yang dimiliki oleh anak, sehingga dapat langsung menggali dan menstimulasi potensi tersebut agar bisa berkembang dengan optimal. Usaha menggali potensi anak bisa dilakukan secara tersrtruktur bercorak instruksional dalam Lembaga formal ataupun yang bercorak non instruksional.


Kemampuan Dasar 


Kemampuan dasar merupakan kemampuan yang semestinya dimiliki seseorang untuk meningkatkan kemampuan agar bisa dikembangkan ke arah yang lebih optimal lagi. Sebagai contoh agar lebih mudah dipahami, seseorang harus memiliki kemampuan dasar menghitung jika ingin berdagang. Kemampuan dasar dia dalam menghitung setidaknya bisa membantu dia dalam mengelola dagangannya, menghitung dagangan yang dia jual, harus dijual berapa, dan berapa banyak keuntungan yang dia dapat.


Dengan memiliki kemampuan dasar menghitung,  pedagang tersebut dapat meningkatkan usaha daganganya ke arah yang lebih besar dan berkembang, sehingga diharapkan memiliki keuntungan bukan malah merugi. Bisa dibayangkan jika pedagang tersebut tak memiliki kemampuan dasar  menghitung, bagaimana dengan nasib perniagaannya? Bisa diprediksi akan mengalami kerugian.

 

Kembali kepada kemampuan dasar seni. Bila seorang anak ingin berkembang bakat potensi musikalnya maka harus memiliki kemampuan dasar dalam seni. Penelitian yang dilakukan oleh Edwin E Gordon bahwa untuk mengenalkan seni kepada anak usia dini, harus dilihat terlebih dahulu kemampuan dasarnya. bila kita melihat ada potensi seni dalam jiwa si anak maka harus dipertahankan dan dijaga dengan memberikan stimulasi secara terus menerus, misal dengan memperdengarkan musik. Jika stimulasi tak dilakukan maka kemampuan seni pada anak akan menurun.

 

Perdengarkan musik yang memiliki alunan yang sesuai dengan kondisi anak. Jika musik yang diperdengarkan tepat, maka anak akan mampu menangkap pola melodi, pola ritme dan berbagai element musik yang menyertai. Jenis musik seperti apa yang sesuai untuk anak? Tentunya adalah musik yang sederhana dan menyenangkan bagi anak, bukan musik yang hingar binger seperti jenis musik rock and roll yang cenderung memekakkan telinga. Bukannya anak merasa enjoy dengan musik yang diperdengarkan namun bisa jadi merasa takut dan tidak nyaman.



Kemampuan Dasar Seni Anak Usia Dini


Aktifitas bermain musik dan mendengarkan musik yang dilakukan anak perlu adanya pendampingan dari para pendidik ataupun orang tua, agar mendapatkan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga kemampuan dasar musik anak bisa tumbuh, meningkat dan berkembang.  


Usia dini adalah usia yang tepat dalam memberikan stimulasi kemampuan musik pada anak. Jika sudah memasuki usia sekolah dasar hanya sebagai tambahan saja. Menurut para ahli jika anak ingin diarahkan pada kegiatan bermusik lebih baik dilakukan  sebelum anak mencapai umur Sembilan tahun.


Indikator yang penting untuk mengembangkan kemampuan musikal anak salah satunya adalah kemampuan audiasi yaitu kemampuan anak untuk mengulang musik dan lagu yang telah dia dengar tanpa mendengarkan lagu atau musiknya secara langsung.

Menurut Pakar pendidikan anak usia dini pada bidang seni, yaitu Edwin dan pakar kreativitas seni Britain Victor Lowenfeld, terdapat tujuh kemampuan dasar yang dapat mengembangkan potensi musikal pada anak diantaranya yaitu kemampuan dasar intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetis dan kreativitas.




 1Kemampuan Dasar Intelektual dalam Musik

 

Kemampuan intelektual dalam musik merupakan kemampuan berpikir yang dimiliki anak. Kemampuan intelektual music pada anak dijabarkan apabila anak menunjukkan kemampuan melakukan penghitungan ritme, kemampuan bernyanyi dengan membaca simbol-simbol musik, kemampuan berkreasi dengan mengubah syair lagu yang telah dikenal. kemampu membedakan birama 2,3 dan 4, melalui simbol musik yang telah umum digunakan, atau bisa juga diciptakan simbol-simbol yang menyenangkan untuk anak.


 

2.   2. Kemampuan Dasar Emosional dalam Musik


Kebiasaan anak usia taman kanak-kanak yang masih sangat tergantung pada orang tuanya atau pengasuhnya menyebabkan anak terkadang bosan dan merasa tidak nyaman ketika berkegiatan, sudah wajar adanya jika anak TK akan merasa bosan jika belajar terlalu lama dalam satu posisi, misal harus duduk berlama-lama, sebab anak perlu bergerak untuk menyalurkan kelebihan tenaga yang mereka punya, oleh karena itu anak membutuhkan rangsangan kegiatan yang penuh kreativitas dan membangkitkan perhatiannya. Kemampuan dasar emosional dalam musik diantaranya adalah:


1)  Sabar dalam menyanyikan lagu atau memainkan musik sampai selesai.

2) Merasa senang dan gembira ketika melakukan kegiatan bermusik.

3) Mendengarkan musik dengan penuh perhatian.

4) Berani berkegiatan musik tanpa ada rasa takut.





3.   3. Kemampuan Dasar sosial dalam Musik


Anak butuh beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, kemampuan anak untuk menyesuaikan dirinya dengan teman-temannya dalam berkegiatan musik sangat diperlukan agar anak merasa nyaman dan riang gembira melakukannya. Beberapa kemampuan dasar bersosialisasi dalam kegiatan bermusik diantaranya yaitu:


1) Melakukan kegiatan bermusik Bersama teman.

2) Mampu mengubah syair lagu yang biasa didengar misal kata bermain api diganti dengan bermain air, dan sebagainya.

3) Mampu bermain alat musik sederhana Bersama teman-temannya.

4) Mengendalikan suaranya agar bisa selaras dengan suara teman-temanya.


 

4.   4. Kemampuan dasar Perseptual pada Musik


Kemampuan anak dalam menanggapi perbedaan  bunyi-bunyian disebut sebagai kemampuan perseptual. Bisa dilatih dengan sering memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak agar anak bisa memberikan tanggapan. Stimulasi ini sangat bermanfaat dalam melatih anak agar mampu mengingat, membedakan dan mengelompokkan bunyi. Beberapa kemampuan perseptual anak diantaranya, yaitu:


1)  Mampu membedakan tipe suara bunyi dan suara orang atau teman yang biasa didengarnya. Misal dari hanya mendengar anak mampu mebedakan suara ibunya dengan suara tantenya.

2)  Mampu membedakan jenis birama pada musik misal  anak bisa paham  mana lagu yang 2/4, 3/4, atau 4/4. Contoh lagu 2/4 adalah Ampar-Ampar Pisang dan Cicak-Cicak Di Dinding, contoh lagu ¾ adalah Burung kaka Tua dan Naik-Naik Ke Puncak Gunung, contoh lagu 4/4 adalah Anak Kambing Saya dan Lihat Kebunku.

3)  Mampu mengelompokkan jenis alat musik.

4)  Mampu membedakan ritme yang didengar.

5)  Mampu membedakan mana tempo cepat, cepat sekali, lambat atau lambat sekali.

6)  Mampu membedakan dinamis yaitu anak mampu membedakan lagu yang harus dinyanyikan dengan suara keras maupun lagu yang dinyanyikan dengan suara lembut.

7)  Mampu membedakan bentuk. Contohnya membedakan antara bait (stanza) dan ulangan (refrain). Bisa dilatih melalui jenis lagu yang berisi tanya jawab, misal lagu sedang apa.

8)  Mampu menceritakan bunyi melalui respon ekspresi. Kemampuan ini bisa dilihat ketika anak mampumengekspresikan lagu sedih dengan mimik sedih, dan lagu gembira dengan mimik Bahagia dan riang gembira.


kemampuan dasar perspektif anak



 5. Kemampuan Fisikal dalam Musik


     Musik cenderung tidak dapat dipisahkan dengan gerak, kerena ketika melakukan kegiatan bermusik anggota tubuh meresponnya melalui gerakan, musik lambat direspon dengan gerakan yang lambat, musik cepat direspon dengan gerakan yang cepat. Kemampuan fisikal musik pada anak bisa dilihat pada kegiatan berikut:


1)  Anak memiliki kemampuan untuk melakukan gerak lokomotor. Ketika mendengar musik anak mampu merespon dengan Gerakan meloncat, Langkah di tempat, dan gerak oksial misalnya bergoyang, menggaruk, melipat, menjangkau dan memukul. Anak juga mampu diam ketika merespon permainan musik menggunakan pola stop and go. Ketika music berhenti anak bisa langsung merespon dengan serentak langsung diam.

2)  Anak mampu bergerak mengiringi nada yang didengar menyesuaikan dengan tinggi dan rendah nada. Sebagai contoh cara mengajarkan ke anak, misal guru memberikan aba-aba jika nada do tangan anak diletakkan di depan perut, nada Re tanga nagak meninggi di atas dada sampai dengan seterusnya. Atau memberikan aba-aba untuk

3)  Mampu mengekspresikan perasaannya ketika mendengarkan musik, apakah musik yang dia dengar masuk ke dalam ritmis atau melodis.

4)  Mampu menyanyikan lagu dengan pengaturan nafas yang baik.


 

6.   6. Kemampuan Dasar Estetis dalam Musik


Mengenalkan konsep keindahan pada anak harus sejak usia dini, agar dapat dengan mudah diterapkan dan dikenalkan. Mengenalkan sesuatu yang indah kepada anak hendaknya disertai dengan argumentasi atau alasan kenapa sesuatu itu dikatakan indah, dengan cara ini anak mampu memahami dengan baik. Pada umumnya keindahan memiliki sudut pandang yang berbeda dilatar belakangi oleh kebiasaan yang didapatkan dari lingkungan atau daerah tempat tinggal. Anak dari daerah jawa bisa jadi mengatakan musik gamelan itu indah, namun belum tentu untuk anak yang tinggal di daerah Jakarta. Kepekaan anak terhadap music juga dipengaruhi oleh faktor bawaan. Untuk itu Keindahan  relatif tergantung dari sudut pandangnya.

Anak menunjukkan kemampuan dasar estetisnya melalui hal di bawah ini:


1)  Anak mampu membedakan jenis musik yang enak didengar maupun yang tidak enak didengar. Anak akan memberikan reaksi yang berbeda terhanap jenis musik yang berbeda.

2)  Anak mampu bernyanyi dan bermain musik  dengan memperhatikan kualitas dari bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh alat musik. Beri anak kesempatan untuk mengeksplorasi bunyi, maka anak-anak akan terinspirasi untuk mencoba sumber bunyi yang berbeda.

3)  Anak mampu mengetahui antara lagu yang sedih dan gembira.


anak bermain musik


Kemampuan Dasar Fisikal, Estetis dan Kreatif dalam Musik pada Anak



 7. Kemampuan Dasar Kreatif dalam Musik

 

Kemampuan dasar kreatif pada anak merupakan kemampuan anak untuk menciptakan musik atau lagu. Tidak perlu yang rumit, bagi anak menciptakan hal sederhana adalah sebuah kreativitas. Improvisasi yang dilakukan anak dalam Menyusun lirik atau gerak lagu adalah sebuah kreativitas anak yang harus dihargai. Beberapa jenis kemampuan dasar kreatif dalam musik pada anak diantaranya yaitu:

 

1)  Anak mampu mengkeksplorasi permainan alat musik dengan media yang berbeda. Ketika mengeksplorasi alat musik rebana misalnya, anak akan mencoba memukul rebana tersebut dengan menggunakan tangan dan juga menggunakan alat pemukul.

2)  Anak mampu menciptakan kreatifitas sumber suara campuran, misalnya suara pukulan kendang dengan pukulan sendok.

3)  Anak bisa diarahkan melakukan kegiatan berkelompok untuk memainkan alat music dan bernyanyi Bersama-sama.

4)  Mengajak anak membuat improvisasi ritmis dengan arahan dari guru. Misal guru menciptakan ritmis yang dimainkan lalu diikuti oleh anak dengan menciptakan ritmis yang sesuai dengan selera anak. Ini aga sulit tapi bukan tidak mungkin jika dilakukan sambil bermain.

5)  Menstimulasi anak untuk mengganti lirik lagu sesuai dengan keinginan anak, melalui pendampinagn pendidik atau orang tua. Usahan lirik tetapmenggunakan kata-kata yang sopan dan menstimulasi daya kreatifitas anak.

6)  Mengubah gambar yang dilihat ke model suara. Misal melihat gambar mobil ambulance mempraktikan suaranya, atau yang lainnya melihat gambar kucing lalu meniru suara kucing.

7)  Menyanyi sambil menari. Anak mampu memperagakan syair lagu yang sedang dinyanyikan ke dalam Gerakan. Misal ketika sedang menyanyikan lagu, kupu-kupu yang lucu, anak mampu menggerakkan tangannya seperti kepakkan sayap kupu-kupu yang sedang terbang.

 


 Penutup


Tujuh kemampuan dasar yang harus diberikan stimulasi untuk mengoptimalkan kemampuan musik pada anak, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan kemampuan fisik dan psikis anak, agar tujuan pendidikan bisa dicapai secara optimal dan seimbang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 


Hendaknya para pendidik atau orang tua mampu memahami kebutuhan anak. Setiap anak memiliki kebutuhan berbeda dan unik. Jeli dalam permasalahan ini merupakan skill yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Selain itu sediakan bahan dan lakukan kegiatan bermusik yang tepat bagi anak. Selamat berkegiatan bermusik Bersama anak, semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan tambahan pengetahuan yang bisa dipraktekan Bersama anak. Salam pengasuhan.



Referensi


Pekerti, Widia dkk. Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka, 2018.

Suryana, Dadan. Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. jakarta: Prenada Media, 2018.


 

 


 

Custom Post Signature

Custom Post  Signature
Educating, Parenting and Life Style Blogger